Anda di halaman 1dari 4

Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA

Universitas Negeri Makassar

Abstrak. Telah dilakukan eksperimen tentang Efek Fotolistrik yang bertujuan untuk mengamati
perilaku cahaya sebagai partikel menurut teori kuantum dan menentukan besarnya konstanta
Planck. Eksperimen ini menggunakan perangkat pengukuran konstanta plank PC-101 dan 5 buah
filter untuk pengambilan data.Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati pengaruh
intensitas cahaya terhadap perubahan kuat arus yang terbaca pada perangkat
percobaan serta mengamati pengaruh frekuensi terhadap potensial penghenti. Berdasarkan hasil
pengamatan diperoleh bahwa intensitas cahaya tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
arus. Semakin besar frekuensi yang diberikan, maka potensial penghenti juga semakin
meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel sesuai dengan teori
kuantum. Hasil eksperimen diperoleh nilai konstanta Planck sebesar . Nilai ini menunjukkan
kesesuaian dengan konstanta Planck berdasarkan teori, yaitu dan diperoleh nilai fungsi kerja logam
sebesar .Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel
menurut teori kuantum. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan arus yang signifikan akibat
perubahan intensitas cahaya namun potensial penghenti dipengaruhi oleh perubahan frekuensi. Hasil
yang diperoleh sesuai dengan teori. Perbedaan nilai yang diperoleh dengan referensi diakibatkan
fluktuasi yang terjadi pada instrumen.
KATA KUNCI: efek fotolistrik, konstanta Planck, teori kuantum

PENDAHULUAN
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu logam ketika disinari oleh
cahaya, ketika frekuensi cahaya yang diberikan melewati frekuensi ambang logam tersebut.
Sebelum penemuan Hertz ini, efek fotolistrik pertama kali dijelaskan berdasarkan paham cahaya
sebagai gelombang bahwa adanya perubahan intensitas akan mempengaruhi transfer energi dari cahaya
ke elektron namun, kenyataannya berdasrkan hasil eksperimen ditemukana danya fakta-fakta yang tidak
dapat dijelaskan berdasarkan paham tersebut, yang kemudian dijelaskan berdasarkan paham cahaya
sebagai partikel menurut teori kuantum, dimana meningkatnya frekuensi mempengaruhi transfer energi
dari cahaya ke elektron sedangkan intensitas cahaya tidak berpengaruh.
Dalam pembahasan radiasi benda hitam, planck telah mempostulatkan bahwa atom-atom dinding
rongga berlaku sebagai osilator yang mempunyai energy terkuantumkan secara diskrit. Namun, Panck
tetap menganggap bahwa radiasi gelombang electromagnet yang dipancarkan mempunyai distribusi
energy yang kontinu.
Analisis semi-kuantitatif efek fotolistrik pertama kali dilakukan oleh Philips Lenard pada tahun 1902.
Dalam eksperimennya, Lenard menggunakan sebuah tabung kaca yang divakumkan yang di dalamnya
terdapat dua buah elektrode. Satu dari elektrode ini disebut katode cahaya yang terbuat dari bahan
aluminium. Katode ini disinari dengan cahaya. Elektrode lainnya, disebut anode, diberi potensial listrik U
yang lebih negatif terhadap katode. Jika elektron yang bermuatan negatif dapat melewati beda potensial
antara kedua elektrode ini, maka akan terdeteksi arus pada rangkaian luar tabung. Selanjutnya Einstein
dengan menggunakan gagasan kuanta Planck memberikan penjelasan teoritis terhadap hasil pengamatan
gejala fotolistrik.
Pada tahun 1905 Einstein mengusulkan bahwa radiasi elektro-magnet terdiri atas paket-paket
energi bak-partikel. Paket energi ini disebut foton. Dengan konsep ini Einstein berhasil menjelaskan
peristiwa fotolistrik yang pertama kali diamati oleh Herzt dan selanjutnya diteliti secara eksperimental oleh
P. Lernard. Mereka mengamati bahwa cahaya yang menyinari suatu elektrode dapat melepaskan electronelektron dari permukaan elektrode tersebut. Elektron-elektron yang terlepas ini memiliki energi kinetic yang
bertambah besar dengan bertambah besarnya frekuensi cahaya
Eksperimen ini selanjutnya dilakukan untuk mengamati perilaku cahaya sebagai partikel menurut
teori kuantum dan menentukan besarnya konstanta planck, melaui dua kegiatan. Kegiatan pertama
dilakukan dengan mengamati pengaruh intensitas cahaya yang diberikan terhadap perubahan arus yang
terbaca pada perangkat experimen efek fotolistrik yang diguanakan, untuk kegiatan kedua dilakukan
dengan mengamati pengaruh frekuensi terhadap potensial penghenti.

DASAR TEORI
Efek fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu logam ketika disinari oleh
cahaya, ketika frekuensi cahaya yang diberikan melewati frekuensi ambang logam tersebut. Gejala ini
pertama kali ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887 ketika mendemonstrasikan keberadaan gelombang
elektromagnetik. Pada alat eksperimennya yang terdiri atas sebuah antena pemancar gelombang
(transmitter) dan penerima gelombang (receiver), Hertz mengamati bahwa percikan bunga api yang timbul
pada receiver akan lebih mudah terjadi jika elektrode tempat terjadinya percikan bunga api itu disinari
dengan cahaya yang berasal dari percikan bunga api pada bagian pemancar[3].
Pada experimen efek fotolistrik, berkas cahaya ditembakkan ke permukaan logam yang diletakkan
di dalam suatu tabung vakum sehingga elektron terpencar keluar dari permukaan, Seperti terlihat pada
gambar berikut:
Penentuan nilai konstanta Planck dapat dilakukan dengan menggunakan teori Planck. Pada
dasarnya ponstulat yang dikemukan oleh Einstein yaitu cahaya terdiri atas paket-paket energi atau foton
yang bergerak dengan kecepatan cahaya, apabila frekuensi cahaya adalah v maka energi foton adalah E =

hv, dalam proses fotolistrik satu foton diserap sepenuhnya oleh elektron pada permukaan logam. Dari
ponstulat einstein ini dapat menjadi referensi untuk mengukur konstanta Planck[1].

METODOLOGI EKSPERIMEN
Alat dan bahan yang digunakan pada eksperimen ini yaitu: perangkat pengukuran konstanta planck
PC-101, dan 5 buah filter warna (merah, jingga, kuning, hijau, biru). Selain itu digunakan tisu pada saat
mengganti filter dalam eksperimen.
Metode penelitian dilakukan dengan penyetelan perangkat pegukuran konstanta Planck PC-101
sebelum digunakan dengan mengatur posisi sumber cahaya dari sensor sejauh 35 cm serta posisi pengali
arus pada x0,01, selanjutnya dilakukan dua kegiatan yaitu: untuk mengetahui pengaruh intensitas terhadap
arus dan untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap potensial penghenti.
Kegiatan Pertama, untuk mengetahui pengaruh intentensitas terhadap arus dilakukan dengan
meletakkan filter biru pada jendela tabung selanjutnya mengatur intensitas cahaya sampai terbaca arus
pada layar, serta mengukur potensial penghenti pada posisi tersebut. Setelah diperoleh potensial
penghenti pada posisi tersebut, selanjutnya mengatur potensial penghalang pada tiga keadaan yaitu:
potensial penghalang lebih kecil dari potensial penghenti (V<Vs), potensial penghalang sama dengan
potensial penghenti (V=Vs) dan potensial penghalang lebih besar dari potensial penghenti (V>Vs),
kemudian menaikkan intensitas cahaya pada masing-masing keadaan serta mengamati perubahan pada
arus sehingga akan diperoleh tiga data.
Kegiatan Kedua, untuk mengetahui pengaruh frekuensi terhadap potensial penghenti dilakukan
dengan mengganti filter biru yang digunakan pada kegiatan pertama dengan filter merah menggunkan tisu,
selanjutnya mengatur potensial penghalang pada nilai nol dan mengatur intensitas cahaya sampai terbaca
arus pada layar serta megukur potensial penghenti pada posisi tersebut. Kemudian menganti filter warna
yang lain (jingga, kuning, hijau, biru) dan mengulangi prosedur yang sama sehingga diperoleh lima data.
Pada kegiatan pertama, hasil pengamatan terhadap ketiga keadaan tersebut diperoleh
bahwaperubahan arus terjadi ketika potensial penghalang dibuat lebih kecil dari potensial penghenti
(V<Vs) namun tidak begitu signifikan, potensial penghalang sama besar potensial penghenti (V=VS),
dan potensial penghalang lebih besar dari potensial penghenti (V>VS) tidak terjadi perubahan arus. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan intensitas cahaya tidak mempengaruhi kenaikan arus listrik. Disamping
itu, menunjukkan bahwa energi kinetik elektron tidak bergantung pada besarnya intensitas cahaya. Hal ini
juga sesuai dengan persamaan hv=E k+Wo, dimana Ek = e.VS, dimana Vs merupakan potensial penghenti
yang dipengaruhi oleh besar frekuensi dan panjang gelombang. Besarnya potensial penghenti berbanding
lurus terhadap frekuensi. Hal tersebut terlihat dari data pada tabel 2. Jadi disimpulkan bahwa energi kinetik
tidak berpengaruh pada besarnya intensitas cahaya tetapi dipengaruhi oleh besarnya frekuensi ambang.
Berdasarkan teori kuantum, kenaikan intensitas cahaya menunjukan kenaikan cacah foton yang
menumbuk permukaan logam. Ini mengakibatkan bertambahnya cacah elektron foto yang dilepaskan
logam. Dengan demikian semakin tinggi frekuensi cahaya semakin besar arus foto elektrik yang dihasilkan.
Jadi efek fotolistrik dapat dejalaskan secara jika cahaya dipandang sebagai partikel yang disebut foton.
Besar energi yang dimilki oleh foton sebsar E = h.f
Pada kegiatan kedua, dilakukan pengamatan terhadap pengaruh frekuensi terhadap potensial
penghenti. Hasil pengamatan diperoleh bahwa semakin besar frekuensi yang diberikan maka semakin
besar pula potensial penghentinya. Berdasarkan hasil analisis grafik dari data yang diperoleh pada
kegiatan
kedua,
didapatkan nilai
konstanta
Planck
sebesar Nilai ini
mendekati
nilai
konstanta Planck secara teori, yaitu .Diperoleh fungsi kerja logam sebesar yang menunjukkan besarnya
energy minimum yang dibutuhkan elektron untuk dapat melepaskan diri dari permukaan logam.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil eksperimen, dapat disimpulkan bahwa cahaya berperilaku sebagai partikel
menurut teori kuantum. Hal ini terlihat dari tidak adanya perubahan arus yang cukup signifikan akibat
perubahan intensitas cahaya. Namun ketika frekuensi diubah, potensial penghentinya pun ikut berubah.
Selain itu,penentuan konstanta planck yang diperoleh berdasarkan hasil analisis grafik sebesar .
REFERENSI
[1] Beiser, Arthur. 2003. Concepts of Modern Physics Sixth Edition. McGraw-Hill. New York.
[2] Subaer, dkk. 2013. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika I Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan
Fisika FMIPA UNM.
[3] Sutopo. 2005. Pengantar Fisika Kuantum. Jurusan Fisika FMIPA UM. Malang.

Anda mungkin juga menyukai