Anda di halaman 1dari 3
KERANGKA ACUAN PERTEMUAN PERCEPATAN PROGRAM PPTM MELALUI DUKUNGAN ANGGARAN TAHUN 2016 A. Latar Belakang tu tantangan yang dihadapi Pembangunan Kesehatan dalam dua dasa adalah terjadinya transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit yang semula didominasi penyakit menular bergeser menjadi didominasi penyakit tidak menuler. Riset Kesehatan Daser (Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan secara bermakna, penyebab kematian dan prevalensi PTM, di antaranya adalah prevalensi penyakit stroke meningkat dari 8.3 per mil pada tahun 2007 menjadi 12.1 per mil pada tahun 2013. Selain itu, analisis awal Sample Registration Survey 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Litbangkes menunjukkan pola yang serupa, yaitu penyebab kematian tertinggi didominasi oleh Stroke (21%), Penyakit Jantung (12.9%), Diabetes melitus (6.7%) dan Hipertensi dengan komplikasinya (5.3%), Kematian akibat penyakit menular hanya TBC (5.7%) dan pneumonia (2.1%) yang masih menonjol sebagai penyebab kematian. Konsekuensi dari situasi ini adalah pembiayaan kesehatan menjadi lebih mahal. Sebab, penyakit tidak menular merupakan penyakit kronis dan memeriukan pengobatan terus menerus. Beban ini semakin meningkat jika terjadi komplikasi penyakit, kecacatan, dan kematian prematur. Analisis penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional atau JKN. selama 6 bulan pada tahun 2014, menunjukkan ada 7 penyakit katastrofik yang mendominasi pembiayaan JKN, yakni penyakit tidak menular, seperti : (1) Kanker, (2) Hemofilia, (3) Thalasemia, (4) Diabetes, (5) Stroke dan Hipertensi, (6) Penyakit jantung serta (7) Gagal ginjal. Penyakit- penyakit katastrofik ini hanya berkontribusi pada kunjungan Rawat Jalan Tingkat Lanjut sebanyak 8%, akan tetapi menghabiskan biaya JKN sampai 30% dengan nilai Rp 1,2 trlyun. Sedangkan kunjungan Rawat Inap Tingkat Lanjut adalah sebanyak 28 %, tetapi menghabiskan biaya sampai dengan 35% dari total biaya manfaat di Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjut dengan nilai Rp 4,24 trlyun, Meningkatnya PTM dan proyeksi beban penyakit maupun beban biaya yang akan kita hadapi dalam 5-10 tahun ke depan perlu kita sikapi dengan tepat dan benar. Sebab, kejadian PTM tidak akan dapat cepat diturunkan. Oleh karena itu, upay-upaya promosi dan pencegahan di hulu perlu lebih ditingkatkan agar beban pembiayaan di hilir dapat berkurang, yaitu dengan Mengutamakan Upaya Promotif-Preventif dalam Pembangunan Kesehatan,: “Gerakan Masyarakat Sehat”. Dengan demikian, kejadian PTM akan menurun, jumlah orang berobat berkurang, dan pembiayaan kesehatan lebih efisien. Selain itu, penanganan yang komprehensif, terorganisir, terkoordinasi harus dilakukan agar upaya pengendalian PTM dapat berhasil dengan dukungan seluruh sektor terkait dan segenap lapisan masyarakat. Sektor kesehatan tidak akan berhasiljika bekerja sendiri tanpa didukung segenap pelaku pembangunan. Pada periode 2015-2019, Pemerintah akan memfokuskan kepada Program Indonesia Sehat yang mencakup upaya mewujudkan: (1) Paradigma Sehat; 2) Penguatan Pelayanan Kesehatan; dan (3) Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional. Program ini didukung pendekatan terhadap PTM Utama dengan faktor risiko bersama (Common Risk Factors) dan di tingkat komuunitas diperkuat dengan pembentukan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) guna pelaksanaan deteksi dini monitoring faktor risiko, Penyuluhan dan kegiatan bersama komunitas untuk menuju Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta _implementasi perilaku CERDIK. Selanjutnya, ditakukan pula penguatan Puskesmas sebagai bagian penguatan Pelayanan Kesehatan primer melalui pendekatan integratif dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait, termasuk : pemberdayaan masyarakat dan pendekatan keluarga agar masyarakat sehat tetap sehat serla mencegah mereka yang sehat menjadi sakit . Dalam RPJMN 2015-2019 telah ditetapkan target yang harus dicapai terkait indikator-indikator kunci : (1) menurunkan prevalensi tekanan darah tinggi pada penduduk usia 18 tahun keatas menjadi 23,4%; (2) Mempertahankan proporsi obesitas penduduk usia 18 tahun ke atas tetap pada angka 26.2%, dan (3) Menurunkan prevalensi merokok pada menjadi 5,4%. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Direktorat Pencegahan dan Pengendalian PTM telah merumusan indikator kinerja utama dan indikator kinerja kegiatan pengendalian PTM tahun 2015-2019 dengan memperhatikan perubahan dan tantangan permasalahan selama lima tahun mendatang dengan tetap memperhatikan kesinambungan kegiatan yang telah dilaksanakan sebelumnya. Hal ini diperlukan komitmen semua pihak terutama pengambil kebijakan dalam pengendalian PTM balk di Pusat maupun Daerah, B. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan Pertemuan Percepatan Program PPTM melalui dukungan Anggaran gilaksanakan dalam mencapai Indikator Kinerja PPTM tahun 2017 melalui penguatan Perencanaan di daerah. Tujuan Khusu a. Teridentifikasi permasalahan dan pemecahan masalah Pengendalian PTM di daerah b. Tersusunya target sasaran kinerja program pencegahan dan pengendalian PTM di daerah ¢. Tersusunnya rencana kerja kegiatan pencegahan dan pengendalian PTM di daerah d. Tersusunya kebutuhan anggaran dalam pencegahan dan pengendalian PTM i daerah ¢. Metode Pelaksanaan Kegiatan Metode yang digunakan untuk menyelenggarakan pertemuan ini adalah: 1. Pengarahan dan masukan dari pembicara/narasumber 2. Diskusi dan tanya jawab D. Jadwal dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan pertemuan percepatan P2PTM melalui penguatan perencanaan tahun 2017 dilaksanakan di Hotel Harris, Bekasi, pada tanggal 14-17 April 2016. E, Narasumber dan Peserta 1. Narasumber Direktur Jenderal P2P Sesditjen PP Direktur Pencegahan dan Pengendalian PTM Direktur Yankes Primer Direktur Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Ditjen Pajak dan Perimbangan Keuangan Daerah. Kementerian Keuangan Kepala Pusat Peneliian dan Pengembangan Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran, Kemenkes RI g. Kasubdit di lingkungan Dit, Pencegahan dan Pengendalian PTM eaegD 2. Peserta a, Peserta Pusat 1) Para Kepala Seksi dan Kepala Sub Bagian di Lingkungan Direktorat P2PTM. b. Peserta Daerah: 1) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi 2) Kepala Dinas Kesehatan Kab/ Kota 3) Kepala KKP 4) Kepala B/BTKL-PP F. Pelaksana dan Penanggung Jawab Kegiatan 1. Pelaksana Direktorat P2PTM, Ditjen P2P 2. Penanggung jawab kegiatan Penanggung jawab kegiatan ini adalah Direktur P2PTM. G. Biaya Biaya pelaksanaan kegiatan bersumber pada DIPA Direktorat Pencegahan dan Pengendalin Penyakit Tidak Menular, Ditjen P2P Tahun Anggaran 2016, Jakarta, 30 Maret 2016 irektur P2PTM ~drrLily S. Sulistyowati, MM NIP 1958011319888032001

Anda mungkin juga menyukai