Pembina
Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama; Direktur Jenderal PP dan PL
Pengarah
Dr. Andi Muhadir, MPH; Direktur Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra
Penulis
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosliany, SKM, M.Sc.PH; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Edy Purwanto, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Indra Jaya, SKM, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Abdurrahman, SKM, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Gunawan Wahyu Nugroho, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Kontributor
WHO Representative for Indonesia
CDC Atlanta Representative for Indonesia
Dr. Juzi Delianna, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Rosmaniar, S.Kep, M.Kes; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Soitawati, M.Epid; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Eka Muhiriyah, SKM, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Mieke Vennyta; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Viviyanti Sidi, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Lia Septiana, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Fajrianto, SKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Subdirektorat Pengendalian Zoonosis
Subdirektorat Pengendalian Diare dan Infeksi Saluran Pencernaan
Subdirektorat Pengendalian Malaria
Subdirektorat Pengendalian Arbovirosis
Subdirektorat Infeksi Saluran Pernafasan
Editor
DR. Hari Santoso, SKM, M.Epid; Kepala Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. Ratna Budi Hapsari, MKM; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
Dr. A Muchtar Nasir; Subdirektorat Surveilans dan Respon KLB
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON ini dapat diterbitkan
kembali setelah dilakukan beberapa revisi mengikuti perkembangan penyakit menular di
Indonesia.
Buku ini merupakan salah satu dari Trilogi tentang EWARS (Early Warning Alert and Respon
System) yang terdiri dari tiga seri buku yaitu:
1. Buku Pedoman Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon
2. Buku Algoritma Diagnosis Penyakit dan Respon serta Format Penyelidikan Epidemiologi
3. Buku Panduan Pengguna Piranti Lunak (Software) Peringatan Dini Penyakit Menular
Buku pertama ini ditujukan bagi petugas surveilans di tingkat Propinsi, Kabupaten dan Puskesmas
sebagai pedoman dalam memahami sistem kewaspadaan dini dan respon dengan memanfaatkan
piranti lunak peringatan dini surveilans penyakit menular. Buku ini diharapkan dapat menggugah
kesadaran semua pihak untuk dapat meningkatkan kinerja surveilans sebagai bentuk upaya
deteksi dini dan respon cepat dalam rangka pengendalian penyakit menular yang potensial wabah.
Akhirnya disampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan aktif dalam
penyusunan pedoman ini semoga pedoman ini dapat digunakan oleh seluruh propinsi dan
kabupaten di Indonesia sehingga Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon dapat berjalan lebih
optimal.
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga buku PEDOMAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON ini dapat terwujud.
Kita ketahui bersama bahwa Indonesia merupakan salah satu anggota dari organisasi Persatuan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang selalu mendukung kebijakan dari organisasi tersebut apabila tidak
bertentangan dengan kebijakan nasional maupun internasionalnya. Indonesia yang telah
meratifikaskasi IHR (International Health Regulation) tahun 2005 mau tidak mau harus mengikuti
dan menjalankan aturan tersebut. WHO telah menyatakan bahwa IHR 2005 mulai
diimplementasikan pada 15 Juni 2007 tetapi kepada seluruh negara masih diberikan waktu selama
5 tahun hal ini sesuai dengan IHR, Bab II, Pasal 5, ayat 1 dinyatakan bahwa Suatu Negara harus
mengembangkan, memperkuat, dan memelihara kemampuan untuk mendeteksi, menilai, dan
melaporkan kejadian sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran 1 IHR (Kapasitas Inti Bidang
Surveilans Dan Respon Yang Harus Dipenuhi), sedini mungkin dan paling lambat lima tahun sejak
diberlakukannya IHR.
Disamping itu Indonesia juga merupakan negara yang selalu komit terhadap komitmen global
seperti eradikasi polio, eliminasi Tetanus Neonatorum (TN), reduksi maupun eliminasi campak,
eliminasi malaria, pengendalian HIV/AIDS maupun Tuberkulosis (TB) Paru. Untuk eradikasi polio,
Indonesia mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio tahun 2005 dengan jumlah sebanyak 349
kasus (termasuk 46 kasus VDVP tipe 1) dan dapat ditangani dengan baik untuk memutus mata
rantai penularan melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) sehingga sampai saat ini tidak ditemukan
kembali virus polio. Untuk menjaring kasus polio maka surveilans Acute Flaccid Paralysis (AFP)
yang optimal juga sangat berperan penting.
Dalam era globalisasi ini mobilisasi manusia maupun barang sudah sangat tinggi dan sangat cepat.
Tetapi kondisi ini juga dapat dilihat sebagai sebuah ancaman misalnya transmisi penyakit menular
dari suatu negara ke negara lain. Salah satu contoh adalah Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio di
Indonesia tahun 2005 terjadi karena ada import virus polio dari negara lain. Selain itu saat ini
dunia telah mengalami perubahan iklim yang disebabkan oleh pemanasan global yang semakin
cepat. Kondisi ini juga akan mempengaruhi pola dan jenis penyakit potensial wabah secara
langsung maupun tidak langsung misalnya seperti malaria, Demam Berdarah Dengue (DBD),
maupun penyakit new emerging seperti flu burung.
Indonesia yang letaknya strategis secara geografis masih memiliki beberapa penyakit potensial KLB
seperti malaria, demam dengue, leptospirosis, diare, kolera, difteri, antraks, rabies, campak,
pertusis, maupun ancaman flu burung pada manusia. Penyakit-penyakit tersebut apabila tidak
dipantau dan dikendalikan maka akan mengancam kesehatan masyarakat Indonesia dan
menyebabkan KLB yang lebih besar atau bahkan dapat menyebar ke negara tetangga lainnya.
Dengan latar belakang itu semua maka sangat penting pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini dan
Respon ditingkatkan kembali di seluruh wilayah di Indonesia.
Kelebihan dari sistem yang dibangun ini, pada perangkat lunaknya adalah dapat menampilkan
sinyal alert adanya peningkatan kasus melebihi nilai ambang batas di suatu wilayah baik wilayah
kerja puskesmas, kabupaten maupun propinsi. Output yang dihasilkan dapat berupa tabel, grafik,
maupun peta, sehingga dapat dibuat analisis yang lebih tajam, respon lebih cepat, dan
penanggulangan yang lebih terarah dan akurat.
Semoga buku ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan Sistem Kewaspadaan
Dini dan Respon di Indonesia.
DAFTAR ISI
7
7
7
7
7
8
8
9
9
9
10
10
10
10
10
11
12
14
15
16
16
16
16
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
Lampiran 13
Lampiran 14
17
18
19
20
21
24
25
26
27
34
35
36
37
38
BAB I
GAMBARAN SISTEM KEWASPADAAN DINI DAN RESPON
Tujuan
o
o
o
o
o
Alur Data
Periode: Mingguan (Minggu-Sabtu)
WAKTU
Sabtu
sore
Senin pagi
Selasa
pagi
Selasa
siang
Koordinator
Cara Pengiriman
Petugas kesehatan
yang bertanggung
jawab terhadap
pengumpulan data
Petugas surveilans
di tingkat
puskesmas
Petugas Surveilans
Kabupaten
Petugas Surveilans
Kabupaten
Petugas surveilans
propinsi
Petugas surveilans
propinsi
Melalui Email ke
ewars.pusat@gmail.com
Pengiriman Data
Dari puskesmas ke kabupaten/kota data dikirim melalui SMS, HT, dan lain-lain.
Dari Kabupaten/Kota ke propinsi data dikirim melalui email
Dari Propinsi ke Pusat (Subdit Surveilans dan Respon KLB) data dikirim melalui email
Pustu
Bidan Desa
Pengumpulan
spesimen
Pengiriman
spesimen
Pasien Rawat
Jalan Puskesmas
Klinik
swasta/private
di desa
Konfirmasi
Laboratorium Propinsi
Otoritas Kesehatan
Nasional (Kemenkes RI),
Laboratorium Nasional
(Balitbangkes), WHO
2,pustu sukoharjo,A10,B15,H3,T4,X110
Artinya:
Minggu epidemiologi ke 2, nama unit pelapor adalah pustu sukoharjo, jumlah kasus diare=
10, jumlah kasus malaria = 15, jumlah kasus tersangka Chikungunya = 3, jumlah kasus klaster
penyakit yang tidak lazim = 4, Jumlah kunjungan = 110
Indikator
Indikator akan dihitung secara otomatis oleh aplikasi. Aplikasi mengizinkan penghitung indikator
laporan mingguan pada tingkat geografis yang berbeda seperti puskesmas, kecamatan, kabupaten/kota
dan propinsi.
10
Penyaringan
Staf akan:
Melakukan kompilasi daftar rumor harian yang dikirim jam 10 pagi ke petugas surveilans propinsi.
Ringkasan daftar rumor harian (lampiran 6) berupa informasi dibawah ini:
- Kejadian
- Populasi Resiko
- Lokasi
- Waktu Kejadian
- Tanggal Kejadian diketahui
- Tanggal Verifikasi
- Kronologis Kejadian
- Status (sedang atau sudah verifikasi)
Verifikasi
Setelah menerima daftar harian yang diduga merupakan rumor/kejadian penyakit, petugas surveilans
propinsi melakukan koordinasi dengan tim dan menghubungi petugas surveilans kabupaten/kota untuk
melakukan klarifikasi terhadap rumor/kejadian penyakit yang terdeteksi/didapatkan.
Pada hari itu juga petugas surveilans propinsi berusaha mendapatkan hasil dari verifikasi/investigasi
terhadap rumor/kejadian penyakit dari petugas surveilans Kabupaten/Kota mengenai status kejadian
(benar atau tidak rumor tersebut). Bila benar maka informasi yang harus dilengkapi sesuai dengan
format Surveilans Terpadu Penyakit (STP) berbasis KLB (lampiran 7).
11
Pemeriksaan Laboratorium
Setiap penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang tidak dapat dilakukan oleh
puskesmas atau laboratorium tingkat kabupaten, maka Laboratorium propinsi berfungsi sebagai
rujukan bagi setiap kabupaten/kota.
Stok media transport yang adekuat perlu disediakan di setiap kabupaten/kota.
Pedoman pengumpulan spesimen dan transportasi akan didistribusikan ke seluruh unit pelapor seperti
pada Lampiran 8, 9, 10, dan 11.
Setiap petugas surveilans kabupaten/kota perlu memiliki daftar nama dan nomor telpon dari staf
laboratorium unit khusus seperti bagian: Bakteriologi, Virologi, Serologi, Parasitologi, dan Toksikologi.
Setiap saat spesimen dikumpulkan oleh petugas di lapangan perlu:
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan penerima spesimen termasuk investigasi, keperluan
untuk ijin import jika ada transport ke luar negeri.
- Membuat pengaturan lebih lanjut dengan pembawa agar yakin bahwa pengiriman akan diterima
sesuai dengan alat transportasinya.
- Perhatikan peraturan penerbangan domestik perihal Biosafety.
- Bahwa pengiriman (transport langsung jika mungkin) ditangani oleh perjalanan langsung, hindari
kedatangan diakhir pekan bila mungkin, hindari perubahan dalam transport jika mungkin.
- Siapkan dokumen yang perlu seperti syarat pengiriman, termasuk ijin bila diperlukan, berita acara,
dan dokumen pengiriman.
- Beritahukan kepada penerima spesimen di laboratorium perkiraan waktu kedatangan spesimen.
Sebelum mengirim spesimen harus ada:
- Perjanjian atau persetujuan telah dibuat antara pengirim, pembawa dan penerima.
- Konfirmasi dari laboratorium penerima bahwa siap untuk menerima spesimen.
- Bila spesimen tiba di luar jam kerja, maka petugas laboratorium harus diberitahukan agar siap
menerima spesimen.
Biosafety
Memberikan perlindungan terhadap pasien dan diri kita dari risiko terpapar/kontak dengan kuman
pathogen merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Prinsipnya adalah harus SELALU menggunakan peralatan sekali pakai (disposible) dan tidak boleh
digunakan lagi.
Misalnya pada kondisi di lapangan, jika anda merencanakan untuk mengambil sample dari pasien yang
tidak dapat dibawa ke RS, cobalah membuat zona bersih untuk mengurangi risiko terkontaminasi.
12
Tabel ini memberikan informasi tentang perlindungan diri dari kemungkinan terpapar/ kontak dengan
kuman pathogen.
Tipe Penularan/
Transmisi
Kontak
Droplet
Udara
Kondisi/ Situasi
Penulran dapat terjadi melalui kontak
langsung dengan pasien atau kontak
dengan lingkungan pasien.
Penularan dapat terjadi melalui droplet
yang mengandung kuman penyakit
dengan ukuran partikel partikel >5
micron, droplet dapat dihasilkan ketika
mereka batuk, bersin atau berbicara.
Penularan dapat terjadi melalui udara.
13
BAB II
PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL
Prosedur Pelaporan Data di setiap Tingkat Pelaksana
1. Pustu, Bidan Desa:
1) Setiap Sabtu dokter atau perawat/asisten kesehatan yang bertugas akan mengisi format
mingguan berdasarkan buku register harian.
2) Sabtu mengirim format mingguan yang telah terisi kepada petugas surveilans di puskesmas
melalui SMS dengan kode standar.
2. Puskesmas
1) Menerima SMS dari unit kesehatan (bidan, pustu, polindes, dan lain-lain) dan buat transkrip
setiap SMS ke dalam format mingguan. Contoh: Bila ada 4 pustu atau bidan yang lapor melalui
SMS maka puskesmas harus mengisi 4 format mingguan (1 format untuk masing-masing
pustu/bidan)
2) Hubungi unit kesehatan yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
3) Siapkan format mingguan puskesmas yang berisi agregasi data dari puskesmas tersebut dan
semua unit pelapor dibawahnya (seperti bidan/ pustu).
- Tulis nomer urut format,
- Tulis nama Puskesmas/Pustu/Bidan, Kecamatan, dan Kabupaten/Kota
- Tulis Periode pelaporan dari hari Minggu tgl ..... sampai Sabtu tgl ......
- Tulis Minggu Epidemiologi ke .....
- Isi jumlah kasus baru setiap penyakit sesuai dengan kasus yang ditemukan
- Apabila tidak ada kasus pada penyakit tertentu maka isi dengan angka nol.
- Isi jumlah kunjungan pada minggu laporan. Contoh: Bila ada 30 kasus baru penyakit
dalam sistem ini dan ada 50 kunjungan penyakit lain maka isi jumlah kunjungan dengan
angka 80.
4) Cek kemungkinan adanya kesalahan/error
5) Puskesmas jangan menunda mengirim laporan mingguannya ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
6) Simpan format mingguan dari semua unit pelapor (bidan /pustu) dan juga format mingguan
agregat puskesmas menurut bulan dan minggu.
7) Kirim kopi format mingguan (agregat puskesmas) melalui SMS atau fax ke petugas surveilans
kabupaten/kota.
3. Kabupaten/Kota
1) Menerima SMS atau fax dari semua puskesmas.
2) Bila puskesmas mengirim melalui SMS maka Kabupaten membuat transkrip ke dalam format
mingguan.
3) Cek format mingguan dari kemungkinan adanya kesalahan.
4) Hubungi puskesmas yang tidak mengirimkan format mingguan tepat waktu
5) Simpan format mingguan dari semua puskesmas menurut bulan dan minggu.
6) Masukan data format mingguan dari semua puskesmas menggunakan aplikasi komputer.
7) Cek data yang telah dimasukan untuk melihat apakah ada kesalahan.
8) Buat backup file setiap minggu dan simpan di folder yang aman.
9) Kirim kopi format atau file elektronik ke petugas surveilans propinsi melalui email
10) Kabupaten jangan menunda mengirim laporan ke Dinas Kesehatan Propinsi.
11) Buat output laporan mingguan melalui aplikasi EWARS dan cek indikator kelengkapan dan
ketepatan laporan.
12) Bila ada alert, lakukan respon dan kontrol sesuai SOP (Lihat buku seri kedua Algoritma)
14
13) Bila ada indikasi KLB, maka ambil dan kirim spesimen ke laboratorium rujukan sesuai SOP.
14) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
15) Buat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke puskesmas.
4. Propinsi
1) Masukan data kedalam PC, import file elektronik yang dikirim oleh kabupaten/kota.
2) Cek data yang telah diimport.
3) Hubungi petugas kabupaten yang belum mengirimkan file tepat waktu atau kalau ada
pertanyaan tentang data.
4) Cek bahwa kopi back up data telah dibuat dan simpan pada folder yang aman.
5) Diskusikan dengan LABORATORIUM hasil dari spesimen.
6) Membantu Kabupaten/Kota ketika terjadi KLB.
7) Kumpulkan semua file elektronik dari tiap kabupaten/kota dan kirim ke pusat (Subdit Surveilans
dan Respon KLB melalui email ke alamat: ewars.pusat@gmail.com)
8) Membuat bulletin mingguan dan mengirimkannya ke Kabupaten/Kota.
5. Laboratorium Propinsi
1) Simpan alat-alat yang perlu untuk pengambilan spesimen dan pengiriman.
2) Pastikan bahwa peralatan untuk pengambilan spesimen dan pengiriman selalu tersedia
3) Lakukan pengambilan 2 sampel dari jenis spesimen yang sama ketika KLB atau adanya
sinyal/alert.
4) Cek label dan semua informasi yang diminta untuk masing-masing spesimen sesuai petunjuk.
5) 1 set sampel diperiksa/disimpan di laboratorium propinsi dan 1 set sampel dikirim ke
laboratorium pusat (rujukan).
6) Memberkan informasi segera kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Propinsi tentang
hasil pemeriksaan laboratorium.
7) Simpan semua catatan analisa spesimen, tehnik, dan hasilnya.
8) Diskusikan hasil laboratorium propinsi dan pusat untuk kendali mutu.
Validasi Data:
o Puskesmas
Saat melengkapi format: cek bahwa kasus dilaporkan sesuai dengan definsi kasus dan hanya kasus
baru yang dilaporkan.
Sebelum mengirimkan format ke kabupaten/kota cek bahwa semua informasi telah lengkap.
Saat menerima format pengumpulan data dari unit kesehatan lain (pustu, bidan desa, klinik
swasta/privat, dan lain-lain)
Cek bahwa periode laporan benar.
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies per minggu tetapi menulis 100 gigitan)
o
Kabupaten/Kota
Saat menerima SMS dari puskesmas, Petugas Surveilans Kabupaten harus memperhatikan hal-hal di
bawah ini:
Tulis nomor urut format mingguan.
Memastikan bahwa periode laporan adalah benar
Memastikan jumlah kasus yang dilaporkan untuk setiap penyakit
15
Apakah data penyakit tersebut wajar (contoh: kasus diare biasanya banyak tetapi hanya
dilaporkan dalam jumlah kecil)
Apabila ada peningkatan jumlah kasus dari biasanya pastikan bahwa benar ada
peningkatan kasus atau hanya merupakan kesalahan ketika menulis data (contoh: ada 10
kasus gigitan hewan penular rabies perminggu tetapi menulis 100 gigitan)
Lakukan entri data
Setelah menjalankan laporan mingguan, cek hasilnya (tabel, grafik dan peta) apakah ada
kesalahan/ error.
Monitoring
Setiap bulan Kabupaten/Kota harus melakukan diskusi dengan semua puskesmas untuk membahas
tentang sistem surveilans (pengumpulan data, pengiriman data, kualitas data, jumlah KLB dan lain-lain).
Dalam sistem surveilans terdapat indikator kwalitatif dan kwantitatif:
- Proporsi puskesmas yang melapor dalam satu kabupaten.
- Proporsi kabupaten yang melapor dalam satu propinsi.
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan Kabupaten/Kota
- Ketepatan waktu penerimaan pada tingkatan propinsi
- Kemampuan menerima
- Jumlah dari KLB yang terdeteksi
- Jumlah tindakan diambil berdasar pada analisis data.
Evaluasi
Sistim ini akan dievaluasi setelah 6 bulan dalam kaitan dengan:
- Keterwakilan
- Kemampuan menerima
- Kesederhanaan
- Ketepatan waktu
- Kegunaan
- Kepekaan
- Fleksibilitas
Keterbatasan
Keterbatasan dari sistem ini dapat terjadi apabila:
1) Adanya komunikasi dan pengiriman format mingguan yang terlambat akan memberikan dampak
terhadap ketepatan dan kelengkapan laporan, serta deteksi dini KLB.
2) Adanya keterbatasan kapasitas pemeriksaan laboratorium. Untuk itu perlu dilakukan peningkatan
kapasitas dan peran laboratorium beserta jejaringnya dalam sistem surveilans dan pada saat KLB.
Kepemilikan data
Adalah pada masing-masing tingkat seperti dalam peraturan nasional seperti Puskesmas, Dinas
Kesehatan Kabupaten, Dinas Kesehatan Propinsi dan Kementerian Kesehatan RI.
16
Lampiran 1
DAFTAR PRIORITAS PENYAKIT POTENSIAL KLB
1. Diare Akut
2. Malaria Konfirmasi
3. Tersangka Demam Dengue
4. Pneumonia
5. Diare Berdarah ATAU Disentri
6. Tersangka Demam Tifoid
7. Sindrom Jaundis Akut
8. Tersangka Chikungunya
9. Tersangka Flu Burung pada Manusia
10. Tersangka Campak
11. Tersangka Difteri
12. Tersangka Pertussis
13. AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
14. Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
15. Tersangka Antraks
16. Tersangka Leptospirosis
17. Tersangka Kolera
18. Klaster Penyakit yang tidak lazim
19. Tersangka Meningitis/Ensefalitis
20. Tersangka Tetanus Neonatorum
21. Tersangka Tetanus
22. ILI (Influenza Like Illness)
23. Tersangka HFMD (Hand Foot Mouth Disease)
17
Lampiran 2
FORMAT LAPORAN MINGGUAN (W2)
Puskesmas/Pustu/Bidan*
Kecamatan
Kabupaten/Kota
: ..................................................
: ..................................................
: ..................................
Periode pelaporan dari Minggu tanggal //.. sampai Sabtu tanggal //.
Minggu Epidemiologi ke-: ..........
KODE SMS
PENYAKIT
A
B
Diare Akut
Malaria Konfirmasi
Pneumonia
F
G
Tersangka Chikungunya
Tersangka Campak
Tersangka Difteri
Tersangka Pertussis
P
Q
Tersangka Leptospirosis
Tersangka Kolera
Tersangka Meningitis/Ensefalitis
W
Y
Tersangka Tetanus
ILI (Influenza Like Illness)
Tersangka HFMD
18
Lampiran 3
KODE
SMS
A
PENYAKIT
Diare Akut
Malaria Konfirmasi
Tersangka Demam
Dengue
Pneumonia
E
F
Tersangka Chikungunya
J
K
Tersangka Difteri
Tersangka Pertussis
Tersangka Antraks
Tersangka Leptospirosis
Tersangka Kolera
Tersangka
Meningitis/Ensefalitis
Tersangka Tetanus
Neonatorum
Tersangka Tetanus
ILI (Influenza Like Illness)
Tersangka HFMD (Hand,
Foot, Mouth Disease)
Total Kunjungan
V
W
Y
Z
X
DEFINISI
Pada dewasa: BAB (defekasi) dengan tinja lembek ATAU setengah cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali
sehari ATAU dapat berbentuk cair saja.
Pada anak: BAB yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (pada umumnya 3 kali atau lebih per hari
dengan konsistensi cair DAN berlangsung kurang dari 7 hari).
Pada neonatus yang mendapat ASI: diare akut adalah buang air besar dengan frekuensi lebih sering
(biasanya 5-6 kali per hari) dengan konsistensi cair.
Penderita yang di dalam tubuhnya ada plasmodium atau parasit malaria DAN dibuktikan dengan RDT (Rapid
Diagnostic Test) positif DAN/ATAU pemeriksaan Mikroskopis positif.
Demam mendadak tanpa sebab yang jelas 2-7 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri dibelakang bola mata
(nyeri retro orbital), nyeri sendi, dan adanya manifestasi perdarahan sekurang-kurangnya uji torniquet positif.
Pada usia <5 thn ditandai dengan batuk DAN/ATAU tanda kesulitan bernapas (adanya nafas cepat, kadang
disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK) atau gambaran radiologi foto torak menunjukan
infiltrat paru akut), frekuensi nafas berdasarkan usia penderita:
<2 bulan: 60/menit
2-12 bulan: 50/menit
1-5 tahun: 40/menit
Pada usia >5thn ditandai dengan demam 38C, batuk DAN/ATAU kesulitan bernafas, dan nyeri dada saat
menarik nafas
Diare dengan darah disertai ATAU tidak disertai dengan lendir dalam tinja, dapat juga disertai dengan adanya
tenesmus.
Dengan anamnesis pemeriksaan fisik didapatkan gejala demam, gangguan saluran cerna dan tanda gangguan
kesadaran.
Gejala penyakit yang timbul secara mendadak (< 14 hari) ditandai dengan kulit dan sklera berwarna
ikterik/kuning dan urine berwarna gelap
Demam mendadak diatas 38,5 derajat celcius dan nyeri sendi yang hebat dapat disertai adanya ruam.
ILI dengan kontak unggas sakit atau mati mendadak, produk unggas ATAU leukopenia ATAU pneumonia.
Demam >38C selama 3 hari atau lebih disertai bercak kemerahan berbentuk makulopapular, disertai salah
satu gejala batuk, pilek ATAU mata merah (konjungivitis)
Panas >38C, sakit menelan, sesak napas disertai bunyi (stridor) dan ada tanda selaput putih keabu-abuan
(pseudomembran) di tenggorokan dan pembesaran kelenjar leher.
Batuk lebih dari 2 minggu disertai dengan batuk yang khas (terus-menerus/ paroxysmal), napas dengan bunyi
whoop dan kadang muntah setelah batuk.
Kasus lumpuh layuh mendadak, BUKAN disebabkan oleh ruda paksa/ trauma pada anak < 15 tahun.
Kasus gigitan hewan (Anjing, Kucing, Tupai, Monyet, Kelelawar) yang dapat menularkan rabies pada manusia .
ATAU
Kasus dengan gejala Stadium Prodromal (demam, mual, malaise/lemas), atau kasus dengan gejala Stadium
Sensoris (rasa nyeri, rasa panas disertai kesemutan pada tempat bekas luka, cemas dan reaksi berlebihan
terhadap ransangan sensorik).
(1). Antraks Kulit (Cutaneus Anthrax); Papel pada inokulasi, rasa gatal tanpa disertai rasa sakit, 2-3 hari
vesikel berisi cairan kemerahan, haemoragik menjadi jaringan nekrotik, ulsera ditutupi kerak hitam, kering,
Eschar (patognomonik), demam, sakit kepala dan pembengkakan kelenjar limfe regional
(2). Antraks Saluran Pencernaan (Gastrointestinal Anthrax); Rasa sakit perut hebat, mual, muntah, tidak
nafsu makan, demam, konstipasi, gastroenteritis akut kadang disertai darah, hematemesis, pembesaran
kelenjar limfe daerah inguinal, perut membesar dan keras, asites dan oedem scrotum, melena.
(3). Antraks Paru-paru (Pulmonary Anthrax); Gejala klinis antraks paru-paru sesuai dengan tanda-tanda
bronchitis. Dalam waktu 2-4 hari gejala semakin berkembang dengan gangguan respirasi berat, demam,
sianosis, dispnue, stridor, keringat berlebihan, detak jantung meningkat, nadi lemah dan cepat. Kematian
biasanya terjadi 2-3 hari setelah gejala klinis timbul.
Pasien dengan gejala demam < 9 hari dengan suhu > 38 derajat Celcius disertai gejala khas conjunctival
suffusion (radang pada konjungtiva), nyeri betis, jaundis/ikterik/kuning.
Penderita menjadi dehidrasi berat karena diare akut cair secara tiba-tiba (biasanya disertai muntah dan
mual), tinjanya cair seperti air cucian beras.
Didapatkan tiga atau lebih kasus/kematian dengan gejala sama di dalam satu kelompok masyarakat/ desa
dalam satu periode waktu yang sama (lebih kurang 7 hari), yang tidak dapat dimasukan ke dalam definisi
kasus penyakit yang lain.
Panas > 38C mendadak, sakit kepala, kaku kuduk, kadang disertai penurunan kesadaran dan muntah. Pada
anak < 1 tahun ubun-ubun besar cembung.
Setiap bayi lahir hidup umur 3-28 hari sulit menyusu/menetek, dan mulut mencucu dan disertai dengan
kejang rangsang.
Ditandai dengan kontraksi dan kekejangan otot mendadak, dan sebelumnya ada riwayat luka.
Penderita dengan gejala Demam 38C disertai batuk ATAU sakit tenggorokan
Demam 38 - 39C dalam 3-7 hari, nyeri telan, nafsu makan turun, muncul vesikel di rongga mulut dan atau
ruam di telapak tangan, kaki dan bokong. Biasanya terjadi pada anak dibawah 10 tahun.
Jumlah kunjungan pasien yang datang berobat dan terdaftar di fasilitas kesehatan (puskesmas atau pustu)
19
Lampiran 4
NILAI AMBANG BATAS PENYAKIT DALAM SISTEM
PENYAKIT
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
Diare Akut
Malaria Konfirmasi
Tersangka Demam Dengue
Pneumonia
Diare Berdarah ATAU Disentri
Tersangka Demam Tifoid
Sindrom Jaundis Akut
Tersangka Chikungunya
Tersangka Flu Burung pada Manusia
Tersangka Campak
Tersangka Difteri
Tersangka Pertussis
AFP (Lumpuh Layuh Mendadak)
Kasus Gigitan Hewan Penular Rabies
Tersangka Antraks
Tersangka Leptospirosis
Tersangka Kolera
Klaster Penyakit yang tidak lazim
Tersangka Meningitis/Ensefalitis
Tersangka Tetanus Neonatorum
Tersangka Tetanus
ILI (Influenza Like Illness)
Tersangka HFMD
Nilai Ambang
Peningkatan Kasus
Peningkatan Kasus
Peningkatan Kasus
Peningkatan Kasus
Peningkatan Kasus
Poisson
Poisson
Poisson
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
1 kasus
3 kasus
Poisson
1 kasus
1 kasus
Peningkatan Kasus
1 kasus
Keterangan:
-
20
Poisson adalah nilai ambang batas yang mengikuti distribusi diskrit yang mengestimasi
probabilitas munculnya suatu keluaran dalam suatu standar unit tertentu sebanyak x kali,
dimana rata-rata kemunculan keluaran tersebut per unitnya konstan sebesar l. Standar unit ini
dapat berupa interval waktu (menit, detik, hari, bulan, dan lain-lain) atau luas daerah tertentu.
Pada nilai ambang ini, angka kemaknaan sinyal kasus mengikuti nilai p < 0,05, artinya bila
kriteria kasus lebih kecil dari nilai ambang, maka nilai alert akan lebih bermakna.
Peningkatan Kasus adalah adanya peningkatan jumlah kasus lebih dari 1,5 kali dari periode
sebelumnya.
Lampiran 5
FORMAT PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI UMUM
Kabupaten/Kota :
Kecamatan
Desa
: ...........
: ...
: ..//.
Nama Petugas : .
21
Data Kasus
Nomor Usia
Kasus:
Alamat
Jenis
Kelamin
Tanggal
Onset
(dd/mm/YY)
Jenis
Terapi
Spesimen
yang
yang
diberikan
diambil
(*)
Kondisi
Sekarang
(**)
Diagnosis
* Jenis Spesimen yang diambil : D=darah , T= Tinja , LCS=Liquor serebro Spinal, U=Urine, L= Lainnya
(sebutkan )
**Kondisi Sekarang: S= Sakit, P= Pemulihan, M= Meninggal
Dari Kejadian Penyakit yang tak diketahui sebabnya atau tidak lazim di wilayah tersebut, beberapa
pertanyaan berikut dapat dijadikan acuan untuk pelacakan. Daftar pertanyaan dapat dikembangkan
sesuai kondisi di lapangan.
Pertanyaan:
A. Gambaran Klinis dan Definisi Kasus
1. Apa saja informasi dari gambaran klinis yang mengarah kepada suatu definisi kasus?
Tolong Jelaskan :
22
B. Epidemiologi
1. Uraikan dari golongan umur dan jenis kelamin apa yang ada dalam daftar kasus?
2. Apa gambaran distribusi geografis dari kasus dalam kelompok rumah, tempat kerja, tempat makan,
dan sumber air ?
2. Adakah kasus makanan yang dimakan bersama sudah dikumpulkan di tempat tersebut seperti
buah, sayur mayor, ikan, dan jamur?
5. Adakah pestisida yang digunakan dilokasi tersebut? Jika ada, pestisida apa dan untuk maksud apa
digunakan?
6. Adakah bahan kimia yang dilepaskan atau digunakan ? Apa nama bahan kimia yang digunakan?
23
Lampiran 6
FORMAT SISTEM MANAJEMEN RUMOR KLB
KEJADIAN
PENYAKIT
24
POPULASI
RISIKO
LOKASI
WAKTU KEJADIAN
TGL LAPORAN
DITERIMA
KRONOLOGIS
KEJADIAN
TGL MULAI
VERIFIKASI
STATUS:
1) DLM PROSES
VERIFIKASI
2) TELAH
VERIFIKASI
Lampiran 7
SURVEILANS TERPADU PENYAKIT BERBASIS KLB
PROVINSI
KAB/KOTA
No.
1
:
:
Jenis
Tempat
Penyakit Kejadian
2
TAHUN :
BULAN :
Tanggal Kejadian
Total
Jumlah
Mulai
Akhir
Diketahui
Ditanggulangi
0-7 hr
8-28 hr
<1
1-4
5-9
10-14
15-19
20-44
45-54
55-69
70+
Kasus
Meninggal
Populasi
Rentan
10
11
12
13
14
15
16
17
18
20
21
22
23
24
Keterangan
(hasil lab,data
khusus dsb)
25
...................................................
NIP.
25
Lampiran 8
MANAJEMEN SPESIMEN PENYAKIT KE LABORATORIUM
Menetapkan diagnosa penyakit menular adalah penting. Hasil laboratorium digunakan untuk:
Mendiagnosa suatu penyakit
Memantau hasil pengobatan
Memverifikasi penyebab (etiologi) dari suatu KLB yang dicurigai.
Spesimen-spesimen KLB harus dikumpulkan dan dikirim ke laboratorium dengan memperhatikan
persyaratan sebagai berikut :
Prosedur pengambilan dilakukan dengan cara yang benar dan aman (memperhatikan universal
precaution)
Spesimen disimpan di dalam wadah dan media transport yang sesuai.
Spesimen dijaga di dalam suatu cakupan temperatur yang spesifik dan dilakukan pengiriman ke
laboratorium sesegera mungkin.
Spesimen KLB yang tiba di laboratorium harus memenuhi syarat pengiriman yang baik dan benar dengan
memperhatikan stabilitas spesimen. Kondisi spesimen yang diterima oleh laboratorium sangat berpengaruh
terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Laboratorium harus dapat memastikan bahwa hasil pemeriksaan yang
dilakukan berkualitas dan dapat dipercaya.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hasil uji di laboratorium. Hasil pemeriksaan laboratorium
yang tidak berkualitas menyebabkan terjadinya kesulitan dalam menginterpretasikan hasil pemeriksaan.
Beberapa faktor penyebab ketidak tepatan hasil laboratorium antara lain:
Spesimen serum yang dikirim telah mengalami hemolisis
Spesimen yang telah diambil tidak segera dikirim ke laboratorium dan tidak disimpan pada suhu yang
dipersyaratkan (suhu dingin), hingga menyebabkan terjadinya pertumbuhan mikroorganisme secara
cepat.
Sarana penyimpanan tidak adekuat sehingga menyebabkan kelangsungan hidup organisme atau
antibodi menjadi berkurang.
Spesimen tidak dibiakan pada media dan reagen yang tepat.
Adanya kontaminasi dari lingkungan/wadah yang digunakan
Jika semua persyaratan dalam pengambilan, penyimpanan, pengiriman dan prosedur pemeriksaan
laboratorium telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman, maka hasil pemeriksaan laboratorium akan
dapat memberikan jawaban terhadap penyebab suatu KLB yang dicurigai. Jika ternyata hasil pemeriksaan
laboratorium negatif maka dapat dilakukan pengujian ulang untuk memastikan hasil diagnosis.
Tabel referensi pada halaman berikut ini adalah daftar tes laboratorium yang dianjurkan untuk konfirmasi
penyakit dan kondisinya. Tabel berikut berisi informasi tentang:
Jenis pemeriksaan laboratorium untuk menentukan suatu penyebab penyakit (KLB)
Jenis spesimen yang dikumpulkan
Waktu pengumpulan spesimen
Prosedur mempersiapkan, menyimpan dan mengirimkan spesimen ke laboratorium
Waktu yang dibutuhkan dalam pemeriksaan laboratorium
Sumber/referensi sebagai informasi tambahan
Tabel konfirmasi pemeriksaan laboratorium ini dapat digunakan sebagai acuan bagi petugas terkait, ketika
terjadi KLB atau penyakit lain yang dicurigai.
26
pedoman
Lampiran 9
TABEL TES DIAGNOSIS DAN MANAJEMEN SPESIMEN
BEBERAPA PENYAKIT DI LABORATORIUM
Suspek Penyakit/ Kondisi
Acute flaccid paralysis
(Suspected polio)
Tes Diagnostik
Isolasi virus polio
Spesimen
Stool (tinja)
Waktu Pengumpulan
Ambil sample dari setiap kasus
suspek AFP.
Ambil specimen pertama waktu
investigasi kasus.
Ambil specimen kedua pada
pasien yg sama 24 s/d 48 jam
kemudian.
REFERENCE:
WHO global action plan for
laboratory containment of wild
polio viruses. WHO/V&B/99.32,
Geneva, 1999
Kolera
Jika diinginkan,
mengkonfirmasikan identifikasi
dengan Inaba dan Ogawa antisera.
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Letakan tinja, masukan
kedalam container/wadah yg
tdk bocor, beri label secara
jelas.
Segera tempatkan dalam kulkas
atau coldbox tdk dignakan
untuk menyimpan vaksin atau
obat.
Kirim specimen, sampai di lab
polio dalam waktu kurang dari
72 jam.
Bila tertunda, spesimen tdk
terkirim dlm jangka 72 jam,
bekukan spesimen pada suhu
minus 20oC atau lebih dingin.
Kemudian kirim spesimen dgn
dry ice atau cold packs juga
beku pada suhu -20oC or lbh
dingin.
Letakan spesimen (tinja atau
rectal swab) di suatu kontainer
yang tahan bocor , bersih, dan
steril kirim ke laboratorium
dalam waktu 2 jam.
Jika penundaan diperkirakan
lebih dari 2 jam, letakan tinja
atau rektal swab ke dalam
medium transport Cary-Blair.
Jika medium pengangkut CaryBlair tidak tersedia, dan spesimen
tidak akan menjangkau
laboratorium dalam 2 jam maka:
Simpan pada suhu 4C - 8C
Jangan biarkan spesimen
mengering. Tambahkan sedikit
0,85% NaCl jika perlu.
Untuk pengiriman, transport
Hasil
Hasil tes awal umumnya tersedian
antara 14-28 hari setelah spesime
diterima lab.
Bila virus polio liar ditemukan,
maka program nasional segera
membuat rencana aksi yg tepat.
27
Tes Diagnostik
Spesimen
REFERENCE:
Laboratory Methods for the
Diagnosis of Epidemic Dysentery
and Cholera. CDC/WHO, 1999
CDC, Atlanta, GA, USA
Waktu Pengumpulan
ACUAN:
- Metoda-metoda Laboratorium
untuk Diagnosis dari Epidemic
Dysentery dan Cholera".
CDC/WHO, 1999
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Hasil
HIV
Serum
Untuk ELISA:
Ambil/kumpulkan 10 ml dari
darah vena.
Biarkan darah dalam tabung
selama 30 menit supaya terjadi
28
Tes Diagnostik
Spesimen
Waktu Pengumpulan
Malaria
Referensi:
Basic Laboratory Methods in
Medical Parasitology WHO,
Geneva, 1991
Campak
Hasil
penggumpalan, selanjutnya
darah di sentrifuse untuk
memisahkan serum dari sel
darah.
Secara aseptik tuangkan serum
ke dalam tabung bersekrup dan
steril.
Simpan Serum pada suhu 4oC
Kirim sampel serum
menggunakan pengemasan
yang sesuai untuk mencegah
kerusakan atau kebocoran.
REFERENCE:
Guidelines for Second Generation
HIV Surveillance, WHO and
UNAIDS, 2000
WHO/CDC/CSR/EDC/2000.5
Lepra
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Referensi:
WHO Guidelines for Epidemic
Preparedness and Response to
Measles Outbreaks
WHO/CDS/CSR/ISR/99.1
Darah
Biasanya diambil dari pembuluh
kapiler di jari.
Pada bayi/balita pengambilan
sampel darah dapat dilakukan
pada tungkai atau tempat lainnya
Serum
29
Tes Diagnostik
Spesimen
Waktu Pengumpulan
di fasilitas kesehatan.
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
pada kecepatan 2000 rpm
selama 10-20 menit dan
tuangkan serum ke dalam
tabung kaca yang bersih.
- Jika tidak ada centrifuge,
letakan sampel dalam lemari
pendingan semalam (4
sampai 6 jam) sampai terjadi
gumpalan dan pemisahan
serumi. Tuangkan serum
besoknya.
- Jika tidak ada centrifuge dan
tdk ada lemari es, biarkan
darah mengendap sedikitnya
60 menit (tanpa goncangan
atau sarana lain). Tuangkan
serum ke dalam suatu
tabung yang bersih.
Hasil
Hindari spesimen dari goncangan
sebelum serum dikumpulkan.
Untuk mencegah pertumbuhan
bakteri terlalu cepat, pastikan
bahwa serum itu dituangkan ke
dalam suatu tabung reaksi
gelas/kaca yang bersih. Tabung
tidak perlu steril tetapi bersih.
Angkut serum dalam satu
pengangkut vaksin tangan EPI
pada suhu 4-8 derajat celcius
untuk mencegah pertumbuhan
bakteri terlalu cepat (sampai
dengan 7 hari). Jika tidak
didinginkan, serum disimpan di
suatu tabung yang bersih dalam
waktu sedikitnya 3 hari.
Meningitis
REFERENSI:
Laboratory Methods for the
Diagnosis of Meningitis Caused by
Neisseria meningitis,
Streptococcus pneumoniae and
Haemophilus influenzae.
WHO document
WHO/CDS/EDC/99.7
WHO, Geneva
Swab nasopharing
30
Tes Diagnostik
Spesimen
Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Dinginkan dan kirim ke
laboratorium secepat mungkin.
PES
REFERENSI:
Plague Manual: Epidemiology,
Distribution, Surveillance and
Control. WHO/CDS/EDC/99.2
WHO, Geneva, 1999
Sexually transmitted
infections (STIs)
TB Paru:
(BTA positif)
Hasil
lemari es (4 derajat selsius) dan
dapat beratahan sampai dengan
dua tahun setelah persiapan. Di
dalam lemari es, fasa-cair berubah
seperti agar-agar hanya pada
suhu-kamar. botol-botol TI Yang
Tak Terpakai harus dijaga dengan
ketat tersegel. Jika ada setiap
warna berubah (menguning atau
pengabutan media cair) atau
pengeringan atau adanya
penyusutan jelas dan nyata dari
agar-agar merosot, medium itu
sebaiknya jangan digunakan.
Kultur hanya dikirim ke
laboratorium yang memiliki
kemampuan diagnostik Pes atau
WHO Collaborating Center untuk
Pes.
Hasil kultur akan tersedia
sedikitnya dalam 3 sampai 5 hari
kerja setelah diterima oleh
laboratorium.
Pengobatan antibiotik harus
diaktipkan sebelum kultur muncul
diperoleh.
Pasien Pes seroconvert kepada
antigen F1 Ypestis 7-10 hari
setelah serangan.
31
Tes Diagnostik
Spesimen
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Untuk ELISA:
atau
Untuk PCR:
REFERENSI:
Infection Control for Viral
Hemorrhagic Fevers in the African
Health Care Setting
WHO/EMC/ESR/98.2
Waktu Pengumpulan
Untuk immunohistochemistry:
spesimen Kulit atau jaringan/tisu
dari kasus-kasus fatal.
Hasil
Demam Kuning
Referensi:
District guidelines for Yellow
Fever Surveillance,
WHO/GPVI/EPI/98.09
Serum
32
Tes Diagnostik
Spesimen
Waktu Pengumpulan
Cara Penyiapan,
Penyimpanan dan
Pengiriman
Centrifuge pada 2000 rpm
untuk 10-20 menit dan
tuangkan serum ke dalam
suatu tabung kaca yang
bersih.
- Jika tanpa centrifuge, sampel
ditaruh dalam lemari es
semalam (4 sampai 6 jam)
sampai gumpal menarik
kembali. Tuangkan serum
besoknya.
Hasil
gelas/kaca yang bersih. Tabung
tidak perlu steril tetapi cukup
bersih.
Angkut serum dalam satu
pengangkut vaksin tangan EPI
pada suhu 4-8 derajat selsius
untuk mencegah pertumbuhan
bakteri terlalu cepat (sampai
dengan 7 hari). Jika tidak
didinginkan, serum disimpan di
suatu tabung yang bersih akan
baik untuk sedikitnya 3 hari.
33
Lampiran 10
BUKU CATATAN LABORATORIUM (LOG BOOK)
Nomer
Identitas
34
Tanggal
Pengambilan
Jam
Jenis
spesimen
Nama
Pasien
Jenis
Kelamin
Umur
Alamat
Tanggal
Pengiriman
Jam
Petugas
Pengambil
Diagnosis
sementara
Lampiran 11
LEMBARAN RUJUKAN SPESIMEN
Format Permintaan Pemeriksaan Spesimen KLB
Nama & Alamat Pengirim
(RS/Puskesmas):
Dokter/ Pemeriksa:
Alamat Pasien:
Umur:
Jenis Kelamin:
Jenis Spesimen:
35
Lampiran 12
Tersangka Kolera
Tersangka Flu Burung pada Manusia
Tersangka Flu Burung pada Unggas
AFP (Lumpuh Layuh Akut)
Tersangka Difteri
Meningitis/Encefalitis
Tetanus Neonatorum
Keracunan Makanan
Tersangka Antraks
Gigitan Hewan Penular Rabies
Kluster Penyakit yang Tidak Diketahui
DR._____________
TELEPON:__________________
Jika Telepon Tidak Dapat Dihubungi , Anda dapat menghubungi Telepon Kantor
Dinas Kesehatan pada Bagian Seksi Surveilans
Ingat masing-masing kasus diatas sangat penting untuk segera dilakukan
penatalaksanaan kasusnya
36
Lampiran 13
1.
2.
3.
4.
Jumlah Kasus
Jumlah Kematian
Jumlah Kasus Yang Dirawat Di Rumah Sakit
Identifikasi Kasus Berdasarkan Orang, Tempat, Dan
Waktu Kejadian
5. Kapan Waktu Awal Kejadian
6. Identifikasi Gejala Utama Yang Timbul
7. Langkah-Langkah Yang Telah Dilakukan
8. Spesimen Apa Yang Telah Diambil Dan Dikirim Ke
Laboratorium
9. Sumber Informasi
10. Mobilisasi Tim Gerak Cepat
TELEPON:..
37
Lampiran 14
TELEPON : 021 - .
38
FAX
: 021 - ....
: skd_klb@yahoo.com
ewars.pusat@gmail.com