Anda di halaman 1dari 93

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diberlakukannya otonomi khusus di Papua sejak tahun 2002, dalam

bidang kesehatan memberikan tantangan yang besar dalam peningkatan

Sumber Daya Manusia untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Papua memiliki kebutuhan yang mendesak untuk meningkatkan kapasitasnya

dalam mengentaskan masalah kesehatan. Salah satu masalah terpenting yaitu

dibutuhkannya tenaga kesehatan yang handal dan profesional dalam

memahami konsep epidemiologi dan mampu menerapkannya dalam praktek

lapangan di dunia Kerja.

Dalam menjawab tantangan akan kebutuhan tenaga kesehatan di Propinsi

Papua, banyak lembaga pendidikan yang telah memberikan kontribusi dalam

mencetak tenaga kesehatan. Salah satu diantaranya adalah Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Cenderawasih yang terbentuk pada Tahun 2005 dan

lulusannya telah tersebar diseluruh Propinsi Papua dan Papua Barat.

Magang adalah kegiatan mandiri mahasiswa yang dilaksanakan diluar

kampus untuk mendapatkan pengalaman kerja praktis yang sesuai dengan

bidang peminatannya melalui metode observasi dan partisipasi. Kegiatan

magang dilaksanakan sesuai dengan formasi struktural dan fungsional pada

instansi tempat magang baik pada lembaga pemerintah , swadaya masyarakat

(LSM) maupun perusahaan swasta atau lembaga lain yang relevan.

Laporan Magang Simkarkesma 1


Kurikulum program magang bagi mahasiswa FKM adalah memberikan

bekal pengalaman dan ketrampilan kerja praktis, penyesuaian sikap di dunia

kerja sebelum mahasiswa dilepas di dunia kerja dan sebelum mahasiswa

dilepas untuk bekerja sendiri. Program magang ini dirancang untuk

meningkatkan kompetensi mahasiswa, sehingga dengan bekal yang sudah

didapatkan para mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat, diharapkan juga

menguasai teori dan dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya untuk

kegiatan yang bersifat produktif dan mengabdi kepada Masyarakat, Bangsa dan

Negara.

B. Tujuan Magang

1. Tujuan Umum

Untuk memperoleh pengalaman ketrampilan, penyesuaian sikap dan

penghayatan pengetahuan di dunia kerja dalam rangka memperkaya

pengetahuan dan ketrampilan dalam bidang ilmu kesehatan masyarakat,

serta melatih kemampuan bekerja sama dengan baik sebagai satu tim,

sehingga diperoleh manfaat bersama baik bagi peserta magang maupun

instansi tempat magang.

2. Tujuan Khusus (Kompetensi Peminatan Epidemiologi):

a) KEMENKES RI (Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Dan

Penyehatan Lingkungan /P2PL) Jakarta : dijelaskan sesuai dengan 5

direktorat yang ada di P2PL pada saat kegiatan magang.

1) Mampu melakukan penyelidikan dan penanggulangan KLB &

Wabah

Laporan Magang Simkarkesma 2


2) Mampu melakukan pemantauan penyakit yang bersumber dari

binatang

3) Mampu melakukan pemantauan penyakit berbasis lingkungan

4) Mampu melakukan pemantauan penyaki yang ditularkan

melalui media Air, udara dan Tanah

5) Mengetahui Struktur Organisasi Bidang Pencegahan Dan

penanggulangan Penyakit Dari Tingkat Pusat sampai Daerah

6) Mengetahui Program Perencanaan Penyakit Berbasis

Epidemiologi

b) Kompetensi di Puskesmas:

1) Mengetahui Struktur Organisasi Puskesmas

2) Mengetahui tugas dan fungsi pada unit pencegahan dan

pemberantasan penyakit di Puskesmas antara lain:

a. Mendapatkan informasi tentang Trend penyakit di

Puskesmas

b. Mendapatkan informasi tentang pola penyebaran penyakit

atau kasus menurut Orang, Waktu dan Tempat

c. Mendapatkan informasi tentang tahapan tahapan

Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dalam upaya

preventif (pencegahan penyakit)

d. Mengetahui Sistem Surveilens Data di Puskesmas

c) Kompetensi di Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta:

1) Mengetahui struktur organisasi Dinas Kesehatan Propinsi DKI

Jakarta

Laporan Magang Simkarkesma 3


2) Mengetahui struktur organisasi Bidang pencegahan dan di

tingkat Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

3) Mengetahui tugas dan fungsi pada unit pencegahan dan

pemberantasan penyakit menular,tidak menular, penyakit

berpotensi wabah di Dinas Kesehatan DKI Jakarta

4) Mengetahui sistem surveilens data di Dinas Kesehatan Propinsi

DKI Jakarta.

C. Manfaat

1. Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat memperoleh pelajaran praktis serta membandingkan

ilmu yang di peroleh dari bangku perkuliahan dengan dunia kerja yang

sesungguhnya. Dengan demikian dapat mempersiapkan diri dalam

menghadapi kompetisi dunia kerja.

2. Bagi Perguruan Tinggi

Perguruan tinggi dalam hal ini Fakultas Kesehatan Masyarakat dapat

menambah khasana dunia kerja serta ilmu baru melalui informasi yang di

peroleh dilokasi magang, sehingga dapat menyesuaikan kompetensi

perkuliahan sesuai dengan tuntutan dunia kerja yang pada akirnya akan

menghasilkan lulusan yang lebih kompetitif.

3. Bagi Tempat Magang

Tempat magang memperoleh bantuan tenaga pegawai yang memiliki

idealisme dan penuh dengan ilmu-ilmu segar yang belum lama dipelajari

dari bangku perkuliahan.

Laporan Magang Simkarkesma 4


BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG

A. Lokasi Magang

1. Direktorat Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Jl. Percetakan Negara No. 29 Jakarta 10560

2. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Jl.Kesehatan No. 10 Jakarta Pusat 10160

3. Puskesmas Cempaka Putih

Jl. Rawasari selatan No 1, Kelurahan Rawasari Kecamatan Cempaka Putih

Jakarta Pusat. Batas Wilayah :

 Utara : Jl. Let. Jend Suprapto (Kec. kemayoran)

 Barat : Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kec. Johar Baru)

 Selatan : Jl. Pramuka (Kec. Matraman)

 Timur : Jl. Jend. A. Yani (Kec. Pulogadung)

B. Waktu Pelaksanaan Magang

Waktu pelaksanaan magang dari tanggal 26 Januari-13 Februari 2015

C. Struktur organisasi tempat magang

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 1575 tahun 2005 No

439 tahun 2009 No 1144/Menkes/Per/VIII/2010, Direktorat Jenderal PP&PL

bertanggung jawab kepada Menteri Kesehatan. Bagan Struktur Organisasi

Ditjen PP&PL sesuai SK Menkes 1575/2005dan SK Menkes 439/2009 dapat

dilihat pada Gambar1.1 berikut ini:

Laporan Magang Simkarkesma 5


Direktur Jendral
dr. H.M.Subuh,
MPPM

Sesditjen
dr. Desak Made
Wismarin, MKM

Bagian Program Bagian Bagian Bagian Hukum


dan Informasi Kepegawaian Keuangan Organisasi dan
dan Umum Hubungan
Masyarakaat

Direktorat Surveilans Direktorat Pengendalian Direktorat Direktorat Direktorat


Imunisasi, Karantina Penyakit Menular Pengendalian Pengendalian Penyehatan
dan Kesehatan Matra Langsung D. Bersumber
Penyakit Penyakit Tidak Lingkungan
Binatang Menular
dr. Wiendra dr. Andi Muhadir. MPH dr. Sigit Priohutomo, Dr. Ekowati drh. Wilfried Purba
Woworuntu, M.Kes
E. MPH Rahajeng, SKM. MM. M.Kes
M.Kes

Sub Direktorat Sub Direktorat


Sub Direktorat Sub Direktorat Sub Direktorat Pengendalian Penyehatan Air
Surveilans dan Pengendalian Pengendalian Penyakit Jantung dan Sanitasi
Respons Kejadian Tuberkulosis Malaria dan Pembuluh Dasar
Luar Biasa Darah
Sub Direktorat
Sub Direktorat Sub Direktorat Sub Direktorat Penyehatan
Sub Direktorat
Imunisasi Pengendalian Pengendalian Pemukimana dan
Pengendalian
AIDS dan PMS Penyakit Tempat-tempat
Arbovirosis
Diabetes Melitus Umum
dan Penyakit
Metabolik
Sub Direktorat Sub Direktorat Sub Direktorat Sub Direktorat
Karantina Saluran Pengendalian Penyehatan
Kesehatan dan Pernafasan Akut Zoonosis Sub Direktorat Kawasan Sanitasi
Kesehatan Pengendalian Darurat
Pelabuhan Penyakit Kanker

Sub Direktorat Sub Direktorat Sub direktorat


Sub Direktorat Pengendalian Pengendalian Sub Direktorat Hygiene dan
Kesehatan Matra Diare dan Infeksi Filariasis dan Sanitasi
Pengendalian
Saluran Schistosomiasis Makanan dan
Penyakit Kronis
Pencernaan Bahan Pangan
dan Degeneratif
Lainnya
Kelompok Jabatan Sub Direktorat Sub Direktorat
Fungsional Pengendalian Pengendalian Sub Direktorat Sub Direktorat
Kusta dan Vektor Gangguan Akibat Pengawasan
Frambusia Kecelakaan dan Limbah Udara
Cedera dan Radiasi
Kelompok Kelompok
Jabatan Jabatan
Fungsional Fungsional Kelompok Kelompok
Jabatan Jabatan
Fungsional Fungsional

Gambar 2.1

Bagan Struktur Organisasi Ditjen PP dan PL

(1144/MENKES/PER/VIII/2010)

Laporan Magang Simkarkesma 6


D. Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, dan Kesehatan Matra

a. Latar belakang

Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud.

Pembangunan kesehatan dilaksankan melalui peningkatan upaya kesehatan,

sumber daya manusia kesehatan, manajemen dan informasi kesehatan, dan

lain sebagainya.

Pada tahun 2013, Dit.Simkarkesma telah melaksankan berbagai hal

dalam rangka mendukung hal tersebut di atas. Selama kurun waktu rencana

pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN) tahun 2010-2014,

Dit.Simkarkesma telah mencapai keberhasilan kegiatan dalam mendukung

tercapainya target indikator Renstra Simkarkesma, yaitu:

1) Presentase bayi usia 0-11 bulan yang mencapai imunisasi dasar

lengkap;

2) Presentase desa yang mencapai UCI;

3) Presentase factor risiko potensial PHEIC yg terdeteksi dipintu

masuk Negara;

4) Presentase penanggulangan KLB > 24 jam;

5) Presentase pelaksanaan penangulangan factor resiko dan pelayanan

kesehatan pada kondisi matra.

Laporan Magang Simkarkesma 7


b. Tujuan

Tujuan umum:

Terinformasinya semua data keberhasilan pelaksaaan kegiatan Dit.

Simkarkesma yang mendukung tercapainya target indicator nasional

Simkarkesma dalam Renstra.

Tujuan khusus:

a. Terinformasikan data keberhasilan kegiatan Simkarkesma yang

dilakukan dalam mendukung indicator Survailans dan Respons KLB,

Imunisasi, Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan, serta

Kesehatan Matra

b. Terinformasikan capaian target indicator Renstra Simkarkesma

c. Dasar Hukum

a. Undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

b. Undang-undang nomor 25 tahun 2004 tentang system perencanaan

pembagunan nasional

c. Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan Negara

d. Peraturan pemerintah nomor 39 tahun 2006 tentang tata cara

pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan

e. Peraturan mentri keungan nomor 249 tahun 2001 tetang pengukuran

dan evaluasi atas pelaksanaan RKA-AL

f. Permenkes 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang organisasi dan

tatakerja kementrian kesehatan

Laporan Magang Simkarkesma 8


d. Lingkup Tugas Dit. Simkarkesma

Dit. Simkarkesma memiliki ruang lingkup tugas yang meliputi

suvailans dan respon kejadian luar biasa (KLB), imunisasi, karantina

kesehatan dan kesehatan pelabuhan, serta kesehatan matra.

Sub Direktorat Survailans dan Respon KLB memfasilitasi penyediaan

informasi dan analisis survailans khususnya penyakit potensi wabah yang

menjadi dasar untuk pelaksaaan respon; Sub Direktorat imunisasi

memfasilitasi pelaksaaan program imunisasi dasar ; Sub Direktorat

karantina kesehatan dan kesehatan pelabuhan memfasilitasi kegiatan cegah

tangkal penyakit-penyakit yang menjadi perhatian internasional, serta

seluruh kegiatan pendukung khususnya diwilayah pelabuhan, bandara dan

lintas batas ; Sub Direktorat kesehatan matra memfasilitasi upaya

penangulkangan masalah kesehtan masyarakat yang terjadi pada lingkungan

matra akibat perjalanan (travel health), berkumpul missal (mass gathering)

atau pengungsian (refugees/IDP’s).

Laporan Magang Simkarkesma 9


e. Stuktur organisasi Dit. Simkarkesma

DIREKTUR
dr. Desak Made Wismarini, MKM

SUB BAG TU
Cipto Aris Purnomo,
SKM, MKM

SUB DIT SURVAILANS & RKLB SUB DIT IMUNISASI SUB DIT KARSELPEL SUB DIT IMUNISASI
dr. Ratna Budi Hapsari, MKMA dr. T Sandra Dian Ratih, MHA dr. Zamhir Setiawan, M.Epid dr. Jefri Sitorus, M.Kes

SIE STANDARISASI SIE STANDARISASI SIE STANDARISASI SIE STANDARISASI


dr. Irawati Panca Dr. Yuliandi, M.kes Ikron, SKM,MKM Kuncahyo, SKM, MA

SIE BIMB & EVALUASI SIE BIMB & EVALUASI SIE BIMB & EVALUASI
SIE BIMB & EVALUASI
Tulus Riyanto, SKM, M.Sc Syamsu Alam, SKM, Dwi Mazanova, SKM, M.kes
dr. Sulitya Widada
M.Epid

JABATAN FUNGSIONAL
Epidemolog, Sanitarian,
Entomolog

Gambar 2.2

Bagan Struktur Organisasi Dit. Simkarkesma

Laporan Magang Simkarkesma 10


BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Surveilans dan Respon KLB

Surveilans epidemiologi merupakan salah satu program bidang kesehatan

yang sangat strategis karena Surveilans Epidemiologi sebagai salah satu alat

manajemen program kesehatan yang dapat dijadikan sebagai dasar

pengambilan keputusan dengan berdasarkan bukti (Evidence Based Desicion),

sehingga program dapat lebih terarah dan tepat sasaran sesuai dengan

kebutuhan.

Sesuai dengan kepmenkes no. 1116 tahun 2003 tentang pedoman

penyelenggaraan surveilans epidemiologi kesehatan maka lingkup surveilans

epidemiologi mencakup:

1. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular.

2. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular.

3. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku.

4. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan.

5. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

1. Tujuan

Terwujudnya manajemen kesehatan berbasis data surveilans yang cepat,

tepat dan akurat.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatkan kinerja Surveilans Integrasi AFP, Campak, dan TN.

b. Meningkatkan kinerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP).

Laporan Magang Simkarkesma 11


c. Meningkatkan kinerja Sistem Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa

dan PenanggulanganKLB.

d. Mengembangkan sistem surveilans khusus dan penyakit prioritas.

e. Mengembangkan jejaring kerja (networking) Surveilans Epidemiologi

baik vertikal maupun horizontal.

f. Meningkatkan Sumber Daya Manusia.

3. Cakupan Kegiatan

a. Surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis = Lumpuh Layu Akut)

Surveilans AFP dilaksanakan dalam dua hal, surveilans

berbasis masyarakat maupun surveilans berbasis rumah sakit. Dalam

hal ini, ada dua indikator utama kinerja surveilans AFP sesuai

dengan standar seritifikasi, yaitu:

Non polio AFP rate minimal 2/100.000 populasi anak usia <15

tahun.

Gambar 3.1

Pencapaian Non Polio AFP Rate Per 100.000 Anak Usia <15

Tahun Menurut Provinsi Tahun 2013

Laporan Magang Simkarkesma 12


Non polio AFP adalah kasus lumpuh layu akut yang diduga

kasus polio sampai dibuktikan dengan pemerikasaan labortorium

bukan kasus Polio. Secara nasional, Non polio AFPrate pada tahun

2013 telah memenuhi target, yaitu 2, 41/100.000 populasi anak usia

<15 tahun. Namun 1 provinsi yang belum mencapai target yaitu

provinsi Sulawesi Barat.

 Persentase spesimen adekuat minimal.

Gambar 3.2

Pencapaian Spesimen Adekuat Menurut Provinsi Tahun 2013

Pada tahun 2013, cakupan indikator spesimen adekuat secara

nasional telah mencapai target yaitu 87,6%. Ada 1 provinsi yang

mencapai 100%, yaitu Papua Barat. Namun, ada 8 provinsi dengan

spesimen adekuat yang masih berada di bawah target (Bengkulu,

Jambi, DKI Jakarta, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, NTT, Papua,

Bangka Belitung).

Laporan Magang Simkarkesma 13


b. Surveilans Campak

Tahun 2013, kasus campak yang rutin dilaporkan sebesar

11.521 kasus. Kasus campak rutin terbanyak dilaporkan dari provinsi

Banten (1.910 kasus), Jakarta (1.362 kasus), dan Jawa Timur (1.134

kasus). Dari seluruh kasus campak rutin tersebut, ada 2 kasus

meninggal, yang dilaporkan dari provinsi Aceh (1 kasus) dan

provinsi Maluku Utara (1 kasus).

Gambar 3.3

Distribusi Kasus Campak Rutin Di Indonesia Tahun 2013

KLB campak yang terjadi di Indonesia pada tahun 2013

sebesar 128 kejadian, dengan jumlah kasus sebanyak 1.677 kasus.

Berdasarkan hasil konfirmasi laboratorium, sebagian besar kasus

pada KLB adalah positif campak. Pada tahun 2013, jumlah

konfirmasi kasus campak lebih besar (73 kasus) dibandingkan

dengan kasus rubella (27 kasus). Sebagian besar kasus campak

menyerang anak-anak usia pra sekolah dan usia SD. Selama periode

4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada kelompok umur 5-9

Laporan Magang Simkarkesma 14


tahun, kemudian kelompok umur yang lebih muda (1-4 tahun). Pada

golongan umur 10-14 tahun, kasus campak cenderung meningkat

setiap tahunnya. Hal ini disebabkan karena telah terjadi akumulasi

kelompok yang rentan terkena campak dari tahun ke tahun.

c. Surveilans Tetanus Neonatorum

Hasil validasi Eliminasi Tetanus Maternal-Neonatal (Maternal

Neonatal Tetanus Elimination/ MNTE) tahun 2011 menyimpulkan

bahwa regional Jawa-Bali, Sumatera, dan Kalimantan-Sulawesi-

Nusa Tenggara telah mencapai eliminasi Tetanus Neonatal dan

Maternal. Untuk regional 4 (Maluku-Papua), belum dilaksanakan

validasi MNTE sehingga belum mendapatkan status eliminasi

tersebut.

Pada tahun 2013, kasus Tetanus Neonatorum (TN) di

Indonesia dilaporkan sebanyak 78 kasus yang tersebar di 14

provinsi. Adapun jumlah meninggal akibat TN tersebut sebanyak 42

kasus. kasus TN paling banyak terjadi di provinsi Banten (24 kasus)

dan Jawa Timur (19 kasus).

Gambar 3.4

Distribusi Kasus Tetanus Neonatorum Per Provinsi Tahun 2013

Laporan Magang Simkarkesma 15


d. Surveilans Difteri

Jumlah kasus difteri pada tahun 2013 sebanyak 775 kasus,

dengan jumlah kasus meninggal sebanyak 36 kasus. Dari 10 provinsi

yang melaporkan adanya kasus difteri, kasus tertinggi terjadi di Jawa

Timur (610 kasus), diikuti oleh Kalimantan Barat (28 kasus) dan

Banten (20 kasus).

Gambar 3.5

Sebaran Kasus Difteri Menurut Provinsi Tahun 2013

e. Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)

Penanggulangan KLB <24 jam merupakan salah satu indikator

kinerja dalam Renstra Kementrian Kesehatan yang ditargetkan

tercapai 100% pada tahun 2014. Target ini ditetapkan secara

bertahap mulai tahun 2009 hingga 2014. Tahun 2013, capaian

indikator penanggulangan KLB <24 jam sebesar 90,35%, melebihi

target yang ditetapkan sebesar 90%.

Laporan Magang Simkarkesma 16


1) Frekuensi Kejadian Luar Biasa (KLB)

Berdasarkan data sampai dengan 31 Maret 2013,

kelengkapan laporan sebesar 82,8%, KLB yang dilaporkan

sebanyak 1.673 kejadian diseluruh Indonesia. Pada tahun 2013,

frekuensi KLB tertinggi terjadi di Jawa Timur (733 kejadian),

kemudian diikuti Banten (225) kejadian) dan Jawa Tengah (91

kejadian). Tingginya KLB di Jawa Timur tersebut sebagian besar

adalah KLB Difteri.

Gambar 3.6

Frekuensi KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2013

Pada tahun 2013, penyakit terbanyak penyebab KLB di

beberapa provinsi di Indonesia, didominasi penyakit-penyakit

endemis. Difteri merupakan KLB yang paling banyak terjadi

dengan frekuensi KLB 556 kali, kemudian diikuti dengan DBD

(264 kali), keracunan pangan (233 kali) dan Chikungunya (160

kali).

Laporan Magang Simkarkesma 17


Grafik 3.1

Frekuensi KLB berdasarkan jenis penyakit tahun 2013

2) Respon Penanggulangan KLB <24 Jam

Beberapa daerah di Indonesia saat ini masih mengalami

KLB. Dari semua KLB yang terjadi, 90,35% direspon kurang dari

24 jam. Tahun 2014 target KLB yang direspon kurang dari 24 jam

adalah 90%. Beberapa wilayah masih terlambat dalam merespon

KLB, sehinggga penanggulangan KLB lebih dari 24 jam. Hal ini

dikarenakan KLB terlambat diketahui dan lokasi KLB yang sulit

dijangkau serta jauh dari fasilitas kesehatan.

Grafik 3.2

Persentase Respon KLB Berdasarkan Provinsi Tahun 2013

Laporan Magang Simkarkesma 18


Dari grafik di atas terdapat 7 provinsi yang berhasil

merespon kurang dari 24 jam dari seluruh KLB yang terjadi, yaitu

provinsi DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat,

NTB, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, dan Papua, sedangkan

di beberapa provinsi lain angkanya masih bervariasi. Provinsi

yang respon KLB nya kurang dari 24 jam masih di bawah 60%

adalah Bangka Belitung, Kalimantan Selatan, dan Gorontalo.

Sedangkan provinsi lainnya memiliki respon kurang dari 24 jam

berkisar antara 60-90%.

Grafik 3.3

Persentase respon KLB berdasarkan jenis penyakit tahun 2013

Grafik di atas menggambarkan persentase respon KLB

berdasarkan 10 jenis penyakit/kejadian terbesar. Dari 10 jenis

KLB tersebut, respon kurang dari 24 jam tertinggi adalah

keracunan pangan dari 233 kejadian, hanya 1 dari kejadian yang

respon kurang dari 24 jam masih di bawah 80% adalah

chikungunya dan malaria. Sementara penyakit lainnya lebih dari

80% direspon kurang dari 24 jam.

Laporan Magang Simkarkesma 19


3) Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR) KLB

Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons KLB merupakan

salah satu perangkat dalam surveilans untuk mengetahui secara

diniadanya sinyal peringatan/ancaman penyakit menular potensial

KLB. Data yang dihimpun adalah data PWS mingguan/W2 yang

berasal dari pustu dan puskesmas. Sejak 2009-2013 secara

nasional, SKDR berjalan di 24 provinsi, 377 kabupaten/kota dan

7529 puskesmas dengan rincian seperti tabel di bawah ini.

Tabel 3.1

Jumlah Provinsi Yang Telah Melaksanakan SKDR Sampai

Tahun 2013

Laporan Magang Simkarkesma 20


Secara nasional kelengkapan laporan SKDR dari

puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota kumulatif sampai

minggu ke 52 belum mencapai target 80% namun ada 8 provinsi

yang melebihi target di atas 80%. Kelengkapan laporan secara

nasional sebesar 68% menggambarkan bahwa bila terjadi KLB di

Indonesia maka 32% tidak terdeteksi.

Grafik 3.4

Kelengkapan dan Ketepatan Laporan SKDR Tahun 2013

4. Web Asean Plus3

Pertukaran informasi epidemiologi dan surveilans penyakit

antara Negara-negara ASEAN beserta, China, Jepang, dan Korea

sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian

penyakit di kawasan ini. Sehingga diluncurkanlah situs bersama

yaitu www.aseanplus3-eid.info di Jakarta untuk mendeteksi

informasi tentang penyakit infeksi.Situs tersebut berisi informasi

mengenai kebijakan, pengelolaan program, hasil riset

Laporan Magang Simkarkesma 21


epidemiologi dan surveilans penyakit menular di Negara-negara

ASEAN plus3.

Sesuai dengan kesepakatan di Bali, maka ditetapkan:

Thailand sebagai koordinator kegiatan pengembangan surveilans

epidemiologi, Malaysia sebagai koordinator pengembangan

laboratorium, dan pengembangan jejaring (networking)

dikoordinir pemerintah Indonesia.

Adapun anggota dari ASEAN plus3 sebagai berikut:

Indonesia, Malaysia, Thailand, Singapore, Philipina, Vietnam,

Myanmar, Brunei Darussalam, Kamboja dan Laos ditambah

Jepang, China dan Korea Selatan.

Gambar 3.7

Web ASEAN Plus3

B. Imunisasi

Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum perlu

diwujudkan sesuai dengan cita-cita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud

dalam UUD 1945 melalui Pembangunan Nasional yang berkesinambungan

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Laporan Magang Simkarkesma 22


Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit

degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena

penyebarannya tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi

merupakan salah satu tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah

lain yang terbukti sangat cost effective. Dengan imunisasi penyakit cacar telah

berhasil dibasmi, dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar pada

tahun 1974.

Menurut Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009, imunisasi

merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya penyakit menular yang

merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementrian Kesehatan sebagai salah

satu bentuk nyata komitmen pemerintah untuk mencapai Millennium

Development Goals (MDGs) khususnya untuk menurunkan angka kematian

pada anak.

1. TUJUAN DAN SASARAN IMUNISASI

a) Tujuan umum

Secara umum tujuan imunisasi adalah menurunkan angka

kesakitan, kematian serta kecacatan akibat Penyakit yang Dapat

Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I).

b) Tujuan Khusus

1. Tercapainya target Universal Child Immunization (UCI) yaitu

cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi

di 100% desa/kelurahan pada tahun 2014.

Laporan Magang Simkarkesma 23


2. Peresmian Vaksin Pentavalen (HB-DPT-Hib) pada tahun 2014,

untuk seluruh anak Indonesia.

3. Penyakit Meningitis meningokokus tertentu pada calon jemaah

haji.

4. Memberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan

perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning.

5. Menurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular

Rabies.

c) Strategi

1. Memberikan akses (pelayanan) kepada masyarakat dan swasta.

2. Membangun kemitraan dan jenjang kerja.

3. Menjamin ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai

vaksin dan alat suntik.

4. Penerapan sistem pemantauan wilayah setempat (PWS) untuk

menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan.

5. Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga

profesional/terlatih.

6. Pelaksanaan sesuai dengan standard

7. Memanfaatkan perkembangan methoda dan teknologi yang lebih

efektif berkualitas dan efisien.

8. Meningkatkan advokasi, fasilitas dan pembinaan.

Laporan Magang Simkarkesma 24


d) Pokok-pokok kegiatan

1. Imunisasi rutin :

a. Adalah kegiatan imunisasi yang secara rutin dan terus

menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah

ditentukan.

b. Berdasarkan kelompok usia sasaran, imunisasi rutin, dibagi

menjadi : rutin bayi, wanita usia subur, dan anak sekolah.

2. Imunisasi tambahan

Kegiatan imunisasi yang dilakukan atas dasar ditemukannya

masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Kegiatan ini

sifatnya tidak rutin,membutuhkan kegiatan khusus dan

kegiatannya dilaksanakan pada suatu periode tertentu. Yang

dimaksud dalam kegiatan imunisasi tanbahan adalah :

a. Backlog fighting – adalah upaya aktif melengkapi imunisasi

dasar pada anak yang berumur 1-3 tahun. Sasaran prioritas

adalah desa/kelurahan yang selama 2 tahun berturut-turut

tidak mencapai desa UCI

b. Crash program – ditujukan untuk wilayah yang

memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah

terjadinya KLB. Kriteria pemilihan lokasi adalah : 1. Angka

kematian bayi tinggi dan angka PD3I tinggi; 2.

Infrastruktur (tenaga, sarana, dana kurang); 3. Desa yang

selama 3 tahun berturut-turut tidak mencapai target UCI.

Laporan Magang Simkarkesma 25


3. Imunisasi dalam penanganan KLB (Outbreak Response

Imunization/ORI)

4. Kegiatan imunisasi khusus

a. Pekan Imunisasi Nasional (PIN)

b. Sub Pekan Imunisasi nasional

c. Cacth-up campaign campak

2. VAKSIN

Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari kuman,

komponen kuman (bakteri, virus, atau riketsia), atau racun kuman (toxoid)

yang telah dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan kekebalan

spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

a. Jenis – jenis vaksin

1) Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerine), untuk pemberian

kekebalan aktif terhadap tuberkulosa.

2) Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus), untuk pemberian

kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

3) Vaksin TT (Tetanus Toksoid) untuk pemberian kekebalan aktif

terhadap tetanus.

4) Vaksin DT (difteri dan Tetanus), untuk pemberian kekebalan

simultan terhadap difteri dan tetanus.

5) Vaksin Polio (Oral Polio Vaccine), untuk pemberian kekebalan

aktif terhadap poliomyelitis.

6) Vaksin campak, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

penyakit campak.

Laporan Magang Simkarkesma 26


7) Vaksin Hepatitis B, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

8) Vaksin DPT/HB, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

penyakit difteri, tetanus, pertusis dan hepatitis B.

b. Jadwal Pemberian Imunisasi

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada Bayi

Jadwal Pemberian Imunisasi Pada WUS

Laporan Magang Simkarkesma 27


Jadwal Pemberian Imunisasi Anak SD & Yang Sederajat

c. Kerusakan vaksin

Vaksin Sensitif Beku

Vaksin Sensitif Panas

Laporan Magang Simkarkesma 28


d. Alat Pemantau Suhu Untuk Mengetahui Kondisi Vaksin Vaccine

Vial Monitor (VVM)

1) VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas, fungsi : untuk

memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam

penyimpanan.

2) VVM ditempelkan pada setiap vial vaksin.

3) Mempunyai bentuk lingkaran dengan bentuk segi empat pada

bagian dalamnya.

4) Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7mm).

5) VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik untuk tiap

jenis vaksin.

6) Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri.

Termometer Muller

1) Suatu alat pengukur suhu tanpa menggunakan sensor

pengukur.

2) Dimasukkan kedalam lemari es atau freezer, digunakan untuk

memantau suhu selama pengiriman vaksin atau pada saat

penyimpanan.

Freeze Watch

1) Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0ᴼC

2) Alat ini menggunakan cairan berwarna biru sebagai indikator,

bila freeze watch terpapar suhu dibawah 0ᴼC maka latar

belakang putih yang ada berubah menjadi biru, kadaluarsa

adalah 5 tahun dari tahun produksi.

Laporan Magang Simkarkesma 29


Freeze Tag

1) Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0ᴼC

2) Digerakkan dengan baterai 1,5 volt yang dapat bertahan

selama 3 tahun, menggunakan sistem elektronik dengan

menampilkan tanda rumput (√) atau siang (x).

3) Bila tanda rumput pada monitor berubah menjadi tanda silang

hal ini menandakan bahwa sudah terpapar pada suhu dibawah

0ᴼC selama lebih dari 1 jam.

e. Cara Pemeriksaan Vaksin

UJI KOCOK (shack test)

Dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka beku masih

layak digunakan atau tidak.

Cara melakukan uji kocok:

1) Pilih satu contoh dari tiap tipe dan batch vaksin yang dicurigai

pernah beku, utamakan dengan evaporator dan bagian lemari es

yang paling dingin. Beri label “Tersangka Beku”. Bandingkan

dengan vaksin dari tipe dan batch yang sama yang sengaja

dibekukan hingga beku padat seluruhnya dan beri label

“Dibekukan”.

2) Biarkan contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” sampai

mencair seluruhnya.

3) Kocok contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku” secara

bersamaan.

Laporan Magang Simkarkesma 30


4) Amati contoh “Dibekukan” dan vaksin “Tersangka Beku”

bersebelahan untuk membandingkan waktu Pengendapan

(umumnya 5-30 menit)

5) Bila terjadi:

a. Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih lambat dari

contoh “Dibekukan”: vaksin dapat digunakan.

b. Pengendapan vaksin “Tersangka Beku” lebih cepat dari contoh

“Dibekukan”: vaksin jangan digunakan, vaksin sudah rusak.

6) Harus melakukan uji kocok untuk tiap vaksin yang berbeda batch

dan jenis vaksinnya dengan kontrol “Dibekukan” yang sesuai.

f. Penanganan Vaksin Rusak

Vaksin yang disebut rusak adalah sebagai berikut:

1) Vaksin yang sudah menunjukkan indikator VVM pada tingkat C

dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi.

2) Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa (expiry date)

3) Vaksin yang beku

4) Vaksin yang pecah

Vaksin yang rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudian dilaporkan

kepada atsan petugas. Jika sedikit dapat dimusnahkan sendiri oleh

Puskesmas, tetapi bila banyak dapat dikumpulkan ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan dibuat berita acra pemusnahan.

g. Penanganan Vaksin Sisa

Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayan Posyandu tidakboleh

digunakan lagi. Sedangkan pelayanan imunisasi statis (di Puskesmas,

Laporan Magang Simkarkesma 31


Poliklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan

sebagai berikut:

1) Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa

2) Tetap disimpan dalam suhu +20C - +80C

3) Kemasan tidak pernah tercampur/terendam dengan air

4) VVM tidak menunjukkan indikasi paparan panas yang merusak

vaksin

5) Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali

dipakai/dibuka

6) Vaksin DPT, DT, TT, Hepatitis B, dan DPT-HB dapat digunakan

kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka

7) Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial

dibuka

8) Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya

boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutka, sedangkan

vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan.

3. CAKUPAN PROGRAM

Cakupan imunisasi HB0 (< 7 hari) secara nasional telah mencapai

target (≥ 80 %), yaitu 86,7%. Ada 16 provinsi yang telah mencapai target

cakupan (≥ 80%). Provinsi dengan cakupan imunisasi HB0 (< 7 hari)

tertinggi adalah provinsi DI Yogyakarta (104,1 %),sedangkan cakupan

terendah adalah provinsi Papua (36,4 %).

Laporan Magang Simkarkesma 32


Grafik 3.5

Pencapaian Cakupan Imunisasi HB0 (< 7 hari) Per Provinsi tahun 2013

Grafik 3.6

Pencapaian Cakupan Imunisasi BCG Per Provinsi Tahun 2013

Grafik 3.7

Pencapaian Cakupan Imunisasi dasar lengkap Tahun 2008 sd 2013

Laporan Magang Simkarkesma 33


4. Penyakit Yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)

1. Difteri

Adalah penyakit yang disebabkan bakteri Corynebacterium

diphteriae dengan gejala panas lebih kurang 38ᴼC disertai adanya pseudo

membran (selaput tipis) putih keabu-abuan pada tenggorokan (laring,

faring, tonsil) yang tak mudah lepas dan mudah berdarah. Dapat disertai

nyeri menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bull neck) dan

sesak nafas disertai bunyi (stridor) dan pada pemeriksaan apusan

tenggorok atau hidung terdapat kuman difteri.

Laporan Magang Simkarkesma 34


2. Pertusis

Adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Bardetella

pertusis dengan gejala batuk beruntun dan pada akhir batuk menarik

nafas panjang terdengar suara “hup” (whoop) yang khas, biasanya

disertai muntah. Serangan batuk lebih sering pada malam hari. Akibat

batuk yang berat dapat terjadi pendarahan selaput lendir mata

(conjunctiva) atau pembengkakan di sekitar mata (oedema

periorbital). Lamanya batuk biasa mencapai 1-3 bulan dan penyakit ini

sering disebut penyakit 100 hari. Pemeriksaan lab pada apusan lendir

tenggorokan dapat ditemukan kuman pertusis (Bordetella pertusis).

Laporan Magang Simkarkesma 35


3. Tetanus

Penyakit disebabkan oleh Clostridium tatani dengan terdiri dari

tetanus neonatorum dan tetanus. Tetanus neonatorum adalah bayi

lahir hidup normal dan dapat menangis dan menetek selama 2 hari

kemudian timbul gejala sulit menetek disertai kejang rangsang pada

umur 3-28 hari. Tetanus dengan gejalariwayat luka, demam, kejang

rangsang, risus sardonicus (muka setan), kadang-kadang disertai perut

papan dan opistitinus (badan melengkung) pada umur di atas 1 bulan.

4. Tuberkulosis

Penyakit yang disebabkan Mycobacterium tuberculosa

menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk, gejala awal

adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar

keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus

menerus, nyeri dada dan dapat terjadi batuk darah.

Laporan Magang Simkarkesma 36


5. Campak

Penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan

melalui droplet bersin atau batuk dari penderita, gejala awal penyakit

adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjuctivitis (mata

merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian

menyebar ke tubuh, tangan serta kaki.

6. Poliomielitis

Penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu

dari tiga virus yang berhubungan, yaitu virus polio type 1, 2, atau 3.

Secara klinis penyakut polio adalah anak dibawah umur 15 tahun yang

menderita lumpuh layu akut (acute flaccid paralysis/AFP). Penyebaran

penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi.

Laporan Magang Simkarkesma 37


Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot dan

kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi

jika otot0otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.

7. Hepatitis B

Penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak

hati. Penyebaran penyakit terutama melalui suntikan yang tidak aman,

dari ibu ke bayi selama proses persalinan, melalui hubungan seksual.

Infeksi pada anak biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala yang ada

adalah lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi

kuning, kotoran menjadi pucat. Warna kuning bisa terlihat pula mata

ataupun kulit. Penyakit ini bisa menjadi kronis dan menimbulkan

Cirrhosis hepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian.

8. Meningitis Meningokokus

Penyakit akut radang selaput otak yang disebabkan oleh bakteri

Neisseria meningitidis. Meningitis penyebab kematian dan kesakitan

diseluruh dunia, CFR melebihi 50%, tetapi dengan diagnosis dini,

terapi modern dan suportif CFR menjadi 5-15%. Pencegahan dapat

dilakukan dengan imunisasi dan kemoprofilkasis untuk orang-orang

yang kontak dengan meningitis dan karier.

C. Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan

Sebagai bagian dari masyarakat dunia, Indonesia berkewajiban

melakukan upaya mencegah terjadinya kedaduratan kesehatan yang

meresahkan dunia atau lebih dikenal dengan Public Health Emergency of

Laporan Magang Simkarkesma 38


international Concern (PHEIC) sebagaimana yang diamanatkan dalam

International Health Regulation (IHR) 2005. Dalam melaksanakan amanat ini

Indonesia harus menghormati sepenuhnya martabat, hak asasi manusia dan

dasar-dasar kebebasan seseorang dan penerapan secara universal.

IHR 2005 adalah peraturan kesehatan internasional yang diusetujui oleh

194 negara anggota WHO dalam sidang World Health Assembly (WHA) ke-58

pada bulan Mei 2007 dan sudah mulai diberlakukan sejak tanggal 15 juni 2007.

Sebagaimana salah satu Negara anggota WHO yang ikut menyetujui ketetapan

IHR 2005 tersebut, Indonesia sudah melaksanakannya kewajiban-kewajiban

yang harus dipenuhi sejak awal pemberlakuan IHR 2005.

Implementasi IHR 2005 diawali dengan melakukan assesmen terhadap

kapasitas inti yang dimiliki di pintu masuk Negara untuk melakukan deteksi,

notifikasi dan masyarakat. Dalam hal ini Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)

merupakan bagian penting khususnya dalam penerapan IHR 2005.

Sesuai Peraturan Mentri Kesehatan Nomor 2348/Mnkes/Per/XI/2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan

No.356/Menkes/Per/IV/2008 tentang organisasi dan tata kerja kantor kesehatan

pelabuhan, KKP diklasifikasikan menjadi 4 kelas, yaitu KKP kelas 1, kelas 2,

kelas 3, dan kelas 4 yang didasarkan pada beban kerja dibandara, pelabuhan

dan lintas batas darat Negara. Jumlah KKP di Indonesia adalah 49 KKP terdiri

dari 7 KKP kelas 1, 21 KKp kelas 2 dan 20 KKP kelas 3, 1 KKP kelas 4 (KKP

Yogyakarta), dengan 306 wilayah kerja dan 8 Pos Lintas Batas Darat (PLBD)

Laporan Magang Simkarkesma 39


a. Kegiatan Subdit Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan

Kegiatan yang dilakukan di Subdit Karantina Kesehatan dan

Kesehatan Pelabuhan setiap tahunnya dilaksanakan berdasarkan rencana

kerja kegiatan tahunan. Beberapa diantaranya yaitu Pelatihan Jiwa Korsa,

Advokasi dan Sosialisasi Implementasi IHR di Wilayah (5 provinsi),

Diterbitkannya Permenkes baru dan pendampingan Self Assesment Core

Capacities IHR.

b. Kegiatan di KKP

Subdit Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan sebagai unit

koordinasi yang memfasilitasi dan mendukung KKP dalam cegah tangkal

penyakit menular di pintu masuk negara. Subdit Karantina Kesehatan dan

Kesehatan Pelabuhan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan

perumusan dsan pelaksanaan kebujakan teknis, penyusunan NSPK dan

bimbingan teknis serta penyiapan evaluasi dan penyusunan laporan

karantina kesehatan dan kesehatan pelabuhan (Permenkes No.

1144/Menkes/Per/VIIII/2010).

Berdasarkan tupoksi, KKP berperan dalam mencegah keluar dan

masuk (penyebaran) penyakit lintas Negara yang mempunyai potensi yang

menimbulkan PHEIC melalui pintu masuk Negara (pelabuhan, bandara,

dan PLBD) oleh karena itu diperlukan pengawasan, pencegahan dan

pengendalian beberapa aspek terkait yakni alat angkut (kapal laut,

pesawat, kendaraan darat) dan muatannya (termasuk container); manusia

(awak kapal, kapten, personil penerbangan dan penumpang); barang serta

Laporan Magang Simkarkesma 40


lingkungan pelabuhan, bandara dan PLBD yang dapat berpotensi sebagai

faktor resiko.

1. Kedatangan kapal

Selama periode tahun 2009-2013, jumlah kedatangan kapal dari

dalam dan luar negeri mencapai 2.849.511 kapal. Angka yang datang

dari dalam negeri lebih banyak, yaitu 2.465.074 kapal (86,5%)

dibandingkan yang akan datang dari luar negeri, yaitu 384.473 kapal

(13,5%). Adapun kedatangan kapal dari luar negeri tersebut 42.905

kapal (11,1%) berasal dari daerah terjangkit dan 341.532 kapal

(88.9,3%) berasal dari daerah tidak terjangkit.

Pada tahun 2011, jumlah kedatangan kapal dari dalam negeri

mengalami peningkatan 25% dibanding tahun sebelumnya. Jumlah

kedatangan kapal dari luar negeri juga mengalami peningkatan

meskipun tidak signifikan.

Laporan Magang Simkarkesma 41


Grafik 3.8

Kedatangan Kapal Dari Dalam dan Luar Negeri Tahun 2009-2013

Berdasarkan grafik diatas jumlah kapal yang datang dari dalam

negeri pada tahun 2008-2012 menderung mengalami peningkatan dan

pada tahun 2013 mengalami penurunan. Kedatngan kapal dari luar

negeri cenderung menurun pada tahun 2008-1009, kemudianb

meningkat kembali pada tahun 2010-2011.

Tabel 3.2

Pemberian Free Prtique Untuk Kapal Yang Datang Dari Luar

Negeri Tahun 2009-2013

Tabel diatas menunjukan hampir seluruh kapal yang datang dari

luar negeri telah dilakukan pemeriksaan dan diberikan Free Pratique

yaknib diatas 98% bahkan pada tahun 2009-2012 mencapai 99,9%.

Pada tahun 2009-2010, pemberian Free Pratique untuk kapal yang

datang dari Negara terjangkit meningkat tajam disbanding tahun

sebelumnya. Hal ini berkaitan dengfan kejadian pandemic Swine Flu

(H1N1) dibeberapa Negara, yang ditetapkan WHO sebagai PHEIC.

Laporan Magang Simkarkesma 42


Pelanggaran UU Karantina dengan tidak diberikanya Free Pratique

juga lebih banyak pada kapal yang datang dari Negara terjangkit pada

tahun 2009-2010.

2. Keberangkatan Kapal

Pada periode tahun 2009-20013, jumlah kapal yang berangkat

kedalam dan luar negeri berjumlah 2.940.841 kapal, terdiri dari kapl

yang berngkat ke dalam negeri sebanyak 2.528.956 kapal (85,9%) dan

kapal dari luar negeri sebanyak 411.885 kapal (14,1%). Pada tahun

2011 terjadi peningkatan 26,8% keberangkatan kapal ke dalam negeri

dari tahun sebelumnya. Sebaliknya, pada tahun 2011 kapal yang

berngkat ke luar negerei justru mengalami penurunan sekitar 17,3%

disbanding tahun sebelumnya.

Grafik 3.9

Keberangkatan Kapal Ke Dalam dan Luar Negeri Tahun 2009-

2013

Keberangkatan kapal terbanyak merupakan keberangkatan

domestic (dalam negeri). Untuk keberangkatan kedalam negeri,

Laporan Magang Simkarkesma 43


trennya mengalami peningkatan. Sebaliknya, keberangkatan kapal

keluar negeri pada tahun 2011 justru mengalami penurunan

disbanding tahun-tahun sebelumnaya. Pada tahun 2009, jumlah

keberangkatan kapal kedalam negeri mengalami penurunan 26%

tetapi keberangfgkatan keluar negeri justru meningfkat >50%, seperti

pada grafik diatas.

3. Kedatangan Pesawat

Selama periode tahun 2009-2012, numpal kedatanga pesawat

dari dalam dan luar negeri mencapai 2.753.302 pesawat, terdiri dari

pesawat yang datang dari dalam negeri sebanyak 2.324.815 (84,4%)

dan pesawat dari luar negeri sebanyak 428.487 pesawat (15,6%)

Grafik 3.10

Kedatangan Pesawat Dari Dalam

dan Luar Negeri Tahun 2009-2013

Berdasarkan grafik diatas diketahui bahwa kedatangan pesawat

terbanyak berasal dari dalam negeri. Dalam 5 tahun terakhir,

kedatangan pesawat dari dalam maupun luar negeri tersebut

cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2010-2011, jumlah

Laporan Magang Simkarkesma 44


kedatangan dari dalam negeri mengalami peningkatan yang signifikan,

hamper dua kali lipat.

Sehubungan dengan pengawasan kekarantinaan, pesawat yang

datang dari luar negeri harus menyerahkan General Declaration

(Gendec) kepada petugas terkait. Gendec merupakan suatu dokumen

kesehatan yang menginformasikan mengenai kondis kesehatan pelaku

perjalanan di pesawat selama perjalanan internasionalnya dan setiap

tindakan penyehatan yang dilakukan.

Grafik 3.11

Pemeriksaan General Decralation (Gendec) pada pesawat yang

datang dari luar negeri Tahun 2009-2013

Data grafik di atas terlihat dari 428.487 buah peasawat yang

datang dari luar negeri sealam periode 2009-2013 (77,6%) diantaranya

dilakukan pemerikasaan Gendec. Pada tahun 2009-2011 pesawat yang

dilakukan pemeriksaan Gendec mencapai lebih dari 60% (rata-rata

dalam kurun waktu 5 tahun).

4. Keberangkatan Pesawat

Pada periode tahun 2009-2013 jumlah oesawat yang berangkat ke

dalam dan luar negeri berjumlah 2.815.773 buah, terdiri dari pesawat

Laporan Magang Simkarkesma 45


yang berangkat tujuan ke dalam negeri yakni sebanyak 2.366.180

(86%) dan pesawat yang berangkat keluar negeri sebanyak 449.593

buah (16%).

Grafik 3.12

Keberabgkatan pesawat ke dalam

dan luar negeri tahun 2009-2013

Berdasarkan grafik di atas sebagian besar keberangkatan

pesawat merupakan keberangkatan dalam negeri (domestic) yang

mencapai 80% pada setiap tahunnya. Pada tahun 2009-2012,

keberangkatan pesawat ke dalam negeri mengalami peningkatan,

kecuali tahun 2013 yang mengalami penurunan. Sedaangkan

keberangkatan pesawat keluar negeri cenderung menurun untuk tahun

2009-2010.

5. Penumpang Kapal/Pesawat

Selama periode 2009-2013 jumlah seluruh kedatangan

penumpang kapal/pesawat baik dari dalam dan luar negeri adalah

411.608.478 orang. Penumpang yang berasal dari luar negeri

berjumalah 62.829.635 orang atau 15.2% dari total penumpang yang

Laporan Magang Simkarkesma 46


melewati pelabuhan atau Bandar udara sedangkan yg dari dalam negeri

berjumlah 348.778.843 orang (84,8%).

Tabel 3.3

Kedatangan Penumpang Kapal/Peasawat dari dalam negeri dan

luar negeri tahun 2009-2013 di seluruh KKP

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa sebagian besar

penumpang adalah yang datang dari dalam negeri (domestic).

Penumpang yang datang dari luar negeri <20% dari seluruh

penumpang yang melewati pelabuhan atau bandar udara Indonesia. Di

tahun 2011, jumlah penumpang dari dalam negeri mengalami

peningkatan dari tahun sebelumnya sedangkan jumlah penumpang

dari luar negeri sedikit mengalami penurunan.

Pada tahun 2009-2013, jumlah seluruh penumpang

kapal/pesawat yang berangkat baik ke dalam maupun luar negeri

adalah 407.726.424 orang. Penumpang yang berangkat keluar negeri

berjumlah 66.248.937 orang (16,3%) sedangkan penumpang yang

berangkat kedalam negeri berjumlah 341.477.487 orang (83,7%).

Laporan Magang Simkarkesma 47


Table 3.4

Keberangkatan penumpang kapal/pesawat kedalam negeri dan

luar negeri tahun 2009-2013 di seluruh KKP

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar penumpang adalah

penumpang yang berangkat menuju daerah-daerah di dalam negeri.

Penumpang yang berangkat keluar negeri jumlahnya <20% dari

seluruh penumpang yang melewati pelabuhan atau Bandar udara

Indonesia tersebut setiap tahunnya. Bagi penumpang yang berangkat

keluar negeri terutama yang menuju ke negara/daerah endemis atau

terjangkit penyakit berpotensi wabah dilakukan vaksin internasional

untuk melindungi penumpang tersebut dari terjangkit penyakit.

6. Anak Buah Kapal (ABK) dan Crew

ABK dan crew dalah faktor risiko yang paling rentan

kemungkinan untuk terjangkitnya penyakit yang berpotensi wabah.

Kedatangan ABK dan crew dari daerah terjangkit dan tidak terpantau

oleh KKP memiliki risiko yang lebih besar untuk tertular penyakit

berpotensi wabah. Bagi ABK dan crew yang berangkat keluar negeri

dan tidak terpantau oleh KKP juga dianggap sebagai faktor berisiko,

yaitu bagi daerah tujuan berikutnya apabila mereka terjangkit penyakit

potensial wabah.

Laporan Magang Simkarkesma 48


Grafik 3.14

Keberangkatan dan kedatangan ABK dan Crew dari dan keluar

Negeri tahun 2009-2013 di seluruh KKP

Berdasarkan grafik diatas, dalam 5 tahun terakhir jumlah ABK

dan Crew yang datang dari luar negeri tidak berbeda jauh dengan yang

brangkat kluar negeri, kecuali pada tahun 2009. Pada tahun 2011,

ABK dan crew yang datang dari luar negeri sebanyak 48,9%

sedangkan yang berangkat keluar negeri sebanyak 51,1%.

7. Dokumen Kesehatan Kapal

Dokumen kesehatan kapal yang diberikan pada kapal-kapal yang

diperiksa adalah Deratting Certificate (DC)/ Deratting Exemption

Certificate (DEC). kedua dokumen tersebut berkaitan dengan

pemeriksaan tanda-tanda kehidupan tikus di kapal. Namun, sejak bulan

desember 2007, DC/DEC sudah tidak diberlakukan lagi dan digantikan

dengan dokumen berupa Ship Sanitation Control Exemption

Certificate (SSCEC)/ Ship Sanitation Control Certificate (SSCC).

SSCEC adalah sertifikat yang di terbitkan oleh Kantor Kesehatan

Pelabuhan (KKP) setelah dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh

pada kapal dan terbukti bahwa kapal bebas dari penyakit menular dan

Laporan Magang Simkarkesma 49


kontaminasi, termasuk vektor dan reservoir tanpa dilakukan tindakan

sebelumnya. Sedangkan Ship Sanitation Control Certificate (SSCC)

adalah sertifikat yang dikeluarha oleh KKP sebagai bukti tidak

ditemukannya risiko kesehatan masyarakat, sumber penyakit menular,

dan kontaminasi di kapal setelah dilakukan tindakan penyehatan.

SSCEC dan SSCC berlaku paling lama 6 bulan, masa berlakunya dapat

diperpanjang satu bulan bila inspeksi atrau tindakan pengendalian yang

diperlukan tidak dapat dilakukan pada pelabuhan tersebut.

Tabel 3.4

Pemberian dokumen kesehatan kapal oleh KKP tahun 2009-2013

Jumlah Penerbitan SSCEC/SSCC oleh KKP selama tahun 2009-

2013 cenderung mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2009,

ada penurunan sekitar 37% disbanding tahun sebelumnya. Sebagian

besar dokumen yang diberikan adalah SSCEC, yang setiap tahunnya

lebih dari 90%. Dalam dua tahun terakhir, dokumen SSCC yang

diterbitkan menurun disbanding tahun-tahun sebelumnya, artinya

kapal-kapal yang diperiksa tersebut tidak dengan factor risiko tinggi.

Setiap kapal yang berlayar di perairan Indonesia harus memiliki

buku kesehatan kapal. Dimana penerbitan buku kesehatan kapal

Laporan Magang Simkarkesma 50


tersebut juga diberlakukan terhadap kapal yang belum memiliki

dokumen kesehatan tersebut, baik karena baru pertama kali datang ke

Indonesia, kapal baru, ganti nama atau jika buku kesehatan kapal yang

lama telah habis lembarannya.

Grafik 3.15

Pemberian buku kesehatan kapal oleh KKP tahun 2009-2013

Pemberian buku kesehatan kapal selama tahun 2009-2012

cenderung mengalami peningkatan. Namun, pada tahun 2013 buku

kesehatan kapal yang diberikan mengalami penurunan. Hal tersebut

sejalan dengan penurunan kapal yang keluar/masuk wilayah Indonesia.

8. Kunjungan Poliklinik KKP

Pada gambar di bawah menunjukan jumlah kunjungan penyakit

tidak menular lebih tinggi dari penyakit tidak menular. Dan semakin

meningkat dari tahun ke tahun. Sementara penyakit yang tidak menular

mengalami penurunan dan peningkatan yang beregantian dengan

jumlah yang tidak signifikan.

Laporan Magang Simkarkesma 51


Grafik 3.16

Jumlah kunjungan berdasarkan penyakit menular – tidak

menulardi poliklinik KKP seluruh indonesia tahun 2009-2013

9. Pelatihan Jiwa Korsa

Pelatihan jiwa korsa telah dilakukan Direktorat Simkarkesma sejak

tahun 2010.

Tabel 3.5

Jumlah petugas KKP yang mengikuti pelatihan jiwa korsa

Untuk tahun 2010 dilakukan di Kolad Armabar, dengan peserta

pelatihan sebanyak 30 orang. Lama pelaksanaan 3 bulan. Untuk tahun

2011, sebanyak 40 orang tempat pelaksanaan di Kolad Armabar.

Tahun selanjutnya 2012, pelatihan dilaksanakan dalam 3 gelombang

dengan masing-masing 30 orang. Tempat pelaksanaan di Lakespra.

Tahun 2013 dilaksanakan di Paskhas TNI AU sebanyak 89 orang.

Tahun 2014, pelatihan di laksanakan di Kolad Armabar. Untuk

Laporan Magang Simkarkesma 52


rencana pelaksanaan kedepan, tetap akan terus dilaksanakan dengan

tempat pelaksanaan yang akan dipikirkan selanjutnya.

10. Advokasi dan Sosialisasi Implementasi IHR di Wilayah (5

Provinsi)

Tahun 2013 telah dilaksanakan Advokasi dan Sosialisasi

Implementasi IHR di Wilayah. Untuk tahun 2013, dilaksanakan di 5

provindi yaitu Sumatra Utara, Kepualauan Riau, Kalimantan Barat,

Bali dan Sulawesi selatan. Pada Advokasi dan sosialisai itu, Subdit

bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Peserta yang

hadir selain dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat. Peserta yang

hadir dari dinas kesehatan kabupaten/kota, KKP dan RSUP-RSUD,

juga hadir dari lintas sector, seperti : Dinas social, pariwisata, Dikpora,

Hubinfokam, Kepolisian, Lananl/lanud, Bea Cukai, imigrasi,

Kesyabandaran dan Otoritas Pelabuhan, Badan penanggulangan

bencana daerah, badab SAR, Universitas, Labkesda, dll.

Yang dihasilkan pada pertemuan ini berupa rekomendasi, antara

lain:

Laporan Magang Simkarkesma 53


1. Survailans, respon dan kesiapsiagaan melanjutkan kegiatan yang

sudah berjalan dengan leading sector Dinkes perlu didukung LS

untuk menghadapi semua ancaman (biologi, radiasi nuklir&kimia).

2. Legalitas dan dukungan kebijakan, perlu dukungan kebijakan dari

Gurbenur dan Pemda.

3. Koordinasi dan komunikasi untuk mendukung perlu segera:

 Peningkatan pembinaan dan pengawasan melalui forum

koordinasi

 Koordinasi yang rutin efektif dan TL

4. Ditentukan focal poin di tingkat provinsi

11. Diterbitkannya Peraturan Mentri Kesehatan

Selama tahun 2013, ada tiga buah peraturan menteri yang dibuat:

a. Permenkes No.34 tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Hapus

Tikus dan Hapus Serangga Pada Alat Angkut Di Pelabuhan,

Bandar Udara dan Pos Lintas Batas Darat.

b. Permenkes No.58 tahun 2013 tentang pemberian sertifikat

vaksinasi internasional.

Laporan Magang Simkarkesma 54


c. Permenkes NO.77 tahun 2013 tentang perubahan atas peraturan

menteri kesehatan Nomor 743/MENKES/PER/VI/2010 tentang

pakaian dinas pegawai negeri sipil kantor kesehatan pelabuhan di

lingkungan kementrian kesehatan.

c. Karantina kesehatan

Karantina adalah kegiatan pembatasan atau pemisahan seseorang dari

sumber penyakit atau sesseorang terkena penyakit atau bagasi, container,

alat angkut, komoditi yang mempuanyai risiko menimbulkan penyakit pada

manusia. Sesuai dengan UU No.38 tahun 2007 dan PP No.38 tahun 2007

bahwa pelaksanaan karantina masih menjadi kewenangan pemerintah pusat

dan dalam rangka melaksanakan amanat regulasi kesehatan internasional

Internasional Health Regulation (IHR2005) yang bertujuan mencegah,

melindungi, dan menanggulangi terhadap penyebaran penyakit tanpa

pembatasan perjalanan dan perdagangan yang tidak perlu dengan

memperhatikan hak azasi manusia.

1. Tujuan Umum

Terwujudnya tindakan karantina kesehatan pada saat kejadian luar biasa

(Public Health Emergency of Internasional Concern/PHEIC)

2. Tujuan Khusus

a. Terlaksananya tindakan karantina rumah dan area/wilayah

b. Terlaksananya tindakan karantina di pelabuhan/bandara dan Pos

Lintas Batas Daerah (PLBD)

c. Terlaksannya tindakan isolasi di ruamh sakit dan isolasi di lapangan

d. Tersedianya sumber daya pelaksanaan karantina.

Laporan Magang Simkarkesma 55


3. Sasaran

Daerah atau rumah yang dinyatakan terjadi PHEIC setelah melalui

penyelidikan epidemiologis dan pemeriksaan laboratorium

4. Strategi

a. Pengembangan aspek legal bidang kekarantinaan

b. Advokasi dan sosialisasi pelaksanaan tindakan karantina

c. Peningkatan koordinasi dan jenjang kerja pelaksanaan tindakan

karantina

d. Peningkatan kapasitas sumber daya (manusia, sarana prasarana dan

logistik) pelaksaan tindakan karantina

e. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan tindakan

karantina

f. Peningkatan teknologi karantina kesehatan memalui penelitian, kerja

sama dan perguruan tinggi dan orang provesi

g. Pengembangan system komunikasi dan informasi karantina kesehatan

h. Pengembangan anggaran karantina kesehatan

i. Monitoring dan evaluasi tindakan karantina

5. Target

a. Seluruh pelabuhan, bandara dan pos lintas batas melkasnkan tindakan

karantina kesehatan sesui standar

b. Daerah atau rumah yang dinyatakan positif PHEIC dilakukan tindakan

karantina kesehatan sesui standar

c. Seluruh rumah sakit rujukan melaksanakan isolasi sesui standar

Laporan Magang Simkarkesma 56


6. Kegiatan Pokok

a. Di pelabuhan, bandara, dan pos lintas batas:

 Pemeriksaan dokumen kesehatan orang, barang dan alat angkut

dari Negara terjangkit

 Pengawasan lalulintas orang dari Negara terjangkit

mengunakan Health Alert Card, termoscan dan pemeriksaan

suhu manual

 Pemberian imunisasi yellow fever, meningitis, kolera, bagi

orang yang akan berangkat kedaerah endemis

 Melakukan tindakan karantina bagi orang sakit yang datang

dari Negara terjangkit

 Melakukan rujukan bagi orang yang positif menderita PHEIC

b. Karantina Rumah/Area

 Melakukan pengalaman lokasi yang dilakukan tindakan

karantina rumah/area pada saat terjadi PHEIC

 Melakukan pengawasan lalulintas orang dan barang pada

rumah/area yang dilakukan tindakan karantina tindakan pada

saat terjadi PHEIC

 Melakukan rujukan bagi orang yang sakit pada saat

daerah/rumah yang dilakukan tindakan karantina untuk

mencegah terjadinya penyebaran penyakit.

Laporan Magang Simkarkesma 57


D. Kesehatan Matra

1. Filosofi Kesehatan Matra

Istilah matra diarahkan pada kondisi lingkungan yang berubah

bermakna dan dapat mempengaruhi tingkat kesehatan seseorang atau

kelompok. Lingkungan tersebut bisa terjadi di darat (lapangan), laut dan

udara. Kondisi matra akibat lingkungan yang berubah bermakna ini bisa

terjadi karena direncanakan maupun tidak direncanakan.

Aktivitas matra lapangan yang direncanakan meliputi haji,

perpindahan penduduk, berkemah, perjalanan mudik lebaran,

berkumpulnya penduduk saat festival ataupun acara-acara adat dan

keagamaan, perjalanan wisata, kegiatan bawah tanah, serta kegiatan

lintas alam. Matra udara meliputi penerbangan dan kegiatan

kedirgantaraan lainnya. Matra laut meliputi penyelaman, pelayaran dan

lepas pantai. Kondisi matra yang tidak direncanakan meliputi lingkungan

pengungsian akibat terjadinya bencana, gangguan kamtibmas maupun

krisis lainnya.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Individu, kelompok/masyarakat yang terpajan dalam kondisi matra

tetap sehat

b. Misi

1. Menggerakkan dan menggalakkan diseminasi informasi

kesehatan matra.

2. Mendorong upaya kesehatan matra yang terjangkau dan bermutu.

Laporan Magang Simkarkesma 58


3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk tetap sehat dalam

kondisi matra.

3. Maksud dan Tujuan

a. Maksud

Penyelenggaraan kesehatan matra dimaksudkan untuk menjamin

terselenggaranya upaya kesehatan pada kondisi matra secara cepat, tepat,

menyeluruh dan terkoordinasi untuk menurunkan risiko serta memelihara

kesehatan masyarakat oleh pemerintah dan/atau masyarakat dalam kondisi

matra.

b. Tujuan

Penyelenggaraan upaya kesehatan matra pada kondisi matra

dilaksanakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

masyarakat dalam menurunkan risiko serta memelihara kesehatan

masyarakat dalam menghadapi kondisi matra agar tetap sehat dan mandiri.

4. Kebijaksanaan dan Strategi

a. Kebijaksanaan

Kebijaksanaan ini diarahkan untuk menghidupkan dan memperkuat

upaya kesehatan matra melalui sembilan elemen sistem yaitu:

1) Dilaksanakan sesuai aspek legal sebagaimana landasan hukum di

atas

2) Guna memperoleh dukungan perlu dilakukan advokasi dan

sosialisasi

3) Penyelenggaraannya disesuaikan dengan kondisi matra setempat

Laporan Magang Simkarkesma 59


4) Pengembangan SDM hingga ke tingkat masyarakat yang berada

dalam kondisi matra

5) Logistik diperlukan untuk pelayanan kesehatan dan unsur pendukung

lainnya

6) Melaksanakan koordinasi dan jejaring kerja dengan mitra terkait

7) Menyediakan informasi melalui surveilans dan pemanfaatan

teknologi

8) Melaksanakan monitoring dan evaluasi agar kegiatan mencapai

sasaran

9) Pengembangan pembiayaan melalui mobilisasi di pemerintahan

maupun di luar pemerintahan

c. Strategi

Agar kebijaksanaan dapat dilaksanakan, perlu pelembagaan,

pendekatan serta arah kegiatan.

1) Pelembagaan

Suatu upaya kesehatan dikatakan telah melembaga di unit

kesehatan bila memiliki fungsi, ada tenaga pengelola serta

memiliki kegiatan yang dilengkapi anggaran. Pelembagaan tersebut

tentu hanya berlaku sbagi wilayah yang memiliki kondisi matra.

2) Pendekatan Kegiatan

 Peningkatan kapasitas: pelatihan petugas dan masyarakat,

penyediaan komponen input (peralatan dan logistik),

koordinasi dan kemitraan.

Laporan Magang Simkarkesma 60


 Pelayanan kesehatan: promosi, pencegahan, pengobatan

dan rehabilitasi bagi penduduk yang berada dalam kondisi

matra

 Surveilans: untuk mengetahui faktor risiko dan penyakit

akibat kondisi matra

3) Pengembangan Kegiatan

 Intensifikasi : meningkatkan upaya yang sudah ada, namun

belum atau sedang berkembang (Kesehatan Penerbangan,

Kesehatan Pelayaran dan Lepas Pantai).

 Ekstensifikasi : memperlebar kegiatan yang sudah berjalan

dengan melibatkan program, sektor dan swasta terkait

(Kesehatan Transmigrasi, Kesehatan Situasi Khusus,

Kesehatan Bumi Perkemahan, Kesehatan Penanggulangan

Bencana, Kesehatan Penyelaman).

 Inovasi : diarahkan pada kondisi matra yang spesifik yang

tidak dilaksanakan unit lain (antara lain kesehatan

perjalanan/wisata). Inovasi juga dilaksanakan untuk mengisi

upaya kesehatan matra yang sudah berjalan.

 Pengembangan awal : dilakukan untuk kesehatan bawah tanah

dan kesehatan lintas alam manakala kondisi sudah

memungkinkan.

Laporan Magang Simkarkesma 61


5. Upaya Kesehatan Matra

a. Kesehatan Penyelaman dan Hiperbarik

Data kesehatan penyelaman yang tersedia sampai saat ini adalah

data yang diambil langsung dari lokasi penyelaman melalui kegiatan

survey yang dilakukan Sub Dit Kesehatan Matra. Data kesehatan

penyelaman ini sebagian besar adalah data peselam tradisional

yangdiambil dari wilayah yang berbeda pada setiap tahunnya.

1) Jumlah Peselam

Pada tahun 2013 dilakukan wawancara dan penyuluhan sebanyak

104 peselam tradisional di lima lokasi. Jumlah terbanyak peselam

yang diambil dalam 4 tahun terakhir adalah pada tahun 2010.

Grafik 3.17

Jumlah Peselam yang Dilakukan Survei Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan jumlah responden yang disurvei

terkait dengan kegiatan kesehatan penyelaman pada setiap tahunnya

mengalami fluktuasi dan kecenderungan menurun. Hal ini

disebabkan wilayah yang diambil datanya setiap tahunnya berbeda-

beda.

Laporan Magang Simkarkesma 62


2) Penyuluhan Pada Pasien

Grafik 3.18

Presentase Peselam yang Pernah Mendapatkan Penyuluhan

Tentang Kesehatan Penyelaman Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 peselam

yang sudah mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan dan prosedur

penyelaman yang benar hanya 12,5%. Dari tahun 2009-2013 terlihat

bahwa para peselam tradisional yang belum pernah mendapatkan

penyuluhan banyak yang di atas 80%.

3) Teknik Penyelaman

Laporan Magang Simkarkesma 63


Grafik 3.19

Presentase Peselam BerdasarkanTeknik Penyelaman yang

Digunakan Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa sebagian besar peselam

tradisional dalam melakukan kegiatan penyelaman menggunakan teknik

tanpa alat (tahan nafas) dan sebagian lainnya menggunakan kompresor,

sedangkan scuba digunakan para peselam professional (pemandu wisata).

Umumnya kompresor yang digunakan para peselam adalah kompresor

yang konvensional (kompresor tambal ban). Pada tahun 2013 lebih banyak

peselam tahan nafas dibandingkan dengan yang menggunakan kompresor.

4) Keluhan pada Peselam

Laporan Magang Simkarkesma 64


Grafik 3.20

Presentase Peselam berdasarkan Keluhan yang Dialami Peselam

Tahun 2010-2013

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa sebagian besar

peselam mengalami keluhan setelah melakukan kegiatan

penyelaman. Sepanjang 4 tahun terakhir, keluhan setelah melakukan

penyelaman sangat tinggi bahkan pada tahun 2013 yang menderita

keluhan sebesar 88,5%. Hal ini kemungkinan disebabkan karena

para peselam belum mengetahui cara penyelaman yang sehat dan

benar.

Laporan Magang Simkarkesma 65


5) Jenis Keluhan yang Dialami Peselam Dalam Kegiatan Penyelaman

Grafik 3.21

Presentase Peselam berdasarkan Jenis Keluhan yang Dialam

Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis keluhan yang

dialami dalam kegiatan penyelamannya. Keluhan terbanyak adalah pusing

yang mencapai 21,2% dan yang sudah menderita kelumpuhan permanen

sebesar 4,1%.

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa selama periode 2010-2013

ditemukan bahwa hampir semua peselam mengalami lebih dari satu

macam keluhan sehingga jumlah keluhan lebih banyak daripada jumlah

peselam yang disurvei. Keluhan terbanyak yang dialami adalah sakit

kepala/pusing, pendengaran berkurang, sakit dada/sesak, nyeri sendi/otot

dan pendarahan hidung.

Laporan Magang Simkarkesma 66


6) Upaya pertama kali dilakukan dan pencarian pengobatan

Grafik 3.22

Presentase peselam berdasarkan Upaya Pertama yang dilakukan

Setelah Menderita Keluhan Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2013 peselam

yang menderita keluhan melakukan penyelaman kembali (rekompresi

basah) untuk mencari upaya yang dilakukan pertama kali setelah

mendapat keluhan, yaitu dengan cara peselam yang terkena gangguan

masuk kembali ke kedalaman dengan menghirup oksigen didampingi

oleh petugas yang sudah dilatih.

Laporan Magang Simkarkesma 67


Grafik 3.23

Tempat Pencarian Pengobatan Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun sebagian

peselam besar mencari pengobatan ke fasilitas kesehatan khususnya ke

puskesmas/dokter, urutan kedua adalah tidak pergi ke fasilitas

kesehatan (menggunakan obat tradisional). Peselam yang menggunakan

fasilitas chamber/RUBT hanya sedikit sekali. Hal ini disebabkan karena

ketidaktahuan peselam tentang pengobatan yang tepat untuk penyakit

akibat penyelaman dan masih mahalnya biaya untuk menggunakan

fasilitas chamber.

Gambar 3.8

RUBT (Ruang Udara Bertekanan Tinggi)

Laporan Magang Simkarkesma 68


c. Kesehatan Transmigrasi

Paradigma baru program transmigrasi tidak lagi merupakan program

pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah.

Metodenya tidak lagi bersifat sentralistik dan top down dari Pusat,

melainkan berdasarkan Kerjasama antardaerah pengirim transmigran

dengan daerah penerima transmigran. Penduduk setempat semakin diberi

kesempatan besar untuk menjadi Transmigran Penduduk Setempat (TPS),

proporsinya hingga mencapai 50:50 dengan Transmigran Penduduk Asal

(TPA). Kegiatan kesehatan transmigrasi merupakan upaya kesehatan yang

dilakukan untuk meningkatkan kemampuan fisik, mental dan sosial untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungan yang berubah mulai dari daerah asal

sampai dengan minimal 6 bulan setelah berada di lokasi.

Dalam rangka mencegah terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

penyakit potensial KLB (campak, malaria, diare) di lokasi transmigran maka

perlu adanya kader kesehatan di lokasi transmigrasi diberi pengetahuan

(pelatihan) tentang penyakit potensial KLB (gejala, pertolongan pertama,

pencegahan) agar dapat melakukan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB)

di wilayahnya. Oleh karena itu, dilakukan pendampingan petugas di lokasi

transmigrasi dalam rangka upaya peningkatan kesehatan di bidang PP dan

PL yang meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan, pembentukan kader,

koordinasi lintas program dan lintas sektor serta pengumpulan data dasar.

Dari data sekunder dapat diperoleh gambaran situasi di lokasi transmigrasi

(Penduduk, Pola Penyakit, Sarana Kesehatan, Sanitasi Lingkungan dan

Tenaga Kesehatan). Sampai saat ini pembinaan kesehatan dilaksanakan di

Laporan Magang Simkarkesma 69


lokasi transmigrasi yang baru (tahun pertama/T1) di mana pada umumnya di

lokasi transmigrasi sudah tersedia bangunan fasilitas kesehatan (Puskesmas

Pembantu).

Pada tahun 2013, pembinaan kesehatan dilakukan di 5 lokasi

transmigrasi di 5 provinsi yaitu Kalimantan Barat, Sulawesi Selatan,

Bengkulu, Sumatera Utara, dan Aceh.

Grafik 3.24

Jumlah KK, Jiwa dan Lokasi Transmigrasi yang dikunjungi

Tahun 2010-2013

Berdasarkan grafik di atas diketahui bahwa kunjungan lokasi

transmigrasi cenderung stabil. Grafik juga menggambarkan jumlah

penduduk di masing-masing wilayah transmigrasi yang dikunjungi.

c. Kesehatan Pada Arus Mudik Lebaran

Dukungan kegiatan kesehatan pada mudik lebaran meliputi

kegiatan promotif, preventif, dan kuratif. Kegiatan promotif dilakukan

dengan melakukan penyuluhan melalui spanduk/banner, media cetak

maupun elektronik lainnya. Kegiatan preventif antara lain dilakukan

Laporan Magang Simkarkesma 70


dengan pemeriksaan kesehatan, tekanan darah, kadar gula darah, kadar

alkohol, dan pemeriksaan amphetamine secara acak pada pengemudi bus,

pengendalian vektor serta pemeriksaan dan penyediaan sanitasi tempat-

tempat umum dan tempat pengolahan makanan. Kegiatan kuratif

dilakukan melalui pelayanan kesehatan di pos-pos kesehatan, puskesmas,

dan rumah sakit yang disiagakan 24 jam selama periode mudik lebaran.

Dalam rangka menghadapi mudik lebaran koordinasi mutlak

diperlukan, yaitu koordinasi antar program di lingkungan kesehatan, lintas

sektor serta koordinasi pusat dan daerah. Di bidang kesehatan, perlu

dilakukan monitoring kesiapan petugas, sarana dan fasilitas kesehatan

terutama di jalur padat pemudik. Selain itu dilakukan pemantauan/inspeksi

sanitasi, baik tempat pengolah makanan maupun lingkungan, sehingga

tidak menimbulkan penyakit yang berpotensi wabah terutama yang

disebabkan food borne diseases. Pemeriksaan faktor risiko pada

pengemudi yang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan maupun Lintas

Sektor dilakukan untuk mengurangi angka kecelakaan yang meningkat

dari tahun ke tahun saat mudik lebaran.

Data kecelakaan selama arus mudik lebaran berasal dari Posko

Operasi Ketupat 2013 Korlantas Polri dan Data Penyakit berasal dari

laporan Posko Lebaran Sehat Ditjen PP dan PL sebagai berikut:

1) Jumlah Kecelakaan

Laporan Magang Simkarkesma 71


Grafik 3.25

Jumlah Kecelakaan pada Arus Mudik Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah kecelakaan saat arus

mudik lebaran cenderung mengalami peningkatan setiap tahun, akan tetapi

terjadi penurunan sebesar 29,77% dari tahun 2012 ke 2013.

2) Jumlah Korban Meninggal Dunia

Grafik 3.26

Jumlah Korban Meninggal pada Arus Mudik Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah korban meninggal dunia

saat arus mudik lebaran cenderung mengalami peningkatan setiap tahun.

Pada tahun 2013 jumlah korban meninggal saat arus mudik lebaran

mengalami penurunan sebesar 12,44% dibandingkan pada tahun 2012.

Laporan Magang Simkarkesma 72


3) Jumlah Korban Luka Berat

Grafik 3.27

Jumlah Korban Luka Berat pada Arus Mudik Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah korban luka berat saat

arus mudik lebaran cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Pada

tahun 2013 jumlah korban luka berat saat arus mudik lebaran mengalami

penurunan sebesar 13,48% dibandingkan pada tahun 2012.

4) Jumlah Korban Luka Ringan

Grafik 3.28

Jumlah Korban Luka Ringan pada Arus Mudik Tahun 2010-2013

Grafik di atas menunjukkan bahwa jumlah korban luka ringan saat arus

mudik lebaran cenderung mengalami peningkatan setiap tahun. Pada tahun

Laporan Magang Simkarkesma 73


2013 jumlah korban luka ringan saat arus mudik lebaran mengalami

penurunan sebesar 6,23% dibandingkan tahun 2012.

5) Sebaran Penyakit Selama Mudik Lebaran 2013

Grafik 3.29

Presentase Kunjungan di Pos Kesehatan pada Arus Mudik

Tahun 2013

Grafik di atas menunjukkan angka persebaran penyakit di Pos Kesehatan

Dinkes dan KKP pada mudik lebaran 2013. Berdasarkan grafik tersebut

diketahui bahwa penyakit terbanyak adalah ISPA dan penyakit yang paling

sedikit adalah conjungtivitis dan iritasi mata.

d. Kesehatan Wisata

Kondisi matra ditunjukkan dengan lingkungan yang berbeda dengan

kondisi asal wisatawan, meliputi kondisi perjalanan maupun di lokasi tujuan

wisata yang merupakan tempat berkumpulnya orang banyak. Kondisi matra

di perjalanan dapat terjadi di udara, laut, maupun darat. Sedangkan di lokasi

tujuan wisata meliputi obyek wisata (budaya, alam) dan semua

kelengkapannya (hotel, restoran, tempat-tempat umum). Kegiatan

Laporan Magang Simkarkesma 74


peningkatan kesehatan wisata di daerah asal salah satunya dapat dilakukan

dengan pemberian obat profilaksis bila bepergian ke daerah endemic malaria,

pemeriksaan kesehatan dan penyuluhan (bekerjasama dengan biro

perjalanan), sedangkan di perjalanan dapat dilakukan dengan memberikan

informasi rumah sakit atau klinik misalnya dalam bentuk brosur di bandara.

e. Kesehatan Bawah Tanah

Kegiatan ini memiliki risiko kesehatan karakteristik dibandingkan dengan

tambang terbuka dikarenakan keterbatasan kondisi yang disesalkan dengan

aktivitas bawah tanahnya. Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk

meningkatkan kesehatan bawah tanah antara lain dengan pemeriksaan

kesehatan fisik dan mental pekerja, penyuluhan kesehatan, penyediaan

peralatan keselamatan, dan lain-lain.

e. Kesiapsiagaan, RHA dan Tanggap Darurat Bencana dalam Bidang PP

dan PL

Dampak bencana terhadap masalah kesehatan berupa korban jiwa,

luka-luka, kecacatan, gangguan sanitasi dan gangguan sistem pelayanan

kesehatan serta timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan

meningkatnya faktor risiko. Korban yang meninggal, luka dan sakit karena

bencana merupakan korban langsung, sedangkan pengungsi akibat

bencana merupakan korban tidak langsung. Adapun kerusakan lingkungan

antara lain ditunjukkan dengan rusaknya fasilitas air bersih dan sanitasi

sehingga akses masyarakat terhadap air minum dan sanitasi menjadi

terbatas. Infrastruktur pelayanan kesehatan yang terkena dampak bencana

banjir dapat berbentuk fisik yaitu rumah sakit, puskesmas, puskesmas

Laporan Magang Simkarkesma 75


pembantu, polindes dan fasilitas lainnya, serta dapat berbentuk non fisik,

yaitu dalam bentuk terhentinya program-program kesehatan masyarakat

Pada tahun 2013 terdapat 31 lokasi bencana yang dikendalikan

faktor risikonya.

Gambar 3.9

31 Lokasi Bencana

g. Penyiapan Lapangan Sail Komodo

Pelaksanaan Acara Puncak

 Puncak acara Sail Komodo 2013 di Labuan Bajo tanggal 14

September 2013

 Puncak acara Sail Komodo 2013 dipusatkan di Pantai Pede, Labuan

Bajo Manggarai Barat disaksikan oleh sekitar 3600 orang dihadiri

oleh Bapak Presiden bersama para Menteri Kabinet Indonesia

Bersatu II, Panglima TNI dan Kepala Staf TNI serta Kapolri,

Gubernur Nusa Tenggara Timur serta para Ketua Adat dan para

undangan lainnya. Dari Kementerian Kesehatan hadir Ibu Menteri

Kesehatan, Direktur Bina Upaya Kesehatan Dasar, Kepala Pusat

Laporan Magang Simkarkesma 76


Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktur Bina Upaya Kesehatan

Dasar, Kepala Pusat Penanggulangan Krisis Kesehatan, Direktur

Penyehatan Lingkungan, Kepala BBTKL-PP Surabaya, Kepala

KKP kelas III Kupang dan staf, serta Kasubdit Kesehatan Matra

dan staf. Sedangkan dari Dinkes Provinsi Nusa Tenggara Timur

Kepala Bidang PPMK beserta staf.

 Rangkaian acara puncak antara lain: Pentas Seni dan atraksi budaya

dari berbagai daerah di NTT, parade dan sailing pass 26 kapal

perang Indonesia serta atraksi terjun paying.

 Sail Komodo melibatkan puluhan kapal pesiar dari 17 negara,

dengan tema Sail Komodo 2013 “Jembatan Emas Menuju

Nusa Tenggara Timur menjadi Destinasi Utama Pariwisata

Dunia”. Sebelumnya para peserta melakukan pelayaran dari

Darwin, Ambon serta menyinggahi berbagai daerah di Flores,

Sumba, Timor dan Alor serta Rote.

 Situasi kesehatan selama puncak acara, tanggal 13 September 2013

terjadi 5 kasus diare terhadap penari/siswa, 3 orang diobservasi di

Posko Yankes (sembuh pulang), 2 orang dirujuk ke Puskesmas

Kota. Selain itu 3 orang dengan kasus diare dari penginapan

dirujuk langsung ke Puskesmas Kota. Semua penderita yang

dirujuk telah sembuh dan mengikuti puncak acara tanggal 14

September 2013. Dugaan penyebab diare dari nasi bungkus yang

telah basi dan dimakan penderita.

Laporan Magang Simkarkesma 77


 Pemeriksaan dan pengawasan air minum PDAM, depot air isi

ulang, pemeriksaan makanan/minuman serta hygiene sanitasi

rumah makan, warung, home stay oleh BBTKL-PP Surabaya

bekerja sama dengan Dinkes Kabupaten Manggarai Barat.

 Penyediaan Tenda situasi khusus matra untuk pos pelayanan

kesehatan di lokasi puncak acara (pantai Pede) dukungan dari

Direktorat Simkar Kesma.

 Penyiagaan ambulans serta personil dari KKP Kupang pada saat

puncak acara.

h. Kemah Bakti Saka Bakti Husada dan Perancanangan Gebyar

Pramuka Bidang PP dan PL

1) Kegiatan kemah Bakti SBH Kwarcab Sukabumi dan Pencanangan

Gebyar Pramuka PP dan PL dibuka oleh Bupati Kabupaten

Sukabumi pada tanggal 27 Juni 2013 bertempat di lapangan parker

Hotel Augusta Citepus Palabuhan Ratu. Kegiatan Pembukaan

dihadiri oleh Sekretaris Kwarnas, Ketua Kwarcab Sukabumi,

Kapolres Sukabumi, Kadinkes Kab. Sukabumi, Perwakilan Ditjen

PP dan PL, jajaran pimpinan SKPD Kab.Sukabumi, para Camat dan

Kepala Puskesmas di wilayah Kabupaten Sukabumi.

2) Tema “Sinergisitas program kesehatan dan Saka Bakti Husada dalam

rangka percepatan pencapaian target MDG’s”.

3) Pencanangan Gebyar Pramuka Bidang PP dan PL telah dilaksanakan

oleh Direktur Jenderal PP dan PL pada tanggal 29 Juni 2013

terangkai dengan kegiatan Kemah Bakti Pramuka Saka Bakti Husada

Laporan Magang Simkarkesma 78


Kwarcab Sukabumi yang dilaksanakan sejak tanggal 27 Juni-30 Juni

2013, di Lapangan perkemahan Jalan Raya Citepus Kecamatan

bertempat di pelabuhan Ratu, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa

Barat. Kegiatan pencanangan ini dihadiri oleh Wakil Ketua Kwarcab

Jawa Barat, Sekretaris Kwarnas, Kepala Dinas Kesehatan

Kab.Sukabumi, jajaran pimpinan UPT Ditjen PP dan PL (BBTKL-

PP Jakarta, KKP Bandung, KKP Manado, KKP Tanjung Balai

Karimun, KKP Priok, KKP Soekarno Hatta, BTKL kelas I Medan),

jajaran pimpinan SKPD Kab.Sukabumi.

E. PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

1. Gambaran Umum Puskesmas Cempaka Putih

Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih mulai beroperasi pada

bulan Juli 1990 setelah terjadi pemisahan wilayah dengan Kecamatan

Johar Baru . Pada tahun 2010 gedung Puskesmas Cempaka Putih

mengalami rehab total. Pada tanggal 21 Januari 2013 Puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih mulai menempati gedung baru sesuai dengan

instruksi Kepala Dinas Kesehatan Jakarta Pusat. Puskesmas Cempaka

Putih menempati luas tanah 1.350 m2 (No sertifikat 487, tanggal 12 Des

1987) dengan bangunan empat setengah lantai. Puskesmas Cempaka Putih

membawahi 3 Puskesmas Kelurahan dari 3 kelurahan (Kel. Cempaka

Putih Barat, Kel. Cempaka Putih Timur, Kel. Rawasari) hanya ada 1

kelurahan yang belum memiliki puskesmas (Kel. Cempaka Putih Timur).

Memiliki wilayah kerja 30 RW dengan 366 RT dan 17.605 KK (95.171

Laporan Magang Simkarkesma 79


jiwa) dengan kepadatan penduduk 28.128/km2. Puskesmas Cempaka Putih

mendapatkan Sertifikat ISO 9001 pada tahun 2008.

2. Keadaan Geografis

a. Letak wilayah :

Kecamatan Cempaka Putih adalah salah satu Kecamatan yang

berada di Wilayah Kotamadya Jakarta Pusat.

b. Batas Wilayah :

Utara : Jl. Let. Jend Suprapto (Kec. kemayoran)

Barat : Jl. Rawa Selatan, Jl. Mardani (Kec. Johar Baru)

Selatan : Jl. Pramuka (Kec. Matraman)

Timur : Jl. Jend. A. Yani (Kec. Pulogadung)

c. Jumlah Puskesmas :

 1 Puskesmas Kecamatan

 3 Puskesmas Kelurahan (Pkl. Cempaka Putih Barat 1, Pkl.

Cempaka Putih Barat 2, dan Pkl. Rawasari)

3. Sumber Daya Manusia

Pegawai Negeri Sipil (PNS) Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih,

total : 78 orang.

a. S2 (medis)

 dokter umum :

 dokter gigi : 1 orang

b. S1 (medis)

 dokter umum : 15 orang

 dokter gigi : 6 orang

Laporan Magang Simkarkesma 80


 Perawat : 6 orang

 Apoteker : 1 orang

 SKM : 2 orang

c. D3 (medis)

 Perawat : 11 orang

 Bidan : 7 orang

 Radiologi : 2 orang

 Gizi : 2 orang

 Fisioterapi : 1 orang

 Asisten Apoteker : 1 orang

 Analis Lab : 1 orang

 Kesling : 1 orang

d. D1 (medis)

 Gizi : 2 orang

 Bidan : 7 orang

e. SMA dan Sederajat : 3 orang

f. Lain-lainnya

 SMAK : 1 org

 SPK : 3 org

 SPRG : 2 org

 Pek. Kes : 2 org

 SMF : 1 org

Pegawai Non PNS (Kontrak dan PHL) Puskesmas Kecamatan Cempaka

Putih, total : 51 orang

Laporan Magang Simkarkesma 81


a. S1 (medis)

 Dokter umum : 8 orang

 Dokter gigi : 1 orang

 Perawat :-

 Apoteker : 2 orang

 SKM :-

b. S1 (umum)

 Administrasi : 5 orang

c. D3 (medis)

 Perawat : 9 orang

 Bidan : 8 orang

 Radiologi :-

 Gizi :-

 Fisioterapi :-

 Asisten Apoteker : 1 orang

 Rekam Medik : 1 orang

 Analis Lab : 1 orang

d. D3 (umum)

 Komputer : 2 orang

 Administrasi :-

e. SMA dan Sederajat

a. SMF : 4 orang

b. SMA : 9 orang

Laporan Magang Simkarkesma 82


4. Visi dan Misi serta Moto

a. Visi

Menjadikan Puskesmas Cempaka Putih sebagai Puskesmas pilihan

dengan layanan prima, berkualitas, dan terpercaya guna terwujudnya

masyarakat sehat seutuhnya di wilayah Jakarta Pusat.

b. Misi

1. Meningkatkan profesional SDM melalui peningkatan kemampuan

manajerial dan pelatihan-pelatihan sesuai kompetisi

2. Meningkatkan dan mengembangkan sarana dan prasarana dalam

mencapai layanan prima

3. Mengetahui dan mampu memenuhi kebutuhan pelanggan

4. Petugas mampu melaksanakan pelayanan prima dengan penuh

tanggung jawab dan etika

5. Melaksanakan pelayanan prima melalui program-program dan

layanan unggulan

c. Moto

S : SENYUM dan SAPA

E : EMPATI

H : HANDAL

A : AKURAT

T : TERTIB

Laporan Magang Simkarkesma 83


5. Pelayanan Kesehatan

a. Pelayanan Klinik Umum

b. Pelayanan Klinik Jamsostek, ASKES

c. Pelayanan Klinik Kesehatan Gigi

d. Pelayanan Klinik KIA

e. Pelayanan Klinik KB

f. Pelayanan Klinik Imunisasi

g. Pelayanan Klinik Umum Geriatri

h. Pelayanan Klinik Umum THT

i. Pelayanan Klinik Umum Anak

j. Pelayanan Klinik MTBS

k. Pelayanan Klinik Gizi

l. Pelayanan Kamar Tindakan

m. Pelayanan Klinik Paru-paru dan PAL

n. Pelayanan Klinik IMS dan VCT

o. Pelayanan Laboratorium

p. Pelayanan Apotik

q. Pelayanan Rawat Inap Umum (terbaru)

r. Pelayanan Rumah Bersalin

s. Layanan 24 jam dan IGD

Laporan Magang Simkarkesma 84


6. Jumlah Kunjungan Pasien

40000

35000

30000
Jumlah kunjungan

25000

20000
Umum/bayar
15000 BPJS

10000 Gratis
Jumlah
5000

Pelayanan

Grafik 3.30
Jumlah Kunjungan Pasien di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Cempaka
Putih Tahun 2014

F. DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA

1. Visi dan Misi

a. Visi

Jakarta Sehat Untuk Semua Tahun 2007

b. Misi

- Menyelenggarakan pembangunan kesehatan melalui

manajemen kesehatan dan penerapan kaidah “Good

Governance”.

Laporan Magang Simkarkesma 85


- Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat, kesehatan

perorangan kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip

pelayanan kesehatan prima.

- Penguatan bidang kesehatan masyarakat mealui upaya promotif

dan preventif sampai dengan tingkat kelurahan.

- Mengembangkan pembiayaan kesehatan menuju sistem jaminan

pembiayaaan Semesta.

- Meningkatkan kemitraan lintas sektor dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan.

- Meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang.

2. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

DINAS
KESEHATAN

SEKRETARIAT

BID. YANKES BID. SDK BID. PMKes BID. KESMAS

SEKSI SEKSI
KESLING PM-PTM

SEKSI
SURVEILANS

Gambar 3.10
Struktur Organisasi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

Laporan Magang Simkarkesma 86


3. Fungsi Masing-masing Tingkatan

a. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta

 Penyusunan Standar, Norma, Pedoman dan Kriteria Penyehatan

Lingkungan & Kesehatan Kerja

 Peningkatan Kemampuan SDM (TOT)

 Advokasi

 Koordinasi dan Kerjasama Lintas Sektor dan Program

 Perumusan Masalah, Saran dan Rekomendasi

 Pengadaan Sarana dan Prasarana Kesehatan Lingkungan (buffer

stock)

 Food Security (termasuk keracunan makanan minuman)

 Uji Petik

 Monitoring, Evaluasi dan Supervisi

 Analisis dan Implementasi

 Pencatatan dan Pelaporan

 Umpan Balik

b. Suku Dinas Kesehatan Kota/Kabupaten

 Pemeriksaan sampel dan Uji Petik

 Surveilans Vektor Penyakit

 Mengeluarkan Sertifikat Laik sehat

 Pelatihan

 Surveilans Kesling,m Deteksi Dini dan Investigasi

 Pemberian Izin Operasional Pestisida

 Survei Lingkungan Pemukiman

Laporan Magang Simkarkesma 87


 Survei Lingkungan Kerja

 Survei Lingkungan Kota Sehat

 Penyehatan Lingkungan Pasca Bencana

 Pembinaan, Pengawasan dan Pengendalian

 Pemetaan sarana dan Pemantauan dampak

 Perumusan Saran, Masalah dan Rekomendasi

 Pengadaan Sarana dan Prasarana

 Investigasi keracunan makanan dan minuman

 Koordinasi Lintas Sektor dan Program

 Monitoring, Evaluasi dan Supervisi

 Pencatatan dan Pelaporan

c. Puskesmas Kecamatan/Kelurahan

 Pemetaan dan Inventarisasi

 Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air

 Pemeriksaan kepadatan vektor

 Pengendalian Vektor

 Pembinaan dan Rekomendasi

 Pembinaan Rumah Sehat

 Pembinaan Pos UKK secara Paripurna

 Pemetaan Sarana dan Pemantauan Dampak

 Koordinasi Lintas Sektor

 Pendataan dan Program

 Pelatihan Kader

 Penyuluhan dan pemberdayaan Masyarakat

Laporan Magang Simkarkesma 88


 Pengadaan Sarana dan Prasarana

 Investigasi keracunan makanan dan minuman

 Pencatatan dan Pelaporan

d. Upaya yang Dilakukan dalam Menangani Masalah Kesehatan

Lingkungan

 Membuat perencanaan yang bersifat inovatif dan implementatif

dengan menyesuaikan kebutuhan masyarakat, sumber daya

kesehatan dan kondisi wilayah kerja;

 Memanfaatkan tehnologi tepat guna (TTG) dalam melaksanakan

program kesehatan lingkungan;

 Membangun jejaring kesehatan lingkungan dengan memanfaatkan

tehnologi Informasi seperti website Kesehatan Lingkungan,

pelaporan berbasis SMS dll.

G. FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG

1. FAKTOR PENGHAMBAT

a. P2PL sistem pencatatan dan pelaporan yang diterima dari dinas

provinsi terlambat dikarenakan pengiriman laporan dari tiap-tiap

kabupaten ke dinas provinsi akibat sarana yang kurang mendukung.

b. P2PL kekurangan dana akibat dana yang diberikan dari pusat sebesar

20% untuk provinsi dan 80% untuk di kabupaten.

c. Respon KLB hanya dilaksanakan berdasarkan rumor dan perintah

dari kementrian kesehatan, dikarenakan kurangnya pencatatan yang

lengkap.

Laporan Magang Simkarkesma 89


d. Beberapa website yang dimiliki tidak bisa digunakan secara efektif

karena terjadi penumpukan data.

2. FAKTOR PENDUKUNG

a. P2PL banyaknya lintas sektor yang bekerja sama dengan P2PL

dalam pemberian informasi dan pelaporan-pelaporan survei.

b. Sarana dan prasarana yang mendukung dalam kegiatan pencatatan

dan pelaporan sudah lengkap.

c. Sarana dan prasarana didukung oleh WHO.

Laporan Magang Simkarkesma 90


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan urain sebelumnya dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada umumnya segala kegiatan menyangkut Pelayanan Kesehatan di

Dinas Kesehatan lebih mengacu kepada sistim pencatatan dan pelaporan.

2. Kegiatan magang yang dilakukan di Direktorat Jenderal PP dan PL

bagian Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, Dan Kesehatan

Matra (SIMKARKESMA) pada empat (4) Sub Direktorat yaitu :

Surveilans dan Respon Kejadian Luar Biasa (KLB), Imunisasi, Karantina

Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan, dan Kesehatan Matra berlangsung

dengan baik. Kami para peserta magang di terima dengan tangan terbuka

dan keramahan oleh para staf di bagian Di Direktorat Surveilans,

Imunisasi, Karantina, Dan Kesehatan Matra. Kami para peserta magang

di Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, Dan Kesehatan Matra

berjumlah 12 orang dan kami dibagi menjadi 4 kelompok dengan

masing-masing kelompok berisikan 3 orang. Masing-masing dari 3 orang

ini di masukkan di setiap sub direktorat yang ada di Direktorat

SIMKARKESMA.

3. Kami para peserta magang di bagian Direktorat SIMKARKESMA telah

melakukan praktek berupa di berikannya Pemaparan Materi dan

bimbingan dari staf di masing-masing sub direktorat.

4. Di Sub Direktorat Surveilans dan Respon Kejadian Luar Biasa (KLB),

kami ditunjukkan bagaimana gambaran, cakupan, dan pencapaian

Laporan Magang Simkarkesma 91


surveilans epidemiologi di indonesia, begitu juga pada Respon Kejadian

Luar Biasa, kami di tunjukkan dan di jelaskan bagaimana merespon dan

menaggulangi KLB.

5. Di bagian Sub Direktorat Imunisasi, kami peserta magang di tunjukkan

alat-alat untuk imunisasi, jenis-jenis vaksin imunisasi dan pada siapa saja

imunisasi diberikan. Di Sub Direktorat Imunisasi juga di tunjukkan

gambaran, cakupan, dan pencapaian imunisasi di indonesia.

6. Di Sub Direktorat Karantina Kesehatan dan Kesehatan Pelabuhan, kami

ditunjukkan bagaimana cara mencegah tangkal keluar / masuk penyakit

melalui pintu masuk negara (pelabuhan, bandara, dan PLBDN).

7. Di Sub Direktorat Kesehatan Matra, kami ditunjukkan

8. Pemaparan materi dan pemberian bimbingan oleh staf pada masing-

masing sub Direktorat yang ada di DitJen SIMKARKESMA

memudahkan kami, peserta magang memahami rangkaian kegiatan yang

telah kami laksanakan.

9. Kegiatan kunjungan di Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Puskesmas

Kecamatan Cempaka Putih juga berlangsung dengan baik dan lancar. Di

Universitas Indonesia Fakultas Kesehatan Masyarakat kami di

perkenalkan tentang bagaimana visi misi, proses belajar, dan target yang

ingin di capai untuk menghasilkan lulusan hebat yang mampu

berkompetensi. Kami juga di tunjukkan bagaimana lingkungan kampus,

ruangan laboratorium komputer dan perpustakaan di Fakultas Kesehatan

Laporan Magang Simkarkesma 92


Masyarakat Universitas Indonesia, juga perpustakaan universitas

indonesia.

10. Di Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta kami diberikan pemaparan

materi berupa struktur organisasi, tugas, fungsi serta Mengetahui tugas

dan fungsi pada unit pencegahan dan pemberantasan penyakit menular,

tidak menular, penyakit berpotensi wabah dan sistem surveilens data di

Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta.

11. Di Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih, kami diberikan materi berupa

moto, profil puskesmas, bagaimana pelayanan di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih, kegiatan-kegiatan yang di lakukan untuk mempermudah

pelayanan, dan bagaimana pembuatan laporan di Puskesmas Kecamatan

Cempaka Putih sebagai Puskesmas yang memiliki ISO 9001.

B. Saran

1. Bagi Direktorat Jenderal Pencegahan Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan (PP dan PL)

 Bagi Direktorat Surveilans, Imunisasi, Karantina, Dan Kesehatan

Matra (SIMKARKESMA), untuk lebih meningkatkan kinerjanya

agar tercapainya indonesia sehat.

2. Bagi Puskemas Kecamatan Cempaka Putih dan Dinas Kesehatan Provinsi

DKI Jakarta

 Bagi Puskesmas dan Dinas Kesehatan untuk lebih menjaga dan

meningkatkan kualitas kerja agar kegiatan/ pekerjaan terlaksana

dengan efektif.

Laporan Magang Simkarkesma 93

Anda mungkin juga menyukai