Anda di halaman 1dari 20

Upaya Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Published on 16 June 2014 by Candra Wiguna


Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta
memiliki
peran
penting
dalam
upaya
penanggulangan
kemiskinan.
Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks
Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama
selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 1992
tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomi.
Kondisi umum kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu lingkungan,
perilaku, dan pelayanan kesehatan. Sementara itu pelayanan kesehatan
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain ketersediaan dan mutu fasilitas
pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan kesehatan, tenaga kesehatan,
pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas pelayanan kesehatan dasar,
yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan Puskesmas Pembantu dan Puskesmas
keliling, telah didirikan di hampir seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah
Puskesmas di seluruh Indonesia adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002
unit dan Puskesmas keliling 6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan
dasar tersebut terdapat di semua kecamatan, namun pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum
sepenuhnya dapat dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya
dan jarak transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit
yang terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan
pelayanan kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.
Ketersediaan mutu, keamanan obat, dan perbekalan kesehatan masih belum
optimal serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat. Dalam hal
tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada hampir semua jenis
tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar tentang SDM adalah
inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi masalah kesehatan.
Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi masih jauh dari target
Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih tajam. Dengan
produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini, target tersebut sulit
untuk dicapai.

SUBSISTEM UPAYA KESEHATAN DALAM SISTEM KESEHATAN NASIONAL


A.

PENGERTIAN

Upaya kesehatan = tatanan yg


menghimpun berbagai upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara terpadu &
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kes masy yg setinggitingginya.

B.

TUJUAN

Terselenggaranya upaya kesehatan yang tercapai (accessible), terjangkau


(affordable), dan bermutu (quality) untuk menjamin terselenggaranya
pembinaan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yg
setinggi-tingginya.
C.

UNSUR-UNSUR UTAMA

1.

UKM (Upaya Kesehatan Masyarakat)

2.

UKP (Upaya Kesehatan Perorangan)

D.

DEFINISI UKM

setiap kegiatan pemerintah, masyarakat, dan swasta, untuk memelihara dan


meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya
masalah kesehatan di masyarakat.
Contoh UKM
Promosi kesehatan
Pemeliharaan kesehatan
Pemberantasan penyakit menular
Kesehatan jiwa
Pengendalian penyakit tidak menular
Penyehatan lingkungan
Penyediaan sanitasi dasar
Perbaikan gizi masyarakat
Pengamanan sediaan farmasi dan alat kesehatan
Pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan makanan) dalam
makanan dan minuman,
Pengamanan narkotika, psikotropika, zat aditif dan bahan berbahaya
Penanggulangan bencana dan bantuan kemanusiaan

E.

DEFINISI UKP

Unik Kegiatan perorangan adalah setiap kegiatan oleh pemerintah masyarakat


dan swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah da
n menyembuhkan penyakit sertamemulihkan kes perorangan.
Contoh UKP
Upaya promosi kesehatan
Pencegahan penyakit

Pengobatan rawat jalan


Pengobatan rawat inap
Pembatasan dan pemulihan kecacatan terhadap perorangan
Termasuk pengobatan tradisional dan alternatif
Termasuk pelayanan kebugaran fisik dan kosmetika
F.

PRINSIP

1.
UKM terutama diselenggarakan oleh pemerintah dg peran aktif masyarakat dan
swasta
2.

UKP diselenggarakan oleh masyarakat, swasta, dan pemerintah.

3.
Penyelenggaraan upaya kesehatan oleh swasta harus memperhatikan
fungsi sosial.
4.
Penyelenggarakan upaya kesehatan harus bersifat menyeluruh, terpadu, berkela
njutan, terjangkau, berjenjang, profesional, & bermutu.
5.
Penyelenggaraan upaya kes, termasuk pengobatan tradisional & alternatif,
harus tidak bertentangan dg kaidah ilmiah.
6.
Penyelenggaraan upaya kesehatan harus sesuai dengan nilai & normal
sosial budaya, moral, & etika profesi.
G.

BENTUK POKOK

UKM (UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT)


1.

UKM Strata Pertama

a.
UKM tingkat dasar,
ditujukan ke masy.

yaitu yang mendayagunakan iptek kes dasar

b.

Ujung tombak puskesmas

c.

Sekurangnya 1 puskesmas per kecamatan

d.

Tiga fungsi puskesmas:

Pusat penggerak pemb berwawasan kes.

Pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kes.

Pusat pelayanan kesehatan tingkat dasar.

Peran Serta Masy dalam UKM Strata Pertama


Diri sendiri
Keluarga
Upaya kesehatan bersama (UKBM)

Contoh UKBM:
o

Posyandu

Polindes

Pos Obat Desa

Pos upaya Kesehatan Kerja

Dokter Kecil dalam Usaha Kes Sekolah

2.

UKM Strata Kedua

a.
Adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan iptek kesehatan spesi
alistik yang ditujukan kepada masyarakat.
b.
Penanggung jawab UKM strata kedua = Dinkes Kab/Kota (didukung lintas
sektor)
c.

2 fungsi utama Dinkes = fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan.

Fungsi Dinkes Kab/Kota


Fungsi Manajerial = perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban pemb kes di kab/kota.
Fungsi Teknis kesehatan = penyediaan pelayanan kesehatan masyarakat tk
lanjut (kebutuhan rujukan pkm)
Rujukan Kesehatan Masyarakat = pelimpahan wewenang dan TJ atas masalah ke
hehatan masyarakat yg dilakukan timbal balik, vertikal dan horizontal.
3 aspek rujukan: rujukan sarana, rujukan teknologi, dan rujukan operasional.
Dinkes Kab/Kota dilengkapi Unit/Subdin:
P2P
Promkes
Pelayanan kefarmasian
Kesehatan lingkungan
Perbaikan gizi
KIA/KB
3.

UKM Strata Ketiga

a.
UKM tingkat unggulan, yaitu yg mendayagunakan iptek kesehatan subspesialisti
k yang ditujukan kepada masyarakat.
b.

Penanggung jawab = Dinkes Provinsi dan Depkes didukung lintas sektor.

c.

2 fungsi Dinkes Prov dan Depkes= fungsi manajerial dan fungsi teknis kes.

Fungsi Dinkes Prov/Depkes

Fungsi Manajerial = perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, pengawasan,


pertanggungjawaban penyelenggaraan pemb di prov/nas.
Fungsi Teknis kes = penyediaan pelayanan kes masy tingkat unggulan dlm
rangka melayani kebutuhan dari kab/kota dan prov.
Dinkes Prov/Depkes didukung oleh:

Institut Gizi Nasional

Institut Penyakit Infeksi Nas

Institut Kes Jiwa Nas

Institut Ketergantungan Obat Nas

Institut Promosi Kes Nas

Institut Kesehatan Kerja Nas

Pusat Laboratorium Nas

Institute Survailans, Teknologi Penyakit & Kesling

UKP (UPAYA KESEHATAN PERORANGAN)


1.

UKP Strata Pertama

a.
UKP tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan iptek kes yang ditujukan kepada
perorangan.
b.

Penyelenggara = pemerintah, masy, dan swasta;

c.

UKP melalui pelayanan professional =

praktik bidan,
praktik perawat,
praktik dr,
praktik drg,
poliklinik,
BP,
praktik klinik 24 jam,
praktik bersama,
RB.
d.
UKP Strata Pertama oleh Pemerintah Puskesmas (pelayanan kesehatan
masyarakat dan pelayan kesehatan perorangan)

e.
f.

Kelengkapan puskesmas Pustu, Pusling, Polindes, Pos Obat Desa.


Polindes dan Pos Obat Desa termasuk bersumber masyarakat.

Dokter Keluarga
Untuk masa mendatang
SJSN telah berkembang
UKP strata pertama tidak puskesmas lagi diserahkan ke dokter keluarga
Kecuali daerah terpencil, masih dipadukan dengan puskesmas.
2.

UKP Strata Kedua

a.
UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan iptek kes spesialistik yang dit
ujukan ke perorangan.
b.

Penyelenggara: pemerintah, masyarakat, & swasta

c.
UKP Strata 2 ini didukung oleh pelayanan penunjang: apotek, lab klinik,
dan optik.
Bentuk UKP Strata 2
Praktik dokter spesialis
Praktik dokter gigi spesialis
Klinik spesialis
Balai Pengobatan Peny Paru-paru (BP4)
Balai Kesehatan Mata Masy (BKMM)
Rumah Sakit Kelas C dan B non pendidikan milik pemerintah (termasuk
TNI/Polri dan BUMN),
Rumah sakit swasta
Pelayanan Rujukan Medik

pelimpahan wewenang dan TJ atas kasus peny yang dilakukan secara timbal bali
k, vertikal dan horizontal.
Terdiri dari 3 aspek rujukan kasus, rujukan ilmu pengetahuan, dan rujukan
bahan-bahan pemeriksaan lab.
3.

UKP Strata Ketiga

a.
UKP tingkat unggulan, yaitu yang mendayagunakan iptek kes subspesialistik yan
g ditujukan kepada perorangan.
b.

Penyelenggara = pemerintah, masy, dan swasta

Bentuk UKP Strata III


Praktik dokter spesialis konsultan
Praktik dokter gigi spesialis konsultan
Klinik spesialis konsultan
Rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk
TNI/Polri dan BUMN)
Rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta

Pelayanan kesehatan perorangan


Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private
goods) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan
penyakit.
Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas
tertentu ditambah dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (public
goods) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan.Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi,
peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa serta
berbagai program kesehatan masyarakat lainnya
Defenisi Pelayanan Kesehatan.
Defenisi pelayanan kesehatan cukup beragam pendapat dari para pakar. Salah
satunya yang disampaikan oleh Levey dan Loomba (1973). Beliau
mengatakan bahwa pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan
ataupun masyarakat.
Sesuai dengan batasan yang seperti ini, segera dipahami bahwa bentuk
dan jenis pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya.
Karena kesemuanya ini amat ditentukan oleh :
1. Perorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau
secara bersama-sama dalam suatu organisasi.

2. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan


pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit,
penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan, atau kombinasi dari padanya.
3. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan, keluarga,
kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.
Secara umum yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan adalah setiap
upaya yang diselenggarakan secara bersama-sama dalam suatu organisasi
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan
mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, kelompok,
keluarga ataupun masyarakat (Asrul Aswar, 1996)
Tiga faktor yang mempengaruhi pelayanan kesehatan menurut azwar
(1996). Pertama, unsur masukan meliputi tenaga medis, dana dan sarana yang
tersedia sesuai kebutuhan. Kedua, unsure lingkungan meliputi kebijakan,
organisasi dan manajemen. Ketiga, unsur proses meliputi tindakan medis dan
tindakan non medis sesuai standar profesi yang telah ditetapkan.
Sekalipun bentuk dan jenis pelayanan kesehatan banyak macamnya namun jika
disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas 2. bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan tersebut, jika dijabarkan dari pendapat Hodgetts dan
Cascio (1983) adalah :
1. Pelayanan kedokteran
Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kedokteran
(medical services) ditandai dengan cara pengorganisasian yang dapat bersifat
sendiri (solo practice) atau secara bersama-sama dalam satu organisasi
(institution), tujuan utamanya untuk menyembuhkan penyakit dan memilihkan
kesehatan serta sasarannya terutama untuk perseorangan dan keluarga.
2.

Pelayanan kesehatan masyarakat

Pelayanan kesehatan yang termaksud dalam kelompok pelayanan kesehatan


masyarakat (public health services) ditandai dengan cara pengorganisasian
yang umumnya secara bersama-sama dalam satu organisasi, tujuan utamanya
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit, serta
sasarannya terutama untuk kelompok dan masyarakat.
Secara sederhana, kedua pembagian yang seperti ini dapat digambarkan
dalam bagan .1.
Perbedaan lebih lanjut dari kedua bentuk pelayanan kesehatani ini, dapat dilihat
dari rincian Leavel dan Clark (1953), yang secara sederhana dapat diuraikan
pada table .1.
Perbedaan pelayanan
masyarakat
PELAYANAN KEDOKTERAN

kedokteran

dengan

PELAYANAN

pelayanan

kesehatan

KESEHATAN

MASYARAKAT

Tenaga pelaksananya terutama


adalah dokter

Tenaga tenaga pelaksananya


terutama adalah ahli kesmas

Perhatian
utamnya
penyembuhan penyakit

Perhatian
utamnya
pada
pencegahan penyakit penyakit

pada

Sasaran utamnya adalah


perseorangan atau keluarga

Sasaran
utamnya
masyarakat keseluruhan

Kurang
efisiensi

memperhatikan

Tidak boleh menarik perhatian


karena bertentangan dengan etik
dokter

Menjalankan
fungsi
perseorangan dan terikat dengan
undang-undang

Penghasilan
imbal jasa

Bertanggung
pada penderita

diperoleh
jawab

dari
hanya

Tidak dapat memonopoli upaya


kesehatan dan bahkan mendapat
saingan.

adalah

Selalu memperhatikan efisiensi

Menarik perhatian masyarakat


misalnya penyuluhan masyarakat

Menjalankan
fungsi
mengorganisir
masyarakat
dan
didukung dengan undang-undang

Penghasilan merupakan gaji dari


pemerintah

Bertanggung jawab
seluruh masyarakat

Dapat
kesehatan

memonopoli

kepada
upaya

Menghadapi berbagai persoalan


kepemimpinan.

Masalah administrasi sangat


sederhana.

Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan


Sekalipun pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan
masyarakat, namun untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan
yang baik, keduanya harus memiliki berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok
yang dimaksud ialah :
1.

Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan


kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam
masyarakakt adalah setiap saat yang dibutuhkan.

2.

Dapat diterima dengan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima
(acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate) artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan
kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat
istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat serta bersifat
tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.
3.

Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksudkan disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk dapat mewujudkan
pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi di
daerah perkotaan saja, dan sementara itu tidak ditemukan di daerah pedesaan,
bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
4.

Mudah di jangkau

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang
dimaksud disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan
yang seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang
mahal dan karena itu hanya mungkin di nikmati oleh sebagian kecil masyarakat
saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.
5.

Bermutu

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu
(quality). Pengertian mutu yang dimaksud disini adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu
pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan di pihak lain tata
cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah di
tetapkan.
Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan
1.

Pengertian

Pelayanan kesehatan ialah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau


secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perseorangan keluarga, kelompok, dan ataupun
masyarakat (Levey dan Loomba, 1973).

Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara


bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan
kesehatan perorangan, kelompok, keluarga ataupun masyarakat (Asrul Aswar,
1996).

2.

Batasan Pelayanan Kesehatan

Dari definisi yang dikemukakan oleh Levey dan Loomba (1973), dapat diperoleh
bahwabatasan pelayanan kesehatan mengandung hal-hal sebagai berikut :
a.

Usaha sendiri

Setiap usaha pelayanan kesehatan bisa dilakukan sendiri ditempat pelayanan.


Misalnya pelayanan bidan praktek mandiri.
b.

Usaha lembaga atau organisasi

Setiap usaha pelayanan kesehatan dilakukan secara kelembagaan atau


organisasi kesehatan ditempat pelayanan. Misalnya pelayanan kesehatan
masyarakat di puskesmas
c.

Memiliki tujuan yang dicapai

Tiap pelayanan kesehatan memiliki produk yang beragam yang pada tujuan
pokoknya adalah peningkatan derajat kesehatan masyarakat atau person

d.

Lingkup program

Lingkup pelayanan kesehatan meliputi kegiatan pemeliharaan kesehatan,


peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan penyakit,
pemulihan kesehatan, atau gabungan dari keseluruhan
e.

Sasaran pelayanan

Tiap pelayanan kesehatan menghasilkan sasaran yang berbeda, tergantung dari


program yang akan dilakukan, bisa untuk perseorangan, keluarga, kelompok
ataupun untuk masyarakat secara umum

Sesuai dengan batasan tersebut, segera dipahami bahwa bentuk dan jenis
pelayanan kesehatan yang dapat ditemukan banyak macamnya. Karena
kesemuanya ini amat ditentukan oleh :
a. Perorganisasian pelayanan, apakah dilaksanakan secara sendiri atau secara
bersama-sama dalam suatu organisasi.

b. Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencangkup kegiatan pemeliharaan


kesehatan, peningkatan kesehatan, pencengah penyakit, penyembuhan
penyakit, pemulihan kesehatan, atau kombinasi dari padanya.
c. Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perseorangan,
kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.

3.

keluarga,

Faktor yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan

Menurut Bloom (1974), derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 faktor utama,


yaitu :
a.

Lingkungan

Lingkungan merupakan semua yang ada di lingkungan dan terlibat dalam


interaksi individu pada waktu melaksanakan aktivitasnya. Lingkungan tersebut
meliputi lingkungan fisik, lingkungan psikososial meliputi keluarga, kelompok,
komuniti, maupun masyarakat. Masyarakat merupakan kelompok yang paling
penting dan kompleks yang telah dibentuk manusia sebagai makhluk sosial.
Masyarakat adalah organisasi yang terbentuk akibat interaksi antara manusia,
budaya, lingkungan yang bersifat dinamis terdiri dari individu, keluarga,
kelompok dan komuniti yang mempunyai tujuan dan sistem nilai.
Klien/ibu/wanita merupakan bagian dari anggota keluarga dan unit dari komuniti.
Paradigma kebidanan dalam konsep lingkungan ini adalah memandang
bahwa lingkungan fisik, psikologis, sosial, budaya dan spiritual, dapat
mempengaruhi kebutuhan dasar manusia selama pemberian asuhan kebidanan
dengan meminimalkan dampak atau pengaruh yang ditimbulkannya sehingga
tujuan asuhan kebidanan dapat tercapai.

Lingkungan fisik yang dimaksud adalah segala bentuk lingkungan secara


fisik yang dapat mempengaruhi perubahan statuskesehatan seperti adanya
daerah-daerah wabah, lingkungan kotor, dekat pembuangan air limbah, atau
sampah dan lain-lain. Lingkungan ini jelas dapat mempengaruhi kebutuhan dasar
manusia dalam bentuk kebutuhan keamanan dan keselamatan dari bahaya yang
dapat ditimbulkannya.

Lingkungan psikologis artinya keadaan yang menjadikan terganggunya


psikologis pada seseorang seperti lingkungan yang kurang aman yang
mengakibatkan kecemasan dan ketakutan akan bahaya yang ditimbulkannya.

Lingkungan sosial dalam hal ini adalah masyarakat yang luas serta budaya
yang ada juga dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang serta adanya
kehidupan spiritual juga mempengaruhi perkembangan seseorang dalam
kehidupan beragama serta meningkatkan keyakinan.

Bidan sebagai anggota dari komunitas dan pelaksana pelayanan kepada


komunitas harus mempunyai pengetahuan yang luas dan dalam tentang serta
unit dasarnya, membantu meningkatkan dan mempertahankan kesehatan
individu, keluarga dan masyarakat serta memberi motivasi untuk mencapai
tingkat kesehatan yang setinggi-tingginya.
b.

Perilaku
Pengertian

Perilaku merupakan hasil dari pengalaman serta interaksi manusia dalam


lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan sikap dan tindakan.
Perilaku manusia besifat holistik atau menyeluruh (IBI).
Perilaku adalah apa yang dikerjakan seseorang, baik diamati secara langsung
atau tidak secara langsung (Notoatmodjo, 1996).

Bentuk Perilaku

1) Bentuk pasif
Bentuk pasif (respon internal), yaitu respon yang terjadi dalam diri manusia dan
tidak secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir,
tanggapan atau sikap batin dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa
tablet penambah darah itu sangat dibutuhkan saat kehamilan, meskipun ibu
tersebut tidak meminum tablet penambah darah secara rutin. Dari contoh ini
terlihat bahwa ibu tersebut telah tahu guna tablet penambah darah meskipun
dirinya sendiri belum melakukan secara nyata dengan meminum rutin tablet
penambah darah. Oleh sebab itu jenis perilaku ini disebut covert
behaviour (perilaku terselubung).
2) Bentuk aktif
Bentuk aktif yaitu jika perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung.
Misalnyaibu melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Karena perilaku ini
sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka disebut overt behaviour.

Perilaku Profesional Bidan

Perilaku ibu selama kehamilan akan mempengaruhi kehamilan, perilaku ibu


dalam mencari penolong persalinan akan mempengaruhi kesejahteraan ibu dan
bayi yang dilahirkan. Demikian pula dengan perilaku ibu pada masa nifas akan
mempengaruhi kesehatan ibu dan bayinya.

Perilaku profesional dari bidan mencakup :


1)
Dalam melaksanakan tugasnya, bidan berpegang teguh pada filosofi, etika
profesi dan aspek legal

2)

Bertanggung jawab dalam keputusan klinis yang akan dibuatnya

3)
Senantiasa mengikuti perkembangan pengetahuan dan keterampilan
mutakhir secara berkala
4)
Menggunakan konsultasi dan rujukan yang tepat selama memberikan
asuhan kebidanan
5)
Menghargai dan memanfaatkan budaya setempat sehubungan dengan
praktik kesehatan, kehamilan, kelahiran, periode pasca salin, bayi baru lahir dan
anak
6)
Menggunakan model kemitraan dalam bekerjasama dengan kaum
wanita/ibu agar mereka dapat menentukan pilihan yang telah diinformasikan
tentang semua aspek asuhan, meminta persetujuan secara tertulis supaya
mereka bertanggung jawab atas kesehatannya sendiri
7)

Menggunakan keterampilan berkomunikasi

8)
Bekerjasama dengan petugas
pelayanan kesehatan ibu dan keluarga
c.

kesehatan

lain

untuk

meningkatkan

Keturunan

Kualitas manusia, diantaranya ditentukan oleh keturunan. Manusia yang sehat


dilahirkan dari ibu yang sehat. Hal ini menyangkut dari persiapan wanita
sebelum perkawinan, masa kehamilan, masa kelahiran dan nifas. Walaupun
kehamilan, kelahiran dan nifas adalah proses yang fisiologis bisa menjadi
patologis. Hal ini akan berpengaruh pada bayi yang akan dilahirkannya. Misalnya
saja adanya faktor keturunan kembar pada seorang ibu hamil. Kehamilan kembar
tentunya memiliki resiko yang lebih besar daripada kehamilan normal dengan
satu janin. Begitu pula adanya faktor keturunan yang dilihat dari faktor golongan
darah maupun faktor rhesus darah. Oleh karena itu layanan pra perkawinan,
kehamilan, kelahiran dan nifas adalah sangat penting dan mempunyai
keterkaitan satu sama lain yang tak dapat dipisahkan.
Keturunan juga memberikan pengaruh terhadap status kesehatan seseorang
mengingat potensi perubahan status kesehatan telah dimiliki melalui faktor
genetik, respon terhadap beberapa penyakit (Hidayat, 2004).
d.

Pelayanan Kesehatan / Kebidanan

Pelayanan kebidanan adalah suatu praktik layanan kesehatan yang spesifik


bersifat reflektif dan analisis ditujukan pada wanita khusunya bayi, ibu dan
balitadilaksanakan secara mandiri dan profesional yang didukung oleh
seperangkat ilmu pengetahuan yamg saling terkait dengan menggunakan suatu
metode ilmiah, dilandasi oleh etika dan kode etik profesi.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang
memberikan asuhan esensial dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan ibu dan balita yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga.

Pelayanan kebidanan yang dilaksanakan oleh bidan adalah sesuai dengan


kewenangannya berdasarkan peraturan yang ditetapkan pemerintah sesuai
standar yang ditetapkan.
Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang diberikan oleh bidan sesuai
dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud meningkatkan
kesehatan ibu dan anak dalam rangka terciptanya keluarga bahagia dan
sejahtera.
Sasaran pelayanan kebidanan adalah individu, keluarga dan masyarakat, yang
meliputi upaya-upaya sebagai berikut :
a. Peningkatan (promotif) : misalnya dapat dilakukan dengan adanya promosi
kesehatan (penyuluhan tentang imunisasi, himbauan kepada masyarakat untuk
pola hidup sehat).
b. Pencegahan (preventif) : dapat dilakukan dengan pemberian imunisasi TT
pada ibu hamil, imunisasi bayi, pelaksanaan senam hamil, dan sebagainya.
c. Penyembuhan (kuratif) : dilakukan sebagai upaya pengobatan misalnya
pemberian transfusi darah pada ibu dengan anemia berat karena perdarahan
post partum.
d. Pemulih (rehabilitatif) : misalnya pemulihan kondisi ibu post SC.
Layanan kebidanan dapat dibedakan menjadi :
a. Layanan kebidanan primer adalah layanan bidan yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab bidan
b. Layanan kebidanan kolaborasi adalah layanan yang dilakukan oleh bidan
sebagai anggota tim yang kegiatannya dilakukan secara bersamaan atau
sebagai salah satu urutan dari sebuah proses kegiatan pelayanan kesehatan
c. Layanan kebidanan rujukan adalah layanan yang dilakukan oleh bidan dalam
rangka rujukan ke sistem pelayanan yang lebih tinggi, misalnya rujukan dari
bidan ke rumah sakit. Atau sebaliknya, pelayanan yang dilakukan oleh bidan
sewaktu menerima rujukan dari dukun yang menolong persalinan, juga layanan
rujukan yang dilakukan oleh bidan ke tempat/fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya secara horizontal maupun vertikal atau ke profesi kesehatan lainnya.
Secara horizontal maksudnya rujukan antar petugas kesehatan yang sejajar (dari
bidan ke bidan lain), dan vertikal yaitu rujukan dari satu tingkat ke tingkat yang
lain (misalnya rujukan dari bidan ke rumah sakit). Layanan kebidanan yang tepat
akan meningkatkan keamanan dan kesejahteraan ibu serta bayinya.

4.
a.

Syarat Pelayanan Kesehatan


Tersedia dan berkesinambungan

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan


tersebut
harus
tersedia
di
masyarakat
(available)
serta
bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh masyarakat.
b.

Dapat diterima dan wajar

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang dapat
diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar (appropriate). Artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan adat istiadat,
kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat dan bersifat wajar.
c.

Mudah dicapai

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah dicapai
(accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini
terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana kesehatan menjadi sangat
penting.
d.

Mudah dijangkau

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah dijangkau


(affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari
sudut biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan
pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan diharapkan sesuai
dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e.

Bermutu

Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu (quality).
Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada tingkat
kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak
dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah
ditetapkan.

Masalah Pelayanan Kesehatan


Sayangnnya sebagai akibat perkembangan ilmu dan tekhnologi kedokteran
kelima persyaratan pokok ini sering kali tidak dipenuhi. Dengan telah
berkembangnnya ilmu dan teknologi, terjadi beberapa perubahan dalam
pelayanan kesehatan.
Perubahan yang seperti ini di satu pihak memang mendatangkan banyak
keuntungan seperti misalnya meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat
dari makin menurunnya angka kesakitan, cacat, dan kematian serta
meningkatnya umur harapan hidup rata-rata. Tetapi di pihak lain, perubahan
yang seperti ini ternyata juga mendatangkan banyak masalah sebagai berikut :

1.

Terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan

Timbulnya pengkotakan dalam pelayanan kesehatan (fragmented health


services), erat hubungannya dengan munculnya spesialisasi dan sub
spesialisasi dalam pelayanan kesehatan. Dampak negative yang ditimbulkan
ialah menyulitkan masyarakat memperoleh pelayanan kesehatan yang apabila,
berkelanjutan pada gilirannya akan menyebabkan tidak terpenuhinya kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2.

Berubahnya sifat pelayanan kesehatan

Perubahan ini muncul sebagai akibat telah terkotak-kotaknya pelayanan


kesehatan, yang pengaruhnya terutama ditemukan pada hubungan dokter
pasien. Sebagai akibat munculnya spesialis dan sub spesialis menyebabkan
perhatian penyelenggara pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara
menyeluruh. Perhatian tersebut hanya tertuju kepada keluhan dan ataupun
organ tubuh yang sakit saja.
Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, jika
diketahui bahwa pada saat ini telah banyak dipergunakan pula berbagai
peralatan kedokteran canggih. ketergantungan yang kemudian muncul terhadap
berbagai peralatan kedokteran canggih tersebut, dapat menimbulkan berbagai
dampak negative yang merugikan, yakni :
a.
Makin renggangnya hubungan dokter dan pasien antara dokter dan
pasien telah terdapat suatu tabir pemisah yakni berbagai peralatan kedokteran
yang dipergunakan tersebut.
b.
Makin mahalnya biaya kesehatan keadaan yang seperti ini mudah
diperkirakan akan menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan
kesehatan.
Kedua perubahan dengan dampak negative tersebut mau tidak mau akan
mempengaruhi
mutu
pelayanan.
Pelayanan
Kesehatan
yang
hanya
memperhatikan organ tubuh saja, tentu tidak akan berhasil secara sempurna
menyelesaikan masalah kesehatan yang diderita seseorang.

Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia


Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang
masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak
karena dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya
manusia Indonesia di masa yang akan datang. Di negara kita mereka yang
mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan yang merasa sehat atau tidak
sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini nampak bahwa perhatian yang
lebih besar ditujukan kepada mereka yang sakit. Sedangkan mereka yang berada
di antara sehat dan sakit tidak banyak mendapat upaya promosi. Untuk itu,
dalam penyusunan prioritas anggaran, peletakan perhatian dan biaya sebesar 85

% seharusnya diberikan kepada 85% masyarakat sehat yang perlu mendapatkan


upaya promosi kesehatan.
Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu
perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa
permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan
antara lain :
1. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
2. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh
masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang
bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga
Indonesia menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double
burden)
3. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih
rendah.
4. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
5. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.
6. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
7. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi
kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan
masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor
belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.
8. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan
sumber daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk,
pengawasan obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli
Indonesia, dan sistem informasi

Setidaknya ada 7 faktor pokok yang menyebabkan derajat kesehatan


masyarakat rendah, yang antara lain :
Pertama : Ketimpangan derajat disparitas kesehatan.
Berdasar data-data yang ada, secara umum, status kesehatan dan gizi
masyarakat Indonesia telah mengalami peningkatan walaupun masih
lebih rendah dibandingkan dengan status kesehatan di negara ASEAN
seperti Thailand, Malaysia, dan Filipina. Ketimpangan derajat kesehatan
masyarakat terlihat pada antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan,
dan antar perkotaan-pedesaan (Bappenas, 2007). Angka kematian balita
%til golongan termiskin menunjukkan 4 kali lebih tinggi yaitu 61
dibandingkan dengan 17 /1000 kelahiran pada kelompok terkaya. Selain
itu, angka kematian bayi dan angka kematian ibu melahirkan lebih tinggi
pada tingkat pendidikan rendah, di pedesaan, dan kawasan bagian timur
Indonesia. Selain itu, cakupan imunisasi dasar bagi anak balita dari
penduduk golongan miskin lebih rendah dibanding golongan kaya.
Tingginya kematian anak dan balita yang berstatus gizi kurang dan buruk
di daerah pedesaan relatif lebih tinggi dibanding anak perkotaan.
Sedangkan kematian ibu yang tinggi dikarenakan masih rendahnya
persalinan oleh tenaga kesehatan yang terlatih. Hal ini semua
dikarenakan oleh berbagai hal yaitu selain penduduk miskin lebih rentan
terhadap berbagai infeksi seperti ISPA, diare, tetanus neonatorum, juga

karena berbagai komplikasi lain serta karena penyakit tuberkulosis paru,


malaria dan HIV/AIDS yang lebih banyak diderita oleh penduduk miskin.
Akses pelayanan kesehatan yang rendah ini disebabkan karena kendala
geografis, psikologis, dasar indikator angka kematian bayi, kematian ibu
melahirkan, usia harapan hidup dan prevalensi gizi kurang.
Kedua : Masalah double burden of diseases.
Pergeseran pola penyakit infeksi seperti tuberculosis paru, ISPA, malaria,
diare dan penyakit kulit menjadi penyakit jantung & pembuluh darah ,
diabetes mellitus (DM) dan kanker, telah menyebabkan terjadinya
polarisasi penyakit ( BPS, 2006). Penyakit tidak menular tersebut telah
menduduki urutan ke 5 besar penyakit terbanyak di Indonesia ( Kosen
2004). Selain
itu, penyakit baru ( emerging diseases) seperti demam berdarah (DBD),
HIV dan AIDS, Chikungunya dan Severe Acute Respiratory Syndrom
(SARS) mulai bermunculan. Polarisasi penyakit tersebut menjadikan beban
ganda dalam waktu yang bersamaan (double burden), disertai
meningkatnya jumlah penduduk, serta perubahan struktur umur
penduduk yang bergeser ke usia produktif dan lanjut menyebabkan
terjadinya tuntutan perubahan jumlah dan jenis pelayanan kesehatan
masyarakat (Wilopo, 1994).
Ketiga : Rendahnya upaya pencegahan dan perilaku hidup sehat.
Masalah kesehatan masyarakat Indonesia sebenarnya dapat dicegah
secara teoritis atau diintervensi dengan upaya sederhana dan terjangkau,
namun kenyataannya berbagai masalah masih muncul akibat rendahnya
pelayanan pencegahan kesehatan (Wilopo, 2006). Oleh karena itu , upaya
peningkatan pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok
dalam meningkatkan derajat kesehatan penduduk. Rendahnya upaya
peningkatan pencegahan kesehatan dasar merupakan masalah pokok
dapat dilihat dari berbagai indikator seperti angka imunisasi lengkap,
angka anak diare, angka pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan ,
angka penemuan kasus TB baru ( Case Detection Rate). Cakupan
imunisasi lengkap untuk umur 12 23 bulan ternyata baru mencapai
58%, dengan variasi antara 23.7% di Papua Barat dan 93,8% di DIY (BPS,
2008).
Perilaku masyarakat yang tidak sehat lainnya adalah tingginya kebiasaan
merokok yaitu sebesar 32 % (BPS, 2006). Angka penduduk di bawah usia
20 tahun yang mulai merokok sebesar 60% tahun 1995 menjadi 68%
tahun 2001.
Keempat : Masih rendahnya kondisi kesehatan lingkungan.
Hal ini terlihat dari masih rendahnya akses masyarakat terhadap air
bersih dan sanitasi dasar. Pada tahun 2007, persentase rumah tangga
yang mempunyai akses terhadap air bersih baru mencapai 50% dan akses
rumah tangga terhadap sanitasi dasar baru mencapai 63.5% (DepKes,
2007).
Kelima : Masih rendahnya keterjangkauan pemerataan dan
kualitas pelayanan kesehatan.
Hampir di semua kabupaten/Kota telah memiliki RS Pemerintah, namun
kualitas pelayanan sebagian besar masih rendah, yang berakibat banyak
anggota masyarakat kurang puas terhadap mutu pelayanan RS dan

Puskesmas. Ketidak puasan terutama dikarenakan lambatnya pelayanan,


kesulitan administrasi dan lamanya waktu tunggu (DepKes, 2008).
Keenam : Mahalnya harga obat.
Berbagai suplemen dan obat-obatan dan makanan semakin banyak di
pasaran yang dijual bebas. Masyarakat membutuhkan pelayanan dalam
menjamin kualitas obat dan makanan yang beredar dan dikonsumsi.
Karena sebagai dampak globalisasi yang terkait perdagangan bebas,
kondisi kesehatan masyarakat, menjadi semakin rentan akibat konsumsi
obat dan makanan yang tidak memenuhi persyaratan dan mutu dan
keamanan ( BPOM, 2009). Pendidikan tentang bahaya penggunaan obat
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat perlu
dilakukan terus menerus. Suplemen makanan yang tidak mempunyai EBM
harus ditarik dari peredaran.
Ketujuh : Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusi yang tidak
merata.
Indonesia membutuhkan kecukupan tenaga kesehatan di semua aspek.
Pada tahun 2007 diperkirakan per 100.000 penduduk baru dapat dilayani
oleh 7,7 dokter umum, 2.7 dokter gigi, 3.0 dokter spesialis dan 8.0 bidan .
Sedangkan Tenaga Kesehatan Masyarakat per 100.000 penduduk baru
dilayani oleh 0.5 Sarjana Kesehatan Masyarakat, 1.7 Apotheker, 6.6 ahli
gizi, 0.1 tenaga epidemiologi, 4.7 tenaga sanitasi (Giatno 2008).
Keterbatasan ini diperburuk dengan ketidak merataannya tenaga
kesehatan misalnya sebanyak 2/3 tenaga kesehatan berada di pulau
Jawa.
Bagaimana dengan tuntutan masyarakat kepada fasilitas pelayanan
dengan standar global?
Hal ini memerlukan kebijakan yang mendalam dari berbagai stakeholders
terkait.

Anda mungkin juga menyukai