Anda di halaman 1dari 4

PRESENTASI

Assalamualaikum Wrwb.. perkenalkan nama saya Inda Erlisa disini saya akan mempresentasikan proposal saya
yang berjudul hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri klebsiella pada ruang icu rsud m.yunus kota
Bengkulu.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada pembimbing saya bunda putri dan bapak zamharira beserta penguji
saya bpk sahidan dan bunda sunita dan telah meluangkan waktunya untuk dapat hadir diacara seminar proposal
saya.

Rumah sakit merupakan institusi kesehatan yang memiliki peran yang sangat optimal dalam mempercepat
peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan dan pencegahan
penyakit. Akan tetapi rumah sakit juga merupakan sumber dari berbagai macam penyakit, baik menular maupun
tidak menular.
Banyak penyakit itu dapat berasal dari penderita maupun pengunjung yang berstatus karier. Kuman penyakit ini
dapat hidup dan berkembang di lingkungan rumah sakit seperti udara, air, lantai, makanan, benda-benda peralatan
medis maupun non medis serta petugas yang berhubungan langsung dengan penderita. Hal ini berhubungan dengan
hygienitas.
Berbagai macam penyakit dapat timbul karena beberapa penyebab, diantaranya adalah mikroba patogen seperti
bakteri, virus, dan jamur (Darmadi, 2008).
Dari beberapa kasus infeksi, bakteri merupakan penyebab yang paling berbahaya (Darmadi, 2008). Bakteri terdiri
dari beberapa genus salah satunya Klebsiella sp. bakteri jenis ini dapat menyebabkan berbagai infeksi nosokomial
terbanyak di ICU seperti pneumonia (46,9%), bakterimia (12%), dan infeksi saluran kemih (17,6%) pada pasien
dengan sistem kekebalan imun yang melemah seperti pasien yang menjalani rawat inap (Adisasmito, 2004).
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka kesakitan (morbidity) dan angka kematian
(mortality) di rumah sakit.
Rumah sakit yang mempunyai ruangan ICU (Intensive Care Unit), angka infeksi nosokomialnya lebih tinggi
dibanding yang tidak mempunyai ruangan ICU.
Penelitian dari berbagai universitas di Amerika Serikat menyebutkan bahwa pasien ICU mempunyai risiko kejadian
infeksi nosokomial 5-8 kali lebih tinggi

Rumusan Masalah
Bagaimanakah hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria yang berpotensi
menyebabkan infeksi nosokomial pada ruangan ICU (intensive care unit) RSUD M.Yunus Kota Bengkulu.
Tujuan Umum
Mengidentifikasi adanya hubungan hygienitas dengan
pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria penyebab
infeksi nosokomial pada ruangan ICU (intensive care unit)
RSUD M. Yunus Kota Bengkulu.

Tujuan Khusus
1. Distribusi
frekuensi
bakteri
Gamma
proteobacteria pada selang infus, alas tempat tidur,
dan skort (Baju perawat)
2. Untuk mengetahui hubungan hygienitas dengan
pola penyebaran bakteri Gamma proteobacteria

Manfaat Penelitian
1. Manfaat untuk akademik
Hasil penelitian ini memberikan masukan bagi mahasiswa Analis Kesehatan dalam memperkaya bukti
ilmiah di bidang bakteriologi, sehingga dapat bermanfaat dan dijadikan sumber informasi tentang penyebaran
bakteri Klebsiella sp yang berpotensi menyebabkan infeksi nosokomial.
2. Manfaat untuk instansi kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan informasi bagi instansi kesehatan dalam menyusun
program untuk penanganan dan pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
3. Manfaat bagi peneliti lain
Diharapkan dapat menjadi bahan acuan atau referensi untuk melakukan pengembangan penelitian seperti
pola bakteri, angka kuman dan uji kepekaan terhadap antibiotik pada penderita yang terinfeksi nosokomial
misalnya infeksi saluran kemih di ruang ICU (intensive care unit) RSUD M. YUNUS di Kota Bengkulu.
BAB 2 (TINJAUAN PUSTAKA)
Bakteri merupakan suatu organisme yang jumlahnya paling banyak tersebar di lingkungan. Bakteri umumnya bersel
tunggal (uniseluler), tidak berklorofil, serta berukuran sangat kecil. Ukuran sel bakteri 0,5-1,0 m (Godam, 2001).
Beberapa kelompok bakteri dikenal sebagai agen penyebab infeksi dan penyakit.
Bakteri Klebsiella sp. berbentuk basil atau batang, tidak berspora, tidak bergerak, memiliki kapsul, berukuran 0,51,5 x 1-2 ,
CARA PENULARAN INFEKSI NOSOKOMIAL
Mikroba patogen bergerak menuju ke penderita dengan mekanisme penyebaran (mode of transmission) terdiri dari
penularan langsung dan tidak langsung (Darmadi, 2008).

Penularan langsung, melalui


Penularan tidak langsung
1. Pengertian
(Intensive
droplet
nuclei ICU
(bersin
atau Care Unit)
ICU (Intensive
ruang rawat
di rumah
yang dilengkapi
dan peralatan
1) Vehichle
borne
yaitu sakit
penyebaran
mikroba dengan
patogenstaf
melalui
bendabatuk)
yang
berasal Care
dari Unit) adalah
khusus
untuk
merawat
dan
mengobati
pasien
dengan
perubahan
fisiologi
yang
cepat
dan
jika
ditangani
secara
benda mati seperti peralatan medis, atau peralatan lainnya. Tindakan
petugas, keluarga/pengunjung,
lambat
dapat
menyebabkan
kematian.
Tiap
pasien
kritis
erat
kaitannya
dengan
perawatan
intensif
oleh
karena
invasif seperti pemasangan kateter, infus, tindakan pembedahan, dan
dan
penderita
lainnya.
itu
memerlukan
pencatatan
medis
yang
berkesinambungan
monitoring
sehingga dapat
dipantau
perubahan
tindakan
medis laindan
berisiko
untuk terjadinya
infeksi
nosokomial.
Kemungkinan lain berupa
fisiologis
yang
terjadi
akibat
dari
penurunan
fungsi
organ-organ
tubuh
lainnya
(Setiawan,
2010).
2) Vector borne yaitu penyebaran mikroba patogen dengan perantara
darah saat transfusi darah.
2. Kriteria pasien masuk ICU
seperti serangga. Luka terbuka, kerusakan jaringan dan luka bakar
Menurut Setiawan (2010) pasien yang
dalam ruang
ICU didasarkan
skala prioritas 1, 2 atau
adalahmasuk
kasus-kasus
yang rentan
dihinggapiatas
lalat.
3. Prioritas pasien masuk ICU sebagai
3) berikut:
Food borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui makanan, dan
a. Pasien Prioritas 1
minuman yang disajikan penderita.
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis,
tidakborne
stabilyaitu
yangpenyebaran
memerlukan
terapi patogen
intensif melalui
seperti
4) Water
mikroba
dukungan/bantuan ventilasi, infus dan obat-obatan.
Contoh pasien kelompok ini antara lain setelah
air.
tindakan bedah kardiotoraksik. 5) Air borne yaitu penyebaran mikroba patogen melalui udara, peluang
b. Pasien Prioritas 2
terjadinya infeksi melalui cara ini cukup tinggi karena ruangan
Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan
ICU.teknis
Jenis kurang
pasien ini
berisiko
sehingga memerlukan
tertutup secara
baiksangat
ventilasi
dan pencahayaannya.
terapi intensif segera. Contoh jenis pasien ini antara lain mereka yang menderita penyakit dasar jantung,
paru, atau ginjal akut atau yang telah mengalami pembedahan major (operasi besar).
c. Pasien Prioritas 3
Pasien jenis ini sangat kritis, dan kondisi tubuh tidak stabil dari kesehatan sebelumnya, sehingga
mengurangi kemungkinan kesembuhan atau mendapat manfaat terapi di ICU. Contoh pasien ini antara lain
pasien dengan keganasan metastase disertai infeksi, sumbatan jalan napas, atau pasien menderita penyakit
jantung.

BAB 3
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif yaitu survei untuk mengetahui ada atau tidaknya bakteri
Klebsiella sp. pada selang infus, alas tempat tidur, dan baju perawat (skort) di ruang ICU.
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survei lapangan yaitu metode penelitian yang dilakukan
dengan wawancara melalui kuesioner dengan pendekatan cross sectional study yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan hygienitas dengan pola penyebaran bakteri Klebsiella sp. pada ruang ICU (Intensive Care Unit) RSUD
M. Yunus Kota Bengkulu (Notoatmodjo, 2010).

A. Variabel Penelitian
Variabel Independen
Hygienitas Ruang ICU

Variabel Dependen
Pola penyebaran bakteri
Klebsiella sp.

Bagan 3.2 Variabel Penelitian


Kriteria pengambilan sampel meliputi kriteria inklusi dan eksklusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat atau
tidaknya sampel digunakan. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah kriteria dimana subjek penelitian dapat mewakili dalam sampel penelitian yang memenuhi syarat
sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:
1) Pasien yang dirawat selama 3-4 hari, pasien ICU prioritas 1.
2) Selang infus yang dipakai pasien selama 3-4 hari.
3) Alas tempat tidur yang dipakai pasien dan Skort yang belum ditukar atau dicuci.
IDENTIFIKASI Klebsiella sp. pada media MC (Mac Concey) ciri-cirinya meliputi:
a)
b)
c)
d)

Bentuk koloni
Ukuran koloni
Warna koloni
Karakteristik optik koloni

: Bulat
: Besar-besar
: Merah muda-merah bata
: Tembus cahaya

e) Permukaan koloni
: Halus, mucoid
f) Pinggiran koloni
: Rata
g) Peninggian permukaan
: Cembung
a. Pemeriksaan secara mikroskopis
Hasil positif jika terdapat bakteri Klebsiella sp. berbentuk batang, gram negatif berwarna merah dan
menyebar.
b. Uji biokimia
Untuk memastikaan bahwa bakteri yang diamati benar Klebsiella sp. maka dilakukan uji biokimia yang
ditanam pada media TSIA, media SIM, dan media SC. Hal ini dilakukan setelah mengetahui bahwa bentuk
bakteri yang didapatkan berbentuk basil berwarna merah. Lalu bakteri tadi ditanam ke dalam 3 media yakni
media TSIA ditanam dengan cara digores dan ditusuk, media SIM ditanam dengan cara ditusuk, sedangkan
media SC ditanam dengan cara digores setelah itu diinkubasi selama 1x24 jam. Keesokan harinya amati
perubahan warna pada ke 3 media tersebut. Jika positif Klebsiella sp. maka media TSIA akan berubah warna
dari merah menjadi kuning/kuning, media SIM tidak menunjukkan perubahan (tidak berkabut), dan media SC
akan berubah warna dari hijau menjadi biru.
B. Analisis Data
1. Analisis Univariat
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis univariat. Pada umumnya dalam analisis univariat ini
hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini
analisa univariat digunakan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan hasil penelitian yang telah dilakukan,
kemudian hasil penelitian tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan dinarasikan lalu dibuat pembahasan serta
ditarik sebuah kesimpulan. Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu
hygienitas ruang ICU dengan variabel dependen pola penyebaran bakteri Klebsiella sp. Menggunakan uji chisquare pada taraf kepercayaan 95% sehingga diketahui hubungan antar variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010).
Data dianalisis secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS 16.0.
2. Analisis Multivariat
Analisis multivariat digunakan untuk menguji hubungan antara variabel. Teknik analisis yang digunakan
adalah regresi logistik. Seluruh proses pengolahan dan analisis data menggunakan alat bantu komputerisasi
dengan menggunakan program SPSS 16.0.

Anda mungkin juga menyukai