Donat madu adalah inovasi baru dalam pembuatan donat dengan
menambahkan madu kedalam adonannya. Donat madu yang terletak di Jalan Ahmad Yani no.123 dipimpin oleh seorang manager yang bernama Puti Yuneka Sari sejak 4 tahun yang lalu. Puti merupakan salah satu alumi teknologi pangan dari perguruan tinggi negri yang ada di Indonesia. Donat madu merupakan bisnis yang menggunakan sistem Franchise. Franchise merupakan bentuk duplikasi bisnis yang telah sukses dan mempunyai brand yang sudah dikenal. Dengan demikian calon investor yang ingin membeli franchise tidak harus menajalankan bisnis dari nol. Tidak harus dipusingkan dengan nama produk, jenis produk, produksi, dan pemasaran. Mereka hanya menjalankan sistem yang telah berjalan dengan baik dan telah teruji keberhasilannya. Franchisor (Pewaralaba), yaitu pihak yang menjual atau meminjamkan hak dagangnya, atau merk dagangnya serta sebuah sistem bisnis untuk menjalankan bisnis tersebut. Franchisee (Terwaralaba), yaitu pihak yang membayar royalti dan biaya lainnnya yang dipersyaratkan oleh franchisor untuk dapat menggunakan merk dagangnya serta sistem bisnis yang dirancang oleh franchisor. Untuk donat madu yang ada di Pekanbaru yang menjadi franchisornya berasal dari kota Bandung. Bahan baku pembuatan donat madu diorder menggunakan jasa transportasi darat, berupa tepung terigu, madu, dan mentega padat. Kemudian proses pembuatan donat itu sendiri dilakukan di Pekanbaru. Pabrik donat yang dipimpin oleh Puti memiliki beberapa kendala, seperti kekhawatiran akan adanya pemutusan secara sepihak mengenai kontrak perjanjian antar pihak franchisor dengan pihak franchise. Karena menurut Puti bila ada pemutusan secara sepihak akan merugikan pabrik mereka sebagai pihak franchise dan dengan begitu puti harus mengikuti segala aturan yang baku.
SOLUSI
Mengingat bahwa Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil
menyebutkan bahwa franchise merupakan salah satu pola kemitraan antara usaha kecil dengan usaha besar dan usaha menengah. Akan tetapi perlu juga kiranya diperhatikan kepentingan konsumen atas tersedianya barang-barang di pasar dengan harga yang lebih murah menjadi faktor utama atas terjadinya sebuah kontrak franchise. Konsumen Indonesia sekarang ini cukup kritis di dalam membeli suatu produk. Pola pikir konsumen Indonesia sekarang ini dalam membeli barang bukan hanya didasarkan kepada murahnya suatu produk, melainkan didasarkan kepada masa berlakunya produk dan kepentingan konsumen atas produk tersebut. Tidak seperti jaman dahulu di mana murahnya suatu produk menjadi pilihan utama dalam membeli. International Franchise Association (IFA) mendefinisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchise, dimana franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontinyu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchise misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau kontrol pemilik (franchisor), dimana franchisee menamankan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri. Sehingga sebagai perusahaan franchisor seharusnya meminimalisir adanya kekhawatiran dari pihak franchise tentang pemutusan kontrak secara sepihak. Kendala yng dihadapi sebaiknya tidak terlalu dipusingkan karena ketika akan menentukan industri mana yang akan dimasuki, setiap calon franchisee harus meneliti industri tersebut, potensi kompetitor dalam industri tersebut, dan sebagainya sebelum franchisee baru memasuki industri tersebut. Sehingga kita dapat menyimpulkan bahwa solusi dari masalah ini adalah dalam memilih satu atau beberapa industri yang akan dibeli franchise-nya, franchisee harus hati-hati dalam mengevaluasi minat dan kemampuan agar dapat menemukan industri yang tepat sehingga bisnis pun dapat berjalan lancar.