Anda di halaman 1dari 16

SKENARIO

TIDAK NYAMAN SAAT MENGUNYAH


Chyntia berumur 28 tahun datang ke praktik dokter gigi ingin dibuatkan gigi tiruan cekat
untuk menggantikan gigi depan atas yang hilang agar dapat memperbaiki penampilannya.
Berdasarkan hasil pemeriksaan foto rontgen periapikal menunjukkan bahwa pada gigi 21,
12 mempunyai crown and root ratio adalah 1:2. Hasil pemeriksaan intraoral, gigi 21
menunjukkan adanya karies superfisial pada bagian palatal. Pada pemeriksaan klinis,
gigi-gigi anterior menunjukkan overjet 2 mm dan overbite 2 mm. Pemeriksaan kedalaman
sulkus gingival (probing depth) pada gigi 12 dan 21 menunjukkan 1,5 mm pada semua
sisi. Dokter gigi telah mempertimbangkan jaringan periodontal gigi penyangga dan
menjelaskan rencana perawatan yang akan dilakukannya pada Chyntia.

1. Definisi dan Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Cekat


Definisi Gigi Tiruan Cekat
Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang
masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah
lama disebut dengan gigi tiruan jembatan.

Tujuan Perawatan Gigi Tiruan Cekat


Tujuan dari perawatan gigi tiruan cekat,yaitu :
1. Mencari Keserasian oklusi.
Harus ada keserasian geligi terhadap sendi temporomandibula. Ini terjadi kalau
mandibula dapat menutup langsung dalam oklusi sentris tanpa danya kontak prematur
mandibula. Jadi terdapat keserasian antara geligi dengan sendi dan otot kunyah.
Keadaan seperti ini disebut keserasian oklusi.
2. Peningkatan Fungsi Bicara / Fonetik
Alat bicara dibagi dalam dua bagian. Pertama, bagian yang bersifat statis, yaitu gigi,
palatum dan tulang alveolar. Kedua yang bersifat dinamis, yaitu lidah, bibir, vulva, tali
suara dan mandibula. Alat bicara yang tidak lengkap dan kurang sempurna dapat
mempengaruhi suara penderita, misalnya pasien yang kehilangan gigi depan atas dan
bawah. Kesulitan bicara dapat timbul, meskipun hanya bersifat sementara. Dalam hal
ini geligi tiruan dapat meningkatkan dan memulihkan kemampuan bicara, artinya ia

mampu kembali mengucapkan kata-kata dan berbicara dengan jelas, terutama bagi
lawan bicaranya.
3. Perbaikan dan Peningkatan Fungsi Pengunyahan
Jika ada gigi yang hilang otomatis pola kunyah terganggu, atau terselipnya makanan
di bagian yang tidak bergigi
4. Pelestarian Jaringan mulut yang masih tinggal
Pemakaian geligi tiruan berperan dalam mencegah atau mengurangi efek yang timbul
karena kehilangan gigi.
5. Pencegahan Migrasi Gigi
Bila sebuah gigi dicabut atau hilang, gigi tetangganya dapat bergerak memasuki ruang
kosong tadi. Migrasi seperti ini pada tahap selanjutnya menyebabkan renggangnya
gigi lain. Dengan demikian terbukalah kesempatan makanan terjebak disitu, sehingga
mudah terjadi akumulasi plak interdental. Hal ini menjurus kepada peradangan
jaringan periodontal serta dekalsifikasi permukaan proksimal gigi. Membiarkan ruang
bekas gigi begitu saja akan mengakibatkan pula terjadinya overerupsi gigi antagonis
dengan akibat serupa. Bila overerupsi ini sudah demikian hebat sehingga menyentuh
tulang alveolar pada rahang lawannya, maka akan terjadi kesulitan untuk pembuatan
protesa di kemudian hari.
6. Peningkatan Distribusi Beban Kunyah
Hilangnya sejumlah besar gigi mengakibatkan bertambah beratnya beban oklusal
pada gigi yang masih tinggal. Keadaan ini memperburuk kondisi periodontal, apalagi
bila sebelumnya sudah ada penyakit periodontal. Akhirnya gigi jadi goyang dan
miring, terutama ke labial untuk gigi depan atas. Bila perlekatan periodontal gigi-gigi
ini kuat, beban berlebih tadi akan menyebabkan abrasi berlebih pula pada permukaan
oklusal/insisal atau merusak restorasi yang dipakai. Pembuatan restorasi pada kasus
seperti ini menjadi rumit dan perlu waktu lama. Overerupsi gigi pada keadaan tertentu
dapat pula mengakibatkan terjadinya kontak oklusi premature atau interfernsi oklusal.
Pola kunyah jadi berubah, karena pasien berusaha menghindari kontak prematur ini.
Walaupun beban oklusal sekarang berkurang. Perubahan pola ini mungkin saja
menyebabkan disfungsi otot kunyah.
7. Manfaat Psikologik
Terutama kehuilangan gigi depan dapat membawa dampak psikologik pada penderita
yaitu karena estetika terganggu. Terutama berhubungan dengan profesi penderita yang
harus selalu berhadapan dengan khalayak ramai, misal penyiar tv atau guru dan lainlain.
8. Pemulihan Fungsi Estetik

Alasan utama seorang pasien mencari perawatan prostodontik biasanya karena


masalah estetik, baik yang disebabkan hilangnya, berubah bentuk, susunan, warna
maupun berjejalnya gigi geligi. Nampaknya banyak sekali pasien yang dapat
menerima kenyataan hilangnya gigi, dalam jumlah besar sekalipun, sepanjang
penampilan wajahnya tidak terganggu. Penderita dengan gigi depan malposisi,pr otr
usif atau berjejal dan tak dapat diperbaiki dengan perawatanort odonti k, tetapi tetap
ingin memperbaiki penampilan wajahnya, biasanya dibuatkan suatu geligi tiruan yang
dipasang langsung segera setelah pencabutan gigi.

2. Indikasi dan Kontraindikasi Gigi Tiruan Cekat


2.1 Indikasi dan Kontraindikasi Umum
Menurut Prajitno (1991) terdapat beberapa indikasi dan kontraindikasi dalam
perawatan gigi tiruan cekat yaitu :
1. Usia penderita : 20 s/d 50 tahun
Kontra indikasi untuk usia dibawah 20 tahun karena:
- Foramen apikal yang masih terbuka dan bisa fraktur
- Saluran akar masih lebar sehingga preparasi terbatas
- Proses pertumbuhan masih aktif dapat dilihat pertumbuhan gigi dengan rontgen
- Dapat menghambat pertumbuhan tulang
Kontraindikasi untuk usia diatas 50 tahun karena:
- Sudah terjadi resesi gingiva dan terlihat servikal gigi
- Terjadi perubahan jaringan pendukung & resobsi tulang alveolar secara fisiologis
- Kelainan jaringan yang bersifat patologis
2. Sikap penderita dan kondisi fisiologis
Yang terpenting dalam menentuan dibuat tidaknya suatu jembatan pada seorang

3.

penderita adalah sikapnya terhadap pearwatan gigi serta motivasinya.


Watak pasien terbagi dalam tahap-tahap psikologis saat anamnesa yaitu:
- Klas 1 : Filosofi (pasien kooperatif)
- Klas 2 : Pasien banyak bicara dan ingin tahu (exciting)
- Klas 3 : Histerical
- Klas 4: Indeferen (acuh tak acuh, pada pasien ini harus banyak komunikasi)
Kondisi keuangan, pendidikan, dan pekerjaan
Keuangan dapat juga menjadi pertimbangan. Pada umumnya gigi tiruan lepasan
lebih murah dibanding jembatan, tingkat pendidikan, wawasan dan intelektualitas

4.

berpengaruh dalam merencanakan suatu perawatan.


Penyakit sistemik
Pada penderita dengan epilepsi sebaiknya direncanakan pembuatan jembatan
daripada gigi tiruan lepasan, sebab kemungkinan dapat terjadi fraktur pada gigi

tiruan lepasan tersebut, dan kemungkinan dapat tertelan, bila penyakit sedang
5.

kambuh. Penyakit sistemik lainnya seperti penyakit jantung.


Kondisi Periondisium
Harus dipastikan melalui hasil foto rontgen bahwa tidak ada kelainan pada
periodonsiumnya.

Indikasi khusus:
1. Gigi penyangga:
- Vital & non vital dengan perawatan saluran akar
- Jaringan periodontal sehat
- Bone support baik
- Bentuk akar yang panjang
- Posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang
- Bentuk dan besar anatomis gigi normal
- Mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat
2. Gigi antagonis:
- Oklusi normal
3. Gigi tetangga :
- Tidak mengalami rotasi, migrasi, miring

3. Hal-hal yang dipertimbangkan dalam Perawatan Gigi Tiruan Cekat


Hal yang perlu dipertimbangkan dalam rencana perawatan GTJ adalah sebagai
berikut:
1. Faktor pasien
a. Sikap pasien. Dalam melakukan perawatan, sikap pasien juga merupakan
faktor yang perlu diperhatikan karena pasien yang datang ke klinik berbedabeda. Sebagian mungkin dapat menerima segala perawatan yang diberikan,
tapi sebagian lagi mungkin meragukan perawatan yang diberikan. Oleh karena
itu, dokter gigi harus melibatkan pasien dalam rencana perawatannya agar
terjalin kerja sama yang baik dengan pasien. Kerjasama ini yang merupakan
modal utama karena prosedur perawatan gigi yang membutuhkan waktu lama
dan rasa ngilu ketika gigi dipreparasi, menuntut kesabaran pasien.
b. Kebersihan mulut pasien. Pada pasien dengan kondisi mulut yang kurang baik
akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ. Biasanya dokter
gigi akan melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien yang mempunyai
OH buruk. Faktor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ berkaitan dengan
adanya plak, karies restorasi dan adanya kelainan periodontal.
2. Kondisi daerah edontulus

Hubungan oklusi antara gigi antagonis daerah edontulus perlu diperhatikan.


Adanya gigi supra posisi akan menghambat oklusi didaerah pontik yang harus
diatasi terlebih dahulu sebelum dibuatkan GTJ.
Beberapa cara mengatasi kondisi supra posisi daerah antagonis yaitu :
a. Pengasahan atau penyesuaian oklusi tanpa mencederai pulpa
b. Perawatan endodontik pada gigi yang supra posisi kemudian disesuaikan
oklusinya
c. Jika sudah tidak dapat dirawat lagi, sebaiknya dicabut.
3. Oklusi gigi
Bila pasien kehilangan satu atau beberapa gigi dalam satu area di dalam rongga
mulut, bila tidak dibutuhkan fixed bridge maka gigi-gigi yang ada di antara gigi
yang hilang tersebut akan bergerak ke daerah yang kosong. Sedangkan gigi
lawannya (oklusinya) akan cenderung memanjang karena tidak ada gigi yang
menopangnya pada saat oklusi. Bergeraknya gigi kedaerah yang kososng
dinamakn shifting/drifting, sedangkan gigi yang memanjang dinamakan
elongation/extrusion.
shifting/drifting

Elongation/extrusio
nm

Bila
ini berlanjut, maka akan

kondisi

menyebabkan

:
a.

Sakit pada rahang (terutama pada TMJ/Temporo Mandibular Joint).

b.

Retensi sisa-sisa makanan diantara gigi-gigi (food Impaction) dan

dapat menyebabkan penyakit periodontal.


c.

Berakhir dengan pencabutan pada gigi-gigi dan juga gigi lawannya.

Beban fungsional pada oklusal pontik terutama gigi posterior dapat dikurangi
dengan mempersempit lebar buko-lingual atau buko-palatal untuk mengurangi
beban oklusi yang dapat merusak gigi tiruan pada pasien-pasien tertentu.
4. Posisi gigi dan kesejajaran gigi
Abutment yang melibatkan gigi anterior hanya gigi-gigi insisivus biasanya
mempunyai inklinasi labial yang serupa dan tidak terlalu sulit untuk menyusun
kesejajarannya. Apabila abutment melibatkan gigi anterior seperti caninus dan
posterior seperti premolar kedua atas supaya diperoleh kesejajaran, kaninus harus

dipreparasi pada arah yang sama seperti premolar (D.N Allan & P.C foreman.
1994:101)
5. Jumlah dan lokasi kehilangan gigi
6. Kondisi gigi.
Pada pasien muda kamar pulpanya masih lebar. Kamar pulpa lebar merupakan
kontraindikasi pembuatan GTJ
7. Kegoyangan gigi
8. Frekwensi karies
9. Discoloration gigi
10. Jaringan periodontal
Hukum Ante menyatakan bahwa daerah membran periodontal pada akar-akar dari
gigi abutment harus sekurang-kurangnya sama dengan daerah membran
periodontal yang ada pada gigi-gigi yang akan diganti.

4. Prognosis dan Rencana Perawatan

Rencana perawatan pada kasus diskenario yaitu pembuatan Maryland bridge


Jembatan adhesif / maryland bridge adalah jembatan yang mempunyai unsur
pontik dan retainer dari logam non mulia yang dilekatkan pada gigi penyangga dengan
perantaraan bahan adhesif serta menggunakan teknik etsa asam.
Indikasi:
- jembatan pendek yang menggantikan satu sampai dua gigi anterior maupun
-

posterior yang hilang


gigi penyangga harus kokoh dan tidak goyah
gigitan yang ringan atau terbuka merupakan kasus yang ideal
tidak terdapat kebiasaan buruk seperti bruxism
gigi penyangga menyediakan struktur gigi yang cukup
tidak terdapat defek pada email
pasien mempunyai keinginan dan respon yang baik
kesehatan serta kebersihan mulut dan gigi yang baik
pasien muda dimana jembatan konvensional merupakan kontraindikasi

Kontraindikasi:
- keadaan daerah tidak bergigi yang panjang
- kebiasaan parafungsional
- gigi penyangga terdapat kerusakan yang luas
- gigi penyangga tipis
- gigi penyangga tidak kokoh
- overlap vertikal yang dalam
- tidak tersedia pelayanan laboratorium yang memadai
Kelebihan:

pembuangan struktur gigi yang minimal terbatas pada email

tidak terjadi trauma pada pulpa

tidak selalu memerlukan anestesi

preparasi supragingival

teknik pencetakan lebih mudah

biasanya tidak memerlukan restorasi sementara

waktu kunjungan biasanya lebih sedikit

apabila jembatan adhesif terlepas dari gigi sandaran dapat dilekatkan kembali.
Dengan demikian tidak lagi diperlukan preparasi gigi penyangga sampai
melibatkan dentin sehingga preparasi relatif tidak menyulitkan pasien karena tidak
menimbulkan banyak trauma.

Kekurangan:
-

tidak dapat dibuat untuk jembatan yang panjang

prosedur pelekatan yang lebih sulit jika dibandingkan jembatan konvensional

penggunaan asam untuk mengetsa mengharuskan pekerjaan yang hati-hati

koreksi ruangan sangat sulit

diperlukan susunan gigi penyangga yang baik

Gambar 19: Maryland bridge

5. Design dan Tahapan Kerja

Langkah langkah yang dilakukan dokter gigi sebelum melakukan pembuatan gigi tiruan
jembatan antara lain :
1. Melakukan diagnose untuk menentukan rencana perawatan yang akan dilakukan.

2. Melihat keadaan rongga mulut pasien serta memperhatikan hal hal yang perlu
diperhatikan

dalam

pembuatan

gigi

tiruan

jembatan

antara

lain:

keadaan rongga mulut pasien. Pada pasien dengan kondisi mulut yang kurang baik
akan menimbulkan masalah setelah dibuatkan restorasi GTJ. Biasanya dokter gigi
akan melakukan DHE terlebih dahulu kepada pasien yang mempunyai OH buruk.
Faktor kebersihan mulut dengan restorasi GTJ berkaitan dengan adanya plak, karies di
bawah restorasi dan adanya kelainan periodontal.
3. Melakukan foto rontgen periapikal untuk melihat perbandingan antara crown and root
ratio untuk digunakan sebagai gigi penyangga.
Adapun langkah-langkah dalam pembuatan gigi tiruan jembatan antara lain:
1. Preparasi
Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk
tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian
pegangan gigi tiruan jembatan.

Tujuan preparasi:
Menghilangkan daerah gerong
Memberi tempat bagi bahan retainer atau mahkota
Menyesuaikan sumbu mahkota
Memungkinkan pembentukan retainer sesuai bentuk anatomi
Membangun bentuk retensi
Menghilangkan jaringan yang lapuk oleh karies jika ada

a. Persyaratan preparasi
1. Kemiringan dinding-dinding aksial
Preparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk
menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi
retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk
itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978)
mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat.
Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan
maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991)
memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai
kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh
karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan

menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat


berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat.
Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila
kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang
terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang
sehingga

dapat

menyebabkan

terganggunya

vitalitas

pulpa

seperti

hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur


mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun
kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral.
2. Ketebalan preparasi
Jaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi
kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi
berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer
maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm
sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi
berkisar antara 1,5 2 mm.
Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan
terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis
pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangin retensi
retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah.
3. Kesejajaran preparasi
Preparasi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara
satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus
dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat
menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya.
4. Preparasi mengikuti anatomi giigi
Preparasi ynag tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas
pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut.
Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila
preparsai tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga
menimbulkan reaksi negatif pada pulpa.
5. Pembulatan sudut-sudut preparasi
Preparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan
pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut
yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit
dalam pemasangan jembatan.

b. Tahap-tahap preparasi gigi penyangga


1. Pembuatan galur
Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi bagian
labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke lingual
atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah
tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk
silinder.
2. Preparasi bagian proksimal
Pengurangan pada bagian proksimal adalah sebesar 6 derajat Pengurangan
bagian proksimal yang melebihi 6 derajat akan mengurangi resistensi dan
retensi inti kurang.

Pengasahan bagian proksimal dengan menggunakan

pointed tapered cylindrical diamond bur dengan ketebalan 1- 1,5 mm. Tujuan

pengurangan permukaan proksimal :


Menghilangkan kecembungan gigi yang menghalangi masuknya mahkota

jaket sepanjang servikal


Mensejajarkan bidang proksimal mesial distal sehingga mahkota jaket masuk

tanpa halangan
Untuk ketebalan bahan mahkota jaket
Membuat jalan bur untuk preparasi dan toilet form cavity

3. Preparasi permukaan insisal atau oklusal


Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya.
Preparasi permukaan oklusal unruk memberi tempat logam bagian oklusal

pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian,


gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur.
4. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual
Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder.
Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup
untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban
kunyah dapat disamaratakan.
5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial
6. Pembentukan tepi servikal.
Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan pembuatan
a.
b.
c.
d.

pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:


Tepi demarkasi (feater edge)
Tepi pisau (knife edge)
Tepi lereng (bevel)
Tepi bahu liku (chamfer)
Tipe ini sering dipilih sebagai akhiran tepi untuk restorasi ekstrakoronal,
mudah dibentuk, dan memberikan ruang untuk ketebalan yang memadai pada
restorasi emas tanpa menyebabkan kontur yang berlebihan dari restorasi.
Menghasilkan konsentrasi tekanan yang lebih rendah, dan dengan mudah
dapat masuk ke celah gingiva. Desain ini memberi tempat yang terbatas untuk
restorasi metal keramik sehingga menghasilkan distorsi margin yang besar dan
estetis yang kurang baik. Selain itu, ketahanan desain ini terhadap tekanan

vertikal kurang baik.


e. Tepi bahu (shoulder)
Tipe ini dipilih terutama pada situasi dimana bagian terbesar material
diperlukan untuk memperkuat restorasi pada daerah tepi gigi, seperti untuk
restorasi all-porcelain atau restorasi metal keramik. Desain ini sulit
dipreparasi, undercut minimum, dan tahan terhadap distorsi margin. Selain itu,
shoulder akan menghasilkan tekanan yang paling sedikit di daerah servikal
dan memberikan tempat maksimum untuk porselen dan metal, sehingga
porselen dapat dibakar pada tepi metal dan menghasilkan estetis yang baik.

Preparasi cavosurface margin berbentuk : A. Shoulder; B. Chamfer

2. Pencetakan
Sebelum pencetakan dilakukan, keadaan geligi dan jaringan lunak sekitarnya
perlu dicek, apakah semua dalam keadaan sehat dan bebas dari radang. Terdapat
berbagai macam bahan cetakan, seperti: hidrokoloid, rubber base, polysulfide
rubber base, silicon rubber base, dan polyeter rubber base.

3. Pembuatan die / model kerja


Die adalah reproduksi positif dari gigi yang telah dipreparasi dan yang
dibuat dari bahan stone gips keras atau logam atau plastik. Menurut hubungan
dengan model kerja die dibagi menjadi solitair die dan removable die.
4. Membuat model malam
Malam diteteskan pada model kerja dibentuk sesuai anatomi gigi semula.
Perhatikan : daerah servikal harus tertutup semua, oklusi dengan gigi lawan,
kontak dengan gigi tetangga, inklinasi/kemiringannya.

Haluskan seluruh permukaan model malam seperti pada pembuatan model


malam inlay mo/mod. Model malam harus dapat dilepas dari model kerja (die)
dan diperiksa permukaan dalamnya (halus & rata) periksa juga bagian model
malam daerah tepi gusi ( servikal ) jangan sampai over contoured / under
contoured.
5. Penanaman dalam kuvet

Cekungan pada kuvet bawah diberi gips biru, model malam ditanamkan
pada tengah-tengah kuvet bawah dengan membentuk sudut 30 derajat dan
model malam bagian labial menghadap keatas

Permukaan gips dihaluskan, tidak boleh ada bagian yang tajam

Dibiarkan sampai mengeras

Permukaan gips dan model malam diseparasi dengan vaselin

Daerah model malam ditutup dengan gips biru sampai semua labial
tertutup. Setelah gips biru sedikit mengeras, kuvet atas dipasang dan sisa
ruangan kuvet bagian atas diisi dengan gips putih

Tutup kuvet atas dipasang kemudian dipress sampai gips mengeras

6. Buang Malam
Setelah gips mengeras kuvet bawah dan atas dipisah / dibuka. Malam
dihilangkan dengan menuangkan air mendidih mengalir ke masing-masing
kuvet. Perhatikan pembersihan malam di sela bagian lingual.
7. Pengisian akrilik

Setelah kuvet dingin, kemudian ruang cetakan model malam (mould) dan
sekitarnya diulas dengan could mould seal (CMS)

Pengisian akrilik dengan cara dry pack technic : pengisian polymer


(bubuk) akrilik sedikit demi sedikit dan kemudian ditetesi dengan
monomer (cairan) sampai semua bubuk terserap, diulang ulang sampai
penuh

Selama pengisian dilakukan vibrasi dengan cara mengetok ketokkan


kuvet diatas lipatan lap (kain)

Bagian atas dari akrilik ditutup dengan celophan basah, kuvet lawan
dipasang lalu dipress

Kuvet lawan dibuka, kelebihan akrilik dipotong dengan pisau model,


bagian labial dari akrilik diiris miring / landai pada 1/3 bagian insisal lalu
diberi guratan-guratan dengan pisau model.

8. Perebusan akrilik

Kuvet dalam keadaan dipres dimasukkan kedalam tempat perebusan yang


berisi air pada temperatur kamar

Temperatur dinaikkan perlahan lahan sampai suhu 65o 75o C selama


30 menit.

Kemudian temperatur dinaikkan sampai 100derajat celcius (mendidih )


dan dibiarkan selama 30 menit.

9. Penyelesaian dan pemolesan

Setelah kuvet mendingin dilakukan pembongkaran dan pengeluaran


mahkota. Bila pemberian bahan separasinya baik pembongkaran akan
mudah

Gips yang masih melekat pada mahkota dibersihkan dengan alat yang
tajam tanpa merusak bentuk mahkota

Kelebihan akrilik berupa sayap-sayap atau bintil-bintil dihaluskan dan


dibentuk dengan stone

Seluruh permukaan dipulas dengan rubber cups dan bahan pulas (pumice)
untuk mengkilapkan digunakan whiting -bubuk atau bahan pulas lain
yangada dipasaran (misalnya, clean polish dan super polish dll).

Sementara menunggu pemasangan mahkota jaket akrilik sebaiknya


direndam dalam air untuk mencegah distorsi

10. Prosedur Pembuatan Crown Sementara


Salah satu pembuatan mahkota sementara adalah dengan metode direct
atau langsung dimulut pasien. Mahkota sementara dibagi menjadi beberapa
macam:
a) Self curing akrilik

Gigi yang akan dipreparasi diperbaiki bentuk anatomisnya dengan semen


atau Fletcher

Cetak dengan bahan alginate

Setelah gigi selesai dipreparasi, diolesi vaselin

Isi cetakan alginate dengan self curing akrilik di bagian gigi yang
dipreparasi

Cetakan dikembalikan di mulut penderita pada posisi semula

Kelebihan akrilik diambil dengan bur hingga bentuk mahkota sementara


sesuai dengan bentuk gigi sebelum dipreparasi

Pulas

Lekatkan/pasang dengan Fletcher

b) Gigi tiruan akrilik (unifast)

Penyesuaian warna dan bentuk gigi tiruan mahkota akrilik

Palatal mahkota akrilik diambil dengan bagian tipis labial

Setelah dipreparasi, mahkota akrilik disesuaikan dengan gigi yang telah


dipreparasi, perhatikan bagian servikal harus tepat

Palatal mahkota akrilik diberi adonan self curing akrilik, kemudian


diletakkan pada gigi yang telah dipreparasi

Sebelum mengeras diangkat sebentar, kelebihan akrilik diambil, pasang


kembali, tunggu sampai mengeras

Periksa peninggian gigit , oklusi, artikulasi, selanjutnya dipulas

Lekatkan/pasang dengan Fletcher

c) Mahkota sementara siap pakai (buatan pabrik)

Mahkota sementara dari akrilik buatan pabrik

Bentuk dan ukuran bermacam-macam sesuai ukuran gigi

Macam: Akrilik (anterior) dan logam (posterior)

Cari bentuk dan ukuran yang sesuai

Mahkota sementara diisi dengan self curing akrilik dorong perlahan-lahan


pada posisinya

Ambil kelebihan akrilik

Bagian palatal/oklusal diambil agar tidak mengganggu oklusi/artikulasi,


kemudian poles bagian yang kasar

11. Tehnik Sementasi


Tahap selanjutnya pemasangan mahkota jaket (crown) pada gigi yang telah
dipreparasi adalah penyemenan, tehnik sementasi pemasangan crown ialah
sebagai berikut :
a) Menyiapkan crown
Crown dalam keadaan bersih. Sebaiknya dibersihan dengan alat
pembersih ultrasonik atau apabila tidak ada alat tsb, crown disikat dgn sikat
gigi dan detergen. Kemudian dikeringkan dengan hembusan angin.
b) Menyiapkan gigi
Gigi dicuci dengan semprotan air dan dikeringkan dengan udara, tidak
boleh kekeringan dan isolasi sempurna/ketat.
c) Semen yang biasa digunakan:

Zinc phosphate cement

Resin-based and adhesive cement

GIC

d) Mencampur dan mengaplikasikan semen


Semen diaduk sesuai dengan aturan pabrik di atas glass plate.
e) Semen diaplikasikan pada daerah cekungan crown dan permukan gigi
12. Insersi Crown
Crown dipasang secepatnya dan ditekan dengan kuat secara terus menerus
untuk memaksa keluar ekses-ekses semen dari margin. Penekanan bisa
dilakukan operator ataupun pasien dengan cara menggigit di suitable prop
seperti gulungan kapas. Tekanan harus dipertahankan dan area harus tetap
kering selama semen belum seting.
g) Menghilangkan semen yang berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai