Anda di halaman 1dari 49

Judul

Pengaruh hormon IAA terhadap pertumbuhan akar tumbuhan

II.

Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh beberapa terhadap pertumbuhan akar dan proses


pembentukan akar tumbuhan

III.

Dasar Teori

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses yang kompleks yang merupakan


proses yang vital menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanmana atau bagiannya dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan
volumenya. Pertumbuhan tanamna setidaknya menyangkut beberapa fase atau
proses diantaranya:
1.

Fase pembentukan sel

2.

Fase perpanjangan dan pembesaran sel

3.

Fase diferensiasi sel (Dwijoseputro, 1983).

Di dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi pertumbuhan


dibagian apeks atau ujung organ, yang disebut sebagian dominansi apikal.
Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara tunas pucuk dengan tunas
lateral dalam hal pertumbuhan. Dominansi apikal merupakan konsentrasi
pertumbuhan pada ujung tunas tumbuhan, dimana kuncup terminal secara
parsial menghambat pertumbuhan kuncup aksilar (Campbell, 2012).
Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai pertumbuhan
vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun. Dominansi apikal
setidaknya berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama
masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral
(Dwidjoseputro, 1983).
Hormon, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
salah satu tubuh organisme, dan ditranspor ke bagian-bagian yang lain, tempat
hormon berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu respon-respon di dalam
sel-sel dan jaringan target.Hormon-hormon tumbuhan dihasilkan dalam
konsentrasi yang sangat rendah, namun hormon dalam jumlah yang kecil dapat
memiliki efek yang besar pada pertumbuhan dan perkembangan organ
tumbuhan. Suatu hormon bisa bertindak dengan mengubah ekspresi gen-gen,
memengaruhi aktifitas enzim-enzim yang sudah ada atau mengubah aktivitas
membran.tindakan manapun dapat mengarahkan kembali metabolisme dan

perkembangan sebuah sel yang merespon molekul-molekul hormon dalam


jumlah kecil (Campbell, 2012).
Zat pengatur tumbuh yang paling dikenal dikelompokkan menjadi 5, yaitu
auxin, giberelin, sitokinin, etilen dan inhibitor (asam absisat). Auxin dicirikan
dengan struktur kimia yang khas yaitu indol ring. Beberapa struktur kimia zat
pengatur tumbuh yang dikelompokkan ke dalam auxin adalah IAA, NAA, IBA, IAN,
2.4 D dan banyak lagi yang lainnya.
Percobaan Luckwill pada tahun 1965 dengan menggunakan zat kimia NAA (Alpha
Naphtalene Acetic Acid), IAA (Indole Acetic Acid) dan IAN (Indole-3-Aceto Nitrille)
pada kecambah kacang menunjukkan bahwa ketiga jenis auxin tersebut mampu
mendorong pertumbuhan primordial akar kacang. Dari hasil penelitian
mengatakan bahwa pemberian IAA yang relative tinggi pada akar menyebabkan
terhambatnya perpanjangan akar tetapi meningkatkan jumlah akar
(Sasmitamihardja,1996).
Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frist Went seorang mahasiswa
PascaSarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang kini diketahui sebagai
asam indol-3 asetat atau IAA. Senyawa ini terdapat cukup banyak di ujung
koleoptil tanaman oat ke arah cahaya. Dua mekanisme sintesis IAA yaitu
pelepasan gugus amino dan gugus karboksil akhir dari rantai triphtofan. Enzim
yang paling aktif diperlukan untuk mengubah tripthofan menjadi IAA terdapat di
jaringan muda seperti meristem tajuk, daun serta buah yang sedang
tumbuh. Semua jaringan ini kandungan IAA paling tinggi karena disintesis di
daerah tersebut.
IAA terdapat di akar pada konsentrasi yang hampir sama dengan di bagian
tumbuhan lainnya. IAA dapat memacu pemanjangan akar pada konsentrasi yang
sangat rendah. IAA adalah auksin endogen atau auksin yang terdapat dalam
tanaman. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas
samping, pada konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk
menjadi tunas absisi (pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang
oleh IAA pertumbuhan akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat
perbesaran sel-sel akar.
Peranan auksin dalam tumbuhan ialah mempengaruhi pertambahan panjang
batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah;
dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme. Istilah auksin diberikan pada
sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi utama mendorong
pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa auksin dihasikan
secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (indoleacetic acid), PAA (Phenylacetic
acid), 4-chloroIAA (4-chloroindole acetic acid) dan IBA (indolebutyric acid) dan
beberapa lainnya merupakan auksin sintetik, misalnya NAA (napthalene acetic
acid), 2,4 D (2,4 dichlorophenoxyacetic acid) dan MCPA (2-methyl-4
chlorophenoxyacetic acid) (Prawiranata, 1981).

Hormon auksin
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran
respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan
dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Salisbury,
1995).
Auksin adalah asam indol asetat (IAA) atau C10H9O2N. IAA merupakan suatu
group dan senyawa-senyawa lain, misalnya asam naftalin asetat (C12H10O2)
dan asam 2,4 diklorofenoksi asetat (C8H6O3Cl2) atau disingkat 2,4-D. Banyak
lagi auksin lain dan sangat mudah untuk mengetahui apakah senyawa itu auksin
atau tidak. Efek karakteristik auksin adalah kemampuan untuk mendorong
pembengkokan suatu benih dan efek ini berhubungan dengan adanya suatau
group atau di dalam molekul auksin tersebut.
Hormon ini dihasilkan pada ujung pucuk yang sedang tumbuh dan akan
mendatangkan efek atau akibat apabila telah bergerak kebagian organ yang lain.
Fungsi auksin dalam memacu pertumbuhan tanaman adalah sebagai pengaturan
perbesaran sel dan pergerakan auksin selalu menjauhi arah cahaya (Loveless,
1991). Pengaruh auksin terhadap rangsangan berbeda-beda, rangsangan yang
paling kuat adalah rangsangan terhadap sel-sel meristem apikal batang dan
koleoptil. Pada kadar yang sangat tinggi, auksin lebih bersifat menghambat
daripada merangsang pertumbuhan. Pengaruh auksin terhadap perkembangan
sel menunjukkan adanya indikasi bahwa auksin dapat menaikkan tekanan
osmotik, meningkatkan sintesa protein, meningkatkan permeabilitas sel
terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang kemudian diikuti menurunnya
tekanan dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai dengan
kenaikan volume sel. Dengan adanya kenaikkan sintesa protein, maka dapat
digunakan sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan (Hendaryono, 1994).
Auksin yang terlibat dalam banyak peraturan terutama yang berhubungan
dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman proses pada tanaman. Fungsi
auksin dalam transmisi isyarat lingkungan seperti cahaya dan gravitasi, regulasi
percabangan proses dalam tunas dan akar, karena mereka menemukan lebih
baru-baru ini, pola diferensiasi sel-sel di meristem dan organ dewasa. Hal ini
tentu sinyal spasial dan temporal serbaguna. Auksin transportasi menghasilkan
konsentrasi maksimum auksin dan terdegradasi dalam jaringan yang berperan
dalam regulasi beragam proses perkembangan berbagai tanaman, termasuk
embriogenesis, organogenesis pembentukan, jaringan pembuluh darah dan
tropisme. Mekanisme transport auksin hanya signal molecule sebagian besar
mendasari plastisitas yang luar biasa dari perkembangan tanaman
danmpertumbuhan yang memungkinkan arsitektur untuk berubah sesuai dengan
lingkungan (Yong, 2009).

Mekanisme kerja auksin

Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan selsel tanaman khususnya akar yaitu auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan
cara mempengaruhi pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu
protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa
ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga
memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun
dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara
osmosis. Setelah pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis
kembali material dinding sel dan sitoplasma. Auksin diproduksi oleh koleoptil
ujung tunas. Pengaruh auksin yang lain adalah dominasi apikal, yaitu
pertumbuhan ujung apikal dan penghambatan pertumbuhan tunas lateral.

IV.

Metode Penelitian

4.1 Alat
-

Beaker glass

Pisau

Gelas ukur

Penggaris atau meteran

4.2 Bahan
-

Tumbuhan kacang panjang berumur 5 hari

IAA konsentrasi 0 ppm (kontrol: aquades), 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm

Larutan hara

Aquades

4.3 Cara kerja

V.

Hasil Pengamatan

5.1 Pengaruh Hormon IAA terhadap Pertumbuhan Akar Tumbuhan

Akar

Perlakuan
(ppm)

1 (0)

2 (1)

3 (10)

4 (100)

Panjang Akar
(cm)

10

0,38

17

0,44

12

0,53

14

0,207

16

0,54

12

0,45

0,64

12

0,608

12

0,43

10

0,185

12

0,55

12

0,55

0,1

0,218

0,57

0,7

Rata-rata (cm)

0,389

0,560

0,429

0,397

5.2 Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah akar tanaman


1. Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors

Perlakuan

2.

Value Label

1.00

kontrol

2.00

1 ppm

3.00

10 ppm

4.00

100 ppm

Tabel Rata-Rata Jumlah Akar


Descriptives
Jumlah Akar

Perlakuan

Mean

Std. Deviation

Control

13.2500

2.98608

1 ppm

12.2500

2.87228

10 ppm

11.5000

1.00000

100 ppm

6.5000

3.69685

Total

16

10.8750

3.68556

3.

Tabel Anova
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable:Jumlah Akar

Source
Corrected Model

Intercept

Type
III
Sum
Mea
of
n
Squa d Squa
res f re
F

Si
g.

108. 3 36.0 4.53 .


250a 83
4
0
2
4
1892 1 1892 237. .
.250
.250 770 0
0
0

Perlakuan

108. 3 36.0 4.53 .


250
83
4
0
2
4

Error

95.5 1 7.95
00
28

Total

2096 1
.000 6

Corrected Total

203. 1
750 5

a. R Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)

ANOVA
Jumlah Akar

Between Groups

Sum of Squares df

Mean Square

108.250

36.083

4.534

Sig.
.

024
Within Groups

95.500

12

Total

203.750

15

7.958

4.

Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman

1. Tabel Panjang Akar


Between-Subjects Factors

Perlakuan

Value Label

1.00

kontrol

2.00

1 ppm

3.00

10 ppm

4.00

100 ppm

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Panjang Akar

Source

Type III Sum of


Squares
Df

Mean Square

Sig.

Corrected Model

.075a

.025

.737

.550

Intercept

3.149

3.149

92.682

.000

Perlakuan

.075

.025

.737

.
550

Error

.408

12

Total

3.632

16

Corrected Total

.483

15

a.

.034

R Squared = .156 (Adjusted R Squared = -.056)

Dari tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550.
Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa perlakuan
tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di lanjutkan
pada analisis selanjutnya.

VI.

Pembahasan

Pertumbuhan tanaman merupakan suatu proses yang


kompleks dan vitalyang menyebabkan suatu perubahan yang tetap pada setiap
tanaman atau bagiannya (dipandang dari sudut ukuran, bentuk, berat dan
volumenya).Dalam pertumbuhan tanaman terdapat adanya dominansi
pertumbuhan pada bagian apeks atau ujung organ, yang disebut
sebagai dominansi apikal. Dominansi apikal diartikan sebagai persaingan antara
tunas pucuk dengan tunas lateral dalam hal pertumbuhan.
Dominansi apikal merupakan konsentrasi pertumbuhan pada ujung tunas
tumbuhan, dimana kuncup terminal secara parsial menghambat pertumbuhan
kuncup aksilar. Dominansi apikal atau dominansi pucuk biasanya menandai
pertumbuhan vegetatif tanaman yaitu pertumbuhan akar, batang dan daun.
Dominansi apikal berpengaruh dalam menghambat pertumbuhan lateral. Selama

masih ada tunas pucuk, pertumbuhan tunas lateral akan terhambat sampai jarak
tertentu dari pucuk. Dominasi pucuk dapat dikurangi dengan memotong bagian
pucuk tumbuhan yang akan mendorong pertumbuhan tunas lateral.
Hormon atau zat pengatur tumbuh adalah suatu senyawa organik yang disintesis
di suatu bagian tumbuhan dan dapat dipindahkan ke bagian tumbuhan yang lain,
yang dalam konsentrsi kecil dapat menyebabkan pertumbuhan, tetapi dalam
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan terhambatnya pertumbuhan. Pada
banyak tanaman, pucuk lateral tidak akantumbuh jika pucuk terminalnya
utuh. Bila pucuk terminal dipotong maka pucuk lateral mulai
tumbuh. Bagian pucuk (terminal) menghasilkan auksin dalam jumlah besar
sehingga konsentrasinya menghambat pertumbuhan pucuk lateral. Bila
disingkirkan, maka sumber auksin hanya dari pucuk lateral saja yang
menghasilkan auksin dalam jumlah kecil sehingga merangsang pertumbuhan.
Percobaan yang kami lakukan adalah tentang pengaruh hormon IAA terhadap
pertumbuhan akar tumbuhan yang betujuan untuk mengetahui pengaruh
beberapa terhadap pertumbuhan akar dan proses pembentukan akar tumbuhan.
Alat dan bahan yang kami gunakan adalah tumbuhan kecambah kacang hijau
berumur 5 hari, IAA konsentrasi 1 ppm, 10 ppm, 100 ppm dan kontrol (aquades),
larutan hara, beaker glass, pisau, gelas ukur dan penggaris atau meteran.
Langkah kerja yang dilakukan yaitu kecambah kacang hijau yang sudah dibuang
bagian hipokotilnya dimasukkan kedalam larutan hara selama 2 jam. Kemudian
mengisi 4 gelas aqua masing-masing dengan aquades, IAA konsentrasi 1 ppm,
IAA konsentrasi 10 ppm, dan IAA konsentrasi 100 ppm. Selanjutnya memasukkan
kedalam masing-masing gelas aqua 3 kecambah kacang hijau yang sudah
dipotong bagian hipokotilnya. Pemotongan hipokotil dilakukan didalam air, hal ini
untuk menghindari masuknya gelembung udara kedalam sel tumbuhan. Setelah
2 jam, tumbuhan dipindahkan kedalam gelas aqua yang berisi IAA dengan
berbagai konsentrasi. Kecambah kacang hiaju disimpan di tempat terang selama
1 minggu. Mengamati dan menghitung jumlah serta panjang akar yang tumbuh
pada kacang hijau tersebut.
Akar memiliki bagin-bagian/ komponen-komponen penyusun akar, salah satunya
adalah tudung akar yang berada pada bagian ujung akar. Dibagian belakang
tudung akar terdapat terdapat titik tumbuh berupa sel-sel meristem yang selalu
membelah. Dibelakang titik tumbuh meristem terdapat kumpulan sel-sel besar
yang memanjang atu disebut sebagi daerah perpanjangan. Perpanjangan bagian
meristem ini sedikit banyak dapat dipengaruhi oleh adanya hormon tumbuh
pada akar.
Setelah satu minggu, diperoleh hasil sebagai berikut;
Hasil yang diperoleh pada konsentrasi 0,0 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,389 cm, pada konsentrasi 1,0 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,560 cm, pada konsentrasi 10 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,429 cm, dan pada konsentrasi 100 ppm rata-rata
pertumbuhannya adalah 0,397 cm.

Dilihat dari hasil yang diperoleh, maka pada konsentrasi 1 ppm adalah
konsentrasi paling optimal dalam pertumbuhan akar yaitu sebesar 0,560 cm.
Sedangkan pada konsentrasi 10 ppm, rata-ratanya lebih rendah dan jumlah akar
yang tumbuh juga semakin banyak. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi
rendah IAA akan memacu pertumbuhan sel akar, tetapi dalam konsentrasi yang
tinggi justru akan menghambat pertumbuhan akar, tetapi jumlah akar yang
tumbuh semakin banyak.

Hasil interpretasi dengan menggunakan SPSS adalah:


Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan jumlah akar tanaman
5. Tabel Jumlah Akar
Between-Subjects Factors

Perlakuan

Value Label

1.00

kontrol

2.00

1 ppm

3.00

10 ppm

4.00

100 ppm

Perlakuan
1 = 0 ppm
2 = 1 ppm
3 = 10 ppm
4 = 100 ppm
Pada praktikum ini terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu
dengan 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing dengan 4 kali
pengulangan.

6.

Tabel Rata-Rata Jumlah Akar

Descriptives
Jumlah Akar

Perlakuan

Mean

Std. Deviation

Control

13.2500

2.98608

1 ppm

12.2500

2.87228

10 ppm

11.5000

1.00000

100 ppm

6.5000

3.69685

Total

16

10.8750

3.68556

Dari tabel diatas didapatkan Rata-rata jumlah akar tertinggi adalah pada
perlakuan control yaitu 132500 dengan Standar Deviasi (Std. Deviation)2.98608
dan rata-rata jumlah akar terendah adalah 6.5000 dengan standar deviasi (Std.
Deviation) 3.69685 pada perlakuan 100ppm.

7.

Tabel Anova

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Jumlah Akar

Source
Corrected Model

Intercept

Type
III
Sum
Mea
of
n
Squa d Squa
res f re
F

Si
g.

108. 3 36.0 4.53 .


250a 83
4
0
2
4
1892 1 1892 237. .
.250
.250 770 0
0
0

Perlakuan

108. 3 36.0 4.53 .


250
83
4
0
2
4

Error

95.5 1 7.95
00
28

Total

2096 1
.000 6

Corrected Total

203. 1
750 5

a. R Squared = .531 (Adjusted R Squared = .414)

ANOVA
Jumlah Akar

Between Groups

Sum of Squares df

Mean Square

108.250

36.083

4.534

Sig.
.

024
Within Groups

95.500

12

Total

203.750

15

7.958

Dari tabel diperoleh nilai F = 4,534 dengan nilai signifikasi 0,024. Karena nilai
signifikasi kurang dari 0,05 (<0 akar="" berarti="" berpengaruh="" dapat=""
data="" di="" dikatakan="" jumlah="" karena="" ke="" lanjutkan="" maka=""
nyata="" perlakuan="" selanjutnya.="" signifikan.="" signifikan="" span=""
tanaman="" terhadap="" uji="">

8.

Grafik Pertumbuhan Jumlah Akar Tanaman

Dari grafik di atas, dapat diketahui bahwa tidak terjadi kenaikan, namun terjadi
penurunan yang sangat tajam hingga pada titik rata-rata jumlah
pertumbuhan.penurunan grafik ini tidak sesuai jika dihubungkan dengan ratarata jumlah akar dan berbagai konsentrasi larutan IAA yang digunakan.

Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan panjang tanaman

2. Tabel Panjang Akar


Between-Subjects Factors

Perlakuan

Value Label

1.00

kontrol

2.00

1 ppm

3.00

10 ppm

4.00

100 ppm

Pada praktikum ini terdapat empat perlakuan dan empat pengulangan, yaitu
dengan 0 ppm, 1 ppm, 10 ppm, dan 100 ppm masing-masing dengan 4 kali
pengulangan.

Tests of Between-Subjects Effects


Dependent Variable:Panjang Akar

Source

Type III Sum of


Squares
Df

Mean Square

Sig.

Corrected Model

.075a

.025

.737

.550

Intercept

3.149

3.149

92.682

.000

Perlakuan

.075

.025

.737

.
550

Error

.408

12

Total

3.632

16

Corrected Total

.483

15

b.

.034

R Squared = .156 (Adjusted R Squared = -.056)

Dari tabel tersebut, didapatkan nilai F = 0,737 dengan nilai signifikasi 0,550.
Karena nilai signifikasi lebih dari 0,05 (>0,05) yang berarti bahwa perlakuan

tidak signifikan dan tidak berpengaruh tidak nyata, sehingga tidak di lanjutkan
pada analisis selanjutnya.

Sehingga dapat diketahui bahwa berpengaruh dalam pertumbuhan akar,


yaitu IAA akan memacu pemanjangan akar jika diberikan dalam konsentrasi yang
sangat rendah. IAA berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yaitu pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang, penghambatan mata
tunas samping. Pemberian IAA pada konsentrasi tinggi dapat menghambat
pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi.
Sedangkan pengaruh auksin terhadap berbagai aspek perkembangan tumbuhan,
yaitu :
1.
Pemanjangan sel : IAA atau auksin lain merangsang pemanjangan sel, dan
juga akan berakibat pada pemanjangan koleoptil. Distribusi IAA yang tidak
merata dalam akar menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai
dengan pembengkokan organ. Sel-sel meristem dalam kultur kalus dan kultur
organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA. Auksin pada umumnya menghambat
pemanjangan sel-sel jaringan akar
2.
Tunas ketiak : IAA yang dibentuk pada meristem apikal dan ditranspor ke
bawah menghambat perkembangan tunas ketiak (lateral). Jika meristem apikal
dipotong, tunas lateral akan berkembang
3.
Absisi daun : daun akan terpisah dari batang jika sel-sel pada daerah absisi
mengalami perubahan kimia dan fisik. Proses absisi dikontrol oleh dalam sel-sel
sekitar atau pada daerah absisi
4.
Aktivitas cambium : auksin merangsang pembelahan sel dalam daerah
cambium
5.
Tumbuh akar : dalam akar, pengaruh IAA biasanya mengahambat
pemanjangan sel, kecuali pada konsentrasi yang sangat rendah
Mekanisme kerja hormon auksin dalam mempengaruhi pemanjangan selsel tanaman khususnya akar yaitu auksin akan menginisiasi pemanjangan sel
dengan cara mempengaruhi pengendoran/pelenturan dinding sel.
Auksin akan memacu protein tertentu yang ada pada membran plasma sel
tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ ini yang
akan mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang
hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian
memanjang yang diakibatkan oleh air yang masuk secara osmosis. Setelah
pemanjangan ini, sel akan terus tumbuh dengan mensintesis kembali material
dinding sel dan sitoplasma.
Dari data diatas dapatr dibuktikan, bahwa semakin banyak jumlah auksin
yang ditambahkan akan menyebabkan penghambatan pertumbuhan akar namun
memperbanyak jumlah akar. Sehingga antara panjang akar dan jumlah akar

berbanding terbalik, semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka ukuran akr
semakin pendek tetapi jumlahnya semakin banyak. Tetapi semakin rendah
konsentrasi yang diberikan, maka ukuran akar semakin panjang dan jumlahnya
sedikit. Sehingga hasil yang diperoleh pada percobaan ini sesuai dengan teori
yang ada.
Pengaruh dari auksin (disamping struktur kimiawi), aktivitas suatu senyawa
tergantung pula pada faktor luar dan dalam, antara lain :
a.

Lingkungan luar (suhu, radiasi, kelembaban)

b.

Kemampuan senyawa untuk melalui kutikula atau menbran sel

c.

Translokasi dalam tumbuhan ke daerah kegiatan

d.

Cara inaktivasi dalam tumbuhan

e.
f.

Ketersediaan ATP atau nukleotida lain


Kebutuhan akan logam atau kofaktor jika terlibat reaksi-rekasi enzimatik

VII.

Penutup

7.1 Kesimpulan
Hormon, adalah molekul sinyal yang dihasilkan dalam jumlah kecil oleh
salah satu tubuh organisme, yang ditranspor ke bagian-bagian yang lain, hormon
berikatan ke suatu reseptor spesifik dan memicu respon-respon di dalam sel-sel
dan jaringan target.
Auksin berpengaruh dalam proses pertambahan panjang
batang, pertumbuhan, diferensiasi dan percabangan akar; perkembangan buah;
dominansi apikal; fototropisme dan geotropisme.
Jika yang diberikan relative tinggi, maka akan menyebabkan terhambatnya
perpanjangan akar dan akan meningkatkan jumlah akar.

7.2 Saran
Pada saat melakukan percobaan, praktikan harus melakukan langkah-langkah
percobaan dengan benar dan sesuai dengan prosedur agar hasil yang diperoleh
sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A.; Jane B. Reece and Lawrence G.Mitchell. 2012. Biologi jilid 2
edisi kedelapan. Jakarta: Erlangga.

Dwidjoseputro. 1983. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.

Hendaryono, D.P dan A. Wijayani. 1994. Tehnik Kultur Jaringan: Pengenalan dan
Petunjuk Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif-modern. Yogyakarta: Kanisius.

Loveless, A. R. 1991. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerah


Tropik. Jakarta : Erlangga.

Prawiranata. W., S. Haran, dan P. Tjondronegoro. 1981. Dasar-Dasar Fisiologi


Tumbuhan.Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Salisbury, Frank B dan Ross, Cleon W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid


3. Bandung : ITB.

Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Bandung: ITB.

Yong, Jean W. H. 2009. The Chemical Composition and Biological Properties of


Coconut (Cocos nucifera L.) Water Molecules, 14, 51445164; doi:10.3390/molecules14125144.

I. HASIL DAN PEMBAHASAN


1.1 Hasil
Bedasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 6. Perubahan panjang hipokotil dengan perlakuan IAA.
Perlakuan
IAA/ppm

Panjang awal
(Cm)

Panjang akhir
(Cm)

Selisih (Cm)

Kontrol

3.14

0.14

0.01

4.14

1.14

0.03

3.64

0.64

0.05

3.26

0.26

0.07

3.62

0.62

0.09

3.38

0.38

Rumus perubahan panjang hipokotil :


Selisih = Panjang akhir - panjang awal
1. Selisih (kontrol) = Panjang akhir panjang awal
= 3.14 3
= 0.14
2. Selisih (0.01)

= Panjang akhir panjang awal

= 4.14 3
= 1.14
3. Selisih (0.03)

= Panjang akhir panjang awal

= 3.64 3
= 0.64
4. Selisih (0.05)

= Panjang akhir panjang awal

= 3.26 3
= 0.26
5. Selisih (0.07)

= Panjang akhir panjang awal

= 3.62 3
= 0.62
6. Selisih (0.09)

= Panjang akhir panjang awal

= 3.38 3
= 0.38
1.2 Pembahasan
Pada pengamatan hipokotil yang diberi perlakuan air, terjadi pertambahan
panjang sebesar 0.14 cm yaitu dari 3 cm menjadi 3.14 cm. Begitu pula halnya

dengan hipokotil yang diberi perlakuan IAA 0.01, 0.03, 0.05, 0.07, 0.09, terjadi
perubahan panjang hipokotil masing-masing sebesar 1.14 cm, 0.64 cm, 0.26 cm,
0.62 cm, dan 0.38 cm. Pertambahan panjang tersebut terjadi karena adanya
pengaruh dari auksin yang diberikan pada hipoktil dimana IAA (Asam Indol
Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu pertumbuhan batang serta
dapat memacu pembelahan meristematik pada bagian apikal (ujung).
Auksin adalah salah satu bentuk hormon yang paling banyak diteliti. Terutama
berpengaruh terhadap pertumbuhan dengan merangsang pembesaran sel.
Dalam merangsang pembelahan sel dan perubahan-perubahan lainnya, auksin
ini bekerja sama dengan hormon- hormon lain (Anonim, 2009).
Auksin merupakan istilah generik untuk substansi pertumbuhan yang khususnya
merangsang perpanjangan sel, tetapi auksin juga menyebabkan suatu kisaran
respon pertumbuhan yang agak berbeda-beda. Respon auksin berhubungan
dengan konsentrasinya. Konsentrasi yang tinggi bersifat menghambat (Anonim,
2008).
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu proses
pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan
sel, pembelahan sel dan pembentukan akar (Anonim, 2009).
Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung batang, akar, pembentukan bunga
yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel
di daerah belakang meristem ujung. Hormon auksin adalah hormon
pertumbuhan pada semua jenis tanaman. Nama lain dari hormon ini adalah IAA
atau asam indol asetat. Letak dari hormon auksin ini terletak pada ujung batang
dan ujung akar. Fungsi dari hormon auksin ini adalah membantu dalam proses
mempercepat pertumbuhan, baik itu pertumbuhan akar maupun pertumbuhan
batang, mempercepat perkecambahan, membantu dalam proses pembelahan
sel, mempercepat pemasakan buah, mengurangi jumlah biji dalam buah. Kerja
hormon auksin ini sinergis dengan hormon sitokinin dan hormon giberelin
(Anonim, 2008).
Istilah auksin diberikan pada sekelompok senyawa kimia yang memiliki fungsi
utama mendorong pemanjangan kuncup yang sedang berkembang. Beberapa
auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA (Indo-leacetic Acid),
PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA (Indolebutric Acid). Auksin juga sudah
diproduksi secara sintetik, seperti NAA (Napthalene Acetic Acid) 2,4 D dan
MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid). Auksin adalah ZPT yang memacu
pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan akar. Auksin
bersifat memacu perkembangan meristem akar adventif sehingga sering
digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek tanaman. Auksin
juga mempengaruhi perkembangan buah, dominasi apikal, fototropisme dan
geotropisme. Kombinasi auksin dengan giberelin memacu perkembangan
jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada kambium pembuluh,
sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang (Anonim, 2008).

Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui dua


cara, yaitu menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding
sel. Pengasaman dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini
mengurangi potensial air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel
membesar. Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein,
mungkin melalui transkripsi molekul RNA. Memacu terjadinya dominansi
apikal. Dalam jumlah sedikit memacu pertumbuhan akar (Anonim, 2008).
Auksin menginisiasi pemanjangan sel dengan cara mempengaruhi
pengendoran /pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada
di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion
H+ ini mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan
silang hidrogen rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan
kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis. Setelah
pemanjangan ini, sel terus tumbuh dengan mensintesis kembali material dinding
sel dan sitoplasma (Anonim, 2008).
Fungsi auksin ialah untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom,
serta pertumbuhan aksis longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang
pertumbuhan akar pada stekan atau cangkokan. Auksin sering digunakan untuk
merangsang pertumbuhan akar dan sebagai bahan aktif sering yang digunakan
dalam persiapan hortikultura komersial terutama untuk akar batang. Mereka
juga dapat digunakan untuk merangsang pembungaan secara seragam, untuk
mengatur pembuahan, dan untuk mencegah gugur buah. Peran auksin bagi
tanaman ialah auksin sebagai salah satu hormon tumbuh bagi tanaman
mempunyai peranan terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pertumbuhan batang (stemgrowth). Apabila ujung koleoptil dipotong,
kemungkinan tanaman tersebut akan terhenti pertumbuhannya. Di dalam
tanaman, jaringan-jaringan muda terdapat pada apikal meristem (Anonim,
2009).
IAA dan auksin lain merangsang pemanjangan sel, akibatnya ialah terjadi
pemanjangan pada koleoptil dan batang. Distribusi IAA yang tidak merata dalam
batang dan akar menimbulkan perbedaan dalam pembesaran sel disertai dengan
pembengkokan organ (geotropisme, fototropisme). Sel-sel meristem dalam
kultur kalus dan kultur organ juga tumbuh berkat pengaruh IAA. Auksin pada
umumnya menghambat pemanjangan sel-sel jaringan akar (Anonim, 2009).
Meristem tunas apikal adalah tempat utama sintesis auksin. Pada saat auksin
bergerak dari ujung tunas ke bawah ke daerah perpanjangan sel, maka hormon
auksin mengstimulasi pertumbuhan sel, mungkin dengan mengikat reseptor
yang dibangun di dalam membran plasma. Pada konsentrasi tinggi, auksin akan
menghambat perpanjangan sel (Anonim, 2009).

II. KESIMPULAN DAN SARAN


2.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan


sebagai berikut :
1.

Hipokotil yang diberi perlakuan IAA mengalami pertambahan panjang.

2. IAA (Asam Indol Asetat) berperan untuk merangsang dan memacu


pertumbuhan batang serta dapat memacu pembelahan meristematik pada
bagian apikal (ujung).
3. Beberapa auksin dihasilkan secara alami oleh tumbuhan, misalnya IAA
(Indo-leacetic Acid), PAA (Phenylacetic Acid) dan IBA
(Indolebutric
Acid). Auksin juga sudah diproduksi secara sintetik, seperti NAA (Napthalene
Acetic Acid) 2,4 D dan MCPA (2-Methyl-4 Chlorophenoxyacetic Acid).
2.2 Saran
Diharapkan agar fasilitas-fasilitas yang terdapat di laboratorium dapat ditambah
sehingga praktikum dapat berjalan dengan lebih baik dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2008. Hormon Pada Tumbuhan.http://sobatbaru.blogspot.com. Diakses
pada tanggal 23 November 2009.
, 2008. Fungsi Auksin. http://mukhtarom-ali.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 23 November 2009.
, 2009. Zat Pengatur Tumbuh.http://b4nd1tx.wordpress.com . Diakses
pada tanggal 23 November 2009.
, 2009. Pengaruh Auksin.http://21ildahshiro.blogspot.com. Diakses pada
tanggal 23 November 2009.
, 2009. Zat Pengatur Tumbuh.http://blog.unila.ac.id. Diakses pada
tanggal 23 November 2009.

HORMON TUMBUHAN
I.

TUJUAN

Mengetahui pengaruh berbagai ZPT terhadap perkecambahan biji.

II.

BAHAN PRAKTIKUM

Biji kacang hijau

7,0 ppm 2,4 D

7,0 ppm IAA

7,0 ppm kinetin

III.

ALAT PRAKTIKUM

Cawan petri

Pipet

Kertas saring

IV.

CARA KERJA

1.
Menyiapkan 4 buah cawan petri dan mengisi cawan-cawan tersebut
masing-masing dengan lapisan kertas saring sebanyak 2-3 lembar,
2.
Meneteskan pada masing-masing cawan yang telah dilapisi kertas saring
tersebut dengan larutan yang telah disediakan sebanyak 5-10 ml dengan pipet,
dengan ketentuan:
Cawan I

(air)

P0

Cawan II

(7,0 ppm 2,4D)

P1

Cawan III

(7,0 ppm IAA)

Cawan IV

(7,0 ppm kinetin)

P2
P3

3.
Kemudian meletakkan dengan teratur ke dalam masing-masing cawan petri
30 biji kacang hijau,
4.

Selanjutnya menyimpan cawan-cawan petri tersebut di tempat lembab,

5.
Mengamati setiap hari jumlah biji yang berkecambah untuk setiap
perlakuan dan menghitung presentasenya,
6.

Membandingkan hasilnya untuk setiap ZPT dan control (air),

7.
Mamasukkan dalan tabel dan membuat grafik hubungan antara jumlah biji
yang berkecambah dengan waktu perendaman. Data yang diperoleh dengan
menghitung jumlah biji yang berkecambah dalam penyemaian,
8.
Menganalisis data tersebut dengan Crossbreak Analysis (Kerlinger, 1973
dalam Purnobasukiet al.,1993) dengan tujuan mengidentifikasi hubungan antara
beda viabilitas dianalisa secara non parametric dengan uji X2 (kuadrat Chi).
Sedangkan kuat hubungan variabelnya diuji dengan menggunakan koefisien
kontigensi (Spiegel, 1982 dalam Purnobasuki et al.,1993) seperti yang
terdapat dalam praktikum IX.

V.

DASAR TEORI

Hormon (dari kata Yunani hormaein yang berarti menggiatkan) pada khususnya
dibentuk di suatu tempat, akan tetapi menunaikan fungsinya di tempat lain.
Pada tumbuhan tidak diketahui adanya berjenis-jenis hormon seperti yang
terdapat pada hewan dan manusia.
Fitohormon adalah bahan atau zat pengatur tumbuh tanaman yang dihasilkan
oleh tanaman itu sendiri. Zat ini efektif bekerja pada kadar yang sangat rendah,
tempat di buat berbeda dengan tempat bekerjanya. Transpornya berlangsung
lewat berkas pengangkut. Kadang-kadang tempat bekerjanya juga merupakan
tempat pembuatannya, namun berbeda sel.
Berkaitan dengan hormon tumbuhan, saat ini banyak senywa sintetik yang
mempunyai aktivitas seperti hormon maka digunakan istilah zat pengatur tubuh
(ZPT) atau zat pengatur tubuh untuk senyawa-senyawa yang dibuat secara
sintetik. ZPT yang mencakup baik zat-zat endogen maupun zat-zat eksogen
(sintetik) tersebut berperan mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan
tanaman untuk kelangsungan hidupnya (Wattimena 1988). Saat ini telah berhasil
dibuat senyawa-senyawa sintetik yang mempunyai aktifitas sama dengan
fitohormon (Mulyoprawiro, 1987).
Zat pengatur tubuh didefinisikan sebagai senyawa nutrient jika dipergunakan
dalam jumlah sedikit akan mempengaruhi proses fisiologi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman atau lebih praktisnya dapat diartikan bahwa ZPT adalah
baik buatan atau asli jika diperlakukan ke tanaman akan mengubah proses hidup
atau struktur tanamn untuk memperbaiki kualitas, manaikkan atau memperbaiki
panen (Mulyoprawiro,1987).
Zat pengatur tumbuh di dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu: auksin,
sitokinin, giberelin, etilen, dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang
berlainan terhadap proses fisiologi. Menurut Sriyanti dan Wijayani (1994) ZPT
diperlukan sebagai komponen media bagi pertumbuhan dan diferensiasi. Tanpa
penambahan ZPT dalam media, pertumbuhan sangat terhambat bahkan
mungkin tidak tumbuh sama sekali. Pembentukan kalus dan organ-organ
ditentukan oleh penggunaan ZPT yang tepat dari ZPT tersebut. Pertumbuhan
tidak hanya dipengaruhi oleh salah satu hormon, tetapi merupakan hasil
kerjasama antara kelima kelompok hormo tersebut.
Senyawa-senyawa yang tergolong auksin meliputi IAA (Indol Acetic Acid), IBA
(Indol Butyric Acid), NAA (naphtalane Acetic Acid), 2,4-D (2,4 Dichlorofenoxy
Acetic Acid). Rangsangan auksin yang paling kuat terutama adalah terhadap selsel meristem apical batang dan koleoptil. Pengaruh auksin terhadap
perkembangan sel menunjukkan adana indikasi bahwa auksin dapat menaikkan
tekanan osmotic, meningkatkan sintesis protein, meningkatkan permeabelitas
sel terhadap air, dan melunakkan dinding sel yang diikuti menurunnya tekanan

dinding sel sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai kenaikan
volume sel. Dengan adanya kenaikan sintesis protein, maka dapat digunakan
sebagai sumber tenaga dalam pertumbuhan (Sriyanti & Wijayani, 1994).
Pada batang sebagian besar spesies, kuncup apikal memberikan pengaruh yang
menghambat pertumbuhan kuncup lateral (ketiak), dengan kata lain terjadi
dominansi apikal. Hal ini terjadi karena pertumbuhan pucuk apikal menghambat
atau mencegah pertumbuhan kuncup lateral atau samping. Adanya dominansi
apikal ini mengandung nilai pertahanan hidup yang pasti, karena bila kuncup
apikal rusak atau dimakan hewan atau patah oleh kuatnya hembusan angin,
maka hal ini akan memacu pertumbuhan kuncup samping dan menjadi tajuk
utama. Efek dominansi apikal lainnya adalah menyebabkan terjadinya
percabangan di bagian bawah yang tumbuh agak mendatar, pertumbuhan
mendatar ini mengakibatkan cabang terhindar dari naungan sehingga
produktivitas fotosintesis meningkat.
Aktivitas fitohormon juga berhubungan dengan kondisi lingkungan, contohnya
aktivitas auksin dapat dipengaruhi oleh cahaya. Telah dibuktikan bahwa sinar
dapat merusak auksin dan dapat pula menyebabkan pemindahan auksin kea rah
menjahui sinar. Pengkasan unjung koleoptil tumbuhan Avena yang diletakkan di
atas blok agar-agar yang tengahnya disekat dengan suatu papan dari mika
(plastic), ternyata setelah disinari dari satu arah tertentu mengakibatkan
konsentrasi auksin di kedua blok tidak sama. Hal ini menunjukkan bahwa arah
sinar mempengaruhi distribusi auksin.

VI.

HASIL PENGAMATAN

Tabel1. Lama waktu perkecambahan biji kacang hijau (hari) pada beberapa
perlakuan
No. Biji

Macam Perlakuan
P0

P1

P2

P3

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

Total

64

52

Rata-rata

2.13

38

1.73

77

1.26

2.56

Tabel 2.Viabilitas biji kacang hijau pada beberapa perlakuan


Macam perlakuan
(lama
perendaman)

Jumlah biji yang


disemai (butir)

Jumlah biji yang


berkecambah
(butir)

Persen kecambah

P0 (air)

30

29

97

P1 (2,4-D)

30

25

83

P2 (IAA)

30

29

97

P3 (kinetin)

30

26

87

Total

120

109

VII.

(%)

ANALISIS DATA

Tabel 3. Jumlah biji yang viabel dan non viabel dari tiap perlakuan
Macam
Perlakuan

Jumlah Biji yang Viabel

Jumlah Biji yang tidak


Viabel

P0

29

27.25

2.75

30

P1

25

27.25

2.75

30

P2

29

27.25

2.75

30

P3

26

27.25

2.75

30

Jumlah

= 0,01
v = (n-1) = (4-1)= 3
n = banyak perlakuan
Jadi 0< C < 0.20 Cmaks (korelasi rendah sekali)
1. Air : IAA
2 = 0.112 + 0112 = 0.224
Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

(korelasi rendah sekali)

2. Air : 2,4-D
2 = 0.112 + 0.186 = 0.298
Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

(korelasi rendah sekali)

3. Air : Kinetin
2 = 0.112 + 0.057 = 0.169
Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

(korelasi rendah sekali)

4. IAA : 2,4-D
2 = 0.112+0.186 = 0.298
Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

5.

(korelasi rendah sekali)

IAA : Kinetin
2 = 0.112 + 0.057 = 0.169

Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

(korelasi rendah sekali)

6. 2,4-D : Kinetin
2 = 0.186 + 0.057 = 0.243
Jadi, 0 < C < 0,20 C maks

(korelasi rendah sekali)

Table 2. Perbandingan korelasi antar perlakuan


Perbandingan antar perlakuan

Korelasi

Air : IAA

Korelasi rendah sekali

Air : 2,4-D

Korelasi rendah sekali

Air : Kinetin

Korelasi rendah sekali

IAA : 2,4-D

Korelasi rendah sekali

IAA : Kinetin

Korelasi rendah sekali

2,4-D : Kinetin

Korelasi rendah sekali

kacang hijau di IAA pada hari ke-1

kacang hijau di air hari ke-5

kacang hijau di IAA pada hari ke-1

kacang hijau di air pada hari ke 1

kacang hijau di IAA hari ke-5


VIII.

PEMBAHASAN

Untuk menguji kuat hubungan variabelnya maka digunakan perhitungan


koefisien kontingensi (C) serta koefisien kontingensi maksimum (Cmaks). Dan
setelah dilakukan perhitungan maka didapatkan hasil koefisien kontingensi (C)
dari data yang dialisis adalah bernilai 0,063, dan koefisien kontingensi
maksimum (Cmaks) berada dalam kisaran yang rendah sekali dengan nilai 0,07.
Sehingga kesimpulannya korelasi antara jumlah biji yang berkecambah dengan
tiap perlakuan sangat tinggi sekali.

Dari hasil pengamatan yang dilakukan mengenai pengaruh zat pengatur


tumbuh (ZPT) terdadap perkecambahan biji yaitu perlakuan dengan larutan 2,4D, IAA, dan kinetin dengan konsentrasi 7.0 ppm serta parlakuan dengan air
sebagai variable control. Persentase biji kacang hijau yang berkecambah dengan
perlakuan air sebesar 97%, perlakuan 2,4-D sebesar 83%, perlakuan IAA sebesar
97%, dan perlakuan kinetin sebesar 87%. Berdasarkan hasil pengamatan yang
diperoleh, persentase biji kacang hijau yang diberi perlakuan dengan air dan
larutan IAA lebih besar dari perlakuan lainnya. Sehingga jenis zat pengatur
tumbuh yang sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tersebut merupakan
air dan IAA. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim
perkecambahan awal, sedangkan fungsi IAA merupakan senyawa yang bertindak
sebagai hormon auksin atau hormon pertumbuhan.
Zat pengatur tumbuh sangat berperan dalam proses perkecambahan.
Semakin tinggi konsentrasi larutan ZPT maka persentase biji kacang hijau yang
berkecambah semakin banyak. Dari hasil di atas menunjukkan bahwa proses
perkecambahan biji sangat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu larutan, jenis
larutan dan potensi air pada zat tersebut.
Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak hanya dipengaruhi oleh
faktor eksternal seperti halnya lingkungan, tetapi juga oleh hormon yang ada
didalam tanaman. Hormon bisa mempengaruhi tingkat produktifitas maupun
kualitasnya. Hormon yang berasal dari bahasa Yunani yaitu hormaein ini
mempunyai arti merangsang, membangkitkan atau mendorong timbulnya suatu
aktivitas biokimia. Maka hormon tanaman dapat didefinisikan sebagai senyawa
organik tanaman yang bekerja aktif dalam jumlah sedikit, ditransportasikan ke
seluruh bagian tanaman sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan atau
proses-proses fisiologi tanaman. Zat pengatur tumbuh terdiri dari beberapa jenis,
yaitu auksin, giberelin, sitokinin, ethylen, dan asam absisat (ABA). Auksin
merupakan salah satu dari kelompok hormon tanaman seperti indolasetat yang
berfungsi untuk merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta
pertumbuhan sepanjang aksis longitudinal tanaman. Giberelin merupakan
hormon perangsang pertumbuhan tanaman yang diperoleh dari Gibberella
fujikuroi atau Fusarium moniliforme. Sitokinin merupakan hormon tumbuhan
turunan adenin dan berfungsi untuk merangsang pembelahan sel dan
diferensiasi mitosis, disintesis pada ujung akar dan ditranslokasi melalui
pembuluh xylem. Ethylen (Prothephon) merupakan hormon yang berupa gas
yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah. Asam
absisat (ABA), sebagai penghambat tumbuh (Inhibitor) pada saat tanaman
mengalami stress, fitohormon ini digunakan untuk mengompakkan pertumbuhan
batang agar tanaman terlihat sangat baik. Pada komposisi dan perlakuan
tertentu dapat merangsang pertumbuhan tunas anakan dengan cepat dan
serentak.
Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu tumbuhan,
khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula
berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang
menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini

dikenal sebagai kecambah. Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari


lingkungan sekitar biji, baik tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan
yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji
menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara
(dalam bentuk embun atau uap air). Efek yang terjadi adalah membesarnya
ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Proses ini
merupakan murni fisik . Selain itu proses perkecambahan juga dipengaruhi oleh
faktor dalam yaitu meliputi : tingkat kemasakan benih, ukuran benih, dormansi,
dan penghambat perkecambahan.

IX.
1.

DISKUSI
Bagaimanakah pengaruh ZPT terhadap perkecambahan biji ?

ZPT dapat merangsang perkecambahan biji. Biji dapat cepat tumbuh karena ZPT
dapat meningkatkan permeabilitas sel terhadap air dan melunakkkan dinding sel
sehingga air dapat masuk ke dalam sel yang disertai kenaikan volume sel.
Dengan adanya kenaikan sintesis protein, maka dapat digunakan sebagai
sumber tenaga dalam perkecambahan biji kacang hijau.
2.
Apakah terdapat perbedaan hasil perkecambahan pada berbagai
perlakuan? Mengapa?
Ada perbedaan hasil perkecambahan pada berbagai perlakuan terutama pada
biji yang berada dalam IAA. Pada IAA perkecambahan terjadi pada hari pertama.
Hal tersebut dikarenakan masing-masing ZPT memiliki fungsi berbeda-beda
dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman dan ada beberapa jenis
fitohormon yang bekerjanya berbanding terbalik seperti kinetin dan auksin.
3.
Manakah dari perlakuan-perlakuan tersebut yang memberikan hasil optimal
pada perkecambahan biji ?
Pada perlakuan pemberian 7,0 ppm IAA (Indol Acetic Acid) dapat memberikan
hasil yang optimal.
4.

Apakah fungsi dari penempatan cawan petri di ruang gelap?

Fungsi dari cawan petri diletakkan di tempat gelap yaitu untuk mempercepat
proses perkecambahan. Hal ini terjadi karena paada tempat yang gelap, hormon
auksin yang ada di dalam biji kacang hijau menjadi aktif dan merangsang
pemanjangan sel-sel tumbuhan seperti akar.

X.

KESIMPULAN

Dari praktikum hormon tumbuhan ini dapat diperoleh kesimpulan :


Biji yang memiliki prosentase pertumbuhan paling banyak dari keempat
perlakuan ZPT adalah biji yang diimbibisikan dalam air dan IAA dengan
prosentase keduanya sebesar 97%. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan
sejumlah enzim perkecambahan awal, sedangkan fungsi IAA merupakan
senyawa yang bertindak sebagai hormon auksin atau hormon pertumbuhan.
Koefisien kontigensi dari data biji kacang hijau diperoleh nilai sebesar 0,063 dan
koefisien kontigensi maksimum sebesar 0,707 yang menandakan bahwa korelasi
antara biji dengan ZPT adalah rendah sekali.
XI.

DAFTAR PUSTAKA

Ismadi, M. H. 1993. Biokimia Umum. Gadjah Mada Press Yogyakarta.

Lakitan Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : PT. Raja


Grafindo Persada.
Loveless, AR. 2002. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan Daerah Tropik. Jakarta : PT.
Gramedia.
Purnobasuki, Hery. 1993. Panduan Praktikum Fisiologi Tumbuhan.
Salibury. B, dan Cleon W. 2001. Ross. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB

PERCOBAAN II
PENGARUH AUKSIN TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN

BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Hormon tumbuhan atau fitohormon adalah sekumpulan bahan
kimia/senyawa yang mampu mengendalikan pertumbuhan, perkembangan,
danpergerakan tumbuhan. Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan
analogi fungsi hormon pada hewan dan sebagaimana pada hewan, fitohormon
juga bekerja dalam kadar yang sangat rendah di dalam sel/ jaringan tumbuhan.
Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon
tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang
bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar,
misalnya dengan penyemprotan (disebut sebagai hormon eksogen, diberikan
dari luar sistem individu). Oleh karena itu, dipakai pula istilah zat pengatur
tumbuh (ZPT).
Terdapat ratusan hormon tumbuhan yang dikenal, baik yang endogen maupun
yang eksogen. Terdapat enam kelompok utama hormon tumbuhan,
yaitu auksin (auxins, biasa disingkat
AUX), sitokinin (cytokinins), giberelin(gibberellins, GAs), asam absisat (abscisic
acid, ABA), etilena (etena, ETH), dan brasinosteroid. Beberapa kelompok
senyawa lain juga berfungsi sebagai hormon tumbuhan namun diketahui bekerja
untuk beberapa kelompok tumbuhan atau merupakan hormon sintetik,
seperti asam jasmonat, asam salisilat, poliamina, dan triakontanol.
Auksin merupakan hormon terhadap tumbuhan yang mempunyai peranan luas
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Sifat penting auksi adalah

berdasarkan konsentrasinya, dapat merangsang dan menghambat


pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan pemanjangan sel.
Oleh karena itu, untuk memahami lebih lanjut mengenai pengaruh hormon
auksin terhadap pemanjangan jaringan, maka diadakanlah percobaan ini.

I.2 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini, yaitu untuk melihat pengaruh hormon tumbuh
(auksin) terhadap pemanjangan jaringan akar dan batang.

I.3 Waktu dan Tempat


Percobaan ini berlangsung pada hari Senin, tanggal 15 Nopember 2010, pada
pukul 14.00 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin
Makassar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Auksin berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel.


Hormon auksin dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh) pucuk tumbuhan.
Jika terkena matahari, auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini
mengakibatkan bagian yang tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih
cepat dari bagian yang terkena cahaya matahari. Akibatnya tumbuhan akan
membengkok ke arah cahaya matahari (Aryulina, dkk., 2007).
Istilah auksin berasal dari bahasa Yunani yaitu auxien yang berarti
meningkatkan. Auksin ini pertama kali digunakan Frits Went, seorang mahasiswa
pascasarjana di negeri belanda pada tahun 1962, yang menemukan bahwa suatu
senyawa yang belum dapat dicirikan mungkin menyebabkan pembengkokan
koleoptil ke arah cahaya. Fenomena pembengkokan ini dikenal dengan istilah
fototropisme. Senyawa ini banyak ditemukan Went didaerah koleoptil. Aktifitas
auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya
pemanjangan pada sisi yang tidak terkena cahaya matahari (Salisbury dan Ross,
1995).
Auksin yang ditemukan Went, kini diketahui sebagai Asam Indole Asetat (IAA)
dan beberapa ahli fisiologi masih menyamakannya dengan auksin.
Namun, tumbuhan mengandung 3 senyawa lain yang struktrurnya mirip dengan
IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa
tersebut dapat dianggap sebagai auksin. Senyawa-senyawa tersebut adalah
asam 4-kloroindol asetat, asam fenilasetat (PAA) dan asam Indolbutirat (IBA)
(Dwidjoseputro, 1992).
Sifat penting auksin adalah berdasarkan konsentrasinya yaitu dapat
menghambat pertumbuhan. Auksin berperan penting dalam perubahan dan
pemanjangan sel. Pada permukaan akar, auksin akan mempengaruhi jaringan
meristem primordial akar dalam jaringan batang (Latunra, 2010).
Selain memacu pemanjangan sel yang menyebabkan pemanjangan batang dan
akar, peranan auksin lainnya adalah kombinasi auksin dan giberelin memacu
perkembangan jaringan pembuluh dan mendorong pembelahan sel pada
kambium pembuluh sehingga mendukung pertumbuhan diameter batang. Selain
itu auksin (IAA) sering dipakai pada budidaya tanaman antara lain: untuk
menghasilkan buah tomat, mentimun dan terong tanpa biji,dipakai pada
pengendalian pertumbuhan gulma berdaun lebar dari tumbuhan dikotil di
perkebunan jagung, dan memacu perkembangan meristem akar adventif dari
stek mawar dan bunga potong lainnya (Anonim, 2010).

Tumbuhan yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka
pertumbuhannya akan lambat karena jika kerja auksin dihambat oleh matahari
tetapi sisi tumbuhan yang tidak disinari oleh cahaya matahari, pertumbuhannya
sangat cepat karena kerja auksin tidak dihambat. Hal ini akan menyebabkan
ujung tanaman tersebut cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang
disebut dengan fototropisme. Untuk membedakan tanaman yang memiliki
hormon yang banyak atau sedikit kita harus mengetahui bentuk anatomi dan
fisiologi pada tanaman sehingga kita lebih mudah untuk mengetahuinya
(Anonim, 2010).
Tanaman yang diletakkan ditempat yang gelap pertumbuhan tanamannya
sangat cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung
warnanya pucat kekuningan. Hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin
tidak dihambat oleh sinar matahari. Sedangkan untuk tanaman yang diletakkan
ditempat yang terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat
dibandingkan dengan tanaman yang diletakkan ditempat gelap, tetapi tekstur
batangnya sangat kuat dan juga warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan
karena kerja hormon auksin dihambat oleh sinar matahari (Anonim, 2010).
Banyak faktor yang mepengaruhi pertumbuhan di antaranya adalah faktor
genetik untuk internal dan faktor eksternal terdiri dari cahaya, kelembapan,
suhu, air, dan hormon. Untuk proses perkecambahan banyak di pengaruhi oleh
faktor cahaya dan hormon, walaupun faktor yang lain ikut mempengaruhi.
Menurut leteratur perkecambahan di pengaruhi oleh hormon auksin , jika
melakukan perkecambahan di tempat yang gelap maka akan tumbuh lebih cepat
namun bengkok. Hal itu disebabkan hormon auksin sangat peka terhadap
cahaya, jika pertumbuhannya kurang merata. Sedangkan di tempat yang
perkecambahan akan terjadi relatif lebih lama, hal itu juga di sebabkan pengaruh
hormon auksin yang aktif secara merata ketika terkena cahaya sehingga di
hasilkan tumbuhan yang normal atau lurus menjulur ke atas (Soerga, 2009).
Pengaruh auksin terhadap pertumbuhan jaringan tanaman diduga melalui dua
cara (Anonim, 2008):

Menginduksi sekresi ion H+ keluar sel melalui dinding sel. Pengasaman


dinding sel menyebabkan K+ diambil dan pengambilan ini mengurangi potensial
air dalam sel. Akibatnya air masuk ke dalam sel dan sel membesar.

Mempengaruhi metabolisme RNA yang berarti metabolisme protein,


mungkin melalui transkripsi molekul RNA. Auksin sintetik yang sering digunakan
dalam kultur jaringan tanaman tercantum di dalam tabel di bawah. Memacu
terjadinya dominansi apikal.
Ahli biologi tumbuhan telah mengidentifikasi 5 tipe utama ZPT yaitu auksin,
sitokinin, giberelin, asam absisat, dan etilen. Tiap kelompok ZPT dapat
menghasilkan beberapa pengaruh yaitu kelima kelompok ZPT mempengaruhi
pertumbuhan. Pengaruh dari suatu ZPT bergantung pada spesies tumbuhan.
Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari

beberapa ZPT-lah yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan


tumbuhan (Anonim, 2008).
Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organic komplek alami yang disintesis
oleh tanaman tingkat tinggi, yang berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Dalam kultur jaringan, ada dua golongan zat pengatur
tumbuh yang sangat penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh
ini mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan dan
organ. Interaksi dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan
dalam media dan yang diproduksi oleh sel secara endogen, menentukan arah
perkembangan suatu kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen,
mengubah level zat pengatur tumbuh endogen sel. Selain auksin dan sitokinin,
gliberelin dan persenyawaan-persenyawaan lain juga ditambahkan dalam kasuskasus tertentu (Anonim, 2008).
Para ahli fisiologi telah meneliti pengaruh auksin dalam proses pembentukan
akar lazim, yang membantu mengimbangkan pertumbuhan sistem akar dan
system tajuk. Terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa auksin dari batang
sangat berpengaruh pada awal pertumbuhan akar. Bila daun muda dan kuncup,
yang mengandung banyak auksin, dipangkas maka jumlah pembentukan akar
sampling akan berkurang. Bila hilangnya organ tersebut diganti dengan auksin,
maka kemampan membentuk akar sering terjadi kembali (Salisbury dan Ross,
1995).
Auksin juga memacu perkembangan akar liar pada batang. Banyak spesies
berkayu, misalnya tanaman apel Pyrus malus, telah membentuk primordia akar
liar terlebih dahulu pada batangnya yang tetap tersembunyi selama beberapa
waktu lamanya, dan akan tumbuh apabila dipacu dengan auksin. Primordia ini
sering terdapat di nodus atau bagian bawah cabang diantara nodus. Pada daerah
tersebut, pada batang apel, masing-masing mengandung sampai 100 primordia
akar. Bahkan, batang tanpa primordia sebelumnya kan mampu menghasilkan
akar liar dari pembelahan lapisan floem bagian luar (Salisbury dan Ross, 1995).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2010, Auksin, http://id.wikipedia.org/. diakses pada


tanggal 13Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.

Anonim, 2008, Peranan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) Dalam Pertumbuhan dan
Perkembangan, http://PERANAN(ZPT)BIOMAUNDIP.htm. diakses pada tanggal
13 Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.

Aryulina, D., dkk., 2007, Biologi 3, Esis, Jakarta.

Dwidjoseputro, D., 1992, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, Gramedia Pustaka


Utama, Jakarta.

Latunra, A. I., 2010, Penuntun Praktikum Fisiologi Tumbuhan, Universitas


Hasanuddin, Makassar.

Salisbury, F. B., dan Ross, C. W., 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press,
Bandung.

Soerga, N., 2009, Pola Pertumbuhan


Tanaman,http://soearga.wordpress.com/. diakses pada
tanggal 13 Nopember 2010 pukul 18.00 WITA.
Posted by yunianti radcliffe at 8:53 AM

Anda mungkin juga menyukai