Anda di halaman 1dari 16

13

BAB III
HASIL DAN EVALUASI KEGIATAN INTERVENSI
A. Pelaksanaan Intervensi Kesehatan Masyarakat
Pelaksanaan kegiatan intervensi di Desa Bluru dimulai pada
tanggal 16 Januari 2016, yaitu melakukan perizinan intervensi ke
Kepala Puskesmas Tajau Pecah dan Kepala Desa Bluru beserta
aparat

desa

lainnya

sekaligus

memberitahukan

kegiatan

intervensi yang akan dilaksanakan. Kemudian, pada tanggal 2021 Januari 2016 silaturahmi dan sosialisasi kegiatan ke Aparat
Desa dan Ketua RT 1-9. Rapat persiapan rencana kegiatan
dengan aparat desa mengenai mekanisme dan jadwal intervensi
yang akan dilakukan berupa penyuluhan dan pelatihan sampah
organik dan anorganik, serta pemilihan kader lingkungan pada
tanggal 22 Januari 2016. Berdasarkan rapat tersebut kader
lingkungan dipilih dari kader lingkungan yang telah ada agar
lebih efektif. Menurut Kepala Desa Bluru mereka adalah orang
yang

cukup

berkompeten

dalam

bersosialisasi

sehingga

diharapkan kader dapat menyebarkan informasi yang diberikan


kepada masyarakat.
Penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat Desa Bluru
tentang pentingnya mengelola sampah seperti pemisahan antara
sampah organik dan anorganik, mengolah sampah menjadi
barang

yang

berguna,

serta

perlunya

menjaga

kesehatan

lingkungan dilakukan sebanyak 4 kali yakni pada tanggal 23, 25,

14
29 Januari 2016. Pelaksanaan kegiatan penyuluhan pada tanggal
23, 25 Januari 2016 dilakukan di Kantor Desa Bluru. Sedangkan
pada tanggal 29 Januari 2016 ada 2 kali kegiatan penyuluhan
yakni

penyuluhan

dilakukan

bersamaan

dengan

kegiatan

yasinan. Selanjutnya, pada tanggal 26 Januari 2016 kegiatan


penyuluhan

dan

pelatihan

kader

lingkungan

mengenai

pengolahan sampah organik dan anorganik serta pengenalan


mengenai bank sampah. Persiapan untuk penyuluhan yang
dilakukan seperti peminjaman tempat, peminjaman alat berupa
LCD serta pembuatan materi penyuluhan. Selain itu dibuat pula
instrument kegiatan berupa kuesioner (pre-test dan post-test),
lembar checklist, dan lembar evaluasi akhir penyuluh pada saat
kegiatan tersebut.
Kegiatan penyuluhan
berlangsung

dengan

pada

cukup

tanggal

lancar,

23

Januari

2016

namun

peserta

yang

menghadiri penyuluhan sedikit. Perwakilan masyarakat dusun 1


antusias mendengarkan materi yang diberikan. Materi yang
diberikan pada penyuluhan ada dua, yaitu mengenai sampah
(definisi, klasifikasi, dampak, bahaya) dan pengelolaan sampah
dengan 3R oleh perwakilan mahasiswa Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru. Tidak ada masyarakat yang bertanya. Kegiatan
penyuluhan kedua seharusnya dilaksanakan ada tanggal 24

15
januari 2016, terdapat kendala waktu dikarenakan ada acara
perkawinan, sehingga kelompok meminta izin kepada kepala
desa untuk melakukan penyuluhan pada hari lain. Solusi yang
diberikan oleh kepala desa adalah melaksanakan penyuluhan
pada tanggal 29 Januari 2016 pada acara yasinan. Tanggal 25
Januari

2015

pertama

kegiatan

penyuluhan,

penyuluhan
namun

sama

sasaran

seperti

kegiatan

ditujukkan

kepada

perwakilan masyarakat dusun 3. Masyarakat antusias dan ada


masyarakat yang bertanya. Kegiatan penyuluhan pada tanggal
29 Januari 2016 di RT 1 dan RT 3B dengan sasaran perwakilan
masyarakat dusun 1 dan dusun 2 berjalan dengan cukup lancar.
Materi yang disampaikan sama dengan penyuluhan sebelumnya.
Kendala yang dihadapi saat penyuluhan ini adalah terdapat
beberapa

responden

yang

lanjut

usia

sehingga

memiliki

keterbatasan penglihatan dan buta aksara. Namun, mahasiswa


PSKM FK Unlam membantu responden dengan membacakan
kuesioner yang diberikan. Berdasarkan keseluruhan hasil dari
penyuluhan,

terjadi

peningkatan

pengetahuan

dan

sikap

responden.
Kegiatan penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah
organik dan anorganik dilaksanakan pada tanggal 26 Januari
2016. Kegiatan ini dihadiri oleh Kepala Desa Bluru, Kader serta
beberapa masyarakat desa Bluru dengan narasumber Herry

16
Safanur dari Konsultan 3R Kementerian Pelayanan Umum dan
Permukiman Kalimantan Selatan dan Soraya sebagai Tim dari
Kementerian PU dan PR. Materi yang diberikan oleh Pak Herry
yakni mengenai Kampanye & Edukasi Peningkatan Kepedulian
Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

(Tata

Kelola

Sampah

Permukiman). Materi mengenai sampah terdiri dari pengertian


sampah, macam-macam sampah, pengelolaan sampah dan
tujuannya,
sampah,

manfaat
pegelolaan

pengelolan
sampah,

sampah,

gangguan

dampak

negatif

kesehatan

akibat

sampah, dan bank sampah. Selanjutnya penyampaian kegiatan


yang akan dilakukan dalam pelatihan disampaikan oleh Ibu
Soraya mengenai pengelolaan sampah anorganik. Walaupun
selama pelaksanaan penyuluhan terdapat suara gemuruh dari
genset, akan tetapi responden fokus dan antusias dalam
mengikuti acara penyuluhan. terjadi peningkatan pengetahuan
responden.

Berdasarkan

hasil

dari

pre-postest,

terjadi

peningkatan pengetahuan responden. Setelah pemberian materi,


diberikan waktu istirahat selama 15 menit dan dilanjutkan
kegiatan

pelatihan

sampah

anorganik.

Kegiatan

pelatihan

pembuatan kerajinan dari sampah organik dilatih oleh Tim


Kementerian PU dan PR, sedangkan untuk pembuatan kompos
dilatih oleh Pak Herry. Masyarakat aktif dan antusias dalam

17
kegiatan

pelatihan

ini.

Setelah

selesai

acara

pelatihan,

selanjutnya diakhiri dengan foto bersama.

B. Evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Intervensi


Evaluasi adalah proses menentukan nilai atau efektivitas
suatu kegiatan untuk tujuan pembuatan keputusan. Menurut
Sutjipta (2009), evaluasi adalah penilaian secara sistemik untuk
menentukan atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang
didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus
memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan
dalam suatu program (12,13).
Berdasarkan kegiatan intervensi yang telah dilakukan di
Desa Bluru pada PBL II, maka evaluasi pelaksanaan kegiatan
intervensi adalah sebagai berikut:
1. Input
Menurut

Saleh

(2007),

untuk

mencapai

suatu

tujuan

kegiatan maka harus dinilai dari beberapa aspek, yakni (14):


a. Man (SDM). Man merujuk pada sumber daya manusia yang
dimiliki. Sumber daya manusia adalah faktor yang paling
menentukan

dalam

keberhasilan

suatu

kegiatan.

Dalam

kegiatan intervensi ini man/sumber daya manusia yang


tersedia

adalah

Mahasiswa

Kesehatan

Masyarakat

yang

18
melakukan

penyuluhan,

narasumber

yang

melakukan

pelatihan (Konsultan Kementerian PUPR), kader, dan warga


Bluru sebagai sasaran.

Diagram Hasil lembar evaluasi pemateri pelatihan

Berdasarkan
masyarakat

lembar

yang

evaluasi

menghadiri

yang

dibagikan

penyuluhan

dan

kepada

pelatihan

diketahui 86,7% responden menyatakan pemateri dalam


kegiatan ini baik/bagus, dan 13,3 % responden menyatakan
kurang bagus. Responden menyatakan kurang baik karena
pada saat responden bertanya responden merasa belum
mendapatkan jawaban yang memuaskan.
b. Money (Dana). Dalam kegiatan intervensi ini, uang (money)
tersedia dalam jumlah yang cukup. Uang bertujuan untuk
mendukung

keberlangsungan

suatu

kegiatan

termasuk

19
kegiatan intervensi seperti, pembelian konsumsi, fotokopi
materi, alat tulis, dll.
c. Materials (Bahan). Dalam suatu kegiatan, material digunakan
untuk mencapai hasil yang lebih baik, selain manusia yang ahli
dalam

bidangnya

juga

harus

dapat

menggunakan

bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana. Bahan yang


digunakan dalam kegiatan pelatihan pengelolaan sampah
seperti sampah-sampah bekas bungkus snack, sampah plastik,
serta sampah organik rumah tangga. Bahan yang diperlukan
dalam kegiatan pelatihan ini tersedia dalam jumlah yang
cukup. Sampah, serta peralatan-peralatan yang diperlukan
dalam proses pelatihan ini dibawa dan dikumpulkan oleh
masyarakat dan dari mahasiswa Kesehatan Masyarakat Unlam.
Selain itu, Materi dalam kegiatan intervensi ini adalah
bahan/materi yang diberikan oleh tenaga penyuluh terkait
intervensi yaitu pengelolaan sampah.

20

Diagram Hasil lembar evaluasi materi pelatihan

Berdasarkan
masyarakat
diketahui

lembar

yang

93,3%

evaluasi

menghadiri
responden

yang

dibagikan

penyuluhan
menyatakan

dan

kepada

pelatihan

materi

dalam

kegiatan ini baik/bagus, dan 6,7% responden menyatakan


cukup. Responden menyatakan materi yang diberikan cukup
baik karena Bahasa yang digunakan dapat dipahami dengan
baik.
d. Method (Metode). Metode adalah suatu tata cara kerja yang
memperlancar

jalannya

suatu

kegiatan.

Metode

yang

digunakan dalam intervensi adalah ceramah oleh tenaga

21
penyuluh dan diskusi antara tenaga penyuluh dan peserta
penyuluhan.

Sedangkan

metode

yang

digunakan

dalam

pelatihan pengelolaan sampah adalah demo secara langsung


bagaimana mengolah kerajinan dari sampah anorganik dan
bagaimana melakukan komposting dengan sampah organik.
Diagram Hasil lembar evaluasi materi pelatihan

Berdasarkan
masyarakat

lembar

yang

diketahui

73,3%

kegiatan

ini

evaluasi

menghadiri
responden

yang

dibagikan

penyuluhan
menyatakan

menarik/menyenangkan,

dan

pelatihan

metode
20%

kepada

dalam

responden

menyatakan cukup menyenangkan, dan 6, 7% menyatakan


metode yang digunakan kurang menarik/bosan. Responden
menyatakan metode yang digunakan kurang menarik karena
tidak dapat mengumpulkan banyak remaja.
e. Machine. Machine dalam hal ini menyangkut sarana dan
prasarana kegiatan intervensi. Sarana penunjang keberhasilan

22
intervensi yang tersedia adalah laptop, LCD, microphone, dan
genset listrik. Sementara prasarana yang digunakan adalah
kantor Desa Bluru dan gerbang posyandu sebagai tempat
dilakukannya penyuluhan dan pelatihan pengelolaan sampah.
Dilihat

dari

indikator

input

pelaksanaan

kegiatan

intervensi yang telah dilaksanakan di Desa Bluru, yaitu man,


material,money, method, dan machine maka dapat dinilai
kegiatan intervensi telah sesuai dengan rencana kegiatan.
2. Proses
Evaluasi proses adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan untuk melihat tingkat keberhasilan proses
kegiatan yang telah dilaksanakan (15). Pelaksanaan kegiatan
intervensi dilakukan di Desa Bluru yaitu tentang penyuluhan dan
pelatihan pengelolaan sampah dilakukan pada tanggal 26 Januari
2016 dengan sasaran masyarakat desa Bluru. Warga cukup aktif
dalam mengikuti kegiatan intervensi, hal ini dapat dilihat dari
kehadiran warga dimana selain 10 kader yang diundang juga
terdapat beberapa warga yang juga berhadir dalam kegiatan
intervensi. Pada saat kegiatan warga juga terlihat kondusif atau
memperhatikan materi dengan baik. Selain itu, beberapa warga
juga

aktif

bertanya

saat

dilakukan

pelatihan

pengelolaan

sampah. Namun, kegiatan ini tidak lepas dari beberapa kendala,


yakni:

23
a. Internal
Pada

bagian

internal,

masalah

atau

kendala

yang

mengganggu adalah adapun faktor internal dari warga Bluru


sendiri

yang

menjadi

hambatan

pada

saat

penyuluhan

berlangsung yaitu beberapa warga datang terlambat, sehingga


menganggu

konsetrasi

dari

warga

untuk

mendengarkan

penjelasan mengenai pokok permasalahan yang terjadi dalam


hal ini adalah sampah. Selain itu, terlambatnya kedatangan
warga dari jam yang ditentukan juga menyulitkan mahasiswa
untuk melakukan

pre-post

untuk mengetahui pengetahuan

warga sebelum penyuluhan dan pelatihan.


b.Eksternal
Kendala pada eksternal adalah padamnya listrik pada saat
kegiatan.

Penggunaan

pelatihan

membuat

mengganggu
kendala

genset

adanya

konsentrasi

kegiatan

lebih

pada

saat

gangguan

warga
pada

saat

penyuluhan

suara

bising

kegiatan.

penyesuaian

Selain
jadwal

dan
yang
itu,
dan

penyesuaian pelaksana kegiatan terhadap warga desa Bluru.


Penyesuaian

terhadap

interaksi

yang

dilakukan

mengenai

perbincangan, tatap muka dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan


karena perbedaan budaya dan suku yang ada antara pelaksana
dengan warga desa yang hampir seluruhnya memiliki budaya
jawa dan menggunakan Bahasa jawa yang kental.

24
3. Output
Evaluasi output adalah evaluasi yang dilakukan untuk
mengukur pencapaian hasil yang telah dicapai. Output dari
pelaksanaan kegiatan intervensi adalah terlihatnya peningkatan
pengetahuan masyarakat mengenai pengelolaan sampah.
Tabel 3.1 Hasil Pretest dan posttest pengetahuan warga sebelum
dan sesudah intervensi

No Pertanyaan

Sebelum Intervensi
(Pretest)
Jumlah benar

25

27

26

26

15

26

16

10

27

Berdasarkan

tabel

%
92,7
%
100
%
97,3
%
97,3
%
55,6
%
29, 6
%
29, 6
%
97,3
%
59,3
%
100
%

3.1

Setelah Intervensi (Posttest)


Jumlah
benar

27

100%

27

100%

27

100%

27

100 %

26

97,3 %

23

85.2 %

23

85.2 %

27

100 %

21

77.8 %

27

100 %

diketahui

pengetahuan

warga

sebelum intervensi yang masih kurang adalah pertanyaan no


5,6,7, dan 9 terkait pengetahuan 3R (reduce, reuse, recycle) dan
pengetahuan tentang penyakit yang dapat diakibatkan oleh
sampah yang dibakar. Masyarakat belum mengetahui salah satu

25
dampak dari pebakaran sampah adalah penyakit ISPA. Namun,
setelah dilakukan intervensi pengetahuan warna mengenai 3R
(reduce, reuse, recycle) dan penyakit akibat sampah mengalami
peningkatan.
Tabel 3.2 Hasil Pretest dan posttest skor pengetahuan warga
sebelum dan sesudah intervensi.
Sebelum
Setelah
Intervensi
Intervensi
(Pretest)
(Posttest)
No
Nama warga
Jumla
Jumla
h
Skor
h
Skor
benar
benar
1 Sri Mulyati
7
70
10
100
2 Agung S.W
8
80
10
100
3 Sumiati
7
70
10
100
4 Casmiati
7
70
10
100
5 Pia Juwarnika
5
50
10
100
6 Sumiani
8
80
10
100
7 Siti Nur Hidayah
9
90
10
100
8 Eti Wahyuni
10
100
10
100
9 Poni
10
100
10
100
10 Katmini
7
70
8
80
11 Yatini
7
70
10
100
12 Tasmiati
7
70
9
90
13 Siti Noor Aida
7
70
10
100
14 Widia PA
7
70
9
90
15 Aminaton
5
50
9
90
16 Solikah
10
100
10
100
17 Kartini
8
80
9
90
18 Daliyem
8
80
8
80
19 Siti Maysaroh
6
60
8
80
20 Siti Halimah
8
80
100
100
21 Ruslina H
10
100
100
100
22 Porwati
8
80
9
90
23 Siti Aminah
6
60
9
90
24 Setyo Wartini
7
70
10
100
25 Royanah
8
80
10
100
26 Mun Faridah
7
70
9
90
27 Rahma Safitri
8
80
9
90
Rata-rata
75, 9
94,8

26

Berdasarkan tabel 3.2 diketahui rata-rata pengetahuan


warga meningkat sebelum dan sesudah intervensi. Sebelum
intervensi rata-rata pengetahuan warga 75,9 dengan nilai
terendah 50 dan nilai tertinggi 100. Setelah dilakukan intervensi
rata-rata pengetahuan warga meningkat menjadi 94,8 dengan
nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 100. Berdasarkan analisis
menggunakan uji Wilcoxon didapatkan nilai p-value 0,0001 <
0,05 yang menunjukkan terjadi perubahan pengetahuan sebelum
dan sesudah penyuluhan.
Selain

terjadi

perubahan

pengetahuan,

juga

terjadi

perubahan perilaku pada beberapa warga Bluru. Berdasarkan


evaluasi yang dilakukan pada tanggal 4 Maret 2015 sejumlah 24
warga sudah berperilaku mengurangi sampah. Beberapa warga
mulai mengurangi sampah organik dengan cara komposting, dan
sampah anorganik dengan cara membuat kerajinan dari sampah
plastik dan pemanfaatan barang bekas.
C. Evaluasi

Terhadap

Efektivitas

Intervensi

dalam

Mengatasi Permasalahan Kesehatan Masyarakat


Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan pada tanggal 4
maret 2016, menurut informasi dari 10 orang kader sebanyak 24
Rumah tangga (88%) dari target warga telah berperilaku
mengelola

dan

mengurangi

sampah

(dapat

dilihat

pada

27
Lampiran). Dalam hal pengelolaan sampah rumah tangga
sebagian dari warga telah melakukan metode komposting dan
membuat kerajinan tangan. Dari serangkaian kegiatan intervensi
yang telah dilakukan menurut sebagian besar warga yang telah
berpartisipasi
bermanfaat

dalam
karena

kegiatan
dapat

ini,

intervensi

meningkatkan

ini

sangat

pengetahuan,

pengalaman dan keterampilan mereka khususnya, dalam hal


pengelolaan sampah yang baik.
Kegiatan komposting dan

pembuatan

kerajian

tangan

menurut warga dapat dilakukan dengan mudah. Dalam kegiatan


komposting sendiri warga hanya perlu menyiapkan wadah
sederhana untuk penyimpanan kompos dan mengisinya dengan
sampah-sampah organik sisa kegiatan rumah tangga saja.
Apabila warga tidak memiliki waktu untuk mengelola komposting
sendiri maka komposting dapat dikelola bersama warga lainnya
dalam suatu tempat sehingga hal ini dapat lebih memudahkan
masyarakat dalam hal pengelolaan dan akan meningkatkan
jumlah kompos yang akan dihasilkan.
Dalam kegiatan pembuatan kerajinan tangan, hal ini juga
cukup mudah dilakukan karena warga hanya perlu menyediakan
sampah plastik dan alat jahit sederhana saja. Namun, dalam
proses pembuatan kerajinan tangan ini warga mengaku sedikit
kesulitan dalam hal ketersediaan waktu karena kebanyakan
waktunya digunakan untuk bekerja. Beberapa warga tertentu

28
saja yang memiliki waktu luang untuk melakukannya. Meskipun
beberapa warga terkendala dalam hal waktu, tetapi mereka
memberikan sampah plastiknya pada warga yang melakukan
kerajinan

tangan

dan

juga

memanfaatkan

sampah

non-

organiknya menjadi barang daur ulang seperti memanfaatkan


sisa bungkus plastik menjadi pot atau polybag tanaman.
Komposting
dan
kerajinan
tangan
terbukti

dapat

mengurangi masalah sampah di Desa Bluru karena warga mulai


mengurangi

kebiasaan

membakar

sampah

dan

mulai

memanfaatkan sampahnya kembali baik itu sampah organik


maupun sampah anorganik. Hal ini dapat dilihat dari tindakan
warga dalam pengelolaan sampahnya, tidak hanya oleh para
kader tapi juga oleh warga disekitarnya. Meskipun sebagian
warga tidak secara langsung melakukannya namun mereka mulai
memberikan sampahnya untuk dikelola kepada sebagian warga
yang telah melaksanakan komposting dan kerajinan tangan.

Anda mungkin juga menyukai