Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.

Konsep Pertahanan Negara


2.1.1.

Kepentingan Nasional
Pada hakikatnya kepentingan nasional Indonesia adalah
tetap tegak dan utuhnya NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang Dasar (UUD) 1945 serta terjaminnya kelancaran
dan

keamanan

pembangunan

nasional yang

berkelanjutan.

Kepentingan nasional tersebut diwujudkan dengan memperhatikan


tiga kaidah pokok, yakni tata kehidupan, upaya pencapaian tujuan
serta sarana yang digunakan. Tata kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara Indonesia mencerminkan kesatuan tata nilai yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang berKetuhanan Yang
Maha Esa yang menjunjung tinggi kebhinekaan yang ditunjukkan
dalam interaksi sosial yang harmonis.
merupakan

upaya

untuk

mencapai

Pembangunan nasional
tujuan

nasional

yang

pelaksanaannya secara berkelanjutan, berwawasan lingkungan dan


berketahanan

nasional

berdasarkan

Wawasan

Nusantara.

Sebaliknya sarana yang dipergunakan dalam mewujudkan tujuan


nasional

adalah

seluruh potensi dan

kekuatan

nasional yang

didayagunakan secara menyeluruh dan terpadu.


Lingkungan strategis baik global, regional maupun nasional
yang terus berkembang dalam suatu dinamika yang sangat tinggi

menuntut penyesuaian diri dengan hakikat perubahan yang terjadi.


Atas dasar itu, kepentingan nasional Indonesia disusun dalam tiga
kategori : kepentingan nasional yang bersifat mutlak, kepentingan
nasional yang bersifat vital dan kepentingan nasional yang bersifat
penting.
Kepentingan nasional yang bersifat mutlak adalah tetap
tegaknya NKRI. Fungsi Pertahanan negara wajib menjaga dan
melindungi kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI serta
keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

NKRI

dengan wilayah terdiri dari 17.504 pulau sebagai satu kesatuan


wilayah

Indonesia

keutuhannya.

yang

harus

tetap

dijaga

keberadaan

dan

Posisi Indonesia yang strategis memiliki implikasi

pertahanan yang besar. Keutuhan wilayah NKRI tidak saja


menjadi kepentingan nasional Indonesia, tetapi juga menjadi bagian
strategis

yang

negara di dunia.

mempengaruhi

kepentingan

nasional

sejumlah

Wilayah NKRI yang utuh dan stabil akan

menjadi syarat mutlak terselenggaranya pembangunan nasional


untuk menyejahterakan rakyat, sekaligus terwujudnya stabilitas
kawasan yang mengitari Indonesia.

Indonesia tidak akan

membiarkan setiap usaha yang akan mengganggu eksistensi dan


integritas NKRI. NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD
1945 yang wilayahnya dari Sabang sampai Merauke merupakan
keputusan final yang harus dijaga dan dipertahankan.

Kepentingan

nasional

yang

bersifat

vital

menyangkut

pembangunan nasional untuk mewujudkan kesejahteraan yang


Bhineka Tunggal Ika, sejahtera, adil dan makmur serta demokratis.
Kondisi obyektif Indonesia sebagai negara dengan penduduk
terbesar

keempat

di

dunia

merupakan

tantangan

mengembangkan pertahanan Indonesia ke depan.

untuk
Dengan

penduduk yang sudah mencapai lebih dari 230 juta jiwa serta
karakteristik yang sangat pluralistik dalam suku, agama, ras dan
antar golongan (SARA) diperlukan upaya sungguh-sungguh untuk
membangun kohesi dalam ikatan persatuan dan kesatuan bangsa.
Indikator terwujudnya kohesi nasional serta persatuan dan kesatuan
bangsa ditunjukkan dalam kehidupan sosial dan interaksi antar
warga masyarakat yang harmonis.
Kepentingan nasional yang bersifat utama atau penting
adalah kepentingan yang terkait dengan perdamaian dunia dan
stabilitas regional.

Lingkungan strategis Indonesia adalah global

dan regional dengan segala dinamikanya. Indonesia juga tidak


terlepas dari limpahan sejumlah konflik di dunia. Oleh karena itu,
Indonesia akan tetap mengambil peran aktif bersama-sama dengan
bangsa lain melalui usaha-usaha yang bermartabat untuk
mewujudkan

perdamaian

dunia

perdamaian abadi dan keadilan sosial.

berdasarkan

kemerdekaan,

Dephan RI, Buku Putih Pertananan Indonesia, 2008, hal 39-41

10

2.1.2.

Kondisi Umum Pertahanan Negara


Sejarah perjalanan bangsa Indonesia membuktikan bahwa
Sistem Pertahanan Rakyat Semesta ampuh dan dapat diandalkan
untuk terus dipertahankan dan dikembangkan dalam menjaga
keutuhan wilayah negara dan menjamin keselamatan bangsa.
Dalam
pemerintah
prioritas.

menyelenggarakan

masih

menempatkan

pembangunan
aspek

nasional,

kesejahteraan

sebagai

Dari alokasi APBN sampai dengan Tahun Anggaran

(TA) 2007, pertahanan negara belum menjadi prioritas dalam


pembangunan nasional. Dalam APBN 2008, sektor pertahanan
negara masih berada pada urutan prioritas ke-empat di bawah
fungsi pelayanan umum, pendidikan dan ekonomi.
yang

ingin

dicapai

dalam

upaya

Sasaran pokok

meningkatkan

kemampuan

pertahanan negara pada TA. 2008 diarahkan pada kapabilitas


pertahanan, peningkatan jumlah dan kondisi kesiapan operasional
pertahanan, modernisasi alutsista serta teknologi dan industri
pertahanan dalam negeri. Sampai pada TA. 2010 ini alokasi
anggaran pertahanan sedikit naik dan menduduki tiga besar, namun
masih jauh dari alokasi anggaran untuk mendukung kemampuan
kekuatan pertahanan negara minimum (Minimum Essential
Forces/MEF).

Hingga saat ini, selain jumlah maupun kandungan

teknologi alutsista masih di bawah standar penangkalan, juga


kualitas SDM dan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

Di

samping itu, kebutuhan pemenuhan, pemeliharaan maupun suku

11

cadang alutsista

masih bergantung pada negara-negara lain.

Tantangan pembangunan nasional, seperti digambarkan di atas


berimplikasi terhadap pelaksanaan pembangunan sektor pertahanan
negara yang hingga sekarang belum mampu mencapai kekuatan
pertahanan

minimum.

Kondisi

tersebut

berdampak

terhadap

kemampuan dan profesionalisme TNI dalam melaksanakan


fungsinya sebagai kompoen utama sispertahanan negara.
Perubahan
menguatnya

geopolitik global, yang ditandai dengan

pendekatan

unilateralisme

berdampak

terhadap

berkembangnya doktrin pertahanan serangan pre-emptive, yang


dapat

menembus

kewajaran
kemampuan

batas-batas

yurisdiksi

hukum internasional.
militer

negara

suatu

Selain

tetangga

itu,

yang

negara

di

luar

menguatnya
secara

signifikan

melebihi kemampuan pertahanan kita telah melemahkan posisi


tawar dalam diplomasi internasional.

Tantangan utama yang

harus dihadapi Indonesia pada masa yang akan datang adalah


membangun kekuatan pertahanan negara di atas kekuatan
pertahanan minimal sehingga memiliki nilai efek penangkalan di
kawasan regional maupun internasional.
Tantangan

berikutnya

dalam

pembangunan

pertahanan

negara yaitu tuntutan kebutuhan untuk membangun TNI yang


profesional sehingga menjadi kekuatan nasional yang mampu
mengemban fungsinya di era globalisasi dengan hakikat ancaman
yang

semakin

kompleks. Usaha

pertahanan

untuk

menjaga

12

kedaulatan negara dan keutuhan wilayah NKRI serta menjamin

keselamatan

bangsa

dari

setiap

ancaman

akan

sangat

berat

dilakukan tanpa didukung oleh alutsista yang modern. Oleh karena


itu, tantangan dalam membangun TNI yang profesional pada
hakikatnya adalah membangun kemampuan pertahanan negara
dengan meningkatkan jumlah dan kondisi alutsista TNI untuk
mencapai kekuatan pokok minimum sesuai dengan kemajuan
teknologi.
Kondisi riil TNI saat ini harus diakui masih berada di
bawah standar profesionalisme. Kekuatan TNI dari segi alutsista
masih diperhadapkan dengan kondisi keterbatasan dan kekurangan
dari segi jumlah dan ketidaksiapan sebagai akibat alutsista yang
ada saat ini umumnya merupakan aset yang sudah ketinggalan
teknologi, sementara proses regenerasi berjalan sangat lambat.
Dalam rangka itu, membangun TNI yang profesional bukan saja
kebutuhan TNI semata, tetapi juga menjadi kebutuhan seluruh
bangsa

Indonesia

dalam

mengangkat

posisi

tawar

Indonesia

menghadapi ketatnya persaingan di era globalisasi.

2.1.3.

Hakikat dan Tujuan Pertahanan Negara


Pertahanan

negara

pada

hakikatnya

merupakan

segala

upaya pertahanan yang bersifat semesta, yang penyelenggaraannya


2

Ibid, hal. 99-101

13

didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga


negara

serta

keyakinan

pada

kekuatan

sendiri

untuk

mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia


yang merdeka dan berdaulat. Kesemestaan mengandung makna
pelibatan seluruh wilayah negara sebagai satu kesatuan pertahanan
yang utuh dan menyeluruh.
Upaya pertahanan yang bersifat semesta adalah model yang
dikembangkan berdasarkan pertimbangan strategis bukan karena
alasan ketidakmampuan
modern.

dalam membangun pertahanan yang

Meskipun Indonesia telah mencapai tingkat kemajuan

yang cukup tinggi, model tersebut tetap dikembangkan dengan


menempatkan warga negara sebagai subyek pertahanan negara
sesuai dengan perannya masing-masing. Sistem pertahanan negara
yang bersifat semesta bercirikan kerakyatan, kesemestaan dan
kewilayahan. Ciri kerakyatan mengandung makna bahwa orientasi
pertahanan diabadikan oleh dan untuk kepentingan seluruh rakyat.
Ciri kesemestaan mengandung makna bahwa seluruh sumber daya
nasional didayagunakan bagi upaya pertahanan. Ciri kewilayahan
merupakan gelar kekuatan pertahanan yang tersebar di seluruh
wilayah

NKRI,

sesuai

dengan

kondisi geografi

sebagai satu

kesatuan pertahanan.
Pertahanan negara bertujuan untuk menjaga dan melindungi
kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan
segenap bangsa dari segala bentuk ancaman.

Tujuan pertahanan

14

negara dalam menjaga kedaulatan negara mencakup upaya untuk


menjaga sistem ideologi negara dan sistem politik negara. Dalam

menjaga sistem

ideologi negara, upaya

pertahanan negara

diarahkan untuk mengawal dan mengamankan Pancasila sebagai


dasar negara dan falsafah bangsa Indonesia. Sedangkan dalam
menjaga sistem politik negara, upaya pertahanan negara diarahkan
untuk

mendukung

demokratis,

stabil,

terwujudnya

pertahanan

bersih

berwibawa

dan

negara

memungkinkan

terselenggaranya pembangunan nasional dengan baik.


2.1.4.

yang

Postur Pertahanan Negara (Militer)


Postur Pertahanan Negara meliputi Postur Militer (TNI)
dan Postur Pertahanan Nirmiliter. Postur Militer secara organisasi
terdiri atas TNI AD, TNI AL, TNI AU, Mabes TNI dan Kemhan.
Kelima kelompok organisasi tersebut dalam penganggaran
pertahanan, masing-masing adalah unit organisasi (UO) yang
mengelola anggaran pertahanan dalam sektornya masing-masing.
Gambaran tentang kekuatan pertahanan militer yang disusun dalam
kekuatan personel, organisasi dan alutsista.
Kekuatan personel prajurit TNI pada tahun 2007 berjumlah
413.959 personel (lihat Tabel 2.1).
yang

ada

di

Dephan

berjumlah

Kekuatan pertahanan militer


1.117

personel

TNI

yang

melaksanakan fungsi pemerintahan di bidang pertahanan negara


bersama-sama dengan 4.292 personel PNS Kemhan.Dalam
3

Ibid, hal 43-44

15

kerangka postur
uraian

postur

anggaran
ANGKATAN

pertahanan

pertahanan,

JUMLAH

TNI AD

317.273

TNI AL

62.556

TNI AU

34.130

Jumlah

pertahanan negara, pencantuman Dephan dalam

413.959

negara

khususnya

didasarkan
belanja

atas

personel

penggunaan
(gaji

dan

KETERANGAN
Termasuk personel TNI AD di Dephan, Mabes TNI dan
Dep/LPND
Termasuk personel TNI AL di Dephan, Mabes TNI dan
Dep/LPND
Termasuk personel TNI AU di Dephan, Mabes TNI dan
Dep/LPND

Tabel 2.1.

tunjangan)

serta

Kekuatan Personel TNI


biaya

pemeliharaan

dan

operasional.

Sementara pencantuman Mabes TNI dalam postur pertahanan


negara didasarkan pada statusnya sebagai pengguna anggaran
pertahanan, yakni belanja personel (penghasilan dan tunjangan
prajurit), biaya pemeliharaan dan operasional serta belanja modal
Sumberalutsista
: Dephan (khususnya
RI, Postur Pertahanan
Negaradan
(2007,
43)TNI).
untuk
Kohanudnas
Bais

a.

Kekuatan dan Kesiapan Alutsista TNI AD


Pengorganisasian kekuatan TNI AD disusun dalam
tiga kategori kekuatan, yakni kekuatan terpusat kekuatan

kewilayahan dan satuan pendukung.

Kekuatan terpusat

terdiri dari 1 komando Cadangan Strategis Angkatan Darat


(Kostrad) dan 1 Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
Kostrad adalah keuatan terpusat TNI AD, yang terdiri dari
Satuan

Tempur

(Satpur),

Satuan

Bantuan

Tempur

16

Satuan
Satpur
Satbanpur

Divisi
2 Divif

Brig/Men

Yon

6 Brigif

18 Yonif

6 Yonarmed

Menarmed

2 Yonkav

Personel

Materil/
Alutsista

97 %

60 %

97 %

60 %

97 %

60 %

2 Yonarhanudri
2 Yonzipur
Satbanmin

2 Yonbekang
1 Yonkes

(Satbanpur) dan Satuan Bantuan Administrasi (satbanmin)


yang diorganisasikan ke dalam Satpur, Satbanpur dan
Satbanmin.

Selengkapannya pengorganisasian Kostrad

terinci pada Tabel 2.2.


Kopassus adalah kekuatan terpusat TNI AD yang
tersusun dalam kesatuan-kesatuan yang disebut Grup yang
terdiri

atas

Markas

Komando

Pasukan

Khusus

(Makopassus); 2 Markas Grup (Magrup) Para Komando


(Parako); 1 Magrup Sandi Yudha (Sanda); 1 Magrup
Penanggulangan

Teroris

(Magrupgultor);

Pusdik

Koppassus; 6 batalyon Para Komando (Yon Parako); 3 Yon


Sanda; 2 Batalyon Khusus (Yonsus) dan 1 Detasemen
Teknik (Dennik).

Kondisi

personel

Kopassus

terisi

100%

TOP.

Kondisi materiil (alutsista) Kopassus sekitar 60% (diukur


SSAT

UNIT

KESIAPAN

KETERANGAN

(%)
KRI

143

65

35% tidak layak


operasional

KAL

312

82

Pesawat udara

68

52

48% tidak layak


terbang

Marinir

2 Pasmar

55

Dilengkapi dengan

1 Brigif

429 Ranpur dan 42

1 Kolat

pucuk meriam

1 Denjaka
Pangkalan

Tabel 2.2.

Lanal
11

Lantamal

Pengorganisasian Kostrad

60

(Lanal klas A)
22 Lanal klas B
20 Lanal klas C

60

dari ukuran ideal kelayakan materiil dalam mendukung


pencapaian tugas pokok Kopassus. Apabila dihadapkan

Sumber : Dephan RI, Postur Pertahanan Negara (2007, 45)

17

dengan perkembangan teknologi militer, alutsista Kopassus


banyak yang sudah ketinggalan (out of date).

Sementara

kekuatan satuan kewilayahan TNI AD (12 Kodam dan 43


Korem), kondisi personel berkisar 92% dan 97%,
sedangkan kondisi kesiapan alutsista rata-rata 40%.

b.

Kekuatan dan Kesiapan Alutsista TNI AL


Kekuatan TNI AL disusun dalam Sistem Senjata
Armada Terpadu (SSAT) yang terdiri dari KRI, KAL,
Pesawat udara,

Marinir dan Pangkalan. Kekuatan SSAT

yang diawaki 62.556 personel TNI AL dan 8.840 PNS


dengan kesiapan alutsista berkisar 52%-82% seperti
tergambar dari Tabel 2.3.

3 Lanal khusus
Labudal
60

1 Klas A
7 Klas B
2 Klas C
Fasharkan
6 Klas A

60

4 Klas B
2 klas C
Pangkalan Mar
2 Pangkalan

KRI

KAL

PESAWAT

RANPUR

UDARA

MARINIR

1 Kapal MA

KAL : 312 buah

1 Buffalo DHC-

68 Tank PT-76

16 PK

berbagai macam

5D

54 Tank

12 PKR

jenis dan ukuran

13 Cassa NC-

PTRecovery

2 SS

212

BREM-2

4 KCR

3 Cassa NC-

25 Pansam AMX-

2 KCT

212-200

10P

40 PC

22 Nomad N-

25 Pansam BTR-

6 PR

22/24

50 P

2 Bonanza F-

69 Pansam BTR-

33A

50P (M)

2 ASG

3 Tampico TB-9

34 Pansam BTR-

5 BCM

4 Tabago TB-10

50 PK

2 BTD

5 N Bell-412

5 Kapa K-61 (R)

5 BHO

8 Bolcow BO-

26 Kapa K-61 (R)

3 BU

105

9 Kapa PTS

5 BAP

3 Colibri EC-

8 Pansrod BTR-

5 CAP

120

152

2 BR
28 AT

Tabel 2.3 .

18

Sistem Senjata Armada Terpadu TNI AL

1 BRS

12 BTR-80A

2 LAT

29 KPR BM-14/17
1 Sizu NA-140
21 BVP-2
2 VPV/Rec
6 Rocket RM70/85
Grad long Cal 122
mm
22 Pintam BRDM

19

c.

Kekuatan dan Kesiapan Alutsista TNI AU


TNI AU terdiri dari Skadron Udara, Satuan Radar,
Satuan Rudal, Pasukan Khas (Paskhas), Pangkalan Udara
(Lanud), Detasemen dan Pos.

Skadron Udara terdiri atas

Skadron Tempur, Skadron Angkut, Skadron Intai, Skadron


Helikopter dan Skadron Latih.

TNI AU memiliki 18

Skadron Udara dengan berbagai tipe pesawat, 17 Skadron


Radar Hanud, 1 Sat Rudal QW-3, Korpaskhas membawahi
3 Wing, 6 Skadron Flight, 1 Den Bravo dan 1 Den Walkol.
Pangkalan Udara TNI AU terdiri dari : Komando
Sumber : Dephan, Postur Pertahanan Negara (2007; 49-50)
Operasi
Angkatan Udara (Koopsau I) meliputi 2 Lanud

Tipe A, 5 Lanud Tipe B, 8 Lanud Tipe C, 4 Lanud


Tipe D, 2 Wing Udara, 3 Skadron Teknik, 5 Detasemen

dan 40 Pos TNI AU ; Koopsau II terdiri atas


JENIS

UNIT

KEKUATAN

KESIAPAN

3 Lanud

KET

(%)
Skadron

Satrad

7 Skadron Tempur

74 psw

42

5 Skadron Angkut

49 psw

62

1 Skadron Intai

3 psw

33

3 Skadron Heli

49 psw

70

2 Skadron Ltaih

57 psw

58

17 Satrad Hanud

94

3 Wing

70

6 Skadron

70

6 Flight

70

2 Den

70

6 Tipe A

75

8 Tipe B

70

20 Tipe C

70

8 Tipe D

70

Detasemen

9 Den

70

Pos

78 Pos

70

Korpaskhas

Lanud

Lanud Tipe A, 1 Lanud Tipe B, 12 Lanud Tipe C, 4


Lanud Tipe D, 3 Wing Udara, 3 Skadron Teknik, 4
Detasemen dan 37 Pos TNI AU; Komando Pendidikan TNI
AU (Kodikau) (1 Lanud Tipe A, 2 Lanud Tipe B, 2
Wing Dik, 1 Detasemen dan 1 Pos TNI AU.

20

Tabel 2.4.

2.2.

Kekuatan TNI AU

Kondisi Nyata Alutsista Saat Ini


Dari data yang ada diketahui bahwa sejumlah alutsista yang sampai
sekarang

dipakai

oleh

TNI

diproduksi

sejak

akhir

tahun

Sumber : Dephan, Postur Pertahanan Negara (2007; 51)

1950-an.

Beberapa alutsista itu seperti kendaraan tempur (ranpur) jenis Saracen


(1957) dan Ferret (1959) buatan Inggris, tank AMX-13 buatan Perancis
(1958) atau senjata berat artileri medan Kal 76 mm M-48 buatan tahun
1958. Demikian pula halnya dengan sejumlah pesawat yang dimiliki TNI
AU seperti OV-10 Bronco yang nyaris melampaui usia pakainya.Dari
kondisi tersebut, alutsista yang kita miliki rata-rata sudah berusia di atas 40
tahun dengan kesiapan rata-rata 60 persen.

21

Tabel 2.5.

Kondisi Alutsista Kritis Pada Tahun 2007

Sumber : Dephan, Postur Pertahanan Negara (2007; 59)

KSAL Laksamana Somardjono pada Rapim TNI 2008 menjelaskan


bahwa permasalahan utama yang dihadapi dalam pembinaan kekuatan dan
kemampuan TNI AL adalah keterbatasan jumlah dan kemampuan alutsista
yang dimiliki dihadapkan dengan konstelasi geografi dan luasnya wilayah
perairan yurisdiksi nasional yang harus diamankan.Dalam rangka
mewujudkan visi TNI AL, pembinaan diarahkan kepada peningkatan
kemampuan tempur alutsista TNI AL yang modern sesuai fungsi agar
mampu menjaga keamanan, kedaulatan dan keutuhan wilayah perairan
yurisdiksi nasional serta memiliki daya tangkal yang tinggi. Untuk
meningkatkan kesiapan satuan

operasional telah dirumuskan setidaknya

utuh 376 unit kapal perang, tetapi saat ini Indonesia baru memiliki 114
kapal perang.
5

Kompas edisi 18 September 2007

22

Tabel 2.6.
Peralatan

Alutsista TNI yang Diusulkan Untuk Dimodernisasi atau Diganti


Buatan

Digunakan

Rencana dihapuskan/

Jumlah

Kondisi

Kondisi

(tahun)

(tahun)

digantikan

dimiliki

siap

Tdk siap

1960

1960

2010

69

42

27

TNI AD
Saladin (Inggris)

Saracen (Inggris)

1957

1960

2010

84

60

24

BTR 40 (Rusia)
Feret (Inggris)

1960

1960

2010-2019

108

64

44

1959

1960

2010

55

34

21

AMX-13 (Perancis)

1958

1962

2010

632

431

201

Scorpion (Inggris)

1993

1997

100

90

10

PT-76 (Rusia)

1960

1962

BTR-50 (Rusia)
Senjata Berat Armed Kal. 76 mm M-48
B-1

1960

1962

13

13

1958

1960

217

145

72

Arhanud MES-60/57 mm (Rusia)

1962

1963

201

155

46

1971-1976

1976-2002

2008-2032

Korvet (Jerman)

1977

1979

2007 dan diganti dg Sigma

Kapal Selam (Jerman)

1980

1980

2010

Venspejk (Belanda)

1963-1967

1986-1989

1993-1997

Parchim (Jerman)

1981-1982

1994

2011-2014

16

12

1976-1979

2005-2007

Helikopter Bell 205 AI (AS)


TNI AL

1983-1984
Pesawat Nomad N-22

1975-1978

1980
PT-76 (Rusia)

1961

1961

68

68

PT-76 (M) (Rusia)

1961

1961

64

30

34

Pensam BTR-50 P (Rusia)

1961

1961

69

64

TNI AU
2020 dan diganti dg F-16
I/Block 65
7

F-16 (AS)

10

F-5 (AS)

1980

1980

2012 dan diganti dg Mig-31


2012 dan diganti dg F-21
Raptor
2

12

SU-27 (Rusia)

2002

2003

SU-30 (Rusia)

2002

2003

SU-35

A-4 (AS)

1956

OV-10 Bronco

1975

1980

SU-35

22

22

1976

2010 dan diganti

MK 109-209 (PBR)

1995

1996

17

13

MK 109-209 (SPO)

1995

1999

C-130

1962

1978

AMX Eurofighter

18

15

upgrade jd AN-22
2011 dan diganti dg B737600
1

23

14

B-737 VIP

1981

2005

Radar Thompson

1978

1978/1990

diganti dg radar G site

Radar Plesey (Inggris)

1962

1979/1992

diganti dg radar G site

6
0

dg L-150

Sumber : Kompas edisi 18 September 2007

23

2.3.

Konsep Awal Pendirian Industri Pertahanan


Pendirian industri pertahanan telah dimulai sejak tahun 1983
dengan dikelompokkannya industri nasional ke dalam suatu kelompok

yang dikenal dengan Industri Strategis dan Industri Hankam yang terdiri
dari 10 (sepuluh) industri.

Kronologis pendirian tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :
2.3.1.

Melalui Keppres No. 59 tahun 1983 dibentuk 10 (sepuluh) industri


strategis dan Hankam, untuk pembinaannya dibentuk Dewan
Pembina Industri Strategis (DPIS). Dalam Keppres tersebut, yang
dimaksud industri strategis mencakup PT Krakatau Steel, PT
Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI), PT Nurtanio, PT PAL
Indonesia, PT Indonesia Kereta Api (INKA), PT. Pindad, Perum
Dahana dan Unit Produksi (UP) Lembaga Elektroteknika LIPI.
Selanjutnya dengan Keppres No. 44 tahun 1989, dibentuk Badan
Pengelola Industri Strategis (BPIS). Melalui Keppres ini pula
jumlah industri strategis berkembang menjadi 10 industri, yaitu
tambah PT Boma Bisma Indra (BBI) dan PT Barata Indonesia,
sedangkan PT Nurtanio menjadi PT Industri Pesawat Terbang
Nusantara dan UP Lembaga Elektroteknika LIPI menjadi UP
Lembaga Elektronika Nasional (LEN) LIPI.

2.3.2.

DPIS dipimpin oleh Menristek sebagai Ketua merangkap Anggota,


dengan anggota Menperin, Menhankam, Menhub, Menparpostel,
Mensekneg dan Pangab. Setelah berubah menjadi BPIS, sebagai
ketua tetap oleh Menristek, dibantu Wakil Ketua dan 4 Deputi

24

(Perencanaan,

Ekonomi

dan

Keuangan,

Teknologi

serta

Administrasi). Melalui Keppres No. 56 tahun 1989, BPIS ini


diketuai

langsung

oleh

Presiden,

sedangkan

Menristek/Ketua

BPPT menjadi Wakil Ketua.

Menristek/Ketua BPPT yang juga

menjadi Ketua BPIS, saat dijabat oleh Prof. Dr. B.J. Habibie telah
meletakkan suatu konsep pembangunan industri di Indonesia
melalui transformasi teknologi dalam 4 tahap
a.

Tahap pertama, yaitu tahap pengalihan seluruh teknologi


yang telah ada di dunia untuk semua proses nilai tambah
dalam rangka produksi barang-barang yang telah ada.

b.

Tahap kedua, yaitu tahap integrasi seluruh teknologi yang


telah ada ke dalam desain dan produksi barang yang baru
sama sekali dan belum ada di pasaran.

c.

Tahap ketiga, yaitu tahap pengembangan teknologi itu


sendiri, dimana seluruh teknologi yang telah ada atau baru,
dikembangkan lebih lanjut. Semua itu dilakukan dalam
rangka merancang produkproduk masa depan.

d.

Tahap keempat, yaitu tahap pelaksanaan penelitian dasar


secara besar-besaran dan hasil dari penelitian dasar yang
dilakukan oleh negara maju dapat dimanfaatkan oleh negara
berkembang

melalui

perjanjian-perjanjian

kerjasama

di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Sudaryanto, 1993 :


35-36 seperti yang dikutip Balitbang Dephan, 2008).

25

2.3.3.

Untuk

melaksanakan

transfer

teknologi

di

dalam

pembinaan

industri strategis, wahananya adalah sebagimana ditetapkan oleh


Keppres No. 44 tahun 1989 sebanyak 10 Badan Usaha Milik
Negara Industri Strategis (BUMNIS), yang masing-masing

memiliki kemampuan produksi sebagai pusat unggulan sebagai


berikut :
a.

PT IPTN sebagai pusat keunggulan industri dirgantara


memproduksi pesawat terbang berbagai tipe pesawat sayap
tetap dan helikopter, melaksanakan program offset dan subcontract

dengan

perusahaan-perusahaan

luar

negeri,

memproduksi sistem senjata (torpedo dan roket) serta


pelayanan jasa purna jual untuk pesawat, mesin-mesin
pesawat dan mesin-mesin industri.
b.

PT Pindad sebagai pusat keunggulan industri persenjataan


dan

produk

breaker,

tempa,

mesin

generator

perkakas

listrik,

serta

vacuum

komponen

circuit

sarana

transportasi.
c.

PT PAL sebagai pusat keunggulan industri terkait dengan


kebutuhan

pemeliharaan

kapal

kombatan

TNI

AL,

memproduksi peralatan engineering.


d.

Perum Dahana sebagai pusat keunggulan industri bahan


peledak dan propelan.

26

e.

PT Krakatau Steel sebagai pusat keunggulan industri besi


baja dengan macam produksinya besi spons, slab baja,
billet dan kawat baja.

f.

PT INKA sebagai pusat keunggulan kereta api dengan

produk andalan kereta penumpang, gerbong barang dan


KRL serta KRD.
g.

PT INTI sebagai pusat keunggulan telkom dan informasi,


mempunyai

produksi

andalan

sentral

telepon

digital,

produk switching dan terminal pesawat telepon elektronik,


pesawat telepon umum dan perangkat transmisi.
h.

UP,

LEN LIPI sebagai pusat keunggulan industri

elektronika dan komponen dengan produk andalan TV dan


radio, stasiun bumi kecil, persinyalan KA, terminal telepon,
telex dan switching.
i.

PT Barata Indonesia sebagai pusat keunggulan industri


pengecoran, alat berat dan peralatan industri dengan produk
andalan

manufaktur

alat

berat,

pekerjaan

konstruksi,

permesinan, pengecoran besi dan baja serta jasa pemasaran


dan rancang bangun.
j.

PT BBI sebagai pusat keunggulan industri motor (diesel)


dan peralatan industri dengan produk andalan motor diesel,
konstruksi pelat, mesin dan peralatan pabrik serta peralatan
pertanian/barang tempa dan rekayasa pabrik.

27

2.3.4.

Seiring dengan munculnya krisis ekonomi yang melanda


Indonesia, badan usaha yang tergabung dalam industri strategis dan
Hankam

terkena

dampaknya.

Begitu

pula

pengelolaannya

mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1999 BPIS berubah


menjadi PT Prakarya Industri (Persero) dan berubah lagi menjadi

PT Bahana Prakarya Industri Strategis (Persero). Sejalan dengan


era reformasi pada tahun 2002 PT Bahana Prakarya Industri
Strategis (Persero) dibubarkan, dan sejak saat itu industri-industri
tersebut beralih status sebagai PT (Persero) di bawah pembinaan
Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
2.4.

Pembangunan

Industri

Pertahanan

dan

Kaitannya

dengan

Kemandirian Alutsista
2.4.1.

Pembangunan

Industri

Pertahanan

Menuju

Kemandirian

Alutsista.

Indonesia selama ini memiliki ketergantungan yang cukup


tinggi terhadap luar negeri di bidang teknologi pertahanan sehingga
sangat

sulit

pertahanan

untuk
jangka

dapat

menyusun

panjang

yang

rencana

memiliki

pembangunan
kepastian.

Ketergantungan terhadap produk luar negeri sangat rentan terhadap


faktor politik, seperti restriksi dan embargo. Permasalahan lain
yang muncul dari ketidakmandirian pengadaan Alutsista adalah
melemahnya kesiapan dan kemampuan penangkalan yang dimiliki
6

Buku Putih Pertahanan Indonesia 2008 hal. 156-159

28

oleh bangsa Indonesia. Secara politik, kondisi tersebut akan


mengakibatkan Indonesia rentan terhadap tekanan politik negara
lain, yang dapat berakibat pada kemungkinan terkena embargo atau
pembatasan-pembatasan

terhadap

peralatan

tertentu

menghambat pembangunan dan pemeliharaan Alutsista.

yang

Kemandirian

pengembangan

dan

pengadaan

secara mutlak disadari tidak mungkin dilaksanakan.


ada negara

di

dunia yang

100 persen

Alutsista

Bahkan tidak

bersandar

pada

kemampuannya sendiri, selalu ada ketergantungan dari negara lain.


Namun adanya industri pertahanan strategis untuk kepentingan
pertahanan nasional tidak berarti bahwa Indonesia ambil bagian
dalam

perlombaan

persenjataan,

tetapi

untuk

mencapai

kemandirian dalam pengadaan Alutsista nasional demi kepentingan


penyelenggaraan dalam rangka menjaga keutuhan wilayah dan
integritas Indonesia.
Pembangunan industri pertahanan nasional merupakan hal
vital dalam upaya pemenuhan kebutuhan Alutsista yang mampu
dioperasionalkan
pertahanan.

secara

maksimal

dalam

penyelenggaraan

Kebutuhan Alutsista yang bergantung dari produksi

luar negeri akan menimbulkan permasalahan dan mempengaruhi


kemampuan dan kesiapan TNI dalam menjalankan tugas-tugas
operasional di masa yang datang.
Untuk

keadaan

ini,

sangat

diperlukan

pemberdayaan

industri nasional untuk pengembangan dan penyedia Alutsista

29

nasional.

Namun perwujudan suatu industri pertahanan yang

sesungguhnya tidak dapat dilaksanakan oleh sektor pertahanan


secara

sepihak,

tanpa

keterlibatan

sektor-sektor

yang

lain.

Pemberdayaan industri pertahanan untuk pembangunan pertahanan


memerlukan kerjasama diantara tiga pilar industri pertahanan yaitu
Badan Penelitian dan Pengembangan serta Perguruan Tinggi,

Industri dan pihak Kemhan/TNI, dengan dibentengi oleh kebijakan


nasional yang jelas untuk menggunakan produk-produk hasil dari
putra-putra terbaik bangsa.
Sejauh ini industri strategis tersebut telah
berbagai

produk

alutsista

bagi

pembangunan

melahirkan

kemampuan

pertahanan. PT. PINDAD telah memproduksi senjata ringan,


senjata berat, amunisi kaliber kecil, amunisi kaliber besar, amunisi
khusus bahkan mampu memproduksi kendaraan tempur. PT. PAL
Indonesia telah mampu memproduksi kapal-kapal jenis korvet,
kapal patroli, galangan pendaratan, tanker serta dok pemeliharaan
kapal perang. PT. DI telah memproduksi pesawat transpor sayap
tetap, helikopter, pesawat patroli maritim, pesawat pengintai,
simulator pesawat serta pemeliharaan dan perbaikan pesawat. PT.
LEN telah memproduksi sistem kendali peralatan militer, sistem
deteksi, radar dan sonar serta berbagai peralatan komunikasi
militer. Demikian pula,

PT. DAHANA telah memproduksi

berbagai jenis bahan peledak.

30

Kiprah

industri-industri

strategis

dimaksud

mengalami

pasang surut sehingga perlu pembenahan secara komprehensif


menyangkut kebijakan, kemampuan sumber daya serta dukungan
anggaran yang memadai.

Pembenahan di berbagai bidang

diharapkan akan meningkatkan kemampuan daya saing kualitas


produk yang dihasilkan serta mendorong pemenuhan kebutuhan

Alutsista

dalam

negeri

sehingga

tercipta

kemandirian

dalam

pengembangan industri pertahanan.


Salah satu ciri kemandirian industri pertahanan adalah
adanya pola hubungan kerjasama industri yang kokoh dan kuat
serta

didukung

oleh

jaringan

kemitraan

yang

luas. Sistem

pengelompokan industri yang saling berkaitan secara intensif dan


seirama, baik sebagai industri vertikal maupun horizontal, sangat
diperlukan untuk menumbuhkan dan tetap menjaga kemampuan
berkompetisi dengan industri lainnya.
2.4.2.

Mewujudkan Industri Pertahanan Dalam Negeri


Upaya

pengembangan

industri

pertahanan

merupakan

bagian dari penyelenggaraan pertahanan secara utuh serta juga


bagian dari pembangunan nasional secara menyeluruh. Konsep
pengembangan industri pertahanan melibatkan pihak pengguna
(Kemhan dan TNI), pihak yang memproduksi, perancang, penguji,
peneliti yang kompeten, serta perencana yang tepat dalam kerangka

Ibid, hal 159160

31

konsep Tiga Pilar Pelaku Industri Pertahanan. Konsep Tiga Pilar


Pelaku Industri pertahanan memadukan pengembangan industri
pertahanan, yakni antara perguruan tinggi dan komunitas litbang
yang memiliki kemampuan untuk melakukan pengkajian dan
pengembangan

iptek

pertahanan,

industri

strategis

yang

mendayagunakan Iptek, serta Kemhan dan TNI sebagai pengguna.


Kemhan dan TNI selaku pengguna tidak hanya menerima dan

menggunakan hasil produksi dari industri strategis, tetapi juga


terlibat dalam pengembangan

desain sampai menghasilkan

prototipe menurut kebutuhan. Keterlibatan pengguna dalam hal ini


diemban oleh badan-badan Litbang yang dimiliki Kemhan dan TNI
untuk meneliti dan mengembangkan Alutsista dan sarana prasarana
yang tepat menurut kebutuhan pertahanan. Peran Litbang sebagai
jembatan antara pengguna dan Industri sangat penting dalam
mewujudkan kemandirian industri bidang pertahanan.
Kemhan
pertahanan

di

bertekad
bidang

untuk

daya

mengembangkan

gerak,

daya

industri

tempur,

Pendukung

K4I(Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, dan Informasi)


dan Bekal. Hal ini tertuang dalam kebijakan pembangunan industri
pertahanan sebagai dasar hukum bagi perwujudan kemandirian
pertahanan. Pengembangan industri pertahanan ini tidak berarti
upaya pengembangan

kekuatan persenjataan

dalam rangka

perlombaan persenjataan tetapi untuk lebih memberdayakan dan

32

menggiatkan industri pertahanan dalam pengadaan senjata secara


mandiri.

2.4.3.

Kerja Sama dalam Pengembangan Industri Pertahanan

Sebagai penjabaran dari upaya pengembangan dimaksud,


telah dijajaki beberapa kerja sama dengan berbagai pihak, baik di
dalam maupun luar negeri. Dengan luar negeri, misalnya dengan

Jerman sedangkan beberapa negara lain juga sudah menyampaikan


keinginannya

untuk

membantu

Indonesia.

Kerja

sama

pengembangan industri pertahanan dengan pihak luar negeri akan


dilaksanakan dalam bidang riset dan pengembangan teknologi
pengayaan sumber-sumber energi, bahan metal dan semi konduktor
serta propelan maupun peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pembahasan kerja sama ini diikuti juga oleh industri pertahanan
dan beberapa universitas yang lebih banyak diisi oleh diskusi kerja
sama di bidang riset dan teknologi serta kunjungan ke laboratorium
dan fasilitas industri pertahanan, kemungkinan pemberian bea
siswa pendidikan yang diprioritaskan pada pengembangan sumber
energi, seperti bahan peledak yang risetnya direncanakan mulai
dilaksanakan pada 2008. Untuk pengembangan

sumber daya

manusia akan diadakan juga program magang. Mereka akan


dikirim ke beberapa fasilitas pemerintah asing dalam bidang
pengayaan energi dan Litbang semi konduktor.
8

Ibid, hal 161-162

33

Kerja sama dengan pihak di dalam negeri juga terus


dikembangkan. Kerja sama dengan pihak dalam negeri, selain
untuk kepentingan pertahanan, juga sebagai bentuk kontribusi
pertahanan dalam menggairahkan kemampuan dalam negeri, yakni
dari

segi

pengembangan

sains

dan

teknologi

dalam

negeri,

perekonomian, perdagangan, dan ketenagakerjaan.


Dalam rangka pengembangan industri pertahanan, Kemhan
akan

menyusun

kebijakan

pembinaan

teknologi

dan

industri

pertahanan untuk memenuhi kebutuhan pertahanan negara. Untuk


mewujudkan sasaran tersebut, Kemhan akan melibatkan pihak di
dalam negeri, meliputi perguruan tinggi, sektor swasta, maupun
dengan BUMNIP, BPPT, TNI, atau lembaga lain yang memiliki
kemampuan dalam bidang sains dan teknologi.
2.5.

Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan di atas terkait
strategi pengembangan industri pertahanan dalam rangka mendukung
kemandirian Alutsista, dengan menggali berbagai informasi dari sejumlah
stakeholders yang meliputi faktor-faktor penyebab tidak optimalnya
industri pertahanan dalam mendukung kebutuhan Alutsista TNI selama ini
agar dapat dirumuskan strategi yang tepat di masa mendatang bagi
optimalisasi peran industri pertahanan dalam mendukung kemandirian
Alutsista tersebut.
Faktor-faktor

yang diasumsikan

menjadi penyebab kurang

optimalnya peran industri pertahanan selama ini meliputi faktor internal


dan eksternal sehingga terpetakan kekuatan dan kelemahan, peluang dan

34

kendala, sehingga dapat diambil strategi dan upaya yang paling mungkin
dilakukan bagi optimalisasi peran industri pertahanan tersebut.
2.6.

Instrumen Penelitian
Instrumen
(interview)

yang

digunakan

mendalam

Kemhan dan TNI.

kepada

pada

penelitian

sejumlah

ini

adalah

stakeholders

di

wawancara
lingkungan

Beberapa poin penting (substansi) pertanyaan yang

akan diajukan antara lain potensi, kemampuan dan kesiapan industri


pertahanan

saat

ini,

kendala-kendala

apa

selama

ini

yang

sering

menghambat peran industri pertahanan dalam mendukung kemandirian

Alutsista

tersebut,

serta

peluang

dan

kendala

yang

mungkin

mempengaruhi peran tersebut.


Disamping menggunakan data primer melalui wawancara, penelitian ini
juga didukung data-data sekunder kondisi, potensi, kemampuan dan
kesiapan industri pertahanan tersebut dari berbagai dokumen, hasil-hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh berbagai pihak, khususnya Kemhan
dan TNI.
2.7.

Menentukan Sampel (Responden)


Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah
purpossive random sampling dari populasi stakeholders di lingkungan
Kemhan dan TNI secara selektif.

Teknik sampling diatas dipilih

didasarkan pada asumsi bahwa responden yang terpilih mereka-mereka


yang mengetahui dengan baik permasalahan penelitian dan juga dalam
kapasitasnya sebagai penentu dalam proses pengambilan kebijakan terkait
pembinaan industri pertahanan dan kemandirian Alutsista TNI.
Mengingat keterbatasan pada penulis, persyaratan jumlah sampel
tidak menjadi prioritas utama tanpa mengabaikan keterwakilan data.

35

Artinya bahwa responden terpilih nantinya diyakini dapat memberikan


informasi/data yang dapat menjadi kesimpulan umum (generalisasi).
2.8.

Analisis SWOT
Sementara itu Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities

and

Threat)

Analysis

adalah

analisis

yang

dilakukan

untuk

dapat

melakukan identifikasi terhadap kekuatan, kelemahan yang disebabkan


oleh pengaruh internal, peluang dan ancaman yang berasal dari lingkungan
eksternal.

Manfaat analisis ini sebagai bahan acuan untuk memperkuat

dan memanfaatkan

peluang serta meminimalkan kelemahan dan

menetralkan ancaman. Analisis ini mencari masing-masing kekuatan dan


kelemahan untuk disilangkan dengan peluang dan ancaman dalam rangka
peningkatan peran industri pertahanan dalam mendukung kemandirian
Alutsista TNI, kemudian hasilnya diarahkan menjadi strategi pertahanan
yang diharapkan.

Hasil SWOT disajikan dalam bagan berikut :


Peluang (Opportunities)

Gunakan peluang untuk


menanggulangi
Kelemahan (Konsolidasi )

II

IV

Gunakan kekuatan untuk


Meraih peluang yang ada
(Ekspansi)

Kelemahan
(Weaknesses)

Kekuatan
(Strengths)
Bertahan

Gunakan kekuatan untuk


Menghadapi ancaman yang
ada (Diversifikasi)

III

II

Ancaman (Threats)
Gambar 2.1.
9

Kuadran SWOT

Siagian, Sondang P. 2008, Manajemen Stratejik, Edisi ke-8, Bumi Aksara, Jakarta hal. 56

36

Anda mungkin juga menyukai