Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Kekuatan militer memiliki posisi strategis bagi pertahanan suatu
negara bahkan untuk kepentingan mengamankan kepentingan nasional
(national interest).

Sejarah juga membuktikan bahwa kekuatan militer

merupakan hal yang vital dalam diplomasi. Sejak Pax Britannica, Pax
Romana dan bahkan Pax Americana sekarang, diplomasi yang baik selalu
ditopang kekuatan senjata.
di atas jelas.

Hubungan diplomasi dengan kekuatan senjata

Sebab kalau diplomasi diartikan sebagai conduct business by

peacefull means (penyelesaian masalah dengan cara-cara damai)


sekalipun, kualitas diplomasi akan tetap ditentukan oleh posisi tawar
(bargaining position).

Jika kekuatan militer tadi dipadukan dengan

kekuatan ekonomi sehingga makin meningkatkan wibawa dan pengaruh


sekaligus menambah kekuatan untuk menekan dalam tawar-menawar,
maka pemilikan militer dan kekuatan ekonomi adalah suatu keharusan.
Penyelenggaraan

pertahanan

negara

sampai

saat

ini

belum

mewujudkan sosok (postur) pertahanan yang kuat dan disegani dunia


bahkan dalam lingkup regional sekalipun. Dalam beberapa tahun terakhir
ini pembangunan nasional (pembangunan nasional) masih menempatkan
kesejahteraan sebagai prioritas yang mengakibatkan perlambatan terhadap
modernisasi pertahanan.

Sampai dengan

TA 2008, sektor pertahanan

negara belum menjadi prioritas dalam pembangunan nasional sehingga

berdampak

terhadap

kekuatan

pertahanan

Indonesia

yang

semakin

memprihatinkan, bahkan di bawah kekuatan negara-negara tetangga di


kawasan.

Secara nominal memang menunjukkan adanya peningkatan,

namun sesungguhnya peningkatan anggaran tersebut terjadi pada belanja


rutin, sementara kenaikan pada belanja modal sangat kecil sehingga tidak
memberi dampak positif bagi modernisasi Alutsista dan profesionalisme
prajurit.
Pada hakekatnya pertahanan negara bertujuan untuk menjamin
tetap tegaknya kedaulatan NKRI dari segala bentuk ancaman. Hal ini
dapat terwujud apabila kekuatan pertahanan memadai dan berada dalam
posisi memiliki bargaining position dalam hubungan antar negara, terlebih
dalam kondisi persaingan global yang menuntut adanya kemampuan
kemandirian pertahanan.

Dengan membangun kemandirian, perwujudan

postur pertahanan negara yang sesuai dengan keinginan dan kepentingan


nasional dapat terbangun.

Kemandirian pertahanan memerlukan tekad

dan keterpaduan upaya dari semua pihak, serta didukung oleh kebijakan
pemerintah dalam pemberdayaan segenap potensi sumberdaya nasional,
termasuk perangkat regulasi.
Industri pertahanan merupakan suatu tatanan industri nasional yang
menghasilkan

sarana

pertahanan.

Sebagai

komponen

pertahanan,

kemampuan industri pertahanan perlu senantiasa disiapkan, dibina dan


dikembangkan untuk mendukung kepentingan pertahanan negara dalam
rangka mencapai kemandirian Alutsista. Melalui BUMNIS (sekarang
BUMNIP/Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan), keberadaan

industri pertahanan di tahun 1980 sebenarnya merupakan langkah awal


kemandirian

yang

pernah

dilaksanakan

Indonesia

dalam

memenuhi

pemenuhan kebutuhan sarana pertahanan, namun perkembangan situasi


negara yang terjadi mengakibatkan

adanya perubahan kebijakan

pemerintah terhadap keberadaan industri pertahanan tersebut. Disamping


itu, adanya mismanagement pengelolaan dan kurang mendukungnya
kebijakan politik, mengakibatkan industri perahanan belum memiliki
keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di pasar regional
maupun internasional.
Penelitian ini mencoba menganalisis faktor-faktor penyebab yang
mengakibatkan
pertahanan

kemunduran

serta

pengembangan

industri

merumuskan

industri

tersebut

nasional

strategi

yang

dalam

khususnya
harus

mendukung

industri

dilakukan

dalam

terwujudnya

kemandirian Alutsista.
1.2.

Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas, beberapa permasalahan yang menonjol
terkait kondisi industri nasional dalam mendukung kemandirian Alutsista
saat ini antara lain :
1.2.1.

Industri

nasional kurang dibina dan dikembangkan dalam

mendukung kepentingan pertahanan negara.


1.2.2.

Banyaknya jumlah Alutsista/sarana pertahanan yang kondisinya


tidak layak operasional (out of date) dan teknologi Alutsista yang
kita miliki saat ini ketinggalan zaman.

1.2.3.

Lemahnya komitmen (political will) yang kuat dari pemerintah


untuk menggalakkan industri nasional, padahal sejumlah BUMNIP
seperti PT. DI, PT. PINDAD dan PT. PAL dan lainnya yang
sesungguhnya memiliki kemampuan untuk memproduk Alutsista
yang dapat dihandalkan.

1.2.4.

Kebijakan negara (pemerintah) belum menjadikan pertahanan


negara sebagai prioritas

1.2.5.

Keuangan negara terbatas sehingga anggaran pertahanan yang


minim.

1.2.6.

Banyak kebijakan pemerintah terkait optimalisasi penyelenggaraan


pertahanan

negara

khususnya

pengembangan

Alutsista

yang

kurang terintegrasi.
1.2.7.

Lemahnya koordinasi antar Kementerian/LPND, BUMNIP dan


industri nasional lainnya dalam mendukung perkembangan industri
pertahanan

1.2.8.

Kemhan dan TNI terlihat lebih senang impor Alutsista dari luar
negeri

1.3.

Ruang Lingkup Masalah


Dari latar belakang dan identifikasi masalah di atas, penelitian ini
dibatasi pada permasalahan pengembangan industri pertahanan menuju
kemandirian Alutsista guna optimalisasi penyelenggaraan negara

1.4.

Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi permasalahan di
atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian ini sebagai
berikut :
4

1.4.1.

Faktor-faktor apa yang menyebabkan sulit berkembangnya industri

pertahanan dalam mendukung kemandirian Alutsista?


1.4.2.

Bagaimana

strategi

pengembangan

industri

pertahanan

dalam

mendukung kemandirian Alutsista dapat diwujudkan di masa


mendatang ?
1.5.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian


1.5.1.

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor penyebab yang mengakibatkan kemunduran industri
pertahanan

dalam mendukung

kemandirian

Alutsista serta

merumuskan strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan


industri tersebut dalam mendukung terwujudnya kemandirian.
1.5.2.

Kegunaan Penelitian
a.

Bagi penulis untuk dapat lebih memahami kompleksitas


permasalahan pengembangan industri pertahanan dalam
mendukung upaya mewujudkan kemandirian Alutsista.

b.

Diharapkan dapat sebagai bahan masukan bagi pengambil


keputusan khususnya Kementerian Pertahanan (Kemhan)
dan TNI, Kementerian BUMN, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Keuangan, Bappenas, BUMNIP, DPR dan
pihak-pihak terkait lainnya.

c.

Diharapkan

penelitian

penelitian dan bahan


Universitas

ini

dapat

referensi bagi

Pembangunan

memperkaya
Sarjana

Nasional

hasil

Strata-1
Veteran

Jakarta,

sekaligus

sebagai

bahan

informasi

bagi

para

pembaca,

pemerhati

bidang

pertahanan

dan

sekaligus

sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya.


1.6.

Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi

ini, maka dibuat suatu

sitematika penulisan yaitu sebagai berikut :


BAB I. PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini yang dibahas adalah mengenai latar
belakang

masalah,

tujuan

penelitian,

pembatasan

masalah,

metode

penelitian dan sistematika penulisan.


BAB II. LANDASAN TEORI
Pada bab ini berisikan mengenai teori-teori yang digunakan
sebagai dasar penentuan langkah-langkah pemecahan masalah yang akan
dikerjakan dalam bab selanjutnya.
BAB III. METODE PENELITIAN
Dalam bab ini membahas mengenai langkah-langkah penelitian
yang akan diterapkan dalam pemecahan masalah yaitu metode penelitian,
pengumpulan data, pengolahan data serta teknik analisis data.
BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Berisikan

analisis

data

dari

hasil

pengumpulan

data

yang

selanjutnya dilakukan interpretasi dan pembahasan dihadapkann dengan


fakta dan referensi yang ada sehingga permasalahan penelitian diharapkan
dapat terjawab.

BAB V . KESIMPULAN DAN SARAN


Dalam bab ini memuat kesimpulan dari hasil analisis data dan

saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai