Anda di halaman 1dari 17

PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DALAM RUANG

PUBLIK : Is the Missing Link ?

Alun-alun Kota Malang berada pada tempat yang sangat strategis. Alun-alun Kota
Malang menjadi salah satu tempat rekreasi untuk masyarakat. Hal ini karena letaknya yang
strategis, tepat di jantung kota Malang dan dikelilingi oleh beberapa pusat perbelanjaan
terkemuka seperti Ramayana, Sarinah, Mitra, Gajah Mada Plaza serta Malang Plaza. Selain itu,
alun-alun ini juga berlokasi dekat dengan instansi pemerintahan serta beberapa fasilitas umum
seperti hotel, kantor pos, bank, masjid, dan gereja. Hal ini membuat Aun-alun Kota Malang tidak
pernah sepi pengunjung, apalagi ketika hari libur atau akhir pekan.
Pada bagian luar Alun-alun Kota Malang terdapat pagar besi tipis yang tidak terlalu
tinggi yang memagari alun-alun. Sementara pada bagian dalamnya terdapat rumput hijau dan
beberapa tumbuhan serta taman yang terdapat bunga-bunga. Pada bagian tengahnya terdapat air
mancur yang cukup besar. Terdapat juga burung-burung yang sengaja dibiarkan beterbangan di
sana yang menambah kesan sejuk dan asri. Namun sayangnya, terdapat banyak pedagang yang
tidak teratur, selain itu, pengunjung yang datang ke sana juga kurang memperhatikan peraturan
untuk menjaga kebersihan sehingga terdapat banyak sampah dimana-mana meskipun sudah
banyak tersedia tempat sampah di sana. Alun-alun sebagai taman kota diharapkan dapat
dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat sehingga mampu menjadi ruang yang menyatukan seluruh
warga di Kota tanpa kecuali.
Karakteristik aktvifitas PKL dalam ruang publik untuk diketahui sebagai dasar dalam
pengaturan ruang aktitivitasnya, sehingga terjadi sinergisitas yang baik antara PKL sebagai
sektor informal dalam penggunaan ruang publik. Adapun komponen-komponen penataan ruang
sektor informal antara lain meliputi; lokasi, waktu berdagang, sarana fisik, jenis dagangan dan
pola penyebaran dari hasil amatan, maka dapat dipaparkan temuan sebagai berikut:
Tabel 3.
Komponen-komponen Penataan Ruang PKL dalam Ruang Publik
No.
1.

Karakteristik Aktivitas
Lokasi

Uraian
Lokasi dan tempat usaha PKL adalah
di trotoar sekitar alun-alun Kota

2.

Waktu Berdagang

3.

Sarana Fisik

4.

Jenis Dagangan

5.

Pola Penyebaran

Malang dan di dalam alun-alun Kota


Malang.
Sebagian besar pedagang berjualan
setiap hari mulai pukul 10.00 sampai
pukul 21.00 WIB.
Untuk pedagang yang di trotoar
sekitar alun-alun Kota Malang
menggunakan gerobak. Sementara
yang berada di dalam alun-alun
menggunakan
pikulan/keranjang,
gelaran/alas, jongkok/meja..
Jenis dagangan PKL yang ada di
trotoar adalah makanan seperti mie
ayam, es degan, bakso, cilok.
Sementara yang berad di dalam area
alun-alun adalah mainan, pakaian,
asesoris, permen, air mineral
kemasan, tahu petis , kacang rebus.
Trotoar: memanjang di sepanjang
trotoar dengan jenis dagangan seperti
bakso, mie ayam, es degan.
Sementara, PKL yang berada di
dalam aln-alun lebih cenderung pada
jenis makanan ringan seperti tahu
petis, kacang rebus dan mainan anaanak serta baju-asesori.

Sumber : amatan peneliti


Mengutip sebuah ungkapan ada gula, ada semut, begitu juga dengan PKL. PKL
seolah selalu ada di ruang publik, baik di trotoar atau di taman kota. Pada dasarnya sudah
menjadi hukum alam, bahwa pedagang akan menjual dagangannya pada tempat-tempat yang
ramai dan startegis, begitu juga PKL. Keadaan ini menimbulkan masalah ketika keberadaannya
tidak ditata dengan baik, sehingga fungsi alun-alun Kota Malang sebagai taman kota bagi
masyarakat berkurang. Unsur-unsur ruang publik sebagaimana yang dikemukakan oleh Carr et
al. dalam Carmona dkk. (2003), yaitu kenyaman dan suasan yang rileks tidak dapat terpenuhi.
Suasana yang nyaman dan rileks dari ruang publik khusunya taman kota merupakan hal
yang penting karena secara psikologis penduduk kota memiliki tuntutan dan beban stress yang
tinggi sehingga peran taman kota yang nyaman, asri, hijau, tenang, tidak bising, jauh dari polusi
sangat penting untuk menciptakan suasana rileks. Lebih lanjut kenyamanan dalam ruang publik

juga sangat berkaitan dengan psikologi lingkungan 1[1]. Selain itu, ruang publik juga berfungsi
sebagai tempat untuk berinteraksi antar anggota masyarakat baik itu teman, keluarga atau orang
lain. Hal ini menjadi penting megingat semakin tinggi aktivitas masyarakat kota maka akan
semakin individual ketika tuntutan kebutuhan semakin tinggi. Namun kenyataanya fungsi dari
ruang publik semakin berkurang karena berbagai faktor, salah satuny adalah semakin
menjamurnya PKL.
Keberadaan PKL dalam ruang publik pada dasarnya tidak diperbolehkan. Hal ini sesuai dengan
Prda No.2 Tahun 2012 tentang Ketertiban Umum pasal 21 yang memaparkan bahwa, Setiap
PKL dilarang : a. melakukan kegiatan usahanya di jalan, trotoar, jalur hijau dan/atau fasilitas
umum kecuali pada tempat usaha yang ditetapkan oleh Walikota, namun kenyatannya peraturan
tersebut seolah tidak berlaku bagi para PKL. Mereka tetap berjualan di tempat umum tanpa izin
dari walikota. Jika terdapat penertiban yang dilakukan oleh Satpol PP, maka mereka akan
berpindah tempat dan kembali lagi setelah Satpol PP pergi. Sangat ironis, karena tidak memberi
efek jera.
Penataan PKL tentu tidak dapat dilakukan secara sepihak mengingat bahwasasnya PKL
sebagai sektor informal tidak dapat dipisahkan dari keberdaan sektor formal. Sektor informal
sebenarnya banyak manfaatnya bagi kehidupan kota, hal ini dapat terlihat dari sebagian besar
pekerja sektor formal tergantung pada dagangan dan jasa dari sektor informal. Fungsi sektor ini
sebagai ujung tombak pemasaran berbagai produk sektor formal tidak dapat diabaikan dalam
menggelindingkan ekonomi kota. Sektor informal ternyata juga sering dijadikan pekerjaan
sampingan oleh orang-orang yang telah berada dalam sektor formal seperti pemilik toko yang
sore hari menjual bakmi di halaman tokonya, toko pakaian yang menjual dagangannya di kaki
lima. Alasan dilakukan cara ini, karena mudah dijalankan tanpa perlu prosedur ma-cam-macam
dan sering kali lebih efektif menarik pembeli (Rachbini, 1994: xiii).
Berkembangnya sektor informal di perkotaan menimbulkan wajah kusut kota, karena
timbulnya daerah-daerah kumuh. Penataan kota masih belum membe-rikan tempat yang layak
bagi kehidupan informal yang dianggap tidak legal. Jika ada segelintir birokrat yang menyadari
pentingnya kehidupan sektor infor-mal, maka ini hanya sebatas semangat politis saja (Rachbini,
1994: 44). Sesungguhnya sektor informal menjadi sebuah dilema. Pada satu sisi sektor ini dapat
menyerap banyak pekerja yang tidak dapat ditampung dalam sektor formal. Disisi lain sektor ini
1

dapat meningkatkan masalah lingkungan. Untuk menanggulangi masalah ini tentu Pemerintah
tidak dapat dengan mengacuhkan sektor informal, dan berharap sektor ini akan musnah, atau
dengan menekan jumlah dan keberadaan PKL untuk membuat lingkungan menjadi bersih. Tentu
pemerintah harus memikirkan nasib mereka juga serta menyadarai bahwa PKL sebagai bagian
dari pertumbuhan ekonomi kota, maka perlu didukung dengan fasilitas yang memadai.
Komunikasi dan sosialisasi yang harmonis secara berkala antara Pemerintah dan PKL untuk
penataan dan pengelolaan untuk mengoptimalkan Perda yang ada adalah salah satu solusi yang
dapat dilakukan untuk pengelolaan PKL dalam mata rantai perkotaan

Penerapan RTH pada Median Jalan, jalur tanaman tepi jalan dan contoh pohon peneduh median
jalan RTH Jalur Hijau Jalan Untuk jalur hijau jalan, RTH dapat disediakan dengan penempatan
tanaman antara 2030% dari ruang milik jalan (rumija) sesuai dengan klas jalan. Untuk
menentukan pemilihan jenis tanaman, perlu memperhatikan 2 (dua) hal, yaitu fungsi tanaman
dan persyaratan penempatannya. Disarankan agar dipilih jenis tanaman khas daerah setempat,
yang disukai oleh burung-burung, serta tingkat evapotranspirasi rendah. Pulau Jalan dan Median
Jalan Taman pulau jalan adalah RTH yang terbentuk oleh geometris jalan seperti pada
persimpangan tiga atau bundaran jalan. Sedangkan median berupa jalur pemisah yang membagi
jalan menjadi dua lajur atau lebih. Median atau pulau jalan dapat berupa taman atau non taman.
Dalam pedoman ini dibahas pulau jalan dan median yang berbentuk taman/RTH. a. Pada jalur
tanaman tepi jalan 1) Peneduh a) ditempatkan pada jalur tanaman (minimal 1,5 m dari tepi
median); b) percabangan 2 m di atas tanah; c) bentuk percabangan batang tidak merunduk; d)
bermassa daun padat; e) berasal dari perbanyakan biji; f) ditanam secara berbaris; g) tidak mudah
tumbang. Contoh jenis tanaman: a) Kiara Payung (Filicium decipiens) b) Tanjung (Mimusops
elengi) c) Bungur (Lagerstroemia floribunda) 2) Penyerap polusi udara a) terdiri dari pohon,
perdu/semak; b) memiliki kegunaan untuk menyerap udara; c) jarak tanam rapat; d) bermassa
daun padat. Contoh jenis tanaman: a) Angsana (Ptherocarphus indicus) b) Akasia daun besar
(Accasia mangium) c) Oleander (Nerium oleander) d) Bogenvil (Bougenvillea Sp) e) Teh-tehan
pangkas (Acalypha sp) 3) Peredam kebisingan a) terdiri dari pohon, perdu/semak; b) membentuk
massa; c) bermassa daun rapat; d) berbagai bentuk tajuk. Contoh jenis tanaman: a) Tanjung
(Mimusops elengi) b) Kiara payung (Filicium decipiens) c) Teh-tehan pangkas (Acalypha sp) d)
Kembang Sepatu (Hibiscus rosa sinensis) e) Bogenvil (Bogenvillea sp) f) Oleander (Nerium
oleander) 4) Pemecah angin a) tanaman tinggi, perdu/semak; b) bermassa daun padat; c) ditanam
berbaris atau membentuk massa; d) jarak tanam rapat < 3 m. Contoh jenis tanaman: a) Cemara
(Cassuarina equisetifolia) b) Mahoni (Swietania mahagoni) c) Tanjung (Mimusops elengi) d)
Kiara Payung (Filicium decipiens) e) Kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis) Sumber:
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 05/PRT/M/2008 ARTIKEL
TERKAIT: ntoh pohon peneduh median jalan Penerapan RTH pada Median Jalan, jalur tanaman
tepi jalan dan contoh pohon peneduh median jalan dian Jalan Penerapan RTH pada Median
Jalan, jalur tanaman tepi jalan dan contoh pohon peneduh median jalan lur tanaman tepi jalan
Penerapan RTH pada Median Jalan, jalur tanaman tepi jalan dan contoh pohon peneduh median
jalan Diposkan oleh obenoce obed di 10/27/2014 11:40:00 AM Label: contoh pohon peneduh
median jalan, jalur tanaman tepi jalan, Median Jalan, Penerapan RTH Email ThisBlogThis!Share

to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest No comments: Post a Comment Newer Post Older


Post Home Subscribe to: Post Comments (Atom) Anda Pengunjung Ke 53215 Arsip Labels
Ebook jurnal Jurnal Sylva Lestari pohon FK3I Hutan MANGROVE MARGASARI Tahura hutan
mangrove hutan kota inventarisasi jabon penutupan lahan peringatan hari bumi 2014.
perkecambahan perubahan tutupan lahan setek cabang unsur hara Adopsi pohon Bahan kuliah
silvika Macaca fascicularis Mail Merge NPK NVP Penerapan RTH Primata Rangkong badak
Ruang terbuka hijau Surat NKRI TNWK Taman Nasional Way Kambas Tinggi Pohon jumlah
ruas pemencaran biji perendaman repong damar satwa liar viabilitas benih Daftar Bahan
Perkuliahan " Silahkan klik..!!! Analisis SWOT(Kekuatan, Kelemahan, Kesempatan, Ancaman)
Bahan Bioteknologi hutan "Ekspresi Gen Transkripsi" Bahan kuliah Agroforeastri "Mikoriza"
Bahan tugas biologi konservasi. Daftar Nama Ilmiah binatang/satwa Metode Penelitian Kualitatif
Siklus Karbon LINK MITRA BIOTROP BP2SDM FORDA JURNAL KEHUTANAN JURNAL
SYLVA LESTARI KEMENTERIAN KEHUTANAN SITUS BURUNG INDONESIA URL
Google+ Badge Google+ Followers ON7 Forestryseven Twitter Oben Facebook.com Oben Oob
Buat Lencana Anda Telusuri Blog Ini
Copy the BEST Traders and Make Money : http://ow.ly/KNICZ

PENAMPANG MELINTANG JALAN

PENAMPANG MELINTANG JALAN


Penampang melintang jalan merupakan potongan melintang tegak
lurus sumbu jalan, Pada potongan melintang jalan dapat terlihat
bagian-bagian jalan.
Bagian-bagian jalan yang utama dapat dikelompokkan sebagai
berikut:

A. Bagian yang langsung berguna untuk lalu lintas .


1. jalur lalu lintas
2. lajur lalu lintas
3. bahu jalan
4. trotoar
5. median
B. Bagian yang berguna untuk drainase jalan
1. saluran samping
2. kemiringan melintang jalur lalu lintas
3. kemiringan melintang bahu
4. kemiringan lereng
C. Bagian pelengkap jalan
1 kereb
2. pengaman tepi
D. Bagian konstruksi jalan
1. lapisan perkerasan jalan
2. lapisan pondasi atas
3. lapisan pondasi bawah
4. lapisan tanah dasar
E. Daerah manfaat jalan (damaja)
F Daerah milik jalan (damija)
G. Daerah pengawasan jalan (dawasja)
JALUR LALU LINTAS
Jalur lalu lintas {travelled way = carriage way) adalah
keseluruhan bagian perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk lalu
lintas kendaraan.
Jalur lalu lintas terdiri dari beberapa lajur (lane) kendaraan.
Lajur kendaraan yaitu bagian dari jalur lalu lintas yang khusus
diperuntukkan untuk dilewati oleh satu rangkaian kendaraan beroda
empat atau lebih dalam satu arah.
Jadi jumlah lajur minimal untuk jalan 2 arah adalah 2 dan pada
umumnya disebut sebagai jalan 2 lajur 2 arah.
Jalur lalu lintas untuk 1 arah minimal terdiri dari 1 lajur lalu
lintas.

Lebar lajur lalu lintas


Lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan
lebar melintang jalan secara keseluruhan. Besarnya lebar lajur
lalu lintas hanya dapat ditentukan dengan pengamatan langsung di
lapangan karena :
a. Lintasan kendaraan yang satu tidak mungkin akan
diikuti oleh lintasan kendaraan lain dengan tepat.

dapat

b. Lajur lalu lintas tak mungkin tepat sama dengan lebar


kendaraan maksimum. Untuk keamanan dan kenyamanan setiap
pengemudi membutuhkan ruang gerak antara kendaraan.
c. Lintasan kendaraan tak mungkin dibuat tetap sejajar sumbu
lajur lalu lintas, karena kendaraan selama bergerak akan
mengalami gaya-gaya samping seperti tidak ratanya permukaan,
gaya sentrifuga! di tikungan, dan gaya angin akibat
kendaraan lain yang menyiap.
Lebar lajur lalu lintas dipengaruhi oleh faktor-faktor Kapasitas
Dasar dan Kapasitas Mungkin.
Kapasitas Dasar dan Kapasitas Mungkin dari suatu jalan dapat
berkurang dikarenakan oleh lebar lajur yang sempit dan
penyempitan lebar bahu, hambatan di sepanjang daerah manfaat
jalan, kelandaian, serta kendaraan yang berukuran besar.
Lajur lalu lintas yang lebar mempengaruhi lebar daerah manfaat
jalan dan urbanisasi disepanjang tepi jalan.
Hubungan kapasitas jalan dengan lajur lalu lintas yang
menguraikan operasi lalu lintas pada suatu bagian jalan dengan
medan yang datar adalah sebagai berikut :
TAP = Kj * fw * fu
Dimana :
TAP
=
(Tingkat Arus Pelayanan)
Tingkat arus pelayanan
total dalam kedua arah

(smp/jam/dua-arah (atau
jalur))
Kj
Fw

=
=

Kapasitas jalan
faktor penyesuaian

untuk jalur
Fu
=
faktor penyesuaian
untuk urbanisasi disepanjang jalan.
Nilai-nilai fw dapat dilihat pada tabel 2.1.. dibawah ini yang
diturunkan dari Indonesia Highway Capacity Manual (IHCM).
Tabel 2.1. Faktor penyesuaian akibat
gabungan jalur sempit dan lebar bahu yang menyempit : fw

Tipe
Jalan
raya
Lebar Jalur
(m)
Lebar Bahu
(m)
Nilai fw

3.50
3.25
3.00
Jalan raya
2 jalur
Jalan raya berlajur
ganda
1.75
1.25
1.00
0.75

1.75
1.25
1.00
0.75
0.97
0.95
0.94
0.92
0.98
0.97
0.96
0.95
0.92
0.90
0.89
0.87
0.95
0.94
0.93
0.92
0.85
0.83
0.82
0.80
-

q
q
q
q
q

Jumlah lajur lalu lintas


Banyaknya lajur yang dibutuhkan sangat tergantung dari volume lalu lintas yang akan memakai
jalan tersebut dan tingkat pelayanan jalan yang diharapkan.
Untuk menentukan jumlah lajur diperlukan data-data sebagai berikut :
Kapasitas jalan (smp/jam)
Koefisien penyesuaian
Untuk lebar daerah manfaat jalan
Untuk tingkat urbanisasi
Tingkat arus pelayanan
Faktor penyesuaian perbandingan volume perjam untuk satu tahun
(1 tahun = 8.760 jam)
Volume Lalu lintas Standard (VLS)

Kemiringan melintang jalur lalu lintas di jalan lurus


diperuntukkan terutama untuk kebutuhan drainase jalan. Air yang
jatuh di atas permukaan jalan supaya cepat dialirkan ke saluransaluran pembuangan.
Kemiringan melintang bervariasi antara 2 % - 4 %, untuk jenis
lapisan permukaan dengan mempergunakan bahan pengikat seperti
aspal atau semen. Semakin kedap air lapisan tersebut, semakin
kecil kemiringan melintang yang dapat dipergunakan. Sedangkan
untuk jalan dengan lapisan permukaan belum mempergunakan bahan
pengikat seperti Jalan berkerikil, kemiringan melintang dibuat
sebesar 5%.
Kemiringan melintang jalur lalu lintas di tikungan dibuat untuk
kebutuhan keseimbangan gaya sentrifugal yang bekerja, di samping
kebutuhan akan drainase. Besamya kemiringan melintang yang
dibutuhkan pada tikungan akan dibicarakan lebih lanjut pada Bab
IV. "Alinyemen Horizontal".
2.2 BAHU JALAN
Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan
Jalur lalu lintas yang berfungsi sebagai:
1. ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok
atau
yang
sekedar
berhenti
karena
pengemudi
ingin
berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk
beristirahat.
2. ruangan untuk menghindarkan diri pada saat-saat darurat,
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan.
3. memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat
meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
4. memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari
arah samping.

5. ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan


atau pemeliharaan jalan (untuk tempat penempatan alat-alat,
dan penimbunan bahan material).
6. ruangan
untuk
lintasan
kendaraan-kendaraan
patroli,
ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat
seperti terjadinya kecelakaan.
Jenis bahu
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan
atas:

Bahu yang tidak diperkeras, yaitu bahu yang hanya dibuat


dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat. Biasanya
digunakan material agregat bercampur sedikit lempung.
Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah
yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan
mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya.

Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan


mempergunakan bahan pengikat sehingga lapisan tersebut lebih
kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras
Bahu jenis ini dipergunakan : untuk jalan-jalan dimana kendaraan
yang akan berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya,
seperti di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang
melintasi kota, dan di tikungan-tikungan yang tajam.

Dilihat dari letaknya bahu terhadap arah arus lalu lintas,


maka bahu jalan dapat dibedakan atas :

Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder),


adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu
lintas.

Bahu kanan/bahu dalam (rightlinner shoulder), adalah bahu


yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas.
Lebar bahu jalan
Besarnya lebar bahu jalan sangat dipengaruhi oleh :
Fungsi jalan
Jalan arteri direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan jalan lokal. Dengan demikian jalan arteri
membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan kenyamanan yang
lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih lebar dari Jalan
lokal.
Volume lalu lintas
Volume lalu lintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih
lebar dibandingkan dengan volume lalu lintas yang lebih rendah.
Kegiatan disekitar jalan
Jalan yang melintasi daerah perkotaan, pasar, sekolah,
membutuhkan lebar bahu jalan yang lebih lebar daripada jalan yang

melintasi daerah rural, karena bahu jalan tersebut akan


dipergunakan pula sebagai tempat parkir dan pejalan kaki.
Ada atau tidaknya trotoar.
Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah,
dan biaya untuk konstruksi.
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 2,5m,
Lereng melintang bahu jalan
Berfungsi atau tidaknya lereng melintang perkerasan jalan
untuk mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya sangat
ditentukan oleh kemiringan melintang bagian samping jalur
perkerasan itu sendiri, yaitu kemiringan melintang bahu jalan.
Kemiringan melintang bahu yang tidak baik ditambah dengan bahu
dari jenis tidak diperkeras akan menyebabkan air hujan merembes
masuk kelapisan perkerasan jalan. Hal ini dapat mengakibatkan
turunnya daya dukung lapisan perkerasan, lepasnya ikatan antara
agregat dan aspal yang akhirnya dapat memperpendek umur pelayanan
jalan.
Guna keperluan tersebut, haruslah dibuat kemiringan melintang
bahu jalan yang sebesar-besarnya tetapi masih aman dan nyaman
bagi pengemudi kendaraan. Kemiringan melintang bahu lebih besar
dari kemiringan melintang jalur perkerasan jalan.
Kemiringan melintang bahu dapat bervariasi sampai dengan 6%,
tergantung dari jenis permukaan bahu, intensitas hujan, dan
kemungkinan penggunaan bahu jalan.
Pada daerah tikungan yang tajam. kemiringan melintang jalur
perkerasan juga ditentukan dari kebutuhan akan keseimbangan gaya
akibat gaya sentrifugal yang bekerja. Besar dan arah kemiringan
melintang bahu harus juga disesuaikan demi keamanan pemakai jalan
dan fungsi drainase itu sendiri.
Perubahan kelandaian antara kemiringan melintang perkerasan jalan
dan bahu (roll over) maksimum 8%.
2.3 TROTOAR (Jalur Pejalan Kaki/Side Walk)
Trotoar adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu
lintas yang khusus dipergunakan untuk pejalan kaki (pedestrian).
Untuk keamanan pejalan kaki maka trotoar ini harus dibuat
terpisah dari jalur lalu lintas oleh struktur fisik berupa kereb.
Perlu atau tidaknya trotoar disediakan sangat tergantung dari
volume pedestrian dan volume lalu lintas pemakai jalan tersebut.
Lebar trotoar
Lebar trotoar yang dibutuhkan ditentukan oleh volume pejalan
kaki, tingkat pelayanan pejalan kaki yang diinginkan, dan fungsi
jalan. Untuk itu lebar 1,5 - 3,0 m merupakan nilai yang umum
dipergunakan.
2.4 MEDIAN

Pada arus lalu lintas yang tinggi seringkali dibutuhkan


median guna memisahkan arus lalu lintas yang berlawanan arah,
Jadi median adalah jalur yang terletak ditengah Jalan untuk
membagi Jalan dalam masing-masing arah.
Secara garis besar median berfungsi sebagai:

menyediakan daerah netral yang cukup lebar dimana pengemudi


masih dapat mengontrol kendaraannya pada saat-saat darurat.

menyediakan jarak yang cukup untuk membatasi/ mengurangi


kesilauan
terhadap
lampu
besar
dari
kendaraan
yang
berlawanan arah.

menambah rasa kelegaan, kenyamanan dan keindahan bagi setiap


pengemudi.

mengamankan kebebasan samping dari masing-masing arah arus


lalu lintas.
Untuk memenuhi keperluan-keperluan tersebut di atas, maka median
serta batas-batasnya harus dapat dilihat nyata oleh setiap mata
pengemudi baik pada siang hari maupun pada malam hari serta
segala cuaca dan keadaan. Lebar median bervariasi antara 1,0 -12
meter
Median dengan lebar sampai 5 meter sebaiknya ditinggikan dengan
kereb atau dilengkapi dengan pembatas agar tidak dilanggar
kendaraan. Semakin lebar median semakin baik bagi lalu lintas
tetapi semakin mahal biaya yang dibutuhkan.
Jalur tepian median
Di samping median terdapat apa yang dinamakan jalur tepian
median, yaitu jalur yang terletak berdampingan dengan median
(pada ketinggian yang sama dengan jalur perkerasan). Jalur tepian
median ini berfungsi untuk mengamankan kebebasan samping dari
arus lalu lintas.
Lebar jalur tepian median dapat bervairiasi antara 0,25 - 0,75
meter dan dibatasi dengan marka berupa garis putih menerus.
2.5 SALURAN SAMPING
Saluran samping terutama berguna untuk :

mengalirkan air dari permukaan perkerasan jalan ataupun


dari bagian luar jalan,

menjaga supaya konstruksi jalan selalu berada dalam


keadaan kering tidak terendam air.
Umumnya bentuk saluran samping trapesium, atau empat persegi
panjang.
Untuk daerah perkotaan, dimana daerah pembebasan jalan sudah
sangat terbatas, maka saluran samping dapat dibuat empat persegi
panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar,
sedangkan di daerah pedalaman dimana pembebasan jalan bukan
menjadi masalah, saluran samping umumnya dibuat berbentuk

trapezium. Dinding saluran dapat mempergunakan pasangan batu


kali, atau tanah asli.
Lebar dasar saluran disesuaikan dengan besarnya debit yang
diperkirakan akan mengalir pada saluran tersebut, minimum sebesar
30 cm.
Landai dasar saluran biasanya dibuatkan mengikuti kelandaian dari
jalan. Tetapi pada kelandaian jalan yang cukup besar, dan saluran
hanya terbuat dari tanah asli, kelandaian dasar saluran tidak
lagi mengikuti kelandaian Jalan. Hal ini untuk mencegah
pengkikisan oleh aliran air.
Kelandaian dasar saluran dibatasi sesuai dengan material dasar
saluran, Jika terjadi perbedaan yang cukup besar antara
kelandaian dasar saluran dan kelandaian jalan, maka perlu
dibuatkan terasering.
Talud untuk saluran samping yang berbentuk trapesium dan tidak
diperkeras adalah 2H:1V, atau sesuai dengan kemiringan yang
memberikan kestabilan lereng yang aman. Untuk saluran samping
yang mempergunakan pasangan batu, talud dapat dibuat 1:1.
2.6 TALUD KEMIRINGAN LERENG
Talud jalan umumnya dibuat 2H:1V. tetapi untuk tanah-tanah yang
mudah longsor talud jalan harus dibuat sesuai dengan besarnya
landai yang aman, yang diperoleh dari perhitungan kestabilan
lereng. Berdasarkan keadaan tanah pada lokasi jalan tersebut,
mungkin saja dibuat bronjong, tembok penahan tanah, lereng
bertingkat (berm) ataupun hanya ditutupi rumput saja
2.7 KEREB
Yang dimaksud dengan kereb adalah penonjolan atau peninggian
tepi perkerasan atau bahu jalan, yang terutama dimaksudkan untuk
keperluan-keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan dari
tepi perkerasan, dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Pada umumnya kereb digunakan pada jalan-Jalan di daerah
perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan antar kota kereb hanya
dipergunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas
dengan kecepatan tinggi atau apabila melintasi perkampungan
Berdasarkan fungsi dari kereb, maka kereb dapat dibedakan atas

Kereb peninggi
(mountable curb), adalah kereb yang
direncanakan agar dapat didaki kendaraan, biasanya terdapat di
tempat parkir di pinggir jalan/jalur lalu lintas Untuk kemudahan
didaki oleh kendaraan maka kereb harus mempunyai bentuk permukaan
lengkung yang baik. Tingginya berkisar antara 10-15 cm.

Kereb penghalang (barrier curb), adalah kereb yang


direncanakan
untuk
menghalangi
atau
mencegah
kendaraan
meninggalkan jalur lalu lintas, terutama di median, trotoar, pada
jalan-jalan tanpa pagar pengaman. Tingginya berkisar antara 25 30 cm.

Kereb berparit
(gutter curb),
adalah kereb yang
direncanakan untuk membentuk sistem drainase perkerasan Jalan.

Kereb ini dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem drainase


perkerasan lebih baik. Pada jalan lurus diletakkan di tepi luar
dari perkerasan, sedangkan pada tikungan diletakkan pada tepi
dalam. Tingginya berkisar antara 10-20 cm.

Kereb penghalang berparit (barrier gutter curb), adalah


kereb penghalang yang direncanakan untuk membentuk sistem
drainase perkerasan jalan. Tingginya berkisar antara 20 - 30 cm.
2.8 PENGAMAN TEPI
Pengaman tepi bertujuan untuk memberikan ketegasan tepi badan
jalan. Jika terjadi kecelakaan, dapat mencegah kendaraan keluar
dari badan jalan. Umumnya dipergunakan di sepanjang jalan yang
menyusur jurang, pada tanah timbunan dengan tikungan yang tajam,
pada tepi-tepi jalan dengan tinggi timbunan lebih besar dari 2,5
meter, dan pada jalan-jalan dengan kecepatan tinggi.

Jenis pengaman tepi


Pengaman tepi dapat dibedakan atas :
Pengaman tepi dari besi yang digalvanised (guard rail)
Pagar pengaman dari besi dipergunakan jika bertujuan untuk
melawan tumbukan (impact) dari kendaraan dan mengembalikan
kendaraan ke arah dalam sehingga kendaraan tetap bergerak dengan
kecepatan yang makin kecil sepanjang pagar pengaman. Dengan
adanya pagar pengaman diharapkan kendaraan tidak dengan tiba-tiba
berhenti atau berguling ke luar badan jalan.

Pengaman tepi dari beton (parapet)


Pengaman tepi dari beton dianjurkan untuk dipergunakan pada jalan
dengan kecepatan rencana 80 - 100 km/Jam.

Pengaman tepi dari tanah timbunan


Dianjurkan digunakan untuk kecepatan rencana 80 km/jam.

Pengaman tepi dari batu kali


Tipe ini dikaitkan terutama untuk keindahan (estetika) dan pada
jalan dengan kecepatan rencana 60 km/jam.
Pengaman tepi dan balok kayu
Tipe ini dipergunakan umuk kecepatan rencana . 40 km/jam dan
pada daerah parkir

2.9 LAPISAN PERKERASAN JALAN


Lapisan Perkerasan Jalan dapat dibedakan atas lapisan permukaan,
lapisan pondasi atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah
dasar. Bagian ini lebih lanjut dapat dibaca pada buku "Perkerasan
Lentur Jalan Raya"
2.10 RUANG MANFAAT JALAN (rumaja)
Daerah Manfaat Jalan meliputi badan jalan, saluran tepi jalan,
dan ambang pengamannya. Badan jalan meliputi jalur lalu lintas,
dengan atau tanpa jalur pemisah dan bahu jalan.
2.11 RUANG MILIK JALAN (rumija)
Daerah Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi
oleh lebar dan tinggi tertentu yang dikuasai oleh Pembina Jalan
dengan suatu hak tertentu.
Biasanya pada jarak tiap 1 km dipasang patok DMJ berwama kuning.
Sejalur tanah tertentu diluar Daerah Manfaat Jalan tetapi di
dalam Daerah Milik Jalan dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan
keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan
pelebaran Daerah Manfaat Jalan dikemudian hari.
2.12 RUANG PENGAWASAN JALAN (ruwasja)
Daerah Pengawasan Jalan adalah sejalur tanah tertentu yang
terletak di luar Daerah Milik Jalan, yang penggunaannya diawasi

oleh Pembina Jalan, dengan maksud agar tidak mengganggu pandangan


pengemudi dan konstruksi bangunan jalan, dalam hal tidak cukup
luasnya Daerah milik Jalan.

Anda mungkin juga menyukai