Anda di halaman 1dari 29

Dowload >250 ebook Islam Gratis di

www.ibnumajjah.wordpress.com

Oleh:

Syaikh Muhammad bin Hady al-Madkhaly


Alih Bahasa:

Ummu Fadhil

Nasehat Untuk Para Dai


Copyright bagi ummat Islam.
eBook ini kami dapatkan dari web beberapa tahun yang lalu yang kami lupa
nama web-nya dengan judul:
Nasehat Syekh Muhammad bin Hady Madkhaly
Untuk Para Dai Salafy di Indonesia.

Silakan menyebarkan eBook ini namun tidak untuk tujuan komersial.


eBook ini didownload dari Pusat Download eBook Islam
[www.ibnumajjah.wordpress.com]




.
.
:
Allah taala berfirman :

Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu


kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amal-amalanmu
dan

mengampuni

bagimu

dosa-dosamu.

Dan

barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka


sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang
besar. (QS. Al-Ahzab: 70-71)
Ayat ini yang selalu diulang-ulang oleh para khatib,
mubalig, penceramah dan pemberi nasehat, orang yang
tidak bisa membaca selalu mendengarnya dari mereka,
terkandung didalamnya seruan dari Allah Azza wa Jalla
kepada hamba-Nya yang beriman, Ia menyeru mereka
dengan sifat mereka yang agung lagi mulia yaitu sifat
iman, Allah taala berfirman:




Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu
kepada

Allah,

dan

katakanlah

perkataan

yang

benar. (QS. Al-Ahzab 70)


Ia menyeru mereka dengan memakai sifat yang
mulia yaitu sifat iman, lalu Ia memerintahkan mereka
akan

suatu

urusan

yang

berat

lagi

agung

yaitu

bertaqwa, sesungguhnya taqwa kepada Allah Jalla


waala adalah puncak kebaikan, dan penentu segala
urusan.

Pintu-pintu

kebajikan

berbagai

macam

bentuknya,

begitu

juga

jalan-jalan

keburukan

bermacam-macam, semua itu terkumpul dalam kata:


(bertaqwalah
perkataan

kamu

yang

kepada

benar),

Allah

bertaqwa

dan

katakanlah

kepada

Allah

sebagaimana yang telah diketahui oleh kebanyakan


kalian dan tidak lagi tersembunyi bagi kita semua ialah melaksanakan ketaatan kepada Allah berdasar
cahaya (petunjuk) dari Allah dengan mengharapkan
pahala dari-Nya, dan takut dari azab-Nya, dan juga
meninggalkan

maksiat

yang

dilarang

oleh

Allah

mengarapkan pahala dengan meninggalkannya, dan


takut akan azab bila melakukannya, melanggar dan
mengerjakan apa-apa yang diharamkan oleh Allah.
Taqwa

merupakan

diantara

wasiat

terakhir

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam (sebelum beliau


wafat), sebagaimana dalam hadits Irbad bin Sariyah
radhiallahu anhu dimana Nabi sallallahu alaihi wasallam
(pada suatu hari) menasehati sahabatnya dengan
nasehat yang agung dan memberikan pengaruh yang
besar bagi diri mereka, yang membuat hati bergetar
dan air mata bercucuran, lalu mereka berkata: wahai
Rasulullah ! seolah-olah ini adalah nasehat orang yang
akan berpisah(meninggal), maka wasiatkanlah kepada
kami, lalu beliau bersabda:



Saya mewasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa
kepada Allah. [HR. Abu Daud dan Tirmidzi dan Ia
menshahihkannya]
Beliau mengawali wasiatnya dengan taqwa, dan
taqwa juga merupakan wasiat Allah jalla waazza
kepada orang-orang terdahulu dan yang kemudian.
Sebagaimana dalam firman Allah :





Dan

sesungguhnya

Kami

telah

memerintahkan

kepada orang-orang diberi kitab sebelum kamu dan


(juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah.
(QS. An-Nisaa: 131).
Saudaraku sekaliansesungguhnya kata-kata yang
agung dan luas makna ini apabila seorang hamba
memperhatikan, meneliti dan menghayatinya serta
mengambil

pelajaran

darinya,

niscaya

ia

akan

mendapatkannya mengandung seluruh (ajaran) agama


islam, melaksanakan perintah dengan mengharapkan
pahala, dan meninggalkan larangan karena takut akan
azab, inilah yang (disebut) agama, engkau beribadah

kepada Allah diatas cahaya (petunjuk) dari Allah dan


mengharapkan pahala, dan takut dari azabNya.
Ketaqwaan tidak akan mungkin diperoleh kecuali
dengan ilmu, Allah taala berfirman:






Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada
Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah dan mohonlah
ampunan bagi dosa-dosamu dan bagi (dosa) orangorang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah
mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat
tinggalmu. (QS. Muhammad :19).
Bagaimana bisa mengetahui yang salah dan benar
kecuali

hanya

dengan

ilmu,

anda

mengetahui

kebenaran lalu anda memuji Allah taala yang telah


menunjukimu

kepadanya,

dan

meminta

tambahan

karunia dari-Nya, anda mengetahui yang salah lalu


meminta

ampunan

kedalamnya,
menjauhinya.
kedalamnya

dan
Akan
anda

dari-Nya

jika

anda

terjerumus

sebelum

itu

anda

(berusaha)

jika

anda

terjerumus

tetapi
meminta

ampun

kepada

Allah

kemudian bertobat kepada-Nya dan ini adalah kebaikan

yang

besar.

Sebagaimana

dalam

sebuah

hadits

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam bersabda:



Barangsiapa yang Allah inginkan kebaikan atasnya
Ia akan memberikannya pemahaman dalam agama.
[HR. Bukhari dan Muslim]
Memahami agama Allah adalah dengan mengetahui
hukum-hukumnya, perintah-perintah dan larangan-Nya
serta mempelajari syariat-Nya, ini merupakan nikmat
yang paling besar, sesungguhnya orang yang tidak
mengetahui hukum-hukum agama dan dalil-dalilnya ia
akan hidup bingung kanan dan kiri, (berada) diantara
syubuhat dan syahwat.
Dan siapa yang berada diantara dua jurang ini jurang syubuhat dan jurang syahwat ia akan celaka,
segala urusan baginya bercampur-baur tanpa ada
(sedikitpun)

padanya

pembeda,

dan

hawa

nafsu

(senantiasa) menguasainya dan ia tidak mendapatkan


didalam

hatinya

pertahanan

dan

penasehat

yang

mengingatkannya kepada Allah, dan saat menghadapNya, berdiri dihadapan Allah di hari akhirat, kala itu ia
akan celaka -kita memohon kepada Allah keamanan
dan keselamatan-. Maka pemahaman terhadap agama
sangatlah penting, kedudukan setiap orang dalam

agama tergantung kepada kepahamannya terhadap


agama. Dan kebaikan akan luput darinya sesuai dengan
kadar kelalaiannya dari hal tersebut. Maka kita semua
wajib

untuk

mencapai hal

itu,

yaitu

pemahaman

terhadap agama.
Dan lebih wajib lagi atas orang yang meletakkan
dirinya di atas (jalan) dakwah kepada Allah jalla
waazza, siapa yang meletakkan dirinya diatas dakwah,
ia wajib memahami dan mengetahui apa yang ia
dakwahi dan mengetahui keadaan orang yang ia
dakwahi. Dan meletakkan hukum-hukum Allah dengan
benar, sebagaimana yang diperintahkan Allah jalla wa
ala, dan dikehendaki dan dijelaskan oleh Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam.
Apabila ia berdakwah tanpa ilmu maka apa yang ia
rusak lebih banyak dari apa yang ia perbaiki, karena
seorang
pengajak

penyeru
kepada

kemungkaran.
kebaikan

kepada
kebaikan

Dan

mesti

Allah

orang

tahu

otomatis

ia

juga

dan

melarang

kepada

yang

mengajak

kepada

betul

akan

kebaikan,

tahu

kemungkaran, mengetahui keadaan orang yang ia


ingkari.

Dan

hendaklah

ia

bijaksana,

lembut,

mengetahui mafasid (kerusakan) dan maslahat (yang


akan

terjadi),

kapan

ia

maju

(melakukan

suatu

tindakakan) dan kapan ia menahan dirinya, kapan ia

mendahulukan

(suatu

pekerjaan)

dan

kapan

ia

mengakhirkan. dan (mengetahui) apa yang harus ia


dahulukan dalam berdakwah, dan apa yang boleh ia
akhirkan.
Dan

hendaklah

manusia,

dan

masalah

yang

ia

berlemah-lembut

sebagainya
ditempuh

rahimahumullah,

dari
oleh

dibawah

kepada

bermacam-macam
ulama-ulama

naungan

islam

hadits-hadits

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam dalam berdakwah


dan melakukan hisbah, hisbah yang saya maksud
adalah mengajak kepada kebaikan dan melarang dari
kemungkaran sebagaimana berlalu, dan kedudukan ini
- kedudukan penyeru kepada Allah adalah kedudukan
yang

paling

tinggi.

Allah

subhanahu

wataala

berfirman :


Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang tang menyeru kepada Allah, menerjakan
amal yang sholeh dan berkata: sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri. Dan

tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah


(kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antara dan antara dia ada
permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang
sangat setia. (QS. Fushilat : 33-34).
Apa yang dikhabarkan Allah subhanahu wataala ini
sedikit

sekali

orang

yang

memikirkan

dan

memahaminya.
Sesungguhnya dakwah itu adalah urusan yang
sangat mulia, oleh sebab itu Rasulullah sallallahu alaihi
wasallam tidak membiarkannya begitu saja dan tidak
jelas, sebagaimana yang telah kalian ketahui wahai
saudara sekalian, tentang hadits Muadz radhiallahu
anhu dalam kisah pengutusannya ke negeri Yaman dan
wasiat Nabi sallallahu alaihi wasallam kepadanya :
Sesungguhnya engkau (akan) mendatangi kaum
ahli kitab (Yahudi & Nasrani), hendaklah dakwah
yang

pertama

sekali

engkau

serukan

adalah

(mengajak) mereka mentauhidkan Allah,


dan didalam lafadz yang lain : (adalah) Syahadah
bahwa
dengan

tidak

ada

Haq

Muhammad

sesembahan

selain

adalah

Allah,
utusan

yang

dan
Allah,

diibadati

bahwasanya
jika

mereka

menerima seruanmu itu maka sampaikan kepada


mereka bahwa Allah mewajibkan bagi mereka

sholat lima waktu dalam sehari semalam, jika


mereka menerima seruanmu itu, maka sampaikan
kepada mereka bahwa Allah mewajibkan zakat
kepada mereka yang diambil dari orang kaya
mereka dan diberikan kepada orang yang miskin
(diantara) mereka.. [HR. Bukhari dan Muslim]
Rasulullah salallahu alaihi wasallam menjelaskan
didalam hadits ini apa yang pertama sekali dimulai
(dalam berdakwah).
Seorang

dai

(dalam

dakwahnya)

wajib

untuk

menempuh jalan yang benar, jalan yang syari jauh dari


perasaan atau semangat yang (pada hakikatnya) angin
topan , hendaklah ia tidak bersikap lunak pada apa
yang dikeraskan oleh Allah, dan tidak keras pada apa
yang dimudahkan Allah, maka hendaklah ia berlemahlembut didalam dakwahnya, lembut bukan karena
lemah, dan keras terhadap musuh-musuh Allah bukan
(pula) karena ganas, maka pada saat itu ia seperti
yang

dicontohkan

oleh

Rasulullah

sallallahu

alaihi

wasallam. dan hendaklah ia memulai dengan memberi


kabar gembira sebelum menyampaikan peringatan.
Sebagaimana firman Allah yang menggabarkan sifat
Rasul-Nya sallallahu alaihi wasallam :



Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk
jadi

saksi,

dan

pembawa

kabar

gembira

dan

pemberi peringatan, dan utk jadi penyeru kepada


agama Allah dengan izin-Nya dan jadi cahaya yang
menerangi. (QS. Al-Ahzab 45-46).





Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang
kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu
hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah
kepada

Allah.

Dan

cukuplah

Allah

sebagai

pelindung. (QS. Al-Ahzab 48).


Perhatikanlah ayat-ayat ini wahai saudara sekalian,
yang mana didalamnya Allah menyeru kepada rasulNya : (Hai nabi sesungguhnya Kami mengutusmu)
untuk apa ? (untuk jadi saksi) saksi bagi manusia, (dan
pembawa kabar gembira)

pemberi kabar gembira

tentang rahmat Allah taala, dan surga yang disediakan

oleh Allah bagi wali-wali-Nya(orang yang beriman dan


bertaqwa)

sebagaimana

firman

Allah

subhanahu

wataala tentang mereka :


Maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga);
mereka kekal didalamnya. (QS. Ali Imrom 107).
Rahmat Allah itu adalah surga -kita memohon
kepada Allah supaya ia tidak mengharamkan bagi saya
dan kalian rahmat-Nya-, ia memberi kabar gembira
dengannya (surga tersebut), maka orang-orang yang
dihati

mereka

ada

kebaikan

dan

keutamaan

dan

mempunyai akal yang sehat ia akan menerima kabar


gembira itu, dan barangsiapa yang membangkang
maka ia diberikan peringatan. - peringatan, pertakut,
dan ancaman - sesungguhnya hati itu tidaklah sama,
ada yang cukup menerima dengan kabar gembira dan
ada juga yang tidak bermanfaat baginya selain dengan
peringatan, pertakut dan ancaman.
Kemudian Allah menjelaskan atau memerintahkan
dengan firman-Nya:

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang


kafir dan orang-orang munafik itu, janganlah kamu
hiraukan gangguan mereka dan bertawakkallah
kepada

Allah.

Dan

cukuplah

Allah

sebagai

pelindung. (QS. Al-Ahzab 48).


Pada ayat ini (terdapat) petunjuk bagi para dai
setelah Rasulullah

sallallahu alaihi wasallam, agar

menempuh jalan yang ditempuh oleh beliau sallallahu


alaihi wasallam, dan hendaklah mereka berhati-hati
terhadap orang-orang munafik yang memata-matai
didalam

barisan,

yang

mana

mereka

menghasut

didalam barisan kaum muslimin dan membiarkan dan


menyebarkan diantara mereka berita bohong maka
hendaklah

berhati-hati

terhadap

mereka.

kenapa?

karena mereka itu merusak kaum muslimin, dan begitu


juga orang kafir, tidak ada perhitungan bagi mereka,
janganlah mentaati mereka untuk mendurhakai Allah,
janganlah pula bermanis-manis muka dalam agama
Allah dan berlembut-lembut terhadap mereka. dan
hendaklah mendakwahi mereka kepada Allah, jika
mereka enggan maka tidak ada antaranya dan mereka
kecuali apa yang telah dijelaskan oleh Allah, dan
diperintahkan oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam,
dan yang telah beliau jelaskan didalam syariatnya yang
suci.

Maka

seorang

dai

itu

hendaklah

alim,

fakih

(memahami), dan tamak dalam memberi petunjuk


kepada

manusia.

kesanggupannya

dan

Mengeluarkan
menjauhi

segala

kekasaran

dan

kekerasan, firman Allah subhanahu wataala:


Maka

disebabkan

rahmat

dari

Allahlah

kamu

berlaku lemah lembut terhadap mereka, sekiranya


kamu bersikap keras lagi berhati kasar tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad maka bertawakkallah kepada
Allah, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS. Ali Imran:159)

Wahai

ikhwan

sekalian.perhatikanlah

yang agung dari pencipta

nasehat

kita kepada Rasul-Nya

sallallahu alaihi wasallam yang ada didalam ayat yang


mulia

ini,

sesungguhnya

Ia

telah

memberikannya

karunia, dan menjadikannya sallallahu alaihi wasallam


seorang

yang

wasallam

penyayang.

sangat

beliau

penyantun

dan

sallallahu
sayang

alaihi
kepada

umatnya :



Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan
dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi
penyayang terhadap orang-orang mukmin. (QS. AtTaubah :128).
Beliau

menyayangi

orang-orang

beriman,

mengasihi, serta belas kasih terhadap mereka.


Kelembutan dan kasih sayang ini sangat besar
pengaruhnya didalam diri manusia dan mempunyai
pengaruh yang baik dalam sambutan manusia dan
penerimaan

terhadap

menauladani

Rasulullah

seorang
sallallahu

dai,
alaihi

karena

ia

wasallam,

dimana beliau disifatkan dengan sifat ini didalam


(kitab) Taurat sebagaimana yang terdapat didalam
shoheh Bukhari dan Muslim dari hadits Abdullah bin
Salam radhiallahu anhu : (Bahwasanya beliau sallallahu
alaihi wasallam tidak jahat perangainya dan tidak
kasar, tidak pula pemekik dipasar, dan tidak membalas
kejahatan dengan kejahatan. Akan tetapi pemaaf dan
pemurah, beginilah disifatkan Rasulullah didalam taurat
sebagimana

yang

terdapat

didalam

shohihain,

ini

perkataan Allah didalam al-Quran dan itu sudah cukup,


akan tetapi beliau sallallahu alaihi wasallam telah
disifatkan dengan ini dalam kitab yang terdahulu.
Wahai para ikhwan sekaliansaya mewasiatkan kepada
kalian dan diri saya untuk bertaqwa kepada Allah
subhanahu wataala dan memahami agama-Nya, begitu
juga saya menasehati kalian supaya sayang dan lembut
kepada hamba Allah, dan betul-betul berusaha dengan
segala
kepada

kesanggupan
manusia.

dalam
Dan

memberikan

hendaklah

petunjuk

seorang

dai

mengetahui bahwa didalam menempuh jalannya ini


akan menemui beberapa ijtihad (perbedaan pendapat)
antara

ia dan

saudaranya yang

lain

yang mana

kadangkala terjadi perbedaan pandangan pada apa


yang boleh berpendapat padanya, yang saya maksud
dengan ijtihad disini adalah pada apa yang boleh

sesama para dai untuk memberi pandangan/pendapat,


dan jika tidak ini, maka ijtihad yang terlintas di pikiran
kita hanya untuk orang yang ahli dalam ijtihad, orang
yang fakih didalam agama yang mana mereka akan
menerangkan dan meneliti serta menjelaskan dengan
keluasan ilmu dan pengetahuan mereka.
Dari merekalah manusia mengambil fatwa dan
pemahaman dalam agama Allah taala. Akan tetapi
ijtihad

yang saya

maksud adalah

(ijtihad)

dalam

menempuh jalan menuju kebaikan, sesuai dengan


kesanggupan dan menepis kerusakan didalam dakwah
ini.
Hendaklah seorang dai memahami bahwa antara
dirinya

dengan

saudara-saudaranya

mesti

terjadi

sesuatu, karena jalan yang ditempuh sangat panjang,


dan dengan banyaknya

pejalan dan panjangnya

perjalanan, pasti akan terjadi kesulitan, dan keletihan,


dan kadangkala ketidak sepakatan dalam sisi pandang
pada apa yang dibolehkan berbeda pendapat. Dan saya
tekankan dalam kalimat ini: (pada apa yang dibolehkan
padanya perbedaan pendapat)
Maka saya katakan: apabila (perbedaan pendapat)
itu terjadi maka wajib bagi seorang dai, dai salafiyin
kususnya
dalam

-dan merekalah yang saya maksudkan

pembicaraan

ini-

untuk

memegang

wasiat

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kepada Muadz dan


sahabatnya (Abu Musa al-Asyary) ketika mereka diutus
ke negeri Yaman,

beliau berkata kepada mereka

berdua:
Sampaikanlah kabar gembira, dan janganlah kalian
membuat orang lari, berikanlah kemudahan, dan
janganlah kalian memberi kesulitan, bersepakatlah
kalian, dan janganlah berpecah belah, bersatulah
dan janganlah kalian berselisih, dan (tathoowaaa)
saling menghargailah kalian.
Wahai ikhwan sekalian(ini) adalah kata-kata yang
agung, dari pendidik yang paling mulia yaitu Rasulullah
sallallahu alaihi wasallam maka sampaikanlah oleh
kalian khabar gembira, dan janganlah kalian membuat
orang lari, berikanlah kemudahan, dan janganlah kalian
memberi kesulitan, bersepakatlah kalian, dan janganlah
kalian berpecah belah, bersatulah dan janganlah kalian
berselisih, dan saling menghargailah kalian.
Apabila

seseorang

bersikukuh

dan

berpegang

dengan pendapatnya yang ada mempunyai dasar, dan


tidak ada larangan syari padanya, maka wajiblah ia
menyerahkan (keputusan) kepada temannya tersebut,
tidak ada percekcokan dalam masalah itu, karena
berita baik akan diterima dengan hati yang baik dan
halus

dari

pertama

kalinya.

Dan

tindakan

yang

membuat orang lari akan memalingkan manusia dari


agama, dan Nabi sallallahu alaihi wasallam murka
dalam kisah tentang seseorang memanjangkan sholat sebagaimana yang kalian ketahui-dan beliau bersabda:
Wahai manusia sesungguhnya diantara kalian ada
orang yang membuat orang minggat, barangsiapa
yang mengimami orang, dalam lafadz yang lain:
barangsiapa yang mengimami manusia hendaklah
ia memendekkan. [HR. Bukhari dan Muslim]
Wahai

saudara

se-IslamNabi

sallallahu

alaihi

wasallam telah memperingatkan dalam masalah ini


bahkan beliau marah kepada orang yang menyebabkan
larinya manusia dari kebenaran, dan menyebabkan
manusia berpaling dari agama Allah taala, beliau
berkata :


Sampaikanlah kabar gembira, dan janganlah kalian
menyebabkan

manusia

lari

[HR.

Bukhari

dan

Muslim],
Maka

jadilah

kalian

orang

tamak

dalam

menyampaikan berita gembira kepada manusia, dan


menyampaikan apa yang dapat diterima oleh hati
mereka tentang agama, dan tentang manhaj yang baik
ini yaitu manhaj salafi, yang mana ia adalah jalan yang

ditempuh oleh Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dan


jalan

para

sahabat

beliau.

Dan

janganlah

kalian

membuat orang lari, baik dengan perkataan maupun


dengan

perbuatan

kalian.

Berhati-hatilah,

karena

seseorang bisa saja menghambat dari agama Allah


dengan kelakuannya. karena ilmu itu wahai saudara
sekalianadalah

pemindahan

gambaran

yang

bersemayam didalam hati keluar. Dan mengamalkan


ilmu kebalikan darinya yaitu gambaran luar dari ilmu
yang didengar dilakukan oleh anggota tubuh, apabila
sesuai apa yang didalam dengan apa yang diluar maka
itu adalah dai yang sebenarnya, dan ia akan dibukakan
oleh Allah baginya penerimaan, (hal itu) karena ia
bertaqwa

kepada

Allah

subhanahu

wataala

dan

mendekatkan diri kepada-Nya, dan menunjukkan kasih


sayang dan cinta kasih kepada penciptanya dengan
melakukan ketaatan dan jauh dari larangan.
Ia

senantiasa

sehingga

Allah

mendekatkan

mencintainya,

diri

kepada

Allah

maka

apabila

Allah

mencintainya Ia akan memberikan baginya penerimaan


dimuka bumi, dan meletakkan kecintaan kepadanya
dihati manusia, maka ia akan diterima karena mereka
melihat kejujurannya, dan karena mereka melihat
perbuatannya sesuai dengan perkataannya. Saya ulangi
sekali lagi, saya katakan: sesungguhnya ilmu itu adalah

pemindahan

gambaran

dalam

keluar,

yaitu

agar

manusia mendengar apa yang engkau ketahui dalam


nasehatmu, apa yang engkau pahami dalam agama
Allah,

mereka

mendengarnya

dalam

pengajianmu,

adapun mengamalkan (ilmu) kebalikan darinya, yaitu


menyatakan

gambaran

dalam

yang

telah

engkau

keluarkan dalam pelajaran yang engkau tampakkan


kepada manusia, sehingga sesuai apa yang ada diluar
dengan apa yang ada di hati, apabila sesuai amal
dengan ilmu maka inilah yang sebut teladan, saya
mewasiatkan kalian wahai ikhwan sekalian... ingatlah
Allah terhadap manusia, ingatlah Allah terhadap hamba
Allah kemudian nasehat yang kedua sebagaimana
dalam hadits Rasulullah sallallahu alaihi wasallam yang
disebutkan diatas: (Berilah kemudahan, dan janganlah
memberi kesempitan), dan ini (mesti) berada didalam
bingkai syariah dan kita tidak berhak keluar dari
agama Allah bahkan tidak boleh, akan tetapi (mesti)
dalam lingkaran nash-nash, maka apa yang boleh
dimudahkan kita mudahkan dan apa yang tidak boleh
dianggap

enteng

meremehkannya.

maka

kita

Masalah-masalah

tidak

boleh

keyakinan

tidak

boleh meremehkannya, dan tidak pula menganggap


enteng, akan tetapi semua manusia dalam hal ini wajib
berpegang kepada perintah yang datang dari Rasulullah

sallallahu

alaihi

wasallam,

janganlah

menganggap

remeh perkara syirik, besar ataupun kecil, dan jangan


menganggap enteng perkara bidah, sedikit maupun
banyak, karena ia adalah pintu kepada kekufuran kita
belindung kepada Allah darinya-, begitu juga maksiat
kita tidak boleh meremehkannya dan (hendaklah) kita
mengikuti dalam masalah ini perkataan Rasulullah
salallallahu alaihi wasallam:

Apa yang saya larang kalian darinya maka jauhilah


ia, dan apa yang saya perintahkan kepada kalian
maka laksanakanlah sesuai dengan kemampuan
kalian. [HR. Bukhari dan Muslim]
Inilah kemudahan itu, (mudahkanlah dan janganlah
memberi kesulitan). Dalam ruang lingkup batas syariat
dan pada garis nash-nash wahyu dari Alquran dan
sunnah Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, kemudian
(Bersatulah dan janganlah kalian berselisih), Jauihilah
oleh kalian perselisihan karena perselisihan itu adalah
jelek, apabila engkau berselisih dengan saudaramu,
manusia akan berselisih karena kalian, (yang satu)
pergi dengan kelompok ini, dan (yang satu lagi) pergi

dengan kelompok yang lain, dan terjadilah perbantahan


disebabkan oleh ingin menang sendiri, apabila telah
terjadi perbantahan maka akan muncul ketakutan,
Allah taala berfirman :



Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang
menyebabkan kamu menjadi gentar, dan hilang
kekuatanmu (QS. Al-Anfal: 46)
Wahai saudara seislam ingatlah Allah wahai para
duat, ingatlah Allah wahai para penuntut ilmu, dalam
menjauhi perbuatan yang hina dan tercela ini, yaitu
perselisihan yang menyebabkan perpecahan, belakangmembelakangi, saling marah-marahan, saling iri, saling
perang, dan saling memusuhi kita berlindung kepada
Allah dari semua itu-. Seorang dai lebih mulia dan jauh
dari semua ini, karena ia mengajak manusia kepada
agama Allah bukan mengajak mereka kepada dirinya
sendiri, hendaklah ia ikhlas dan termasuk orang-orang
yang jujur didalam ikhlasnya itu, jauh dari perbuatan
yang tercela ini, Allah subhanahu wataala berfirman
didalam kitab-Nya :

katakanlah: inilah jalan (agama) ku, aku dan


orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu)
kepada Allah.(QS. Yusuf :108)
Dan kalian telah mengetahui sebagaimana yang
ada

didalam

Muhammad

kitab
bin

tauhid
Abdul

karya

Syekh

Wahhab

Islam

rahimahullah

waridhwanuhu alaihi ketika sampai pada ayat ini dan


beliau mengambil kesimpulan darinya dalam masa-il
(permasalahan-permasalahan)

yang

maruf,

beliau

berkata: padanya (ada) peringatan untuk berikhlas,


sesungguhnya

kebanyakan

manusia

jika

mereka

menyeru sesungguhnya ia menyeru kepada dirinya.


Maka orang yang (menyeru) kepada dirinya ia akan
marah untuk dirinya. Maka hendaklah bagi seorang
insan

untuk

menjauhi

sebab-sebab

perselisihan,

adapun perselisihan yang tidak berpengaruh seperti


yang saya sebutkan tadi maka ini biasa terjadi pada
manusia,

biasa

terjadi

perselisihan

tanawwu(yang

tidak menyebabkan pertentangan), bukan perselisihan


permusuhan yang menyebabkan pembunuhan, ini tidak
apa-apa, dan ini (mesti) terjadi, akan tetapi orang yang
mengetahui sabda Nabi sallallahu alaihi wasallam: (Dan
saling menghargailah kalian), ini tidak akan terjadi
antara ia dan saudaranya sesama dai perselisihan
dalam

keadaan

bagaimanapun.

(Bersatulah

dan

janganlah

kalian

berselisih,

bersepakatlah

dan

janganlah kalian berpecah-belah). Berpecah-belah juga


jelek, karena setiap orang yang berpecah dengan
saudaranya

akan

mengambil

jalan

yang

bukan

jalannya, dan sekelompok manusia akan berkumpul


bersamanya,

mereka

berpegang

kepadanya,

lalu

mereka akan mengikuti jalannya dan pada waktu itu


jadilah kelompok yang saling benci dan perkumpulan
yang sesat yang dilarang didalam islam, dalam firman
Allah taala:


Dan

janganlah

kamu

bercerai-berai.

(QS.

Ali

Imram: 103),
dan

ini

juga

perkataan

Nabi

sallallahu

alaihi

wasallam yang kalian dengar barusan.


Dan Allah serta Rasul-Nya telah melarang dari
perpecahan, kita tidak boleh dalam keadaan apapun
melakukan

sebab-sebabnya,

(kemudian

saling

menghargailah kalian), saling menghargai mesti ada,


karena

panjangnya

jalan

mengharuskan

kita

melakukannya, dan sabar terhadap apa yang dihadapi


dan jika tidak ada saling menghargai maka akan terjadi
perpecahan, dan yang saya maksud adalah saling
menghargai dalam melaksanakan perintah Allah dan

Rasul-Nya

jangan

dipahami

sebaliknya

saya

berlindung kepada Allah jika dipahami selain ini-. saling


menghargai dalam lingkaran apa yang dibolehkan
padanya. Dan pada apa yang tidak dibolehkan kita
mengatakan padanya seperti perkataan para sahabat
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam :



Sungguh tersesatlah aku jika berbuat demikian dan
tidaklah (pula) aku temasuk orang-orang yang
mendapat petunjuk. (QS. Al-Anam : 56).
Jika saya setuju dengan ini yaitu dengan kesalahan
yang sudah jelas dan nyata yang tidak boleh ditempuh
dan melakukannya.
Ini

yang

saya

maksudkan.

Saya

mengatakan

setelah semua yang diatas, saya mewasiatkan kalian


untuk ikhlas didalam agama Allah dan mengikuti
Rasulullah sallallahu alaihi wasallam kemudian (betulbetul) memahami agama Allah, karena bertambahnya
pemahaman

membuat

lemah

para

musuh

dan

memutuskan tipu daya mereka yang mereka masukkan


untuk merusak kita, dan saya memohon kepada Allah
subahanahu wataala dengan nama-nama-Nya yang
baik

dan

sifat-sifat-Nya

yang

tinggi,

agar

Ia

memberikan kepada saya dan kalian pengetahuan

dalam agama dan memahaminya, begitu juga saya


memohon kepada-Nya subhanahu wataala supaya Ia
memberikan

kepada

saya

dan

kalian

keikhlasan

kepada-Nya, dan mengikuti Rasulullah sallallahu alaihi


wasallam dan menjadikan saya dan kalian pemberi
petunjuk bagi orang-orang yang ditunjuki, penyeru
kepada kebaikan, baik

lagi memperbaiki, penyeru

kepada persatuan bagi orang-orang yang ingin bersatu


berkumpul

dalam

kebaikan

dan

taqwa

dan

kita

menentang orang yang menentang Allah dan RasulNya, dan semoga Ia menjauhkan kita darinya, karena
Ia

maha

kuasa

dan

mampu

melakukannya,

dan

semoga salawat dan salam serta keberkatan Allah bagi


hamba dan Rasul-Nya nabi kita Muhammad dan segala
puji bagi Allah pencipta semesta alam.

Anda mungkin juga menyukai