Anda di halaman 1dari 15

1

Daftar Isi
Takut jika disebut nama Allah, dan jika dibacakan ayat2 Allah kepada mereka,
maka bertambahlah keimanannya ..

Bertawakal hanya kepada Allah .

Menjaga Shalat ..

Takut dan yakin akan datangnya hari kiamat

12

1
Takut jika disebut nama Allah, dan jika dibacakan ayat2 Allah kepada mereka,
maka bertambahlah keimanannya

Allah berfirman :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya)..
(Q.S Al-Anfal ayat 2)

Ayat yang agung ini merupakan salah satu khabar dan penetapan dari Allah yang menyebutkan
tentang shifat2 orang yang beriman, dan dengan ayat ini (diantaranya), maka Allah telah
memberikan batas pemisah diantara orang2 yang beriman dan orang2 munafik.
Al-Hafizh ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :

: .} {
.
, ,
{ } {
} { }
Ali ibnu Thalhah meriwayatkan dari ibnu Abbas radhiyallaahu anhu tentang firman Allah :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
hati mereka., ia berkata :
Orang2 munafik itu saat disebutkan nama Allah kepadanya, maka tidaklah masuk kedalam hati
mereka sesuatupun yang mempengaruhi mereka untuk menunaikan apa yang Allah fardhukan
kepadanya. Tidak pula mereka beriman kepada sesuatupun dari ayat2 Allah, tidak bertawakal, tidak
shalat ketika mereka tidak terlihat oleh manusia, dan tidak pula mereka menunaikan zakat harta2
mereka. Maka Allah taala mengabarkan bahwa mereka bukanlah orang2 yang beriman.
Kemudian Allah menyifati orang2 yang beriman dengan firman-Nya : Sesungguhnya orang-orang
yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, maka orang2
yang beriman itu menunaikan apa2 yang Allah fardhukan kepada mereka, dan apabila dibacakan
ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka, maka bertambah pula pembenaran mereka, dan hanya
kepada Rabb-merekalah, mereka bertawakkal, maka tidaklah mereka berharap kepada selain Allah.
(Tafsir ibnu Katsir 4/12)

Adapun yang dikatakan wajilat quluubuhum (gemetar hati mereka), maka yang dimaksud adalah
gemetar karena segan dan takut kepada Allah.
Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Qatadah rahimahullah yang diriwayatkan oleh ibnu Jarir
rahimahullah, beliau berkata :

: " " :
.
Dari Qatadah tentang firman-Nya : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang
bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, ia berkata : Segan kepada Allah tabaraka taala,
gemetar kepada Allah, dan takut kepada Allah tabaraka wa taala.
(Jamiul-Bayan 13/389)

Demikianlah diantara shifat orang yang beriman, yakni apabila nama Allah disebutkan
dihadapannya, maka dia akan merasa takut, gemetar dan merasa segan kepada-Nya.
Dengan perasaan seperti ini, maka dia akan mengerjakan apa2 yang Allah perintahkan kepadanya,
dan dengan perasaan seperti inipula, akan dia tinggalkan apa2 yang dilarang oleh Allah.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan dari As-Saddi rahimahullah yang mengatakan tentang
firman Allah : Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka :

:
Itu adalah seorang laki2 yang bermaksud untuk berbuat zhalim -atau ia berkata- seorang laki2 yang
hampir berbuat maksiat, lalu dikatakan kepada laki2 itu : Takutlah kamu kepada Allah., maka
gemetarlah hatinya.
(Tafsir ibnu Katsir 4/13)

Adapun firman Allah selanjutnya : dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman
mereka, maka ayat ini menunjukan bahwa salah satu shifat orang yang beriman adalah apabila
dibacakan kepadanya ayat2 Allah, maka bertambahlah keimanannya. Dan dikatakan juga,
bertambahlah rasa takutnya kepada Allah, bertambahlah keyakinannya dan bertambahlah
pembenarannya terhadap ayat2 Allah.

Ayat ini juga menjadi salah satu ayat yang menjadi dalil dari para ulama Ahlus-Sunnah untuk
menetapkan salah satu ketetapan Aqidah Ahlus-Sunnah bahwa iman itu memang bertambah dan
berkurang. Ia bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah mengatakan :

Iman itu adalah ucapan, perbuatan dan niat. Iman itu bertambah dan berkurang. Bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.Tidaklah perkataan kecuali dengan perbuatan,
dan tidaklah perkataan dan perbuatan kecuali dengan niat, sedangkan tidaklah perkataan,
perbuatan dan niat kecuali dengan menyepakati sunnah.
(Syarh Ushul Itiqad Ahlis-Sunnah 1/170-171)

Terakhir.
Ada dua hal yang menarik dari ungkapannya Al-Hafizh ibnu Katsir rahimahullah tentang sikap
seorang mumin, sikap seorang yang selalu berbuat kebaikan saat mendengar ayat2 Allah dibacakan
kepadanya, yakni ketika Al-Hafizh menjelaskan firman Allah dalam surat Az-Zumar ayat 23.
Beliau berkata :

() ()

{ :
* *
} { : }

.
( )
.


Pertama : Bahwa pendengaran dari orang2 yang berbuat kebaikan adalah Al-Quran, sedangkan
pendengaran dari orang2 yang durhaka adalah nyanyian bait2 syair dari suaranya para penyanyi
wanita.
Kedua : Bahwa orang2 yang berbuat kebaikan apabila dibacakan kepada mereka ayat2 Ar-Rahman,
maka mereka bersujud sambil menangis dengan penuh adab, rasa takut, berharap, rasa cinta,
pemahaman dan juga ilmu. Sikap seperti ini adalah seperti firman-Nya tabaraka wa taala :
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah
5

hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan
hanya kepada Rabb merekalah mereka bertawakkal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan
yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang
beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia. Dan juga firman Allah : Dan orang-orang
yang apabila diberi peringatan dengan ayat- ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya
sebagai orang- orang yang tuli dan buta.
Yakni bahwa mereka saat mendengar ayat2 Allah itu tidaklah melalaikannya, bahkan mereka
mendengarkannya berdasarkan pandangan dan pemahaman yang tajam terhadap makna2nya.
Maka merekapun mengamalkannya, dan bersujud berdasarkan pandangan dan pemahaman yang
tajam ini, dan tidaklah mereka mengamalkannya berdasarkan kebodohan dan taqlid kepada orang
lain.
Ketiga : Bahwa orang2 yang berbuat kebaikan selalu mengedepankan adab saat mendengar ayat2
Allah, sebagaimana sikap yang sama dilakukan oleh sahabat2 radhiyallaahu anhum saat mendengar
kalamullah taala yang dibacakan oleh Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam.
Kulit mereka gemetar, dan hati mereka menjadi tenang saat ingat kepada Allah, dan tidaklah mereka
berteriak-teriak saat mendengar ayat2 Al-Quran. Tidak pula mereka mempersulit diri terhadap apa2
yang tidak ada padanya. Bahkan mereka adalah orang2 yang sangat tsabit, tenang, memiliki adab
saat dibacakan Al-Quran dan merasa takut dengan rasa takut yang tidak bisa disamai oleh
seorangpun selainnya. Atas hal ini, maka mereka berhasil mendapatkan ridha dari Rabbul-Ala di
dunia dan di akhirat kelak.
(Tafsir ibnu Katsir 7/95)

Wallaahu alam.

2
Bertawakal hanya kepada Allah

Dan ini merupakan shifat yang lain dari seorang mumin, yakni bertawakal hanya kepada Allah.
Allah berfirman :
dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal.
(Q.S Al-Anfal ayat 2)

Tawakal secara bahasa dapat berarti menyerahkan, atau mempercayakan ataupun mewakilkan.
Sehingga tawakal kepada Allah, dapat berarti menyerahkan, berserah diri atau pasrah kepada Allah,
mempercayakan kepada Allah, atau mewakilkan kepada Allah.
Para ulama -sebagaimana dinukilkan oleh ibnul-Qayim al-Jauziyyah rahimahullah dalam kitab
Madarijus-Salikin(1)- maka ada sebagian diantaranya yang kemudian memberikan penjelasan tentang
makna tawakal kepada Allah ini.
Sebagian diantaranya mengatakan : Tawakal merupakan kepasrahan kepada Allah menurut apapun
yang dikehendaki oleh-Nya.
Sebagian lagi mengatakan : Tawakal ialah bergantung kepada Allah di setiap keadaan.
Sebagian lagi mengatakan : Tawakal ialah ridha kepada Allah sebagai wakilnya.
Sebagian lagi mengatakan : Tawakal ialah menghilangkan segala keraguan dan berserah diri hanya
kepada Allah saja.
Walaupun demikian, tawakal ini tidaklah menafikan sebab. Seseorang yang menafikan sebab berarti
dia telah menentang syariat.
Bukankah syariat telah menetapkan seseorang itu untuk menikah kemudian ia berjima dengan
istrinya dengan harapan agar Allah nantinya memberinya anak?
Sedangkan seseorang yang mengira bahwa cukup baginya dengan bertawakal, maka dia bisa
memiliki anak tanpa menikah dan berjima dengan istrinya, maka berarti dia memiliki pikiran yang
kurang waras.

Akan tetapi, jangan pula seseorang itu menjadi tergantung hanya kepada sebab, karena dengan
bergantung kepada sebab semata, berarti dia telah merusak tawakalnya dan melepaskan diri dari
ketergantungan dan penyerahan kepada Allah.

(1) Madarijus-Salikin 2/96-97, cet. Darul-Hadits - Tahqiq Imad Amir)

Adapun tentang firman Allah : dan hanya kepada Rabb merekalah, mereka bertawakkal, maka
Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan :
.

] [

Dan hanya kepada Allah, bukan kepada manusia, hendaklah orang2 mumin itu bertawakal.
(Jamiul-Bayan 7/348)

Sedangkan Al-Hafizh ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat ini-, beliau mengatakan :

, ,
, , , ,
: ,
Yakni orang2 mumin ini tidaklah mengaharapkan apapun kepada selain Allah, tidak memiliki tujuan
kecuali hanya kepada Allah, tidaklah berlindung kecuali kepada perlindungan-Nya, tidak meminta
keperluan kecuali hanya kepada-Nya, dan mereka tidak berharap kecuali hanya kepada-Nya.
Orang2 mumin itu mengetahui bahwa apa yang dikehendaki oleh Allah pasti terjadi, sedangkan apa
yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi. Dia-lah yang mengatur kerajaan-Nya,
hanya Allah semata, dan tiada sekutu bagi-Nya.

Karena inilah, maka Said bin Jubair rahimahullah mengatakan bahwa tawakal ini merupakan induk
keimanan.
(Tafsir ibnu Katsir 4/12)

Ayat ini semakna dengan firman-Nya :


Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal.
(Q.S Ali Imran ayat 122)

Yang tentang ayat ini, maka ibnu Jarir rahimahullah mengatakan :


.

Maka wahai manusia, hendaknya orang2 yang membenarkan ke-Esa-an Allah bertawakal hanya
kepada-Nya.
(Jamiul-Bayan 23/422)

Wallaahu alam.

3
Menjaga Shalat

Allah berfirman :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
..
dan orang-orang yang menjaga shalatnya.
(Q.S Al-Muminun ayat 1 dan 9)

Bagian awal surat Al-Muminun ini merupakan penggambaran dari Allah tentang shifat2 yang baik
dan terpuji serta perbuatan2 yang mulia yang dimiliki oleh orang2 yang beriman.
Diantara shifat yang baik dan terpuji serta perbuatan2 yang mulia yang dimiliki oleh orang2 yang
beriman ini ialah senantiasa menjaga shalat mereka, (yaitu diantaranya bahwa mereka itu
senantiasa menjaga waktu2 shalat dan melaksanakan shalat itu pada waktunya), sedangkan hal ini
merupakan salah satu perbuatan yang paling disukai oleh Allah sebagaimana hal ini disebutkan
dalam haditsnya Ibnu Masud radhiyallaahu anhu yang diriwayatkan oleh imam Al-Bukhari
rahimahullah bahwa ibnu Masud radhiyallaahu anhu pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam :
Wahai Rasulullah, apakah perbuatan yang paling disukai oleh Allah?
Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam menjawab : Shalat pada waktunya.
(Shahih al-Bukhari 1/112 no.527 Bab Keutamaan Shalat pada waktunya)

Berkenaan dengan hal ini, maka Ibnu Jarir rahimahullah mengatakan :

: )


( :

Firman Allah : dan orang-orang yang menjaga shalatnya.
Maka Dia menyebutkan tentang orang2 yang menjaga waktu2 shalatnya, tidak menyia-nyiakannya
dan tidak pula melalaikannya hingga terluput.
(Jamiul-Bayan 11/19)

Al-Hafizh ibnu Rajab rahimahullah mengatakan :


.
9

: ( [

( : :
: ] 34 : ( [

( ] 23
Untuk hal ini, maka Allah telah memuji orang2 yang menjaga shalatnya dan orang2 yang tetap
menekuni shalatnya. Dan ibnu Masud radhiyallaahu anhu dan yang lainnya telah menafsirkan
bahwa maksudnya adalah orang yang menjaga waktu2 shalatnya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Masruq, Ibrahim an-Nakhai dan yang selain beliau berdua.
Dikatakan kepada ibnu Masud radhiyallaahu anhu : Sesungguhnya Allah banyak menyebutkan
tentang shalat di dalam Al-Quran semisal firman-Nya : Orang2 yang tetap menekuni shalatnya (Q.S
Al-Maarij ayat 23) dan : orang2 yang menjaga shalatnya (Q.S Al-Maarij ayat 34).
Maka ibnu Masud radhiyallaahu anhu berkata : Kedua hal tersebut adalah menjaga dan tetap
menekuninya atas waktu2-nya.
(Fathul-Bari 4/194)

Demikianlah salah satu shifat dari seorang mumin yakni bahwa ia bukanlah orang yang suka
melalaikan shalat, akan tetapi ia adalah orang yang senantiasa menjaga shalatnya sebab ia tahu
bahwa dalam menjaga shalat terdapat keberuntungan, sedangkan dalam melalaikan shalat terdapat
kebinasaan.

Al-Hafizh ibnu Rajab rahimahullah mengatakan :

- :
: -

Dan Muhammad bin Nashr al-Maruzi telah meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari ibnu Sirin
bahwa ia berkata : Diberitakan kepadaku bahwa Abu Bakar dan Umar radhiyaahu anhuma,
keduanya pernah mengajari manusia tentang Islam dengan : Sembahlah Allah dan janganlah
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Lalu dirikanlah shalat yang telah Allah wajibkan atas
waktu2nya. Sungguh dalam melalaikan waktu2nya, terdapat kebinasaan.
(Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari 4/197)

Kemudian.
Menjaga waktu2 shalat ini, maka ia termasuk kepada mendirikan shalat, sedangkan untuk
mendirikan shalat inilah maka manusia diperintahkan oleh Allah sebagaimana hal ini banyak sekali
disebutkan di berbagai tempat di dalam kitab-Nya dan bukan hanya untuk sekedar untuk

10

mengerjakannya belaka, semisal firman Allah : Dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk
orang-orang yang menyekutukan Allah. (Q.S Ar-Rum ayat 31)
Dan banyak sekali ayat lainnya.

Tentang hal ini, maka Al-Hafizh ibnu Rajab rahimahullah mengatakan :

:
.
Dan diantara hal2 yang dimaksud dengan perintah mendirikan shalat ini ialah menjaga waktu2nya,
sebab barangsiapa yang shalat pada waktu yang bukan dengan waktu yang diperintahkan oleh Allah,
maka berarti tidaklah disebut mendirikan shalat, bahkan ia telah menyia-nyiakannya dan juga
melalaikannya.
(Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari 4/193)

Beliau rahimahullah lalu mengatakan :

. : :
: :
. (
Qatadah rahimahullah mengatakan : Mendirikan shalat yaitu menjaga waktu2nya, wudhu2nya,
ruku2-nya dan juga sujud2nya.
Dan Muqatil bin Hayyan rahimahullah mengatakan : Mendirikan shalat yaitu menjaga waktu2nya,
menyempurnakan wudhu-nya, menyempurnakan ruku2nya, sujud2nya, tilawah2 Al-Qur-annya,
tasyahud, dan juga shalawat atas Nabi shallallaahu alaihi wa sallam.
Semua ini adalah mendirikan shalat.
(Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari 4/193)

Maka atas hal ini, semoga Allah memasukan kita semua kedalam golongan orang2 yang senantiasa
menjaga shalat. Amin ya Allah.

11

4
Takut dan Yakin Akan Hari Kiamat

Allah berfirman :
Orang-orang yang tidak beriman kepada hari kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan
dan orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa kiamat itu adalah
benar (akan terjadi).
(Q.S Asy-Syura ayat 18)

Di dalam ayat ini, Allah telah menunjukan tentang shifat yang lain dari orang mumin, yakni bahwa
dia merasa takut akan terjadinya hari kiamat dan dia benar2 yakin bahwa hari itu memang benar2
akan terjadi, tanpa sedikitpun dia meragukannya.

Benar, bagaimana seorang mumin tidak merasa takut akan hari kiamat sedangkan Allah dan RasulNya telah menyifati hari itu dengan berbagai peristiwa yang dahsyat, semisal :
Firman Allah :
Apabila bumi digoncangkan sedahsyat-dahsyatnya, dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluhluluhnya, (Q.S Al-Waqiah ayat 4-5)
Firman Allah :
Apabila catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, dan apabila langit dilenyapkan, dan
apabila neraka Jahim dinyalakan, (Q.S At-Takwir ayat 10-12)
Firman Allah :
Pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan mereka
semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. Dan
kamu akan melihat orang-orang yang berdosa pada hari itu diikat bersama-sama dengan belenggu.
Pakaian mereka adalah dari pelangkin (ter) dan muka mereka ditutup oleh api neraka. (Q.S Ibrahim
ayat 48-50)

Sungguh, atas semua ini, maka seorang mumin tidak akan putus-putusnya untuk senantiasa
meminta kepada Allah agar Dia memberikan keselamatan kepadanya pada saat hari itu datang.

12

Maka yang dikehendaki dalam hal ini dalam diri seorang mumin adalah rasa takut dan keyakinan
yang kemudian menjadi pemicu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi hari tersebut, yakni
dengan melakukan berbagai amal shalih, baik yang berkenaan dengan hati ataupun amal anggota
badan dalam rangka untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha untuk meraih cinta,
rahmat dan keridhaan-Nya, yang dengan itu, dia berharap semoga Allah akan menyelamatkannya di
hari kiamat kelak.

Berkenaan dengan hal ini, maka telah datang penjelasan dari Nabi shallallaahu alaihi wa sallam
tentang apa2 yang seharusnya dilakukan oleh seorang mumin yang meyakini akan datangnya hari
kiamat dan merasa takut akan datangnya hari tersebut, diantaranya :

1. Mencintai Allah dan Rasul-Nya


Disebutkan dalam haditsnya Anas bin Malik radhiyallaahu anhu bahwa ada seorang laki2 bertanya
kepada Nabi shallallaahu alaihi wa sallam :













Wahai Rasulullah, kapankah kiamat itu?
Maka Nabi shallallaahu alaihi wa sallam berkata kepadanya : Apa yang engkau persiapkan untuk
hari itu?
Laki-laki itu se-akan tertunduk, kemudian berkata : Wahai Rasulullah, tidaklah aku menyiapkan
untuk hari itu dengan shaum yang banyak, tidakpula shalat dan sedekah yang banyak, akan tetapi
aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.
Nabi shallallaahu lalu berkata : Engkau bersama dengan yang engkau cintai.
(Shahih al-Bukhari 9/64 no.7153)

Al-Hafizh ibnu Katsir rahimahullah mengatakan :


Yang dimaksud dalam hadits ini adalah bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam tidaklah
menjawab pertanyaan tentang waktu kiamat, bahkan beliau memilih untuk memerintahkannya agar
mempersiapkan diri akan datangnya hari tersebut.
(Tafsir ibnu Katsir 7/197)

13

2. Berkata baik atau diam


Abu Hurairah radhiyallaahu anhu bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbicara yang baik atau (jika
tidak) maka hendaknya ia diam.
(Shahih Muslim 1/68 no.47)

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan :



Jika seseorang bermaksud untuk berbicara, maka hendaklah ia berbicara ketika yang akan
dikatakan itu memang adalah satu kebaikan yang berhak mendapatkan pahala atasnya, baik dalam
hal yang wajib ataupun sunnah. Tapi, jika apa yang akan dikatakan itu tidak jelas kebaikannya, tidak
pula akan mendatangkan pahala, maka hendaklah ia diam dari perkataan itu. Sama saja, apakah hal
itu memang jelas baginya merupakan sesuatu yang haram, makruh ataupun mubah.
(Al-Minhaj 2/25)

3. Memuliakan tamu
Ibnu Syuraih al-Khuzai radhiyallaahu anhu bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia memuliakan tamunya.
(Shahih Muslim 1/69 no.48)

Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan :


Memuliakan tamu termasuk adab yang mulia di dalam Islam dan akhlak para Nabi serta orang2
shalih.
(Al-Minhaj 2/24)

4. Berbuat baik kepada tetangga dan tidak menyakitinya


Abu Hurairah radhiyallaahu anhu mengatakan bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia menyakiti tetangganya.
(Shahih Muslim 1/68 no.47)
14

Ibnu Syuraih al-Khuzai radhiyallaahu anhu bahwa Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda :


Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada
tentangganya.
(Shahih Muslim 1/69 no.48)

5. Dan sebagainya

Wallaahu alam.

15

Anda mungkin juga menyukai