Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS

Disusun Oleh:
MARDANI BANAPON

P27820714005

QONITA

P27820714012

ICHTIYAR RIZKI . Z

P27820714019

FITRI ARDIANA

P27820714022

FENIKA NIKMATUL RIZKI

P27820714026

PRODI DIV GAWAT DARURAT KAMPUS SURABAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga kami masih diberikan kesempatan untuk menyusun makalah ini
dengan tidak ada halangan dan tepat pada waktunya . Dalam makalah ini kami membahas
tentang Asuhan Keperawatan Mastoiditis. Makalah ini dibuat melalui bantuan beberapa
pihak untuk menyelesaikan tugas salah satu mata kuliah yaitu, Keperawatan Medikal
Bedah. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih pada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penyusunan makalah ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam penyusunan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan
dalam menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran dari
pihak pembaca dan Ibu/Bapak pengajar yang bersangkutan, agar makalah ini dapat lebih baik
lagi dan bermanfaat bagi seluruh pihak pembaca.
Akhir kata kami sebagai penyusun mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada
semua pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Surabaya, 27 November 2015

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................. i
Daftar Isi............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS
A. Pengkajian...............................................................................................3
B. Diagnosa..................................................................................................4
C. Intervensi.................................................................................................7
D. Implementasi...........................................................................................8
E. Evaluasi ..................................................................................................9
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Tujuan masalah
1.3 Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN MASTOIDITIS


A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien

Meliputi nama, Umur : Rata-rata usia yang terkena penyakit mastoiditis antara
6-13 bulan. Jenis Kelamin : laki-laki dan perempuan sama-sama bisa
terkena penyakit mastoiditis, agama, pendidikan, pekerjaan.
b. Keluhan utama
Klien mengatakan nyeri pada telinga bagian belakang dengan sekala nyeri
6
c. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya diawali adanya otitis media akut setelah 2-3 minggu tanpa
penanganan yang baik nanah dan infeksi menyebar ke sel udara mastoid.
Dapat muncul atau keluar cairan yang berbau dari telinga, timbul nyeri di
telinga dan demam hilang timbul.
d. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya otitis media kronik karena adanya episode berulang.
e. Riwayat penyakit keluarga
Meliputi susunan keluarga dengan penyakit yang sama (mastoiditis), ada/tidak dalam
anggota keluarganya yang menderita penyakit menular, turunan.
f. Pola-pola fungsi kesehatan
-

Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat


Kaji kebiasaan pasien tentang melaksanakan hidup sehat seperti mandi, sikatgigi dan
makan atau periksa kalau sakit.

Pola nutrisi dan metabolisme.


Pada pasien mastoiditis bisa mengalami penurunan nafsu makan karenanyeri
dibelakang telinga

Pola eliminasi.
Kaji kebiasaan BAB atau BAK apakah ada perubahan atau tidak padapasien
pneumothoraks.

Pola tidur dan istirahat.


Pada pasien mastoiditis biasanya mengalami gangguan pola tidur diakibatkan nyeri di
belakang telinga

Pola sensori dan kognitif.


2

Pada pasien mastoiditis biasanya mengalami gangguan pada pendengaran.


-

Pola aktifitas.
Biasanya pada pola aktivitas mengalami gangguan karena nyeri.

Pola reproduksi sexual


Kaji jenis kelamin pasien, mengalami gangguan dalam melaksanakanhubungan
seksual apa tidak kelainan pada alat genitalia.

Pola hubungan peran


Apakah mengalami gangguan dalam menjalankan perannya seshari-hari.-

Pola penanggulangan stress


Kaji kebiasaan pasien dalam menghadapi masalah / stres.

g. Pemeriksaan fisik
1.

Suhu tubuh meningkat, denyut nadi meningkat (takikardi)

2.

Kemerahan pada kompleks mastoid


3. Keluarnya cairan baik bening maupun berupa lendir dari telinga tengah
ke auditory canal

4.

Matinya jaringan keras (tulang, tulang rawan)

5.

Adanya abses (kumpulan jaringan mati dan nanah)

6.

Proses peradangan yang tetap melebar ke bagian dan organ lain

7.

Riwayat infeksi pada telinga tengah sebelumnya

h. Pemeriksaan Penunjang
1.

Laboratorium
Spesimen dari sel mastoid diperoleh selama operasi dan myringotomy
cairan. Specimen tersebut harus dikirim untuk kultur kedua bakteri
aerobik dan anaerobic, Gram staining, dan asam-cepat staining.

2.

CT Scan dan MRI


Untuk mengetahui perubahan pada sel udara mastoid

3. Tympanocentesis dan myringotomy Myringotomy mungkin awalnya


dilakukan, diikuti dengan terapi antibiotik.
4. Culturing cairan telinga tengah sebelum antimicrobial therapy adalah
keharusan.
B. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada mastoiditis antara lain:
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat
infeksi
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
3. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan kerusakan
pendengaran.
4.

Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi


sensori auditoris.
5. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.
6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.
7. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.

C. INTERVENSI
1. Nyeri akut berhubungan dengan peradangan pada tulang mastoid akibat infeksi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam nyeri teratasi
KH :
- Pasien mengatakan nyeri berkurang
- Skala nyeri turun
- Wajah pasien rileks
Intervensi:
1. Kaji ulang skala nyeri, lokasi,intensitas
R/: Mengetahui ketidakefektifan intervensi
2. Berikan posisi yang nyaman
R/: Mengurangi nyeri
3. Ajarkan teknik relaksasi danciptakan lingkungan yang tenang
R/: Mengalihkan perhatian pasien terhadapnyeri dan mengurangi nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgesik,antibiotika, dan anti inflamasisesuai indikasi

R/: Dapat mengurangi nyeri, membunuhkuman dan mengurangi peradangansehingga


mempercepat penyembuhan.
2. Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam suhu
tubuh dapat normal (360-370C)
KH:
-

Suhu tubuh dalam rentang normal (360-370C)

Kulit tidak teraba hangat

Wajah tidak tampak merah

Tidak terjadi dehidrasi

Intervensi :
1. Pantau input dan output
R/: Untuk mengetahui balance cairan pasien

2. Ukur suhu tiap 4-8 jam


R/: Untuk mengetahui perkembangan suhu klien

3. Kolaborasi dengan pemberian antipiretik


R/: Untuk menurunkan panas

4. Ajarkan kompres hangat dan banyak minum


R/: Untuk menurunkan panas tubuh dan mengganti cairan tubuh yang
hilang

3. Perubahan persepsi/ sensori auditoris berhubungan dengan


kerusakan pendengaran.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
mampu mendengar dengan baik
KH :
-

Pasien mengalami potensial pendengaran maksimum

Pasien menggunakan alat bantu dengar dengan tepat

Intervensi :
1. Kaji tentang ketajaman pendengaran
R/: Menentukan seberapa baik tingkat pendengaran klien

2. Diskusikan tipe alat bantu dengar dan perawatannya yang tepat


R/: Untuk menjamin keuntungan maksimal

3. Bantu pasien berfokus pada semua bunyi di lingkungan dan


membicarakannya hal tersebut
R/: Untuk memaksimalkan pendengaran

4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan persepsi


sensori auditoris.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien
dapat berkomunikasi dengan baik
KH:
Pasien terlibat dalam proses komunikasi
Pasien menunjukkan kemampuan untuk membaca gerak bibir
Pasien dapat berkomunikasi dengan orang lain dengan cara yang
diajarkan
Intervensi :
1. Berbicara jelas dan tegas tanpa bergerak
R/: Membantu pasien merangsang komunikasi verbal

2. Kurangi kegaduhan lingkungan


R/: Mempermudah pasien dalam mendengar

3. Ajari keluarga dan orang lain yang terlibat dengan pasien tentang perilaku
yang memudahkan membaca gerak bibir
R/: Untuk merangsang komunikasi verbal

4. Bila menggunakan alat bantu dengar, kenakan pada telinga yang tidak
dioperasi
R/:Mempermudah pasien mendengar sehingga dapat lancar dalam
berkomunikasi

5. Risiko infeksi berhubungan dengan kerusakan jaringan.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam risiko
infeksi dapat hilang atau teratasi
KH : Pasien tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1. Observasi keadaan umum pasien selama 24 jam
R/: Mengetahui keadaan umum pasien

2. Anjurkan pentingnya cuci tangan


R/: Mencegah penularan penyakit

3. Ajarkan prosedur mencuci telinga luar


R/: Mencegah infeksi berlanjut

4. Kolaborasi pemberian antibiotik profilaksi


R/: Agar dapat membunuh kuman, sehingga tidak menularkan penyakit
terus-menerus

6. Ansietas berhubungan dengan menghadapi prosedur bedah.

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam ansietas


berkurang.
KH : Menunjukkan ketrampilan interaksi sosial yang efektif
Intervensi :
1. Informasikan pasien tentang peran advokat perawat intra operasi
R/: Kembangkan rasa percaya/ hubungan, turunkan rasa takut akan
kehilangan kontrol pada lingkungan yang asing

2. Identifikasi tingkat rasa takut yang mengharuskan dilakukan penundaan


prosedur pembedahan
R/: Rasa takut yang berlebihan/ terus-menerus akan mengakibatkan reaksi
stress yang berlebihan, risiko potensial dari pembalikan reaksi terhadap
prosedur/ zat-zat anestesi

3. Cegah pemajan tubuh yang tidak diperlukan selama pemindahan ataupun


pada tulang operasi
R/: Pasien akan memperhatikan masalah kehilangan harga diri dan
ketidakmampuan untuk melatih kontrol

4. Berikan petunjuk/ penjelasan yang sederhana pada pasien yang tenang


R/: Ketidakseimbangan dari proses pemikiran akan membuat pasien
menemui kesulitan untuk memahami petunjuk-petunjuk yang panjang dan
berbelit-belit

5. Kontrol stimulasi eksternal


R/: Suara gaduh dan keributan akan meningkatkan ansietas

6. Berikan obat sesuai petunjuk, misal; zat-zat sedatif, hipnotis


R/: Untuk meningkatkan tidur malam hari sebelum pembedahan;
meningkatkan kemampuan koping

7. Risiko cidera berhubungan dengan penurunan kesadaran.


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam tidak
terjadi cidera
K H : Tidak mengalami cidera fisik
Intervensi :
1. Cegah infeksi telinga tengah
R/: Agar kerusakan pendengaran tidak meluas

2. Meminimalkan tingkat kebisingan di unit perawatan intensif


R/: berhubungan dengan kehilangan pendengaran

3. Lakukan upaya keamanan seperti ambulasi terbimbing


R/: Untuk mencegah pasien jatuh akibat vertigo/ gangguan keseimbangan
10

4. Kolaborasi dengan pemberian obat antiemetika dan outivertigo sesuai


indikasi, misalnya antihistamin
R/: Mengurangi nyeri kepala sehingga terhindar dari jatuh

D. IMPLEMENTASI
Adalah mengelolah dan mewujudkan dari rencana perawatan meliputi
tindakan yang telah direncanakan oleh perawat, melaksanakan anjuran dokter
dengan ketentuan rumah sakit.
E. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses perawatan dan merupakan
perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan
tujuan yang telah dilakukan dengan cara melibatkan klien dan sesama tenaga
kesehatan (Nasrul F, 1995)

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

11

3.2 Saran

12

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2001.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC. Jakarta.
Suddarth, Bruner. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 volume 3. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

13

Anda mungkin juga menyukai