Anda di halaman 1dari 11

Kerusuhan Baltimore dan Masalah Rasial di Amerika

Para pelayat meletakkan bunga di atas peti mati Freddie Gray dalam acara
pemakaman di Woodlawn, Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, Senin (27/4) waktu
setempat. Freddie Gray tewas hari Minggu (19/4) beberapa saat setelah ditangkap
kepolisian Baltimore. Setelah acara pemakaman, kerusuhan merebak di
Baltimore.REUTERS/SHANNON STAPLETON

Kerusuhan melanda kota Baltimore di Negara Bagian Maryland, Amerika Serikat. Ratusan orang
menjarah toko-toko, membakar gedung dan kendaraan bermotor, hari Senin (27/4) waktu
setempat, menyebabkan sedikitnya 15 anggota kepolisian setempat terluka.
Kerusuhan menyebar dalam waktu singkat ke bagian lain kota berpenduduk 662.104 jiwa yang
berjarak 64 kilometer dari ibu kota Amerika Serikat, Washington DC. Kerusuhan itu memaksa
aktivitas semua sekolah, stasiun kereta, dan perdagangan di Baltimore barat terhenti, juga
membatalkan pertandingan bisbol Orioles yang seharusnya berlangsung hari Senin.
Kerusuhan pecah sekitar pukul 16.30 ET (waktu zona timur Amerika) beberapa saat setelah acara
pemakaman Freddie Gray (25), seorang pemuda berkulit hitam yang meninggal dunia hari
Minggu, 19 April, di tahanan polisi dengan luka pada tulang belakang. Pemakaman Gray dihadiri
ribuan orang, termasuk di antaranya pejabat Gedung Putih. Presiden AS Barck Obama, seperti
dilaporkan Baltimore Sun, mengirim tiga utusannya untuk menghadiri pemakaman Gray. Gray
ditangkap pada 12 April pagi ketika sedang berjalan di Presbury Street di wilayah Sandtown di
Baltimore.

Setelah kematian Gray, massa melakukan aksi protes damai. Massa meminta polisi melakukan
investigasi dan menjelaskan hasilnya secara transparan kepada publik.
Komisioner kepolisian Baltimore, Anthony Batts, Jumat (24/4) pekan lalu, menjelaskan, Gray
seharusnya menerima perawatan medis sebelum ditangkap polisi. Batts menegaskan, tak satu
anggotanya pun melakukan kekerasan terhadap Gray. Enam polisi sudah diperiksa dalam kasus
ini.
Kematian Gray memang menyisakan misteri. Tak jelas mengapa polisi menangkap Gray.
Menurut otoritas kota, seorang polisi melakukan kontak mata dengan Gray dan saat itu Gray
berusaha lari. Polisi menangkap Gray dan menemukan sebilah pisau Namun, Kita tahu bahwa
memiliki pisau bukanlah sebuah kejahatan serius, kata Wali Kota Baltimore Stephanie
Rawlings-Blake, seperti dikutip The Atlantic, The Mysterious Death of Freddie Gray (22/4).
Stephanie Rawlings-Blake dan Dewan Kota mengecam aksi perusuh dan penjarah yang
mengaitkan peristiwa itu dengan aksi protes damai mendukung Gray sebelumnya. Kerusuhan ini,
kata Rawlings-Blake, tidak diinginkan keluarga Gray.
Saya lahir di Baltimore, kata Rawlings-Blake dalam jumpa pers hari Selasa. Sudah banyak
yang dihabiskan warga dari setiap generasi untuk membangun kota ini, lalu dihancurkan begitu
saja oleh preman-preman dengan cara yang tidak masuk akal, ujarnya. Sungguh bodoh apabila
ada yang beranggapan bahwa dengan menghancurkan kota Anda sendiri, kalian akan membuat
hidup siapa pun menjadi lebih baik, ujar Rawlings-Blake, wali kota perempuan berkulit hitam.
Wali Kota Baltimore itu mengumumkan jam malam sejak Selasa (28/4) selama sepekan ke
depan, dari pukul 22.00 hingga pukul 05.00. Yang mendapat pengecualian hanyalah petugas
medis dan orang-orang yang bekerja.
Gubernur Negara Bagian Maryland Larry Hogan mengumumkan bahwa wilayah itu dalam
keadaan darurat dan mengaktifkan Garda Nasional (National Guard) untuk memadamkan api
serta menghadapi para perusuh dan penjarah. Beberapa perusuh dengan menggunakan tongkat
bisbol menghancurkan jendela mobil-mobil yang diparkir di sejumlah hotel di kota itu.
Topik tren dunia

REUTERS/JIM BOURGPolisi Baltimore menangkap penjarah yang beraksi di sebuah


toko di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat, Senin (27/4). Kerusuhan merebak
setelah acara pemakaman Freddie Gray, pemuda berkulit hitam yang tewas dalam
tahanan polisi, 19 April lalu. Dalam kerusuhan itu, sedikitnya 15 polisi terluka serta
sejumlah bangunan dan mobil hangus terbakar.

Kerusuhan Baltimore mendapat perhatian dari pengguna jejaring sosial, Twitter. Tagar
#BaltimoreRiots berada di puncak topik tren sejak Selasa pagi WIB. Sampai siang ini, tercatat
708.172 cuitan di Twitter yang memasang tagar #BaltimoreRiots.
Sebagian besar pengguna Twitter mengecam aksi kerusuhan dan penjarahan di kota tersebut.
Chris Rock, misalnya, memasang foto hitam putih ketika tokoh anti diskriminasi Martin Luther
King berjalan kaki melakukan aksi protes damai.
Kepolisian Baltimore meminta bantuan media untuk mengingatkan para orangtua agar membawa
kembali anak-anak mereka ke rumah. Sebagian besar pelaku berusia remaja. Kami tidak ingin
ada yang menjadi korban, demikian cuitan Twitter kepolisian Baltimore @BaltimorePolice.
Konflik antara polisi dan warga berkulit hitam sering menjadi topik bahasan di AS. Hubungan
bermasalah yang sering terjadi antara masyarakat Baltimore berkulit hitam dan kepolisian
setempatmeskipun wali kota dan komisioner polisi adalah keturunan Amerika-Afrika
menunjukkan betapa rasisme merupakan problem sistemik. Yang menjadi persoalan adalah
bagaimana sistem peradilan di AS secara keseluruhan memperlakukan orang berkulit hitam.
Sering kali polisi mencari setiap orang berkulit hitam dengan celana menggantung dan
menganggap mereka tersangka. Polisi menghentikan mereka tanpa alasan.

Angka yang dirilis Bureau of Justice Statistics, sedikitnya 400 orang tewas setiap tahun ketika
ditangkap polisi dan 6 dari 10 kematian itu karena pembunuhan. Tidak sedikit kasus yang
menyisakan pertanyaan. Pada 2013, misalnya, seorang remaja asal Durham, North Carolina, AS,
bernama Jesus Huerta meninggal dunia akibat luka tembak di kepala saat sedang diborgol di
belakang mobil polisi.
Pada 9 Agustus 2014, polisi menembak mati remaja berkulit hitam, Michael Brown (18), di kota
Ferguson berpenduduk 21.000 jiwa di Negara Bagian Missouri. Brown disebutkan ditembak
beberapa kali setelah berkelahi di sebuah mobil polisi. Namun, seorang saksi mengatakan,
Brown ditembak dalam keadaan mengangkat kedua tangannya, tanda menyerah. Penembakan itu
memicu aksi kekerasan dan kerusuhan. Setelah polisi penembak dinyatakan tidak akan didakwa,
kerusuhan di Ferguson pecah lagi.
Kasus-kasus rasial antara warga berkulit putih dan berkulit hitam masih terus terjadi di AS
meskipun negara demokrasi ini dipimpin seorang presiden berkulit hitam. Kondisi ini
menunjukkan bahwa perilaku diskriminasi masih belum dapat dihapuskan dari negeri ini.
This is a peaceful protest done by educated citizens wanting change. #BaltimoreRiots
pic.twitter.com/IXQCRNNxEV
Chris Rock (@ozchrisrock) April 28, 2015

Namun, seperti kata pejuang hak asasi manusia Martin Luther King, kekerasan bukanlah jalan
untuk mencapai keadilan rasial karena kekerasan merupakan perbuatan tak bermoral dan tak
berguna, yang pada akhirnya merusak semuanya. Hukum lama yang menyebutkan mata diganti
dengan mata menyebabkan banyak orang menjadi buta. Itu hanya mempermalukan lawan
daripada memahami lawan. Kekerasan merupakan perbuatan tak bermoral karena hanya menebar
kebencian dan menghancurkan masyarakat.
Kekerasan di Baltimore, Ferguson, dan di mana pun tidak akan menyelesaikan masalah apa pun,
selain hanya menyisakan kehancuran dan kebencian.
robert.adhiksp@kompas.com

Konflik yang Dipicu Keberagaman Budaya


Indonesia

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama meletakan batu pertama Prasasti Jarum
Mei 1998 ini untuk mengenang tragedi Mei 98 di TPU Pondok Rangon, Jakarta (17/05). Prasasti
ini sebagai tanda memorialisasi TPU Pondok Rangon sebagai salah satu situs sejarah terkait
tragedi Mei 1998. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO , Jakarta:Badan Pusat Statistik merilis data pada 2010 yang menyebut ada 1.128
suku di Indonesia yang tersebar di lebih dari 17 ribu pulau. Keberagaman ini menjadikan
Indonesia salah satu negara dengan budaya paling kaya. Di sisi lain, keberagaman juga dapat
memicu konflik bila tak dijembatani dengan baik.
Tempo mencatat beberapa tragedi di Indonesia yang bersumber karena perbedaan budaya.
Konflik itu tak hanya menelan korban materi namun juga menghilangkan nyawa ratusan orang.
1. Tragedi Sampit
Tragedi ini bermula dari konflik antara kelompok etnis Dayak dan Madura yang terjadi di
Sampit, Kalimantan Tengah. Tempo mencatat konflik bermula pada 18 Februari 2001 saat empat

anggota keluarga Madura, Matayo, Haris, Kama dan istrinya, tewas dibunuh. Warga Madura
lantas mendatangi rumah milik suku Dayak bernama Timil yang dianggap telah
menyembunyikan si pembunuh. Massa meminta agar Timil menyerahkan pelaku pembunuhan
itu. Karena permintaan mereka tidak dituruti, massa marah dan membakar rumah. Insiden malam
itu dapat dihentikan polisi. Sayang, pembakaran terus meluas ke rumah-rumah lainnya.
Warga Dayak pinggiran Sampit pun mulai berdatangan, baik melalui darat maupun sungai. Etnis
Madura dikejar dan dibunuh. Penduduk asli sepertinya tahu di mana kantong-kantong warga
Madura berada. Tua-muda pria-wanita menjadi sasaran pembunuhan. Di beberapa ruas jalan,
tampak bergelimangan tubuh korban tanpa kepala.
Sebagian besar warga dari etnis Madura harus diungsikan ke Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Korban bertambah dan sudah tidak bisa dihitung berapa rumah dan fasilitas umum yang terbakar.
Diperkirakan korban jiwa mencapai angka 469 orang dalam konflik yang berlangsung selama 10
hari ini.
2. Konflik Maluku
Konflik ini adalah konflik kekerasan dengan latar belakang perbedaan agama yakni antara
kelompok Islam dan Kristen. Konflik Maluku disebut menelan korban terbanyak yakni sekitar 89 ribu orang tewas. Selain itu, lebih dari 29 ribu rumah terbakar, serta 45 masjid, 47 gereja, 719
toko, 38 gedung pemerintahan, dan 4 bank hancur. Rentang konflik yang terjadi juga yang paling
lama, yakni sampai 4 tahun.
3. Konflik 1998
Krisis ekonomi berujung menjadi konflik sosial pada penghujung Orde Baru. Jatuhnya Soeharto
ditandai dengan merebaknya kerusuhan di berbagai wilayah di Indonesia. Pada kerusuhan
tersebut, banyak toko dan perusahaan dihancurkan massa yang mengamuk. Sasaran utama adalah
properti milik warga etnis Tionghoa.
Perempuan keturunan Tionghoa bahkan menjadi korban pelecahan dan pemerkosaan dalam
kerusuhan itu. Banyak yang diperkosa beramai-ramai, dianiaya, lalu dibunuh. Di antara etnis
Tionghoa, banyak yang meninggalkan Indonesia untuk mencari keselamatan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa menetapkan 21 Mei sebagai Hari Dialog dan Keberagaman sejak
2002. Peringatan hari ini berawal saat UNESCO mengeluarkan Deklarasi Universal tentang
Keberagaman Budaya. Melalui Resolusi Nomor 57/249, ditetapkanlah 21 Mei sebagai hari
merayakan keberagaman di seluruh dunia.
PBB mencatat sebanyak 75 persen dari konflik besar yang terjadi di dunia saat ini berakar pada
dimensi kultural. PBB pun mencanangkan dialog untuk menjembatani budaya demi menciptakan
perdamaian. Tindakan sederhana yang disarankan PBB untuk merayakan keberagaman budaya
antara lain mengunjungi pameran kebudayaan, mendengarkan musik dari kebudayaan berbeda,

mengundang tetangga beda agama atau suku untuk makan bersama, atau menonton film yang
berkisah seputar budaya berbeda.

Konflik agama di Afrika Tengah 'tewaskan 75'


Sebanyak 1.600 anggota militer Prancis bekerja sama dengan 4.000 tentara
gabungan Afrika

Bentrokan sektarian di kota Boda, Republik Afrika Tengah, sejak Selasa telah menewaskan 75
orang, kata seorang Imam Katolik setempat.
Paderi Cassien Kamatari mengatakan bantuan diperlukan untuk menghentikan kekerasan antara
Muslim dan Kristen.
Mayoritas korban tewas adalah umat Nasrani, kata Paderi Kamatari. Ia tidak mengetahui berapa
banyak korban tewas yang beragama Islam karena mereka langsung dimakamkan.
Ada laporan mengenai serangan balasan sejak banyak pejuang Muslim mundur dari ibukota
Bangui bulan lalu.
Mereka melakukan hal itu menyusul pengunduran diri Presiden Interim Michel Djotodia.
Koresponden mengatakan meski situasi keamanan di Bangui meningkat sejak kedatangan
pasukan penjaga perdamaian, kekerasan di utara dan barat negara itu terus terjadi.
Image caption Militer Prancis mengaku kesulitan meredakan kekerasan

'Mengerikan'

"Daripada hanya memikirkan Bangui saja, orang harus memikirkan apa yang terjadi di pedesaan
karena apa yang kami alami di sini mengerikan," kata Paderi Kamatari.
Ia mengatakan kekerasan dimulai ketika Muslim bersenjata membangun barikade di jalan masuk
dan keluar kota, sekitar 100 km di barat Bangui dan mulai menyerang pemeluk agama Kristen.
"Sedikitnya 60 orang tewas dan banyak orang lainnya terluka, 15 orang lainnya meninggal
karena luka-luka yang mereka alami," kata dia.
Paderi Kamatari mengatakan ia meminta bantuan pasukan Prancis dan Uni Afrika, tapi tidak
mendapat respon.
Parokinya kini menampung 1.500 orang yang berusaha menyelamatkan diri dari kekerasan.
Prancis yang dulu menjajah negara itu, mengirim 1.600 tentara dan bekerja sama dengan 4.000
orang tentara dari negara-negara Afrika.
Namun PBB bulan lalu mengatakan perlu sedikitnya 10.000 orang tentara untuk mengakhiri
kekerasan tersebut.

Tjahjo: Konflik Antarkelompok di Solo


Bersifat Laten

Bentriok antarkelompok di Solo


REPUBLIKA.CO.ID, Anggota DPR dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah, Tjahjo Kumolo,
mengatakan, konflik antarkelompok massa di Kota Surakarta alias Solo bersifat laten yang selalu
terjadi kapan pun.
"Konflik di Kota Solo antara kelompok masyarakat merupakan peristiwa laten bersumbu pendek
sejak zaman orde baru," katanya, melalui perangkat komunikasi, di Semarang, Sabtu.
Pernyataan politikus kelahiran Solo itu terkait dengan bentrokan dua kelompok massa yang
kembali terjadi di Jalan RE Martadinata Gandekan, Kecamatan Jebres, Kota Solo, Jawa
Tengah,sekitar pukul 14.30 WIB Jumat (4/5).
"Masalah itu akan makin sulit diselesaikan karena sudah dibumbui nuansa politik di Solo, " kata
anggota Komisi I DPR itu.
Bersamaan dengan peristiwa itu, katanya, muncul selebaran di Jakarta yang mendiskreditkan
Wali Kota Surakarta Joko Widodo. Selebaran itu mengkaitkan konflik di Solo dengan
keikutsertaan Jokowi dalam pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah DKI Jakarta.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, dirinya tidak ingin berprasangka buruk terkait dengan
peristiwa bentrok antara dua kelompok warga di Kota Solo.

"Kami tidak mau mengait-ngaitkan peristiwa bentrokan yang terjadi di Gandekan, Kecamatan
Jebres, Solo, kemungkinan ada hubungannya untuk menjatuhkan citra saya," kata Jokowi di
Solo, Jumat (4/5).

TUGAS MATA PELAJARAN


ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

KLIPING KONFLIK SOSIAL

RAYMUNDUS P. GHERU
KELAS XI TKR II

Anda mungkin juga menyukai