Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU HIJAUAN MAKANAN TERNAK


PERTUMBUHAN TANAMAN

Adam Gemilang
Istin Mawarni
Wildan Nurfadila
Risyda Lutfiana
Alexander Kevin S
Fajar Buhiati

PT/06219
PT/06401
PT/06437
PT/06475
PT/06557
PT/06575

Disusun oleh:
Kelompok IX

Asisten Pendamping: Novi Akhirini

LABORATORIUM HIJAUAN MAKANAN TERNAK


DAN PASTURA BAGIAN NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

BAB V
PERTUMBUHAN TANAMAN
Tinjauan Pustaka
Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman adalah proses pertambahan volume yang
irreversible (tidak dapat kembali) karena adanya pembelahan mitosis atau
pembesaran sel, dapat juga disebabkan oleh keduanya. Pertumbuhan
dapat diukur dan dinyatakan secara kuantitatif. (Mangoendidjojo, 2003).
Siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen
selalu beradaptasi terhadap lingkungan. Besarnya proses adaptasi
pertumbuhan tanaman selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini
berhubungan

langsung

dengan

proses

fisiologis,

morfologis

dan

kombinasi kedua faktor diatas dengan faktor-faktor lingkungan. Tanaman


melakukan adaptasi terhadap faktor-faktor lingkungan seperti foto periode,
suhu, kadar air, salinitas, kasaman, dan ketergenangan. Internodus
kulmus juga mulai memanjang. Fase reproduktif (pembuangan) dimulai
dengan perubahan ujung batang dari kondisi vegetatif ke tunas bunga
(Soetrisno et al., 2008).
Tanaman legum tumbuh dengan cara tipe semak, tipe berkas,
batang bersifat tegak atau decumbent, serambling, dan roset. Tipe semak
yaitu sebuah tangkai sentral dengan cabang-cabang sampling muncul
sepanjang batang utama dengan cabang aksiler. Tipe berkas yaitu sebuah
tangkai yang darinya muncul beberapa batang dan tunas baru sehingga
sulit

mengidentifikasi

decumben.

Merambat

batang
yaitu

utama.
batang

Batang

bersifat

berkembang

tegak

menjalar

atau
diatas

permukaan tanah. Serambling adalah banyak tanaman yang merambat


tumbuh memanjat dan melingkari obyek yang tinggi. Roset adalah bentuk
vegetatif beberapa tanaman perennial berkembang setelah berbun
(Soetrisno et al., 2008).
Kedelai

merupakan

tanaman

asli

daratan

Cina

dan

telah

dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Sejalan dengan makin


berkembangnya perdagangan antarnegara yang terjadi pada awal abad

ke-19, menyebabkan tanaman kedalai juga ikut tersebar ke berbagai


negara tujuan perdagangan tersebut, yaitu Jepang, Korea, Indonesia,
India, Australia, dan Amerika. Kedelai mulai dikenal di Indonesia sejak
abad ke-16. Awal mula penyebaran dan pembudidayaan kedelai yaitu di
Pulau Jawa, kemudian berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulaupulau lainnya. Pada awalnya, kedelai dikenal dengan beberapa nama
botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun pada tahun 1948 telah
disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah ilmiah,
yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio

: Spermatophyta

Classis

: Dicotyledoneae

Ordo

: Rosales

Familia

: Papilionaceae

Genus

: Glycine

Species
: Glycine max (L.) Merill.
(Adisarwanto, 2005)
Siklus hidup tanaman kedelai mulai Biji kedelai berkeping dua,
terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endosperma. Embrio
terletak di antara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat.
Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah.
Bentuk biji kedelai umumnya bulat lonjong tetapi ada pula yang bundar
atau bulat agak pipih. Kecambah biji kedelai yang kering akan
berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai
tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil,
yaitu bagian batang kecambah di bawah daun kecambah (kotiledon), ungu
atau hijau yang terpaut dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil
ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih.
Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran ( tauge). Perakaran
tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar
cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan
tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke

dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping
dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain
berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air
maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat
terbentuknya bintil- bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari
bakteri pengikat nitrogen. Brady rhizobium japonicum yang bersimbiosis
secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung
bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 sampai 20 hari setelah
tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara
dalam bentuk gas N2 (nitrogen) yang kemudian dapat digunakan oleh
kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3+). Batang Kedelai
berbatang memiliki tinggi 30 sampai 100 cm. Batang dapat membentuk 3
sampai 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi
berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang
dapat

dibedakan

menjadi

terbatas

(determinate),

tidak

terbatas

(indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas


memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan
meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama
besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan
daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara
bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman
berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian
tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe
lainnya. Bunga Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap
bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada
saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang
alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu
atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah
terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum
membentuk polong. Buah Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman
mampu menghasilkan 100 sampai 250 polong. Polong kedelai berbulu

dan

berwarna

kuning

kecoklatan

atau

abu-abu.

Selama

proses

pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah


menjadi kehitaman. Daun Pada buku (nodus) pertama tanaman yang
tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada
semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai.
Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai
tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan
berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua
sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk.
Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel
di bagian bawah batang (Irawan, 2006).
Bakteri Rhizobium merupakan salah satu jenis bakteri penambat
nitrogen yang mampu bersimbiosis dengan tanaman, terutama pada
tanaman leguminosae. Untuk memanfaatkan simbiosis bakteri rhizobium
dengan

tanaman

leguminosae

dalam

konsep

pertanian

organik

berkelanjutan, dibutuhkan pemahaman mengenai proses asosiasi antara


rhizobium dengan tanaman inang. Kebanyakan bakteri rhizobium hidup
dalam akar tanaman, terutama tanaman leguminosae yang menjadikan
hubungan ini sebagai bentuk simbiosis mutualisme. Bakteri melakukan
penetrasi ke dalam akar tanaman melalui akar serabut dan kulit akar- akar
halus, kemudian melakukan fiksasi atau penambatan terhadap nitrogen
bebas di udara dan membentuk bintil akar. Karena itulah, bakteri ini dalam
dunia pertanian disebut juga sebagai bakteri bintil akar. Nitrogen bebas di
udara yang telah diikat oleh bakteri tersebut kemudian dilepas menjadi
bentuk tersedia di dalam tanah. Tanaman inang akan mendapatkan
tambahan nitrogen yang dihasilkan dari proses fiksasi tersebut sehingga
dapat dimanfaatkan untuk menopang pertumbuhannya. Pada saat yang
sama, tanaman inang juga akan memberikan karbohidrat yang merupakan
sumber energi utama bagi bakteri rhizobium. Secara umum, dalam kondisi
yang optimal, potensi penambatan nitrogen oleh rhizobium berkisar antara
90 sampai 100 kg per hektar. Namun, dalam beberapa penelitian, potensi

penambatan nitrogen dapat mencapai 160 kg per hektar. Angka ini


tergolong sangat tinggi, mengingat pemupukan nitrogen yang dibutuhkan
oleh tanaman secara umum berkisar antara 120 sampai 180 kg nitrogen
perhektar. Dengan potensi tersebut, penggunaan bakteri rhizobium dalam
konsep pertanian organic mampu mencukupi kebutuhan nitrogen setara
dengan 217 kg pupuk urea. Efektifitas penambatan nitrogen oleh
rhizobium dalam pertanian organik dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah strain bakteri, jumlah tanaman kalsium aktif, kondisi
tanaman inang, kelembaban, suhu, dan kondisi lingkungan lain. Bakteri
rhizobium dapat dikenali secara visual dengan adanya bintil akar pada
tanaman kacang- kacangan. Jika bintil akar tersebut dibelah, terdapat
warna kemerahan, dan jika dijepit atau ditekan, akan keluar cairan
berwarna kemerahan. Fiksasi nitrogen terbesar oleh bakteri yang
bersimbiosis dengan tanaman leguminosae terjadi pada fase generatif,
yaitu sekitar 88%, sedangkan sisanya terjadi pada vase vegetatif. Bakteri
ini juga akan melakukan penambatan nitrogen secara optimal jika kondisi
tanah di areal pertanaman miskin kandungan nitrogen. Sehingga
pemupukan nitrogen justru akan mengurangi efektifitas serapan nitrogen
oleh bakteri rhizobium. Bakteri dapat bertahan di dalam tanah selama
beberapa tahun, sehingga pola penanaman berseling dengan tanaman
kacang-kacangan dapat meningkatkan penambatan nitrogen dari waktu
ke waktu. Aplikasi rhizobium untuk menunjang program pertanian organik
perkelanjutan dapat dilakukan dengan menggunakan produk-produk
inokulasi bakteri rhizobium yang sudah banyak beredar di pasaran. Untuk
meningkatkan peran bakteri, maka bibit kacang-kacangan yang akan
ditanam terlebih dahulu dicampur dengan inokulasi rhizobium. Agar lebih
efektif, pencampuran dapat dilakukan dengan merendam bibit kacangkacangan, ke dalam air bersih (bukan air PDAM), kemudian ditiriskan
beberapa saat. Setelah tuntas, bibit kacang-kacangan tersebut bisa
dicampur dengan tepung inokulasi rhizobium. Bibit yang telah dicampur
dengan inokulasi rhizobium sebaiknya segera ditanam di lahan. Kendala

yang sering dialami dalam pemanfaatan rhizobium melakukan fiksasi


nitrogen adalah kondisi pH tanah yang terlalu rendah. pH tanah yang
rendah, atau asam, tidak cocok sebagai lingkungan hidup bakteri. Untuk
mengatasi kendala tersebut, harus dilakukan pengapuran pada lahan
pertanian yang akan ditanami kacang-kacangan (Sutanto, 2002).
Penambahan inokulum rhizobium berfungsi untuk merangsang
terbentuknya nodul pada akar, rhizobia adalah kelompok mikrobia yang
mampu menambat N2 dari udara dan mngubahnya menjadi bentuk yang
tersedia bagi tanaman ketika bersimbiosis dengan tanaman legum
(Widyati, 2007). Menurut Mulyadi (2012), selama proses pertumbuhannya
tanaman kedelai sangat memerlukan nitrogen dalam jumlah yang cukup.
Nitrogen ini dapat diperoleh melalui tanah dan melalui udara dengan
bantuan bintil-bintil akar (nodul) yang mengandung bakteri Rhizobium.
Oleh sebab itu diperlukan adanya inokulasi apabila tidak adanya spesies
Rhizobium, atau kalau ada sedikit jumlahya sehingga tidak efektif. Situasi
semacam itu, inokulasi dapat membentuk populasi galur yang efektif yang
menghasilkan tanaman legum yang baik nodulnya. Tanaman ini
mempunyai kemampuan untuk mersimbiosis dengan Rhizobium dalam
menambat N dari udara bebas.

Materi dan Metode


Materi
Alat. Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum pertumbuhan
tanaman antara lain cengkul, sendok makan, polybag, penggaris, dan alat
utuk menyiram tanaman.
Bahan. Bahan-bahan yang digunakan dalam acara pertumbuhan
tanaman antara lain biji kacang kedelai (Glycine max), gula, air, tanah,
sekam.
Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum pertumbuhan adalah
tanah yang akan dibuat sebagai medium

tanam dilakukan perlakuan

penyiangan, pendangiran, dan penyulaman terlebih dahulu. Polybag diisi


dengan tanah dan seddikt sekam. Air sebanyak 250 ml ditambah 1 sendok
makan gula dan diaduk hingga larut. Beberapa biji kedelai dimasukan ke
dalam air gula, diaduk dan ditambahkan legin sedikit, diaduk kembali.
Tanah dalam polybag diberi lubang sebanyak 3 lubang. Biji kedali
dimasukan ke dalam lubang yang ada di tanah, amsing-masing lubang
berisi 2 buan biji kedelai. Libang ditutup dan disiram. Tanaman disiram
sebanyak 2 kali sehari setiap pagi dan sore hari. Tinggi tanaman diukur,
jumlah daun yang tumbuh dihitung setiap hari, dan terakhir setelah
tanaman berumur 30 hari diamati jumlah nodul yang terbentuk.

Hasil dan Pembahasan


Berdasarkan hasil praktikum maka diperoleh data-data sebagai
berikut
Tabel 1. Data Tinggi tanaman dan jumlah daun
No

Tanggal

Tinggi tanaman

Jumlah daun

20 Maret
2015
21 Maret
2015
22 Maret
2015
23 Maret
2015
24 Maret
2015
25 Maret
2015
26 Maret
2015
27 Maret
2015
28 Maret
2015
29 Maret
2015
30 Maret
2015
31 Maret
2015
1 April 2015
2 April 2015
3 April 2015
4 April 2015
5 April 2015
6 April 2015
7 April 2015
8 April 2015
9 April 2015
10 April 2015
11 April 2015
12 April 2015
13 April 2015
14 April 2015
15 April 2015

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27

28
29

16 April 2015
17 April 2015

Berdasarkan hasil praktikum data yang didapat adalah tingginya 0


cm dan jumlah daun yang ada 0 dikarena tidak tumbuh. Hal tersebut
terjadi karena adanya perlakuan pemberian air dan jenis tanah
menunjukan adanya integrasi parameter jumlah daun dan tinggi tanaman.
Daun sebagai salah satu organ tanaman berfungsi sebagai tempat
fotosintesis. Hara di dalam tanah juga berpengaruh terhadap jumlah daun.
Hal tersebut faktor yang dapat mempengaruhi kondisi pertumbuhan dan
perkembangan adalah faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor
tersebut meliputi zat dan hormon tumbuh yang berperan penting dalam
proses pertumbuhan. Hormon adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh
salah satu bagian tubuh dan kemudian diangkut ke bagian tubuh yang
lain, dimana hormon tersebut memicu respon-respon didalam sel dan
jaringan sasaran. Hormon berpengaruh dalam proses pembelahan sel dan
pemanjangan sel untuk proses pertumbuhan. Secara umum hormon
mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuh dengan cara
mempengaruhi pembelahan, pemanjangan, dan dideferensiasi sel.
Hormon tumbuhan meliputi auksin, sitokinin, giberelin, asam absisat dan
etilen (Champbell, 2002).
Faktor

eksternal

yang

mempengaruhi

pertumbuhan

dan

perkembangan yaitu intensitas cahaya, air, nutrisi, suhu atau kelembapan,


dan oksigen. Peran nutrisi adalah sebagai penunjang pertumbuhan dan
perkembangan. Cahaya sangat berpengaruh karena dengan adanya
cahaya dapat melakukan fotosintesis. Perkembangan sangat dipenagruhi
oleh

lingkungan

yaitu

cahaya.

Oksigen

pada

pertumbuhan

dan

perkembangan merupakan bahan utama untuk respirasi. Air berfungsi


untuk perkecambahan biji dan menjaga kelembaban media (Salisbury dan
Cleon, 2002).
Tabel 2. Data pengamatan jumlah nodul
No

Tanggal

Nodul

Keterangan

18 april 2015

Tidak tumbuh

Berdasarkan hasil praktikum jumlah nodul tidak tumbuh. Ada


tidaknya nodul pada tanaman kedelai merupakan suatu daya saing untuk
membentuk bintil dari rhizobium yang merupakan salah satusifat penting,
strain rhizobium harus berkompetisi dengan strain lain dilingkungan
rhizofir dipengaruhi oleh interaksi antara faktor tanah, sifat genetik
tanaman inang dan rhizobium, sedangkan curah hujannya tinggi dengan
vegetasi banyak dan kacang-kacangan mengandung rhizobium tinggi
(Suryatini, 2012).
Banyak sedikit bintil akar dibentuk oleh rhizobium pada saat
tanaman kedelai masih muda yaitu setelah terbentuk rambut akar pada
akar utama atau cabang. Bintil akar terbentuk akibat rangsang dari
permukaan akar yang menyebabkan bakteri dapat masuk ke dalam akar
dan berkembang dengan pesat didalamnya. Bintil akar berfungsi
meningkatkan pertumbuhan dan kesuburan tanaman kedelai, selain itu
juga dapat menyuburkan tanah karena dapat menghemat penggunaan
NH3 yang tersedia ditanah dan penyediaan unsur nitrogen ke tanah.
Pembentukan

bintil

akar

dipengaruhi

oleh

ketersediaan

nitrogen,

kelembapan, salinitas, pH, dan adanya rhizobium .


Pembentukan bintil memiliki hubungan langsung dengan jumlah
nitrogen yang di fiksasi oleh bintil akar. Laemoglobin mangatur
pemasokan oksigen ke bakteroid. Nitrat yang ada didalam tanah bila
doabsorsi kedalam bintil akar maka akan direduksi menjadi nitrit yang
selanjutnya membentuk senyawa NO didalam laegmoglobin dengan
oksigen dan menghambat proses penambatan N 2 yang menurunkan
persentasi bintil akar efektif. Persentasi bintil akar yang

afektif

berhubungan dengan aktivitas penambatan N pada tanaman kedelai dan


hal ini ada kaitannya dengan kandungan laegmoglpbin yang ditunjukan
dengan warna kemerah-merahan pada bintil akar yang afektif (Garder et
al, 1991) dalam (Kumalasari et al, 2013).

Nodul akar melakukan suatu aktivitas yaitu nitrifikasi. NH 4 yang


dibebaskan oleh jasad renik atau pupuk secara mikrobiologis diubah
menjadi nitrat. Nitrifikasi terdapat dua tingkatan, yaitu tingkat nitriasi yang
merupaka oksidasi amonium menjadi nitrit yakni tingkat nitriasi yang
merupakan oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilakukan oleh bakteri
eutrotof obligat nitrosomonas. Umumnya, dalam waktu cepat nitrit yang
terbentuk dari nitrifikasi diikuti dengan tingkat berikutnya, yakni nitrasi
yang dilakukan oleh nitrobakter
2NH4 + 3O2

2NO2+2H2O+4H

2NO2 + O2

2NO3

Proses nitrifikasi dapat dilaksanakan apabila keadaan tanahnya aerob,


misalnya pada tanah diolah kering aerasi baik. Tanah yang tergenang,
nitrifikasi akan terhenti. Faktor lain yang berpengaruh terhadap nitrifikasi
adalah kelengasan tanah dan temperatur dalam tanah yang sesuai.
Proses tersebut dilepaskan ion H, oleh karena itu, proses ini memiliki
kecendrungan pengasaman tanah atau menurunkan pH (Suharno, 2014).

Kesimpulan
Berdasarkan

hasil

praktikum

pertumbuhan

tanaman

dapat

disimpulkan bahwa pertumbuhan tanaman pada tanaman legume kacang


kedelai (Glycine max) tidak dapat tumbuh nodul atau bintil akar
dikarenakan faktor yang mempengaruhi adalah pemberian inokulum,
interval pemberian air dan jenis tanah.

Daftar Pustaka
.
Adisarwanto, T. 2005. Budidaya dengan Pemupukan yang Efektif dan
Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penebar Swadaya Bogor.
Champbell, N.A., Reece J.B. and Mitchell L. G. 2002. Biologi . Edisi
Kelima Jilid I. AlihBahasa : Lestari R, Adil M.I.L, dan Anita N.
Erlangga. Jakarta
Irawan, Aep Wawan. 2006. Budidaya Tanaman Kedelai. Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran. Jatinangor.
Kumalasari, Dyah ika. Endah Dwi, Erma Prihastanti. 2013 pembentukan
Bintil Akar Tanaman Kedelai (Glysine max L Merrill) dengan
Perlakuan Jerami pada Mas Inkubasi yang Berbeda. Universitas
Diponegoro
Mangoendidjojo, W. 2003. Dasar-dasar Pemuliaan Tanaman. Kanisius.
Yogyakarta
Mulyadi, Achmad. 2012. Pengaruh Pemberian Legin, Pupuk NPK
(15:15:15) dan Urea pada Tanah Gambut Terhadap Kandungan N,
P Total Pucuk dan Bintil Akar Kedelai (Glysine max (L.) Merr.).
2012. Kaunia. VIII (I) : 21-29
Salisbury, Frank B dan Cleon W Ross. 2002. Fisiologi Tumbuhan Jilid III.
Institute Teknik Bandung. Bandung
Soetrisno, R.D. 2008. Pengantar Kultur Jaringan Tanaman Pakan Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Suharno. 2014. Peranan Rhizobium japonicum Pada Produktivitas
Kedelai. STPP. Yogyakarta
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta
Suryatini. 2012. Rhizobium Indegenous dan Pengaruhnya Terhadap
Keberhasilan Inokulasi. Buletin Palawija. Balitkapbi Malang
Widyati, Enny. 2007. Formulasi Inokulum Mikrobia : ma, BPF dan
Rhizobium Asal Lahan Bekas Tambang Batubara Untuk Bibit
Acacia Crssicarpa. No3. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam,
Bogor

Anda mungkin juga menyukai