Anda di halaman 1dari 28

BAB III

DASAR TEORI

Dalam membangun sebuah sistem, diperlukan berbagai komponen yang


fungsinya sebagai penyusun dan saling bekerjasama untuk membentuk suatu
fungsi pada sistem tersebut. Dibawah ini merupakan penjelasan secara rinci
tentang penyusun dalam sistem yang berdasarkan teori yang ada.
A. Programmable Logic Controller(PLC)
Programmable Logic Controllers (PLC) adalah komputer elektronik yang
mudah digunakan (user friendly) yang memiliki fungsi kendali untuk berbagai
tipe dan tingkat kesulitan yang beraneka ragam
Definisi Programmable Logic Controller menurut Capiel (1982) adalah : sistem
elektronik yang beroperasi secara dijital dan didisain untuk pemakaian di
lingkungan industri, dimana sistem ini menggunakan memori yang dapat
diprogram

untuk

penyimpanan

secara

internal

instruksi-instruksi

yang

mengimplementasikan fungsi-fungsi spesifik seperti logika, urutan, perwaktuan,


pencacahan dan operasi aritmatik untuk mengontrol mesin atau proses melalui
modul-modul I/O digital maupun analog.
Berdasarkan namanya konsep PLC adalah sebagai berikut :
1. Programmable, menunjukkan kemampuan dalam hal memori untuk menyimpan
program yang telah dibuat yang dengan mudah diubah-ubah fungsi atau
kegunaannya.
2. Logic, menunjukkan kemampuan dalam memproses input secara aritmatik dan
logic (ALU), yakni melakukan operasi membandingkan, menjumlahkan,
mengalikan, membagi, mengurangi, negasi, AND, OR, dan lain sebagainya.

41

3. Controller, menunjukkan kemampuan dalam mengontrol dan mengatur


proses sehingga menghasilkan output yang diinginkan.
PLC ini dirancang untuk menggantikan suatu rangkaian relay
sequensial dalam suatu sistem kontrol. Selain dapat diprogram, alat ini juga
dapat dikendalikan, dan dioperasikan oleh orang yang tidak memiliki
pengetahuan di bidang pengoperasian komputer secara khusus. PLC ini
memiliki bahasa pemrograman yang mudah dipahami dan dapat
dioperasikan bila program yang telah dibuat dengan menggunakan software
yang sesuai dengan jenis PLC yang digunakan sudah dimasukkan.
Fungsi dan kegunaan PLC sangat luas. Dalam prakteknya PLC dapat
dibagi secara umum dan secara khusus.
Secara umum fungsi PLC adalah sebagai berikut:
1. Sekuensial Control. PLC memproses input sinyal biner menjadi output
yang digunakan untuk keperluan pemrosesan teknik secara berurutan
(sekuensial), disini PLC menjaga agar semua step atau langkah dalam
proses sekuensial berlangsung dalam urutan yang tepat.
2. Monitoring Plant. PLC secara terus menerus memonitor status suatu
sistem (misalnya temperatur, tekanan, tingkat ketinggian) dan mengambil
tindakan yang diperlukan sehubungan dengan proses yang dikontrol
(misalnya nilai sudah melebihi batas) atau menampilkan pesan tersebut pada
operator.
3. Shutdown System. Prinsip kerja sebuah PLC adalah menerima sinyal
masukan proses yang dikendalikan lalu melakukan serangkaian instruksi
logika terhadap sinyal masukan tersebut sesuai dengan program yang
tersimpan dalam memori lalu menghasilkan sinyal keluaran untuk
mengendalikan aktuator atau peralatan lainnya.

42

Kelemahan
pengkabelan(wiring),

pada

PLC

kesulitan

biasanya,
saat

perlu

merubah

kerja

keras

rangkaian,

pada

saat

kesulitan

saat

menemukan kesalahan (troubleshooting) . sedangkan kelebihan menggunakan


PLC adalah ,PLC menggunakan daya lebih rendah dibandingkan dengan system
control proses konvensional dengan relai, jumlah kabel yang dibutuhkan (wiring)
bias berkurang hingga 80%, tidak membutuhkan spare part yang bnyak, ketahanan
PLC jauh lebih baik dibandingkan dengan relai auto mekanik.
Data-data berupa sinyal dari peralatan intput luar (external input device)
diterima oleh sebuah PLC dari sistem yang dikontrol. Peralatan input luar tersebut
antara lain berupa saklar, tombol, sensor, dan lain-lain. Data-data masukan yang
masih berupa sinyal analog akan diubah oleh modul input A/D (analog to digital
input module) menjadi sinyal digital. Selanjutnya oleh unit prosesor sentral atau
CPU yang ada di dalam PLC sinyal digital dan disimpan di dalam ingatan
(memory). Keputusan diambil CPU dan perintah yang diperoleh diberikan melalui
modul output D/A (digital to analog output module) sinyal digital itu bila perlu
diubah kembali menjadi menggerakkan peralatan output luar (external output
device) dari sistem yang dikontrol seperti antara lain berupa kontaktor, relay,
solenoid, value, heater, alarm dimana nantinya dapat untuk mengoperasikan
secara otomatis sistem proses kerja yang dikontrol tersebut. Pada gambar 1
ditunjukkan diagram prinsip kerja dari sebuah PLC.
PROGRAMMER

Power Supply

Peralatan Input Luar

CPU

MODUL I/O

Memory

Peralatan Output Luar

Gambar 3.1 Blog Diagram Prinsip Kerja PLC

43

Bagian-bagian PLC terdiri dari Unit Catu Daya, Unit Prosesor Pusat, Unit
Memori, Modul Masukan dan Keluaran ( I/O ), serta Peripheral.
1. Unit Catu Daya
Unit ini adalah salah satu bagian terpenting dalam PLC, karena tanpa catu
daya CPU dan memori tidak dapat berfungsi. Unit ini berfungsi memberikan
sumber daya kepada PLC, bekerja dengan tegangan 220 VAC dan
menyediakan tegangan keluaran 24 VDC, arus 300 mA untuk keperluan
catu daya bagi CPU dan peralatan-peralatan input luar. Modul ini sudah
berupa Switching Power Supply.
2. Unit Memori
Unit ini berfungsi sebagai penyimpan instruksi-instruksi PLC, biasanya
fungsi-fungsi khusus PLC. Dengan demikian memori adalah bagian penting
dari PLC.
a. RAM

(Random

Access

Memory),

merupakan

media

tempat

menyimpan data sementara yang memungkinkan untuk dibaca ataupun


ditulis, data tersebut akan hilang bilamana catu daya mati.
b. ROM (Read Only Memory), merupakan jenis memori yang data atau
informasi programnya disimpan secara permanen, sehingga pada
memori ini data hanya dapat dibaca tetapi tidak dapat ditulis atau
diubah.
c. PROM (Programmable Read Only Memory), merupakan memori
pemrograman yang dapat bekerja seperti halnya dengan Read Only
Memory.
d. EPROM (Erasable Programmable Read Only Memory), adalah
Programmable Read Only Memory dimana data yang tersimpan dapat
dihapus dan diprogram ulang.
e. EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory),
adalah suatu sistem memori dari PLC yang dapat menyimpan data
pemrograman secara permanen dan dapat diubah dengan peralatan
CRT yang standar atau unit pemrograman manual.

44

3. Unit Prosesor Pusat (CPU)


Unit ini berfungsi untuk mengambil dan mengolah data instruksi dari
memori, mengkodekannya dan kemudian mengoperasikan instruksi tersebut
dalam bentuk sinyal kontrol untuk dikirimkan kepada modul masukan dan
keluaran. Disamping itu juga mengerjakan fungsi logik dan aritmatik, serta
melakukan deteksi sinyal luar.
4. Modul Masukan dan Keluaran ( I/O )
Peralatan Input adalah peralatan-peralatan yang dipergunakan untuk
memberikan masukan kepada PLC dalam menentukan proses kerja sistem yang
dikontrol. Peralatan ini meliputi antara lain : tombol tekan, saklar pembatas,
kontak relay, sensor dan sebagainya.
Peralatan Output adalah peralatan-peralatan yang dipergunakan untuk
melaksanakan proses kerja dari sistem yang dikontrol sesuai dengan perintah yang
dikeluarkan oleh PLC. Peralatan ini meliputi antara lain : lampu, kontakor, alarm,
motor dan sebagainya.
5. Peralatan Peripheral
Adalah peralatan-peralatan yang dapat dihubungkan dengan PLC guna
membantu dalam pengoperasiannya. Peralatan ini meliputi peralatan pemograman
(programming device), printer, media luar penyimpan data (external storage
media), interface adapter dan sebagainya.
a. Komputer atau programming console adalah peralatan yang dapat digunakan
untuk memasukkan program.
b. Printer adalah peralatan yang digunakan untuk mencetak hasil program.
c. Media luar penyimpan data sebagai peralatan luar untuk menyimpan data dari
program yang telah dibuat. Peralatan ini biasanya berupa hard disk atapun
disket.
d. Interface Adapter adalah suatu sarana komunikasi antara PLC dengan
perangkat lain atau dengan PLC lain, membentuk suatu jaringan yang lebih
luas.

45

Peralatan yang Berhubungan dengan PLC


Peralatan Analog
Contoh dari peralatan analog baik input maupun output adalah sebagai berikut :
INPUT
Flow transmitters
Pressure transmitters
Temperature transmitters
Position transmitters
Level transmitters
OUTPUT
Electric motor drives
Analog meters
Chart data recorders
Process controllers
Variable speed drives
Peralatan Digital
Contoh dari peralatan digital baik input maupun output adalah sebagai berikut :
INPUT

46

Selector Switch
Temperature Switch
Flow Switch
Level Switch
Pushbutton
Motor starter contacts
Limit Switch
Pressure Switch
Relay Contact
OUTPUT
Annunciator
Alarm light
Electric fan
Indicating light
Electric valve
Alarm horn
Selenoid valve

47

Motor starters
Peralatan Analog
Contoh dari peralatan analog baik input maupun output adalah sebagai berikut :
INPUT
Flow transmitters
Pressure transmitters
Temperature transmitters
Position transmitters
Level transmitters
OUTPUT
Electric motor drives
Analog meters
Chart data recorders
Process controllers
Variable speed drives
Peralatan Digital
Contoh dari peralatan digital baik input maupun output adalah sebagai berikut :
INPUT

48

Selector Switch
Temperature Switch
Flow Switch
Level Switch
Pushbutton
Motor starter contacts
Limit Switch
Pressure Switch
Relay Contact
OUTPUT
Annunciator
Alarm light
Electric fan
Indicating light
Electric valve
Alarm horn
Selenoid valve

49

Motor starters
Pada sistem pengepakan Bulb ini PLC yang digunakan merupakan produksi

OMRON tipe SYSMAC CQM1H. PLC ini merupakan jenis PLC compact
sehingga tidak dapat ditambahkan modul I/O, namun sudah paten dari pabrik
pembuatnya. Berikut di bawah ini merupakan gambar dari PLC yang dipakai.

Gambar 3.2. PLC OMRON tipe SYSMAC CQM1H


Secara fungsinya PLC ini terbagi dalam berbagai komponen utama, antara
lain sebagai berikut.
1. Power Suplly
Komponen ini berfungsi sebagai catu daya dari seluruh bagian yang
terdapat dalam PLC. Power Supply ini mempunyai input 100 - 240 VAC,
50/60 Hz. Sedangkan outputnya 5 VDC : 6 A, 24 VDC : 0. 5 A dengan daya
total 30 W. Terdapat berbagai macam jenis catu daya yang terdapat pada PLC
ini. Perbedaan antar berbagai catu daya yang laian hanya karena ukuran fisik
dan kapasitas dari daya. Berikut merupakan gambar dari Power Supply dari
PLC Omron tipe SYSMAC CQM1H.

Gambar 3.3. Power Supply

50

2. Central Proccesing Unit(CPU)


Central Proccesing Unit merupakan pusat dari kegiatan perhitungan
logika dari pengontrolan sesuai dengan program yang diberikan. Dapat
dikatakan bahwa CPU merupakan otaknya dari PLC. Bagian di dalamnya
tersusun oleh Memorry, Baterry, Peripheral Port, RS-232C Port, Inner
Board Slot(Righ dan Left Slot), dll. Berikut merupakan gambar yang
menunjukan Central Proccesing Unit.

Gambar 3.4. Central Proccesing Unit


3. Modul Input-Output
Modul I/O merupakan komponen input dan output dari sebuah
PLC. Modul ini mempunyai jumlah I/O 12 buah dengan berjenis diskrit.
Berikut merupakan gambar yang menunjukan Modul I/O.

Gambar 3.5. Modul I/O


B. Perangkat Masukan
Perangkat masukan merupakan sensor-sensor yang digunakan
sebagai
Perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data secara
langsung dari lingkungan sekitar sebagai masukan bagi sistem komputer.
51

Misalnya, dewasa ini petani menggunakan alat sensor untuk mengetahui


kelembaban tanah sehingga mempermudah penentuan irigasi, tapi disini
kita tidak akan membahas tentang irigasi melainkan tentang sensorsensor yang digunakan dalam pengepakan bulb. Sensor disini berfungsi
sebagai alat yang menunjang dari kerja mesin . membantu kerja mesin
secara keseluruhan .
C. Perangkat keluaran
Supaya dalam proses otomasi berhasil, maka diperlukan informasi mengenai
statusnya. Sensor juga merupakan bagian dari sistem kontrol yang bertanggung
jawab terhadap proses pengumpulan dan persiapan status data dan
meneruskannya ke prosesor.

Photoelectric sensor merupakan sebuah sensor yang memanfaatkan radiasi


cahaya sebagai media untuk mendeteksi suatu benda. Cara kerja dari sensor ini
adalah ketika sensor ini memancarkan cahaya yang mempunyai frekuensi tertentu
menuju sebuah benda. Sinar tersebut kemudian akan memantul kembali menuju
sensor yang kemudian akan diterima oleh sensor itu sendiri. Informasi dari sinar
yang diterima kembali oleh sensor menunjukan nilai dari benda yang akan diukur.
Sifat radiasi cahaya yang merambat dengan cepat dimanfaatkan untuk membuat
sensor yang responsif dan mempunyai kepekaan tinggi. Namun kelemahan sensor
ini biasanya kurang mampu untuk mendeteksi benda pada jarak dekat, sedangkan
jarak minimal harus lebih dari 5 mm. Selain itu juga tergantung dari kondisi
cahaya lingkungan, warna dan tingkat refleksi dari objek yang diukur.
Fungsi deteksi pada sensor ini menggunakan tipe dari Photodiode yang
mengetahui ada tidaknya cahaya. Penguatan deteksi dirancang pada semua kontrol
Photoelectric sehingga dapat mendeteksi cahaya yang sangat kecil dari sumber.
Pada gambar di bawah menunjukan bahwa gelombang cahaya dipancarkan oleh
Emiter Element melalui Emiter Lens yang kemudian akan mengenai benda A atau

52

B yang menjadi objek yang akan diukur. Ketika cahaya tersebut mengenai benda
tersebut maka akan langsung memantul dan melalui Receiver Lens yang kemudian
akan diterima oleh Position Detector. Sinyal hasil pantulan tersebut akan menjadi
ukuran dari keadaan benda tersebut setelah dilakukan pengiriman dan penerimaan
oleh sensor tersebut.

Gambar 3.6. Prinsip Kerja Photoelectric Seonsor


Untuk pengiriman dan penerimaan cahaya yang mempunyai frekuensi
tertentu dari sumber menuju ke detector maka diperlukan komponen modulator
dan demudulator. Komponen modulator digunakan pada sumber yang akan
memancarakan cahaya, sedangkan demudulator digunakan pada detektor yang
akan menerima sinyal cahaya pantulan dari benda.
Dalam sistem ini Photoelectric Sensor yang digunakan type M18 DIN
produksi Omron. Mempunyai catu daya 10 - 30 VDC atau 24 - 240 VAC dengan
jarak pengukuran maksimal 30 cm. Sensor ini digunakan untuk mendeteksi
jumlah Bulb memenuhi untuk dimasukan pada box. Berikut merupakan gambar
dari sensornya.

Gambar 3.7. Photoelectric Sensor


D. Proximitry Sensor

53

Proximitry Sensor merupakan sebuah sensor yang digunakan untuk


mengetahui keberadaan suatu benda tanpa perlu kontak fisik dengan benda
tersebut. Sensor ini juga sering disebut dengan Proximity Switch yang banyak
dipakai dalam dunia industri. Prinsip sensor ini yaitu ketika obyek (besi, baja,
gelass atau cairan) dekat dengan permukaan jarak operasinya maka akan
didetaksi. Jarak tersebut akan menghasilkan sinyal listrik dalam rangkaiannya
kemudian dikuatkan untuk mensaturasikan transistor outputnya. Bila terjadi
saturasi maka switch output terjadi.
Sensor ini dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan sifat bahan yang dipakai,
yaitu sebagai berikut.
1. Inductive Proximity
Bekerja berdasarkan perubahan induktansi apabila ada obyek metal yg berada
dalam daerah kerjanya. Hanya dapat mendetkesi benda yg terbuat dari metal.
Dengan jarak deteksi maksimum 6 cm. Jarak deteksi di pengaruhi dari jenis metal
obyeknya .(misal jarak deteksi untuk besi berbeda dengan untuk tembaga).
2.

Capacitive Proximity

Bekerja berdasarkan perubahan kapasitas apabila ada obyek yg berada dalam


daerah deteksinya. Dapat mendeteksi semua jenis benda dalam jarak deteksi
maksimum

cm.

Berdasarkan type pemasangan /mounting-nya, proximity ada 2 macam : Flush


dan Non Flush.Flush maksudnya dalam pemasangannya dapat di benamkan dalam
metal.

54

Non flush maksudnya dalam pemasangannya harus di beri jarak antara proximity
dengan benda-benda di sekitarnya.

3. Magnetik
yaitu memakai magnet permanen sebagai pemancar medan magnet.
Obyek yang mendekat akan memantulkan medan magnet ke keping berikutnya.
Switch yang digunakan dalam pneumatic cylinder adalah permanent magnet.
Magnet tersebut digunakan untuk pengukuran posisi tetap dalam cylinder.
Outputnya sensor jenis ini dibuat dari kontak relay.

Gambar 3.8 Jenis Sensor Proximity


Sensor ini bekerja berdasarkan jarak objek terhadap sensor, ketika ada
object logam yang mendekat kepadanya dengan jarak yang sangat dekat 5 mm
misalkan, maka sensor akan bekerja dan menghubungkan kontaknya, kemudian
melalui kabel yang tersedia bisa dihubungkan ke perangkat lainnya seperti

55

lampu indikator, relay dll. Pada saat sensor ini sedang bekerja atau mendeteksi
adanya logam (besi) maka akan ditandai dengan lampu kecil berwarna merah
atau hijau yang ada dibagian atas sensor, sehingga memudahkan kita dalam
memonitor kerja sensor atau ketika melakukan preventive maintenace.
Jarak deteksi merupakan jarak dari posisi referensi (permukaan referensi)
untuk operasi yang diukur (reset) ketika obyek standar penginderaan digerakkan
oleh metode tertentu. Jarak dari permukaan referensi yang memungkinkan
penggunaan stabil, termasuk pengaruh suhu dan tegangan, ke posisi objek
(standar) sensing transit. Ini adalah sekitar 70% sampai 80% dari jarak (nilai)
normal sensing. Berikut di bawah ini merupakan representasi jarak deteksi dari
proximity sensor.

Gambar 3.9. Jarak Deteksi Dari Proximity Sensor


Pada sistem ini yang Proximity Sensor yang digunakan
adalah M12 Capacitive Proximity Sensor yang merupakan
proximity sensor jenis capasitif. Sensor ini digunakan sebagai
limit swich pada konveyor untuk mengatur kapan berhenti dan
jalan. Berikut merupakan gambar dari sensornya.

Gambar. 3.10. Proximity Sensor

56

Aplikasi sensor proximity tipe induktif


a) Mendeteksi posisi gerak
1) Mendeteksi gerak rotasi
2) Indikasi kecepatan nol
3) Mengatur kecepatan
b) Mengontrol gerak
1) Pembatasan gerak gagang
2) Indikasi pergerakan
3) Tutup/ buka valve
c) Sistem kontrol konveyor
1) Transfer jalur
2) Kontrol jalur mesin
3) Kontrol mesin pengepakan
d) Kontrol proses
1) Melengkapi produk
2) Pengisisan otomatis
3) Pemilihan produk
e) Kontrol mesin
1) Indikasi kondisi salah

57

2) Indikasi peralatan rusak


3) Kotrol rangkaian
f) Peritungan dan pemeriksaan
1) Pemilihan produk
2) Kontrol pengulangan kembali
3) Menghitung produk

Aplikasi sensor proximity tipe Kapasitif


a) Mendeteksi level minyak
1) Level tinggi atau lemah pada pipa
2) Batas luapan
3) Tangki kering
b) Kontrol penting pada level material
1) Batas level rendah
2) Batas tertinggi
3) Pemberian material
c) Kontrol proses
1) Penyajian produk
2) Level pengisian botol
3) Pengitungan produk

58

Sensor Proximity tersedia dalam model menggunakan osilasi frekuensi


tinggi untuk mendeteksi benda logam besi dan non-ferrous dan dalam model
kapasitif untuk mendeteksi benda-benda non-logam. Model yang tersedia dengan
resistensi lingkungan, tahan panas, ketahanan terhadap bahan kimia, dan
ketahanan terhadap air.
E. Relay dan Kontaktor
Kontaktor dan Relay pada dasarnya merupakan sebuah perangkat
keluaran yang digunakan sebagai saklar otomatis untuk menghubungkan
aktuator

dengan

catu

daya.

Pada

Kontaktor

biasanya

digunakan

mengendalikan suatu aktuator yang menggunakan daya besar misalnya


motor AC 3 phase . Sedangkan relay biasa digunakan pada aktuator yang
mempunyai catu daya kecil. Dengan pengunaan Kontaktor dan Relay ini,
maka hanya memerlukan daya kecil agar dapat mengendalikan aktuator
tersebut. Berikunya akan dijelaskan yaitu sebagai berikut.
1.

Relay
Relay memiki kontruksi seperti saklar biasa yang sebagai
penggeraknya menggunakan selenoid atau kumparan. Apabila selenoid
dialiri arus maka akan timbul medan magnet yang akan menggerakan
coil tersebut. Sehingga akan menghubungkan pada catu daya yang akan
digunakan suplay pada aktuator. Pada umumnya Relay digunakan pada
aktuator yang mempunyai catu daya tegangan DC. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3.11. Prinsip Kerja Relay

59

Gambar 3.12. Macam macam Relay


Berdasarkan kondisi dari coilnya maka Relay dapat dibedakan 2
yaitu Normally Close dan Normally Open. Normally Close merupakan
Relay yang pada keadaan normal tertutup, sehingga kerja Relaynya
adalah untuk membuka coil. Normally Open merupakan Relay yang pada
keadaan normal terbuka, sehingga kerja Relaynya adalah untuk menutup
coil. Berikut dibawh ini merupakan gambarnya,

Gambar 3.13. Relay NO dan NC


Jenis - jenis Relay sangat beragam sesuai dengan jumlah Pole dan
Thrownya masing - masing. Pole merupakan banyaknya contact yang
dimiliki oleh relay. Sedangkan Throw adalah banyaknya kondisi (state)
yang mungkin dimiliki contact
Berikut ini di bawah ini penggolongan relay berdasar jumlah pole
dan throw.
SPST (Single Pole Single Throw)
DPST (Double Pole Single Throw)
SPDT (Single Pole Double Throw)

60

DPDT (Double Pole Double Throw)


3PDT (Three Pole Double Throw)
4PDT (Four Pole Double Throw)
2. Kontaktor
Kontaktor secara prinsip mempunyai kesamaan dengan Relay.
Akan tetapi pada Kontaktor penggunaan umumnya untuk mengatur
aktuator yang mempunyai tegangan AC besar. Sebuah kontaktor terdiri
dari koil, beberapa kontak Normally Open ( NO ) dan beberapa
Normally Close ( NC ). Pada saat satu kontaktor normal, NO akan
membuka dan pada saat kontaktor bekerja, NO akan menutup.
Sedangkan kontak NC sebaliknya yaitu ketika dalam keadaan normal
kontak NC akan menutup dan dalam keadaan bekerja kontak NC akan
membuka. Koil adalah lilitan yang apabila diberi tegangan akan terjadi
magnetisasi dan menarik kontak-kontaknya sehingga terjadi perubahan
atau bekerja. Kontaktor yang dioperasikan secara elektromagnetis
adalah salah satu mekanisme yang paling bermanfaat yang pernah
dirancang untuk penutupan dan pembukaan rangkaian listrik maka
gambar prinsip kerja kontaktor magnet dapat dilihat pada gambar
berikut.

Gambar 3.14. Prinsip Kerja Kontaktor


Kontaktor termasuk jenis saklar motor yang digerakkan oleh magnet
seperti yang telah dijelaskan di atas. Bila pada jepitan a dan b kumparan
magnet diberi tegangan, maka magnet akan menarik jangkar sehingga kontakkontak bergerak yang berhubungan dengan jangkar tersebut ikut tertarik.

61

Tegangan yang harus dipasangkan dapat tegangan bolak balik (AC) maupun
tegangan searah (DC), tergantung dari bagaimana magnet tersebut
dirancangkan. Untuk beberapa keperluan digunakan juga kumparan arus
(bukan tegangan ), akan tetapi dari segi produksi lebih disukai kumparan
tegangan karena besarnya tegangan umumnya sudah dinormalisasi dan tidak
tergantung dari keperluan alat pemakai tertentu.
Salah satu jenis dari kontaktor yang sering digunakan yaitu kontaktor
semikonduktor yang memiki kontruksi menggunakan prinsip saklar pada
komponen Transistor. Pada Transistor apabila bagian basis diberi trigger catu
tegangan maka akan terhubung arus antara bagian connector menuju emittor.
Prinsip tersebut dapat digunakan sebagai saklar dimana tegangan trigger
merupakan penghubungnya dan arus yang mengalir merupakan bagian yang
akan dihubungkan dengan aktuator. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

Gambar 3.15. Prinsip Kerja Transistor


Jenis kontaktor yang digunakan merupakan produksi dari Omron
G3JA-C. Pada sistem ini Contactor digunakan untuk mengendalikan
motor konveyor. Berikut di bawah ini merupakan gambar kontaktor dari
tipe ini.

Gambar 3.16. Kontaktor Omron G3JA-C

62

F. Pneumatic Flow Control


Pneumatic flow control merupakan semacam selenoid yang
fungsinya untuk mengatur arah aliran udara bertekanan. Prinsip kerja dari
Pneumatic flow control apabila selenoid yang terdapat di dalamnya
diberikan arus listrik maka kita dapat mengatur buka-tutup dari katup yang
mengalirkan udara bertekanan.
Komponen ini biasanya digunakan untuk mengatur kerja dari
pneumatic actuator. Dapat mengatur berupa waktu lama bukaan atau
presentase bukaan pneumatic itu sendiri. Pneumatic akan bekerja ketika
pneumatic flow control

memberikan sinyal berupa udara bertekanan,

setelah itu pneumatic akan bekerja. Berikut merupakan gambar dari


Pneumatic flow control dan pneumatic actuator.

Gambar 3.17. Pneumatic Flow Control

Gambar 4.18. Pneumatic Actuator


Pada sistem ini Pnumatic aktuator digunakan untuk menggeser box serta
mengangkat box menuju pada ujung dari konveyor pengisian Bulb. Selain itu
digunakan juga untuk mengatur bukaan pintu pada ujung konveyor pengisian.

63

G. Inverter
Inverter merupakan sebuah alat elektro-mekanika yang mengubah arus
searah menjadi arus bolak-balik. Penggunan inverter ini dimanfaatkan sebagai
pengendali kecepatan motor AC dengan merubah frekuensi dari suplay
tegangan AC motor.
Inverter adalah sebuah perangkat elektronik yang mengubah tegangan
AC tiga fasa dari jala-jala (berfrekuensi 50 Hz atau 60 Hz) menjadi tegangan
DC, kemudian mengubahnya kembali menjadi tegangan AC tiga fasa dengan
frekuensi yang bisa diatur-atur sesuai keinginan pengguna/user.
Salah satu aplikasi Inverter dalam dunia keelektroteknikan adalah
untuk mengendalikan kecepatan putaran motor AC. Contohnya pada sistem ban
berjalan (conveyor belt) Seperti yang kita ketahui bahwa kecepatan putaran
motor AC dapat dikendalikan dengan mengatur frekuensi dari tegangan AC
yang menjadi sumbernya. Pada gambar di atas, dapat dilihat bahwa PLC
mengendalikan Inverter dalam menghasilkan tegangan AC dengan frekuensi
yang dinginkan.
Biasanya frekuensi tegangan AC output Inverter komersial dapat
dikendalikan dengan menggunakan sinyal tegangan atau sinyal arus eksternal.
Oleh karena itu, Slave Output Analog PLC yang dapat menghasilkan sinyal
arus, dapat digunakan untuk mengendalikan Inverter dalam menghasilkan
tegangan AC dengan frekuensi yang diinginkan
Aplikasi inverter banyak diperlukan dalam industri. Jika sebelumnya
banyak dipergunakan system mekanik, kemudian beralih ke motor slip/
pengereman maka saat ini banyak menggunakan semikonduktor. Tidak seperti
softstarter yang mengolah level tegangan, inverter menggunakan frekuensi
tegangan masuk untuk mengatur speed motor. Seperti diketahui, pada kondisi
ideal (tanpa slip)

64

Prinsip kerja inverter secara sedehana adalah sebagai berikut :

Tegangan yang masuk dari jala jala 50 Hz dialirkan ke board Rectifier/


penyearah DC, dan ditampung ke bank capacitor. Jadi dari AC di jadikan DC.

Tegangan DC kemudian diumpankan ke board inverter untuk dijadikan AC


kembali dengan frekuensi sesuai kebutuhan. Jadi dari DC ke AC yang
komponen utamanya adalah Semiconduktor aktif seperti IGBT. Dengan
menggunakan frekuensi carrier (bisa sampai 20 kHz), tegangan DC dicacah
dan dimodulasi sehingga keluar tegangan dan frekuensi yang diinginkan.

Gambar 3.19. Prinsip Kerja Inverter

Pada sistem ini inverter yang digunakan adalah produksi dari Toshiba
dengan perubahan frekuensi 0 50 Hz. Berikut merupakan gambar dari
komponen ini.

Gambar 3.20. Inverter

65

H. Motor AC
Motor arus bolak-balik menggunakan arus listrik yang membalikkan
arahnya secara teratur pada rentang waktu tertentu. Motor listrik memiliki dua
buah bagian dasar listrik: "stator" dan "rotor". Stator merupakan komponen listrik
statis, sedangkan rotor merupakan komponen listrik berputar untuk memutar
sumbu motor. Motor AC dibagi menjadi 2 yang sekanjutnya akan dijelaskan di
bawah ini.
a. Motor Sinkron
Motor sinkron merupakan motor AC yang bekerja pada kecepatan tetap dan
sistim frekwensi tertentu. Motor ini memerlukan arus searah (DC) untuk
pembangkitan daya dan memiliki torque awal yang rendah, dan oleh karena itu
motor sinkron cocok untuk penggunaan awal dengan beban rendah, seperti
kompresor udara, perubahan frekwensi dan generator motor. Motor sinkron
mampu untuk memperbaiki faktor daya sistim, sehingga sering digunakan pada
sistim yang menggunakan banyak listrik.

Komponen utama motor sinkron

adalah :

Rotor
Perbedaan utama antara motor sinkron dengan motor induksi adalah bahwa
rotor mesin sinkron berjalan pada kecepatan yang sama dengan perputaran medan
magnet. Hal ini memungkinkan sebab medan magnet rotor tidak lagi terinduksi.
Rotor memiliki magnet permanen atau arus DC-excited, yang dipaksa untuk
mengunci pada posisi tertentu bila dihadapkan dengan medan magnet lainnya.

Stator. Stator menghasilkan medan magnet berputar yang sebanding dengan


frekwensi yang dipasok.

66

Gambar 3.21. Komponen Rotor dan Stator Motor Sinkron


a. Motor Induksi
Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada
berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang
sederhana, murah dan mudah didapat, dan dapat langsung disambungkan
ke sumber daya AC.
Motor induksi memiliki dua komponen listrik utama yaitu sebagai berikut.

Rotor
Motor induksi menggunakan dua jenis rotor, yaitu.
Rotor kandang tupai terdiri dari batang penghantar tebal yang dilekatkan
dalam petak - petak slots paralel. Batang-batang tersebut diberi hubungan
pendek pada kedua ujungnya dengan alat cincin hubungan pendek.
Lingkaran rotor yang memiliki gulungan tiga fase, lapisan ganda dan
terdistribusi. Dibuat melingkar sebanyak kutub stator. Tiga fase digulungi
kawat pada bagian dalamnya dan ujung yang lainnya dihubungkan ke
cincin kecil yang dipasang pada batang as dengan sikat yang menempel
padanya.

Stator
Stator dibuat dari sejumlah stampings dengan slots untuk membawa
gulungan tiga fase. Gulungan ini dilingkarkan untuk sejumlah kutub
yang tertentu. Gulungan diberi spasi geometri sebesar 120 derajat.

67

Gambar 3.22. Komponen Rotor dan Stator Motor Induksi


Motor AC pada sistem ini digunakan sebagai penggerak dari motor
konveyor. Untuk penggunaan tersebut maka digunakan motor AC dengan daya
besar untuk penggunaan konveyor panjang dan motor AC dengan daya kecil
untuk konveyor pendek. Oleh karena itu maka dipakai motor AC 1 phase dan 3
phase. Pada yang 1 phase mempunyai daya 1, 2 kW/220V. Sedangkan untuk yang
3 phase mempunyai daya 2, 2 kW/380W.

Gambar 3.23. Motor AC

68

Anda mungkin juga menyukai