Anda di halaman 1dari 3

NIGHTMARES

Azyan Liyana Fatin


Sedih. Perasaan dingin menyapa tubuhku. Aku menggigil sendirian di sudut kamar. Cahaya
lampu yang remang-remang menambah kelu suasana ini.
Setetes demi setetes air bening jatuh dari pelupuk mataku. Beberapa detik kemudian, air
bening itu jatuh semakin deras. Aku semakin mendekap erat tubuhku yang dingin.
Aku melihatnya! Benar-benar melihatnya! Sosok orang yang dulu sangat aku cintai. Dan,
demi mengingat kembali masa lalu itu, hatiku sakit. Terasa seperti tersayat-sayat oleh ribuan
pedang.
Mier.. Lumier,
Aku menghentikan tangis sejenak. Ku hapus air mata yang menggenang di mata. Aku
mendongakkan kepala melihat seseorang yang memanggil namaku berdiri didepanku. Betapa
terkejutnya aku!
Lumier,
Tak ku rasa, air mataku kembali mengalir. Lebih deras dari tadi. Aku langsung berdiri
dan perlahan-lahan tanganku bergerak hendak menyentuh orang itu.
Slapp... Tak bisa! Tanganku tak bisa menyentuhnya. Air mataku semakin mengalir dengan
sangat deras.
Laki-laki itu tersenyum padaku. Perlahan-lahan, ia mulai menghilang dari pandanganku.
Aku ingin mencegahnya, tapi bibirku kaku. Aku tak bisa mengeluarkan suaraku.
U.. Ugh.. Ra.. Radith.., ujarku dengan suara parau yang amat lemah.
Laki-laki itu semakin menjauh dan menghilang. Ia melebarkan senyumnya. Ia mengangkat
tangannya padaku. Aku berusaha meraihnya, tapi, tak bisa! Aku tak bisa menyentuhnya..
Dith.. Radith.., teriakku. Aku terduduk lemas.
Mengenang semua kenangan masa lalu.. Masa lalu yang sudah kututup rapat-rapat.. Entah
kenapa.. Perasaanku sakit..

***
Vinna.. Vinna Lumier.. Vinna Lumier Aratha..,
Aku tersentak kaget. Dosen yang sedang mengajar study ku menatapku tajam. Aku hanya
menatapnya dengan datar. Ku lihat wajahnya marah. Dan aku, entah kenapa, tak takut dengan
tatapannya yang sehari-hari selalu menjadi hantu untuk mahasiswa-mahasiswa yang lain.
Keluar!! teriaknya padaku.
Tanpa menjawab, aku langsung mengemasi buku-bukuku dan pergi keluar kelas dengan
tenang. Biarkan saja! Aku nggak peduli! Gumamku dalam hati.
Aku lalu menuju ruang perpustakaan yang berada di ujung lorong Fakultas Teknik. Aku
berjalan, seperti tak berjalan. Kakiku terasa berat ketika mulai memasuki lorong Fakultas Teknik
ini. Ada sebuah perasaan tak enak yang kurasakan saat ini. Aku lalu buru-buru menuju ruang
perpustakaan yang sudah tampak oleh mata.
Deg.. Jantungku tiba-tiba berdegup keras saat melewati kelas teknik nomor 5. Aku tak
berani menoleh ke dalam ruangan itu, yang pintunya tidak di tutup. Aku semakin mempercepat
langkahku. Setibanya di perpustakaan, tak kulihat seorang mahasiswapun disana. Rupanya,
mereka sedang ada study di kelas masing-masing.
Aku menuju rak buku Arkeologi dan mencari buku-buku yang ku perlukan. Aku
mengambil beberapa buku dan membawanya ke tempat duduk di sudut ruangan. Aku mulai
membuka lembar demi lembar halaman buku itu. Saat aku tengah asik membaca tiba-tiba ada
seseorang yang mengagetkanku.
Vinna.., sapanya sambil tersenyum.
Aku diam tak menjawab sapanya. Aku menatapnya dengan lekat.
Kamu udah selesai study nya? tanyanya.

Aku masih diam menatapnya. Entah kenapa, hatiku perih. Dadaku sakit seperti diiris-iris.
Napasku sesak. Dan, ada air mata yang ingin ku tumpahkan. Aku ingin sekali memeluknya.
Melepas rasa sakitku padanya.
Kamu kenapa, Vin? Sakit? tanyanya. Wajahnya berubah menjadi serius.
Mirip sekali.., gumamku.
Eh, apa?
Aku terkejut dan berusaha tersenyum. Tersenyum diatas rasa sakitku ini. Dan aku
berusaha menahan semua perasaan itu.
Nggak. Ya, ada apa? jawabku.
Kamu nggak dengerin aku, ya? Yaudahlah, nggak apa-apa..,
Loohhh...,
Udahlah. Aku mau balik ke kelas. Hehe, kamu diem, ya, jangan bilang ke siapa-siapa.
Ehm.. Aku bolos pelajaran. Hehe.., ujarnya berbisik ditelingaku.
Aku terkejut. Hangat. Entah kenapa, saat berada didekatnya, hatiku terasa hangat.
Meskipun masih sedikit terasa sakit di dada.
Aku balik dulu, ya. Bye.., ujarnya sambil mengedipkan mata padaku.
Degg. Jantungku tiba-tiba berdegup dengan kencang. Aku menatap kepergiannya dengan
sakit. Aku menggigit bibir. Lalu beranjak pergi dari sini.

***
Radith.. Radith..,
Aku menghapus air mata yang menetes. Laki-laki itu menoleh. Ia tersenyum, aku juga
tersenyum. Ia lalu mendekat padaku.
Kamu tadi manggil aku siapa, Na?
Aku terkejut. Ra.. Radith.., jawabku.
Siapa Radith?
Eh? Bukan, ya? tak terasa, air mataku menetes lagi.
Ngg Vi.. Vinna.. Ini aku, Andro.. Andro Evatt... Emang Radith itu siapa? Ehm, apa dia
mirip aku?, Tanya Andro sambil menunjuk dirinya sendiri.
Ah! Ngg.. Nggak.. Nggak kok.., jawabku bohong.
Oh, aku kira yang namanya Radith itu mirip aku. Ternyata nggak..
Telingku terasa panas mendengar nama Radith. Dadaku sakit. Akhirnya, aku memutuskan
untuk pergi meninggalkan Andro.
Nah, lho?? Vinna.. Kok malah pergi, sih? Aku salah apa?, tanyanya.
Aku berlari menuju taman. Air mataku mengalir membasahi pipi. Dadaku terasa sakit,
seperti diiris-iris. Dan hatiku.. Perih. Aku tak tahu harus melakukan apa. Yang ku tahu kini, aku
merasa.. Sakit.
Eh, itu Vinna.. Vin.. Vinna.., teriak Andro.
Aku menoleh. Andro tersenyum sambil melambaikan tangannya. Ia berlari mendekatiku.
Aku menghapus air mata di pipiku.
Na, kamu kok ninggalin aku, sih? Emang apa salah aku sama kamu? tanya Andro.
Aku mencoba tersenyum, meskipun sakit yang kurasakan.
Nggak apa-apa, kok. Aku cuma tiba-tiba keinget sama sesuatu. Jawabku bohong.
Oh.., Andro manggut-manggut.
Radith.. Maaf. Aku telah berbohong.. Tapi, kebohonganku ini.. Karena aku, terlalu sakit
untuk mengingatmu. Maafkan aku, Radith.. Maafkan.., gumamku.
Eh, Na, aku boleh tanya satu hal ke kamu, nggak?, Tanya Andro.
Aku tersenyum dan mengangguk.
Ya. Apa?
Ehm.. Aku harap kamu nggak tersinggung dan marah, ya.. Radith.. Orang yang namanya
Radith itu kayak apa?, Tanya Andro.
Aku tersentak. Radith! Tubuhku terasa panas. Andro menatapku bingung.
Kenapa? Radith itu orangnya gimana?, tanya Andro lagi.
Aku diam dan tak bisa menahan air mataku lebih lama lagi. Tangisku pecah. Dan aku
menangis di depan Andro.

Apa yang bikin kamu nangis? Apa Radith udah nglakuin sesuatu yang buruk ke kamu?
Ehm.. Lumier?, ujar Andro.
Aku terkejut dan menoleh kearah Andro dan menatapnya tajam. Andro terkejut. Ia
bingung.
Jangan pernah panggil aku dengan nama itu.. Karena, yang boleh panggil aku dengan
nama itu cuma Radith.. Cuma Radith.., jawabku dengan berteriak.
Ngg.. Aku salah, ya? Maaf, aku emang bukan Radith. Tapi, aku pasti ada hubungannya
sama Radith, kan? Tolong kamu jujur.. Lumier..,
Aku meremas celanaku dan menggigit bibir. Lalu aku pergi meninggalkan Andro lagi.
Lumier..,
Kamu bukan Radith, jawabku.
Aku berlari dan terus saja berlari meninggalkan Andro. Aku keluar area kampus dan
menuju jalan raya. Andro yang mengikuti dari belakang terkejut.
Lu.. Vinna.. Awasss.., teriak Andro.
Aku terkejut dan berhenti. Dari arah depanku, ada sebuah sedan dengan kecepatan tinggi
yang menuju kearahku.
Vinna.., teriak Andro.
Hah???, ujarku.
Ciiiittttt. Sedan itu berhasil menerbangkan tubuhku. Tubuhku terasa ringan. Sangat
ringan.
Apa aku.. Akan mati? Radith.., gumamku.
Vinnnnaaaaaa, teriak Andro.
Zlap. Aku tersentak kaget. Aku menoleh, hari sudah malam. Matahari sudah lama
tenggelam. Dan bulan sudah tampak bulat dan menyinariku.
Aku menoleh kembali dan membaca tulisan yang tertera di batu nisan itu untuk yang
kesekian kalinya. Radith Vans Noal.
Noal.. Kamu pasti kesepian disana, ya? Kamu pasti sedih memikirkan aku yang
menyedihkan seperti ini.. Ya, kan, Noal? ujarku.
Aku lalu beranjak pergi meninggalkan tempat itu. Makam orang yang aku sayangi.. Sangat
aku sayangi.. Mimpi! Mimpi itu membuatku merasa lebih sakit kehilangannya. Mimpi melihatnya
kembali.. Hanya mimpi..
Aku meneteskan air mata dan pergi dari kegelapanku, Kegelapan yang membuat mimpi
buruk bagiku. Aku akan segera menuju kearah cahaya. Cahaya yang akan menuntunku menuju
arah yang terang. Terang menerangi jalanku.
Selamat tinggal, Noal.. Dan.. Tunggu saja.. Aku pasti akan segera menyusulmu.. Tunggu
aku.., gumamku.
Angin menerpaku dan menerbangkan rambutku hingga meriap-riap. Cahaya bulan yang
terang menerangi jalanku. Kini, aku bisa melihat dengan jelas jalan di depanku. Dan aku tak akan
menoleh lagi ke belakang. Kegelapanku

--THE END-15.03.11

Anda mungkin juga menyukai