Ari Matea
10.2012.464
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korrespondensi: Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jalan Arjuna Utara Nomor 6 Kebon Jeruk Jakarta
Barat 11510
Email: mateaari3@gmail.com
Pendahuluan
Fibroadenoma merupakan tumor padat jinak tersering pada payudara wanita dan
tumor payudara tersering pada wanita muda. Bagi seorang wanita, payudara merupakan
lambang kewanitaannya sehingga jika ditemukan benjolan, hal ini dapat meresahkan.
Fibroadenoma terutama didapati pada di bawah 30 tahun dan relatif jarang ditemukan pada
payudara wanita postmenopause. Tumor ini dapat tumbuh di seluruh bagian payudara, namun
tersering pada quadran atas lateral. Penyakit ini bersifat asimptomatik atau hanya
menunjukkan gejala ringan berupa benjolan pada payudara yang dapat digerakkan, sehingga
pada beberapa kasus, penyakit ini terdeteksi secara tidak sengaja pada saat pemeriksaan fisik.
Penanganan fibroadenoma adalah melalui pembedahan pengangkatan tumor. Fibroadenoma
harus diekstirpasi karena tumor jinak ini akan terus membesar.
Anamnesis
operasi payudara dan obstetri-ginekologi. Hal berikut ini tergolong dalam faktor risiko tinggi
kanker payudara yaitu keadaan-keadaan dimana kemungkinan seorang wanita mendapat
kanker payudara lebih tinggi dari yang tidak mempunyai faktor tersebut yaitu umur > 30
tahun, anak pertama lahir pada usia ibu > 35 tahun (2x), tidak kawin (2-4x), menarche < 12
tahun (1,7-3,4x), menopause terlambat > 55 tahun (2,5-5x), pernah operasi tumor jinak
payudara (3-5x), mendapat terapi hormonal yang lama (2,5x), adanya kanker payudara
kontralateral (3-9x), operasi ginekologi (3-4x), radiasi dada (2-3x), serta riwayat keluarga (23x).1
Pemeriksaan Fisik
Dalam melakukan langkah pencegahan atau deteksi dini pada kanker payudara dapat
dilakukan tindakan SADARI (Pemeriksaan Payudara Sendiri). Teraba kenyal karena
mengandung kolagen (serat protein yan kuat yang ditemukan didalam tulang rawan, urat
daging dan kulit).Tanda gejala fibrosis mamae khas berupa daerah yang nyeri, lunak
(terutama menjelang menstruasi), biasanya berbatas tegas dengan konsistensi yang
meningkat. Sering kepadatan dan ketegangan berkurang setelah menstruasi, tidak terdapat
tanda- tanda bahwa kelainan ini merupakan predisposisi kanker.2
Gambar 1. SADARI
2
Organ payudara dipengaruhi oleh faktor hormonal antara lain estrogen dan
progesteron, maka sebaiknya pemeriksaan payudara dilakukan pada saat pengaruh dari
hormon-hormon ini seminimal mungkin, yaitu setelah menstruasi hari ketujuh sampai hari
kesepuluh dari hari pertama haid. Dengan pemeriksaan fisik yang baik dan teliti, ketepatan
pemeriksaan untuk kanker payudara secara klinis cukup tinggi. Pada inspeksi kita bisa
menilai payudara simetris atau tidak, ada tidaknya retraksi putting susu, ada tidaknya edema,
ulserasi, nodul satelit, discharge, serta kulit hiperemis. Pada palpasi kita bisa menilai
ukurannya, jumlahnya, apakah mobile atau tidak, kenyal atau keras, bernodul atau tidak, dan
mengeluarkan cairan dari puting susu atau tidak. Untuk melakukan inspeksi pada pasien
dengan posisi tangan jatuh bebas ke samping dan pemeriksa berdiri di depan dalam posisi
lebih kurang sama tinggi. Perhatikan keadaan payudara kiri dan kanan, simetris / tidak:
adakah kelainan papila, letak dan bentuknya, retraksi puting susu, kelainan kulit berupa peau
dorange, dimpling, ulserasi atau tanda-tanda radang. Lakukan juga dalam keadaan dua
tangan diangkat ke atas untuk melihat apakah ada bayangan tumor dibawah kulit yang ikut
bergerak atau adakah bagian yang tertinggal, dimpling dan lain-lain. Untuk melakukan
palpasi penderita berbaring dan diusahakan agar payudara jatuh tersebar rata di atas lapangan
dada; jika perlu bahu/punggung diganjal dengan bantal kecil pada penderita-penderita yang
payudaranya besar. Palpasi ini dilakukan dengan mempergunakan falang distal dan falang
medial jari II, III, IV dan dikerjakan secara sistematis mulai dari kranial setinggi iga ke-2
sampai ke distal setinggi iga ke-6; dan jangan dilupakan pemeriksaan daerah sentral
subareolar dan papil. Dapat juga sistematisasi ini dari tepi ke sentral (sentrifugal) berakhir di
daerah papil. Terakhir diadakan pemeriksaan kalau ada cairan keluar dengan menekan daerah
sekitar papil. Dengan pemeriksaan rabaan yang halus akan lebih teliti daripada dengan rabaan
tekanan keras. Rabaan halus akan dapat membedakan kepadatan massa payudara. Tumor
adalah kepadatan massa dalam payudara yang berbentuk dan mempunyai ukuran tiga
dimensi. Pada pemeriksaan fisik kita perlu juga menetapkan keadaan tumor antara lain lokasi
tumor menurut kwadran di payudara atau terletak di daerah sentral (subareola dan di bawah
papil). Payudara dibagi atas empat kwadran yaitu kwadran lateral atas, lateral bawah, medial
atas dan bawah serta ditambah satu daerah sentral. Ukuran tumor, konsistensi, batas-batas
tumor tegas atau tidak tegas. Mobilitas tumor terhadap kulit dan m. pektoralis atau dinding
dada. Apabila lengket pada kulit akan kelihatan adanya cekungan pada posisi diam dalam
posisi mengkontraksikan m. pektoralis diperiksa dengan menekankan tangan pada krista
iliaka; jika tumor itu terfiksasi pada pektoral yang berkontraksi ini dan akan kelihatan
bergerak dengan gerakan pektoral, berarti tumor ini melekat pada m. pektoralis atau pada
3
fasia m. pektoralis. Pemeriksaan kelenjar getah bening juga perlu dilakukan, pemeriksaan
pada bagian aksila sebaiknya dalam posisi duduk, karena dalam posisi ini fossa aksila jatuh
ke bawah sehingga mudah untuk diperiksa dan lebih banyak dapat dicapai. Pemeriksaan
aksila kanan, tangan kanan penderita diletakkan/jatuhkan lemas di tangan kanan/bahu
pemeriksa dan aksila diperiksa dengan tangan kiri pemeriksa. Yang diraba kelompok kelenjar
getah bening mammaria eksterna; di bagian anterior dan di bawah tepi m. pektoralis aksila;
subskapularis di posterior aksila; sentral di bagian pusat aksila; apikal di ujung atas fossa
aksilaris. Pada perabaan ditentukan besar, konsistensi, jumlah; apakah berfik-sasi satu sama
lain atau tidak. Pada daerah supra dan infraklavikuler serta leher utama, bagian bawah
dipalpasi dengan cermat dan teliti.3
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan histologis, secara makroskopis, semua tumor teraba padat dengan warna
cokelat putih pada irisan, dengan bercak bercak kuning merah muda yang
mencerminkan daerah kelenjar.2
Secara histologis, tumor terdiri atas jaringan ikat dan kelenjar dengan berbagai
proporsi dan variasi. Tampak storma fibroblastik longgar yang mengandung rongga mirip
duktus berlapis sel epitel dengan ukuran dan bentuk yang beragam. Rongga yang mirip
duktus atau kelenjar ini dilapisi oleh satu atau lebih lapisan sel yang reguler dengan membran
basal jelas dan utuh. Meskipun di sebagian lesi duktus terbuka, bulat hingga oval dan cukup
teratur (fibroadenoma perikanalikularis), sebagian lainnya tertekan oleh proliferasi ekstensif
stroma sehingga pada potongan melintang rongga tersebut tampak sebagi celah atau struktur
ireguler mirip bintang (fibroadenoma intrakanalikularis).2
Dapat juga dilakukan pemeriksaan radiologi antara lain USG (Ultrasonography),
Mamografi, dan MRI. Dalam pemeriksaan USG, fibroadenoma terlihat rata, berbatas tegas,
berbentuk bulat, oval atau berupa nodul dan lebarnya lebih besar dibandingkan dengan
diameter anteroposteriornya. Internal echogenicnya homogen dan ditemukan gambaran dari
isoechoic sampai hypoechoic. Gambaran echogenic kapsul yang tipis, merupakan gambaran
khas dari fibroadenoma dan mengindikasikan lesi tersebut jinak. Fibroadenoma tidak
memiliki kapsul, gambaran kapsul yang terlihat pada pemeriksaan USG merupakan
pseudocapsule yang disebabkan oleh penekanan dari jaringan di sekitarnya. Dalam
pemeriksaan MRI, fibroadenoma tampak sebagai massa bulat atau oval yang rata dan
4
Fibroadenoma merupakan tumor jinak pada payudara yang paling umum ditemukan.
Fibroadenoma terbentuk dari sel sel epitel dan jaringan ikat, dimana komponen epitelnya
menunjukkan tanda tanda aberasi yang sama dengan komponen epitel normal. Etiologi
penyakit ini belum diketahui secara pasti. Namun diperkirakan berkaitan dengan aktivitas
estrogen. Fibroadenoma pertama kali terbentuk setelah aktivitas ovarium dimulai dan terjadi
terutama pada remaja muda.3
Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik
(phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle
Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang
ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau
tidak, kenyal atau keras. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis,
mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70
tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya
digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak
terlihat dengan baik bila menggunakan mammography. Pada FNAC kita akan mengambil sel
dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan
pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma,
lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah
mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut tampak jaringan
5
tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel
kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus, lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran
kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler), saluran
tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform. Pada awalnya
penegakan diagnosa tehadap fibroadenoma mammae ini adalah dilakukan pemeriksaan fisik,
kemudian akan dilakukan mammogram (x-ray pada mammae) atau ultrasound pada mammae
apabila diperlukan. Yang paling pasti dan tepat dalam diagnosa terhadap fibroadenoma
mammae ini adalah penggunaan sample biopsi. Pengambilan sampel biopsi ini dapat
dilakukan dengan mengiris bagian mammae atau dengan memasukkan jarum yang kecil dan
panjang untuk mengambil sampel sel fibroadenoma tersebut. Diagnosa terhadap FAM ini
dapat dibuat dengan penggabungan penilaian klinis, ultrasonografi dan pengambilan sampel
dengan penggunaan jarum. Penilaian klinis terhadap benjolan payudara ini harus
mempertimbangkan umur, karena karsinoma umumnya menyerang pada usia menjelang
menopause, sedangkan fibroadenoma umumnya menyerang wanita usia di bawah 30 tahun.3, 7
Diagnosis Banding
Cystosarcoma Phyllodes. Tumor ini jauh lebih jarang ditemukan dan diperkirakan
berasal dari stroma intralobulus. Tumor ini berdiameter kecil, sekitar 3 4 cm, tetapi
sebagian besar terus tumbuh dan membesar sehingga menyebabkan payudara membesar.
Tumor ini terdapat pada semua usia, namun kebanyakan ditemukan pada usia 45 tahun.
Gambaran radiologis (mammografi) dari tumor ini berupa massa berbentuk bulat dan
berbatas tegas.2 Gambaran USG tumor ini, pada umumnya hipoechoic dengan batas yang
masih tegas, echo-internal dapat homogen atau sedikit inhomogen serta adanya penyangatan
akustik posterior lemah, hal ini mungkin disebabkan struktur kistik pada tumor tersebut.2, 5
Kista Payudara, dapat berasal dari adenosis, ketika lamina duktus dan acini
mengalami dilatasi dan dibatasi oleh jaringan epitel. Gambaran mamografinya berupa massa
bulat atau oval yang berbatas tegas. Tepi kista ini dapat berbatasan dengan jaringan
fibroglandular, baik sebagian maupun seluruhnya.2, 5 Gambaran USG pada kista adalah lesi
dengan bentuk bulat atau oval, mempunyai batas tegas dan teratur, an-echoic dan adanya
penyangatan akustik posterior.2
Etiologi
pada pada wanitasetelah menopause. Lesi-lesi ini dapat tumbuh lambat selama kehamilan.
Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari
fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh
terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae. Namun, terdapat beberapa faktor yang
dikaitkan dengan penyakit ini, antara lain peningkatan mutlak aktivitas estrogen, yang
diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Selain itu, diperkirakan terdapat prekursor
embrional yang dormant di kelenjar mammaria yang dapat memicu pembentukan
fibroadenoma yang akan berkembang mengikuti aktivitas ovarium.6
Epidemiologi
Fibroadenoma dapat terjadi pada wanita segala usia, selama masa reproduksi aktif dan
mengecil setelah menopause. Fibroadenoma jarang terjadi pada wanita postmenopause.
Prevalensi fibroadenoma pada wanita usia di atas 40 tahun kira-kira hanya 8 10 %. Sekitar
10 15 % kasus fibroadenoma merupakan multipel. Pada wanita berkulit gelap,
fibroadenoma lebih sering terjadi di usia lebih muda dibandingkan wanita berkulit putih.
Menurut WHO 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Ini menjadikan kanker
payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita. Setiap tahun lebih
dari 250.000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175.000 di
Amerika Serikat. Masih menurut WHO, tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis
kanker payudara dan lebih dari 700.000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang
akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa
kanker payudara menduduki ranking pertama di antara kanker lainnya pada wanita.7
Patofisiologi
Fibroadenoma adalah tumor jinak yang menggambarkan suatu proses hiperplasia dan
proliferasi pada satu duktus terminal, perkembangannya dihubungkan dengan suatu proses
aberasi perkembangan normal. Penyebab proliferasi duktus tidak diketahui, diperkirakan sel
stroma neoplastik mengeluarkan faktor pertumbuhan yang memengaruhi sel epitel.
Peningkatan mutlak aktivitas estrogen, diperkirakan berperan dalam pembentukannya. Kira
kira 10% fibroadenoma akan menghilang secara spontan tiap tahunnya dan kebanyakan
perkembangan fibroadenoma berhenti setelah mencapai diameter 2 3 cm. Fibroadenoma
hampir tidak pernah menjadi ganas.8
Pada penderita fibroadenoma mammae didapatkan beberapa gejala klinis antara lain
secara makroskopik : tumor bersimpai, berwarna putih keabu-abuan, pada penampang
tampak jaringan ikat berwarna putih, kenyal, ada bagian yang menonjol ke permukaan, ada
penekanan pada jaringan sekitar, batas tegas, rata-rata < 3 cm, bila diameter mencapai 10
15 cm muncul Fibroadenoma raksasa (Giant Fibroadenoma), tidak nyeri, benjolan dapat
digerakkan, pertumbuhannya lambat, mudah diangkat dengan lokal surgery, dan bila segera
ditangani tidak menyebabkan kematian.6
Penatalaksanaan
Medika Mentosa
Hanya diberikan jika pasien mengeluh gejala-gejala simptomatik, seperti demam
diberi antipiretik, nyeri diberi analgesic, sedangkan bila dipengaruhi oleh peningkatan kadar
hormon estrogen, bisa diberikan anti-estrogen untuk menurunkan kadar estrogen yang
berlebihan.3
Non Medika Mentosa
8
Prognosis dari penyakit ini baik, walaupun penderita mempunyai resiko yang tinggi
untuk menderita kanker payudara. Bagian yang tidak diangkat harus diperiksa secara teratur.6
Kesimpulan
Fibroadenoma merupakan neoplasma jinak yang terutama terdapat pada wanita muda.
Setelah menopouse, tumor tersebut tidak lagi ditemukan. Fibroadenma teraba sebagai
benjolan bulat atau berbenjol-benjol, dengan simpai licin dan konsistensi kenyal padat.
Tumor ini tidak melekat ke jaringan sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana-kemari.
Biasanya fibroadenoma tidak nyeri, tapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan. Kadang-kadang
fibroadenoma tumbuh multipel. Pada masa adolesens fibroadenoma bisa terdapat dalam
ukuran yang besar. Pertumbuhan bisa cepat sekali selam kehamilan dan laktasi atau
menjelang menopouse, saat rangsangan estrogen meninggi. Fibroadenoma harus diekstirpasi
karena tumor jinak ini bisa terus membesar.
Daftar Pustaka
Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan
dan Payudara Dalam: Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins
Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
2007. Hal. 793 4.
De Jong Wim, Sjamsuhidajat R, Editor. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi II. Jakarta.
Penerbit buku kedokteran EGC. 2005; p. 392.
Roubidoux
Marilyn
A.
Breast,
Fibroadenoma.
Available
from
Benson Ralph C, Pernoll Martin L. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Edisi IX.
Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC. 2009; p 487-91.
Sabiston C David jr. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku kedokteran
EGC. 1995; p. 383-384.
Anderson Silvia, McCarty Lorraine, et al. Patofisiologi. Edisi VI. Jakarta. Penerbit
buku kedokteran EGC. 2006; p. 1302.
10