Anda di halaman 1dari 6

LABORATORIUM INSTRUMEN ANALITIK

SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2015/2016

PRAKTIKUM SPEKTROFOTOMETRI
MODUL

: Penetapan Fe dalam Sampel Secara


Spektrofotometri Serapan Atom

PEMBIMBING

: Haryadi

Praktikum

: 7 Desember 2015

Penyerahan : 10 Desember 2015


(Laporan)
Oleh

Kelompok

: VI

Nama

: 1. Marwita Wahyuni ( 141431019 )


2. Megawati Sutan Sudrajat ( 141431020 )

Kelas

3. Meidiani Utami

( 141431021 )

4. Miftahussalam

( 141431022 )

: 2A Analis Kimia

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2015

PENENTUAN Fe DALAM SAMPEL SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN


ATOM
I. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Menghitung konsentrasi Fe dalam sampel
2. Mampu menggunakan spekrofotometri serapan atom dengan baik dan benar
3. Membuat kurva kalibrasi dengan benar

II. DASAR TEORI


Spektrometri Serapan Atom (SSA) adalah suatu alat yang digunakan
pada metode analisis untuk penentuan unsur-unsur logam dan metalloid
yang pengukurannya berdasarkan penyerapan cahaya dengan panjang
gelombang tertentu oleh atom logam dalam keadaan bebas (Skooget al.,
2000). Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi
rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
metode spektroskopi emisi konvensional. Memang selain dengan metode
serapan atom, unsur-unsur dengan energi eksitasi rendah dapat juga
dianalisis dengan fotometri nyala, akan tetapi fotometri nyala tidak cocok
untuk unsur-unsur dengan energy eksitasi tinggi. Fotometri nyala memiliki
range ukur optimum pada panjang gelombang 400-800 nm, sedangkan
AAS memiliki range ukur optimum pada panjang gelombang 200-300 nm
(Skoog et al., 2000). Untuk analisis kualitatif, metode fotometri nyala lebih
disukai dari AAS, karena AAS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow
cathode). Kemonokromatisan dalam AAS merupakan syarat utama. Suatu
perubahan temperature nyala akan mengganggu proses eksitasi sehingga
analisis dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa metode
fotometri nyala dan AAS merupakan komplementer satu sama lainnya.
Prinsip Spektrometri Serapan Atom (SSA) pada dasarnya sama
seperti absorpsi sinar oleh molekul atau ion senyawa dalam larutan.
Hukum absorpsi sinar (Lambert-Beer) yang berlaku pada spektrofotometer
absorpsi sinar ultra violet, sinar tampak maupun infra merah, juga berlaku
pada Spektrometri Serapan Atom (SSA). Perbedaan analisis Spektrometri

Serapan Atom (SSA) dengan spektrofotometri molekul adalah peralatan


dan bentuk spectrum absorpsinya.

III. ALAT DAN BAHAN


ALAT
Labu takar
Buret
Gelas kimia
Corong pendek
Botol semprot
Pipet Volum
Pipet ukur
Batang pengaduk
Spektroftometer serapan atom

BAHAN
Larutan standar induk Fe 1000 ppm
HCl + 12 M
HCl 5 M
Sampel
Akuades

IV. CARA KERJA


Analisa Fe dalam Cuplikan
Membuat 100 mL larutan Fe2+ 100 ppm dengan mengencerkan dari larutan induk
1000 ppm

Membuat larutan standar Fe : 1 ppm, 3 ppm, 5 pmm, 7 ppm, 9 ppm masing-masing sebanyak
100 mL dengan keasaman HCl yang sesuai

Mengukur absorbansi (A) larutan-larutan standar Fe pada panjang gelombang 248,3 nm


(terhadap larutan blanko)

Membuat kurva kalibrasi Fe (absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi larutan standar Fe

V. DATA PENGAMATAN
Konsentrasi
(ppm)
1
3
5
7
9
4.4195

Standar 1
Standar 2
Standar 3
Standar 4
Standar 5
Sampel

A
0.0100
0.0287
0.0432
0.0578
0.0747
0.0372

VI. KURVA

Kurva Kalibrasi Absorbansi dengan Konsentrasi


0.08
0.07

f(x) = 0.01x + 0
R = 1
Kurva Kalibrasi Absorbansi dengan Konsentrasi

0.06
0.05

Absorbansi

0.04
0.03
0.02

Linear (Kurva Kalibrasi Absorbansi dengan Konsentrasi)

0.01
0
0

10

Konsentrasi (ppm)

VII. PEMBAHASAN
Marwita Wahyuni (141431019)
Megawati Sutan Sudrajat (141431020)
Meidiani Utami (141431021)
Pada praktikum ini digunakan alat SSA dengan metode fotometri nyala, dan
sampel yang diuji adalah sampel Fe. Larutan standar yang dibuat memiliki
konsentrasi 1, 3, 5, 7, dan 9 ppm dan larutan blanko. Sebelum dilakukan
pengukuran, dilakukan kalibrasi terlebih dahulu dengan menggunakan larutan blanko.
Pengkalibrasian dengan blanko bertujuan agar pada konsentrasi standar nol tidak terjadi
penyerapan sinar sehingga pembacaan standar atau sampel lebih tepat dan akurat. Pada
setiap pengukuran dengan konsentrasi yang berbeda harus diselingi
dengan larutan blanko yang berfungsi untuk mengurangi sinar yang dipantulkan

sehingga alat dapat meresap cahaya dengan maksimal dan larutan blanko yang digunakan
adalah yang sepaket dengan alat SSA. Pada larutan standar dan larutan sampel
ditambahkan HCl 5 N yang berfungsi untuk mengasamkan larutan dan
melarutkan logam yang terkandung dalam sampel dan standar.
Berdasarkan data pengamatan, Didapat nilai absorbansi semakin meningkat seiring
kenaikan konsentrasi larutan ion Fe. Hal ini karena pada konsentrasi yang tinggi maka daya
serapnya terhadap cahaya semakin tinggi pula.
Pada percobaan pengukuran absorbansi terhadap sampel, sampel diukur secara duplo
sehingga nilai absorbansi yang didapat adalah 0.0372 dengan konsentrasi yang didapat
sebesar 4.4195 ppm dan menurut persamaan regresi linier (y = 0.0079x + 0.0033), didapatkan
konsentrasi sebesar 4.2911 ppm.

Miftahussalam (141431022)
VIII. KESIMPULAN

1. SSA adalah suatu teknik analisis untuk menetapkan konsentrasi suatu unsur (logam)
dalam suatu sampel
2. Berdasarkan persamaan regresi linier (y = 0.0079x + 0.0033), konsentrasi sampel
yang didapatkan adalah 4.2911 ppm dan menurut alat SSA adalah 4.4195 ppm
dengan absorbansi 0.0372
IX. DAFTAR PUSTAKA

Amrin, A., dan Dita Ardilla. 2013. Analisis Besi (Fe) dan Aluminium (Al) Dalam
Tanah Lempung Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Lampung : Universitas
Lampung
Harmita. No Date. Spektrofotometer Serapan Atom. Jakarta : Universitas Indonesia
Marlina, Ari, dkk. No Date. Petunjuk Praktikum Spektrofotometri. Bandung :
Politeknik Negeri Bandung

LAMPIRAN
Pengenceran
1. 1 mL Fe3+ 100 ppm
V1 K1 = V2 K2
1 mL 100 ppm = 100 mL K2
1 mL 100 ppm
=1 ppm
K2 =
100 mL
2. 3 mL Fe3+ 100 ppm
V1 K1 = V2 K2
3 mL 100 ppm = 100 mL K2
3 mL 100 ppm
=3 ppm
K2 =
100 mL
3. 5 mL Fe3+ 100 ppm

V1 K1 = V2 K2
5 mL 100 ppm = 100 mL K2
5 mL 100 ppm
=5 ppm
K2 =
100 mL
4. 7 mL Fe3+ 100 ppm
V1 K1 = V2 K2
7 mL 100 ppm = 100 mL K2
7 mL 100 ppm
=7 ppm
K2 =
100 mL
5. 9 mL Fe3+ 100 ppm
V1 K1 = V2 K2
9 mL 100 ppm = 100 mL K2
9 mL 100 ppm
=9 ppm
K2 =
100 mL
Sampel
Sampel yang digunakan adalah campuran dari larutan yang berkonsentrasi 2 ppm dan 8 ppm.
Konsentrasi sampel berdasarkan grafik :
y

= 0.0079x + 0.0033

0.0372

= 0.0079x + 0.0033

0.0372-0.0033 = 0.0079x
x

0.0339
0.0079

= 4.2911 ppm

Anda mungkin juga menyukai