Anda di halaman 1dari 15

REFLEKSI KASUS

STATUS PASIEN
I. IDENTITAS
Nama

: Tn. M

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 27 tahun

Pekerjaan

: TNI

Alamat

: Tempel ,Sleman

Tanggal Masuk

: 29 Maret 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
Nyeri pada kantong buah zakar kiri sejak 2 Jam SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD RSPAU dr. S. Hardjolukito dengan keluhan nyeri pada kantong
buah zakar sejak 2 jam SMRS. Nyeri dirasakan mendadak saat pasien akan apel pagi. Nyeri
dirasakan terus menerus. Buah zakar kiri juga terasa berat dan kemeng kemeng. Pasien juaga
mengeluhkan mual. Gangguan BAK (-), demam (-) . Sehari sebelum masuk rumah sakit
pasien mealukan olahraga berat. Riwayat trauma pada kemaulan di sangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan keluhan ini sudah sering dialami sejak 8 tahun yang lalu.
Pasien, mengatakan serinng nyeri pada kantong zakar sebelah kiri, namun nyeri yang di
rasakan hilanh timbul. Nyeri kambuh apabila pasien kelelahan atau mengerjakan kegiatan
yang berat. Pernah ke dokter sebelumnya dikatakan bahwa hal tersebut merupakan gejala
varikokel.
Riwayat Penyakit Keluarga
Hipertensi (-), DM (-).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik

a. Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Sikap
Tanda vital

: Tampak sakit sedang


: Compos mentis
: Kooperatif

Tekanan darah : 130 / 80 mmhg


Nadi

: 84 kali / menit

Pernapasan

: 20 kali / menit

Suhu tubuh

: 36,5 oC

Kepala

: normochepali

Rambut

: warna hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

Wajah

: simetris

Kulit

: warna kuning langsat, turgor baik

Mata

: konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik -/-,

Hidung

: sekret -/-, hiperemis -/-

Mulut

: oral hygiene baik, faring tidak hiperemis

Leher

: trakea lurus di tengah, KGB tidak membesar

Paru

:
Inspeksi

: pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis

Palpasi

: vokal fremitus teraba sama di kedua lapang paru

Perkusi

: sonor di kedua lapang paru

Auskultasi

: suara napas vesikuler di kedua lapang paru, rhonkii -/-,


wheezing -/-

Jantung

Inspeksi

: iktus kordis tidak tampak

Palpasi

: iktus kordis teraba di ICS V linea midklavikula


sinistra

Perkusi

Batas kanan

: ICS IV linea parasternalis dekstra

Batas kiri

: ICS V 3 cm lateral linea midklavikularis sinistra

Pinggang

: ICS III linea parasternalis sinistra

Auskultasi
Abdomen
Inspeksi

: bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)


:
: datar, supel

Palpasi

: nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), defans muscular (-),


hepar dan lien tidak teraba

Perkusi

: timpani

Auskultasi

: bising usus (+) Normal

Ekstremitas
St. Lokalis

: akral hangat (+), edema (-)

Regio Genital :
OUE letak normal, merah (-), bengkak (-) Nyeri (-), sekret (-)
Skrotum (s): I: tampak bengkak +-5x6x3 cm, berwarna merah, , darah (-), nanah (-),
posisinya lbh tinggi dari skrotum kanan.,
P: Massa (-) padat kenyal, nyeri (+), hangat (+), massa (-)
Nyeri tetap saat elevasi testis Prehn Test (-), reflek kremaster (-)

Diagnosa banding:
Orchitis
Epididimitis akut
Hernia skrotalis inkarserata
LAPORAN OPERASI
Tumor testis
Dx. Torsio Testis Sinistra

Op. eksplorasi + orchidopexy Sinistra dan dextra


PLAN:
Uraian:
-Inj Ketorolac
1 amp
Incisi pararaphy
sampai
membuka tunika dartos sinistra
Didapatkan
testis terlpuntir
-Inj ceftriaxone
1 gr . Evaluasi testis, didapatkan testis kiri belum nekrosis, dan testis kiri dilakukan
orchidopexy. Orchidopeksi dilakukan juga pada kontra lateral
In loop- Eksplorasi
dijahit lapistestis
demi Cito
lapis
Terapi post operasi :
Inf. RL
Inj. Ceftriaxone 1gr/12 jam
Inj. Ketorolak 1A/8 jam
Inj Ranitidine 1A/ 12 J
I j Kalnex 1A/ 8 jam
Inj vit k 1 A /8 jam

PEMBAHASAN
TORSIO TESTIS
DEFINISI
Torsio testis adalah suatu keadaan dimana funikulus spermatikus terpeluntir yang
mengakibatkan oklusi dan strangulasi dari vaskularisasi vena atau arteri ke testis dan
epididimis.12

Testis dapat terputar dalam kantong skrotum (torsio) akibat perkembangan abnormal dari
tunika vaginalis dan funikulus spermatikus dalam masa perkembangan janin. Insersi
abnormal yang tinggi dari tunika vaginalis pada struktur funikulus akan mengakibatkan testis
dapat bergerak seperti anak genta di dalam genta, sehingga testis kurang melekat pada tunika
vaginalis viseralis. Testis yang demikian mudah memuntir dan memutar funikulu
spermatikus. Jenis torsio ini disebut sebagai torsio funikulus spermatikus intravaginalis.9
Pada masa janin dan neonatus lapisan parietal yang menempel pada muskulus dartos masih
belum banyak jaringan penyanggahnya sehingga testis, epididimis, dan tunika vaginalis
mudah sekali bergerak dan memungkinkan untuk terpluntir pada sumbu funikulus
spermatikus. Terpluntirnya testis pada keadaan ini disebut torsio testis ekstravaginal.12

EPIDEMIOLOGI
Torsio testis merupakan kelainan yang cukup sering. Di mana torsio testis, epididimitis dan
torsi dari appendix testis merupakan 3 penyebab tersering nyeri skrotum akut. Torsio testis
juga merupakan kegawat daruratan urologi yang paling sering terjadi pada laki-laki dewasa
muda, dengan angka kejadian 1 diantara 4000 orang dibawah usia 25 tahun dan paling
banyak diderita oleh anak pada masa pubertas (12-20 tahun).2
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul ketika
seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis kiri
berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah dengan jarum
jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema, kedua keadaan tersebut menyebabkan
iskemia testis.9

ETIOLOGI
Adanya kelainan sistem penyanggah testis menyebabkan testis dapat mengalami torsio jika
bergerak secara berlebihan. Beberapa keadaan yang menyebabkan pergerakan yang
berlebihan itu, antara lain adalah perubahan suhu yang mendadak (seperti pada saat
berenang), ketakutan, latihan yang berlebihan, batuk, celana yang terlalu ketat, defekasi, atau
trauma yang mengenai skrotum.10
Faktor predisposisi lain terjadinya torsio meliputi peningkatan volume testis (sering
dihubungkan dengan pubertas), tumor testis, testis yang terletak horizontal, riwayat
kriptorkismus, dan pada keadaan dimana spermatic cord intrascrotal yang panjang.11
Trauma dapat menjadi faktor penyebab pada sekitar 50% pasien, torsio timbul ketika
seseorang sedang tidur karena spasme otot kremaster. Kontraksi otot ini karena testis kiri
berputar berlawanan dengan arah jarum jam dan testis kanan berputar searah dengan jarum
jam. Aliran darah terhenti, dan terbentuk edema. Kedua keadaan tersebut menyebabkan
iskemia testis.9

PATOFISIOLOGI

Terdapat dua jenis torsio testis berdasarkan patofisiologinya yaitu intravagina dan
ekstravagina torsio. Torsio intravagina terjadi di dalam tunika vaginalis dan disebabkan oleh
karena abnormalitas dari tunika pada spermatic cord di dalam scrotum. Secara normal, fiksasi
posterior dari epididimis dan investment yang tidak komplet dari epididimis dan testis
posterior oleh tunika vaginalis memfiksasi testis pada sisi posterior dari scrotum. Kegagalan
fiksasi yang tepat dari tunika ini menimbulkan gambaran bentuk bell-clapper deformitas,
dan keadaan ini menyebabkan testis mengalami rotasi pada cord sehingga potensial terjadi
torsio. Torsio ini lebih sering terjadi pada usia remaja dan dewasa muda.6

Ekstravagina torsio terjadi bila seluruh testis dan tunika terpuntir pada axis vertical sebagai
akibat dari fiksasi yang tidak komplet atau non fiksasi dari gubernakulum terhadap dinding
scrotum, sehingga menyebabkan rotasi yang bebas di dalam scrotum. Kelainan ini sering
terjadi pada neonatus dan pada kondisi undesensus testis.6

ETIOLOGI

Kelainan sistem penyangga testis

Faktor predisposisi lain

Testis berotasi
Funiculus spermaticus terpeluntir

Aliran darah terhenti


Iskemia testis

Nekrosis
Nyeri menjalar Pembengkakan
ke abdomen
pada
Mual
testis
dan muntah Demam

MANIFESTASI KLINIK
Nyeri akut pada daerah testis disebabkan oleh torsio testis, epididimitis atau orchitis akut atau
trauma pada testis. Nyeri ini seringkali dirasakan hingga ke daerah abdomen sehingga
dikacaukan dengan nyeri karena kelainan organ intraabdominal. Sedangkan nyeri tumpul
disekitar testis dapat disebabkan karena varikokel.10
Pada torsio testis, pasien mengeluh nyeri hebat di daerah skrotum, yang sifatnya mendadak
dan diikuti pembengkakan pada testis. Keadaan itu disebut akut skrotum. Nyeri dapat
menjalar ke daerah inguinal atau perut sebelah bawah sehingga jika tidak diwaspadai sering
dikacaukan dengan apendisitis akut.10
Gejala lain yang juga dapat muncul adalah mual dan muntah, kadang-kadang disertai demam
ringan. Gejala yang jarang ditemukan pada torsio testis ialah rasa panas dan terbakar saat
berkermih, dan hal ini yang membedakan dengan orchio-epididimitis.9

DIAGNOSA
Penegakan diagnosa pada torsio testis dapat dilakukan dengan cara :
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat membantu membedakan torsio testis dengan penyebab akut
scrotum lainnya. Testis yang mengalami torsio pada scrotum akan tampak bengkak dan
hiperemis. Eritema dan edema dapat meluas hingga scrotum sisi kontralateral. Testis yang
mengalami torsio juga akan terasa nyeri pada palpasi. Jika pasien datang pada keadaan
dini, dapat dilihat adanya testis yang terletak transversal atau horisontal. Seluruh testis
akan bengkak dan nyeri serta tampak lebih besar bila dibandingkan dengan testis
kontralateral, oleh karena adanya kongesti vena. Testis juga tampak lebih tinggi di dalam
scotum

disebabkan

karena

pemendekan

dari

spermatic

cord.

Hal

tersebut

merupakan pemeriksaan yang spesifik dalam menegakkan dianosis. Biasanya nyeri juga
tidak berkurang bila dilakukan elevasi testis (Prehn sign).11
Pemeriksaan fisik yang paling sensitif pada torsio testis ialah hilangnya refleks cremaster.
Dalam satu literatur disebutkan bahwa pemeriksaan inimemiliki sensitivitas 99% pada
torsio testis.11
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan urin dilakukan untuk menyingkirkan diagnosa infeksi traktus urinarius
pada pasien dengan nyeri akut pada skrotum. Piuria dengan atau tanpa bakteri
mengindikasikan adanya suatu proses infeksi dan mungkin mengarah kepada
epididimitis. Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan darah dan sediment urin.10
b. Pemeriksaan Radiologis
Color Doppler Ultrasonography :10
1)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat aliran darah pada arteri testikularis.
2)
Merupakan Gold Standar untuk pemeriksaan torsio testis dengan sensitivitas 823)

90% dan spesifitas 100%.


Pemeriksaan ini menyediakan informasi mengenai jaringan di sekitar testis yang
echotexture. Ultrasonografi dapat menemukan abnormalitas yang terjadi pada

4)

skrotum seperti hematom, torsio appendiks dan hidrokel.


Pada torsio testis, akan timbul keadaan echotexture selama 24-48 jam dan
adanya perubahan yang semakin heterogen menandakan proses nekrosis sudah
mulai terjadi.

Nuclear Scintigraphy :10


1) Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk melihat
aliran darah testis.
2) Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah
yang meragukan dengan memakai ultrasonografi.
3) Memiliki sensitivitas dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah iskemia
akibat infeksi.
4) Pada keadaan skrotum yang hiperemis akan timbul diagnosis negatif palsu
5) Adanya daerah yang mengandung sedikit proton pada salah satu skrotum
merupakan tanda patognomonik terjadinya torsio.

DIAGNOSA BANDING
Torsio testis harus selalu dibedakan dengan kondisi-kondisi lain sebagai penyebab dari akut
scrotum, antara lain :10,12
1. Epididimitis akut.

Penyakit ini secara umum sulit dibedakan dengan torsio testis. Nyeri scrotum akut
biasanya disertai dengan kenaikan suhu, keluarnya nanah dari uretra, adanya riwayat
coitus suspectus (dugaan melakukan senggama dengan selain isterinya), atau pernah
menjalani kateterisasi uretra sebelumnya. Pada pemeriksaan, epididimitis dan torsio testis,
dapat dibedakan dengan Prehns sign, yaitu jika testis yang terkena dinaikkan, pada
epididmis akut terkadang nyeri akan berkurang (Prehns sign positif), sedangkan pada
torsio testis nyeri tetap ada (Prehns sign negative). Pasien epididimitis akut biasanya
berumur lebih dari 20 tahun dan pada pemeriksaan sedimen urin didapatkan adanya
leukosituria dan bakteriuria.
2. Hernia scrotalis incarserata
3. Hidrokel
4. Tumor testis
A. KOMPLIKASI
Torsio testis dan spermatic cord akan berlanjut sebagai salah satu kegawat daruratan dalam
bidang urologi. Nekrosis tubular pada testis yang terlibat jelas terlihat setelah 2 jam dari torsi.
Keterlambatan lebih dari 6-8 jam antara onset gejala yang timbul dan waktu pembedahan
atau detorsi manual akan menurunkan angka pertolongan terhadap testis hingga 55-85%.
Putusnya suplai darah ke testis dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan atrofi
testis. Atrofi testikular dapat terjadi dalam waktu 8 jam setelah onset iskemia. Insiden
terjadinya atrofi testis meningkat bila torsio telah terjadi 8 jam atau lebih. Komplikasi klinis
dari TT adalah kesuburan yang menurun dan hilangnya testikular apabila torsi tersebut tidak
diperbaiki dengan cukup cepat. Tingkat yang lebih ekstrim dari torsi testis mempengaruhi
tingkat iskemia testikular dan kemungkinan penyelamatan.5
Komplikasi torsi testis yang paling signifikan adalah infark gonad. Kejadian ini bergantung
pada durasi dan tingkat torsi. Analisis air mani abnormal dan apoptosis testikular
kontralateral juga merupakan sekuele yang diketahui mengikuti ketegangan testis. Oleh
karena itu, resiko subfertilitas harus dibicarakan dengan pasien. Testis yang telah mengalami
nekrosis jika tetap dibiarkan berada di dalam skrotum akan merangsang terbentuknya
antibodi antisperma sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari. Komplikasi
lain yang sering timbul dari torsio testis meliputi yaitu hilangnya testis, infeksi, infertilitas
sekunder, deformitas kosmetik.4

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan torsio testis dibagi menjadi dua yaitu :


1. Non-operatif
Detorsi manual adalah mengembalikan posisi testis ke asalnya, dengan jalan memutar
testis kearah berlawanan dengan arah torsio. Karena arah torsio biasanya ke medial maka
dianjurkan untuk memutar testis kearah lateral dahulu, kemudian jika tidak terjadi
perubahan, dicoba detorsi kearah medial. Hilangnya nyeri setelah detorsi menandakan
bahwa detorsi telah berhasil. Jika detorsi berhasil, operasi harus tetap dilaksanakan.10
Dalam pelaksanaannya, detorsi manual sulit dan jarang dilakukan. Di unit gawat darurat,
pada anak dengan scrotum yang bengkak dan nyeri, tindakan ini sulit dilakukan tanpa
anestesi. Selain itu, testis mungkin tidak sepenuhnya terdetorsi atau dapat kembali
menjadi torsio tak lama setelah pasien pulang dari RS. Sebagai tambahan, mengetahui ke
arah mana testis mengalami torsio adalah hampir tidak mungkin, yang menyebabkan
tindakan detorsi manual akan memperburuk derajat torsio.3
2. Operatif
Dilakukan untuk reposisi dan setelah itu dilakukan penilaian apakah testis yang
mengalami torsio masih viable (hidup) atau sudah mengalami nekrosis. Jika testis masih
hidup, dilakukan orchidopeksi (fiksasi testis) pada tunika dartos kemudian disusul
orchidopeksi pada testis kontralateral.10

Torsio testis merupakan kasus emergensi, harus dilakukan segala upaya untuk
mempercepat proses eksplorasi dan pembedahan. Hasil pembedahan tergantung dari
lamanya iskemia, oleh karena itu, waktu sangat penting. Biasanya waktu terbuang untuk
pemeriksaan pencitraan, laboratorium, atau prosedur diagnostik lain yang mengakibatkan
testis tak dapat dipertahankan.3
Tujuan dilakukannya eksplorasi yaitu :3
a. Untuk memastikan diagnosis torsio testis
b. Melakukan detorsi testis yang torsio
c. Memeriksa apakah testis masih viable
d. Membuang (jika testis sudah nonviable) atau memfiksasi jika testis masih viable
e. Memfiksasi testis kontralateral
Perbedaan pendapat mengenai tindakan eksplorasi antara lain disebabkan oleh kecilnya
kemungkinan testis masih viable jika torsio sudah berlangsung lama (>24-48 jam).
Sebagian ahli masih mempertahankan pendapatnya untuk tetap melakukan eksplorasi
dengan alasan medikolegal, yaitu eksplorasi dibutuhkan untuk membuktikan diagnosis,
untuk menyelamatkan testis (jika masih mungkin), dan untuk melakukan orkidopeksi
pada testis kontralateral. Saat pembedahan, dilakukan juga tindakan preventif pada testis
kontralateral. Hal ini dilakukan karena testis kontralaeral memiliki kemungkinan torsio di
lain waktu.3

Jika

testis

masih

hidup,

dilakuakn

orkidopeksi (fiksasi testis) pada tunika


dartos kemudian disusul orkidopeksi pada
testis
dilakukan

kontralateral.
dengan

Orkidopeksi
mempergunakan

benang yang tidak diserap pada 3 tempat


untuk mencegah agar testis tidak terpluntir kembali, sedangkan pada testis yang sudah
mengalami nekrosis dilakukan pengangkatan testis (orkidektomi) dan kemudian disusul
orkidopeksi pada testis kontralateral. Testis yang telah mengalami nekrosis jika tetap
dibiarkan berada dalam skrotum akan merangsang terbentuknya antibodi antisperma
sehingga mengurangi kemampuan fertilitas dikemudian hari.10

PROGNOSIS

Penatalaksanaan torsio testis menjadi tindakan darurat yang harus segera dilakukan karena
angka keberhasilan serta kemungkinan testis tertolong akan menurun seiring dengan
bertambahnya lama waktu terjadinya torsio. Bila dilakukan penanganan sebelum 6 jam
hasilnya baik, 8 jam memungkinkan pulih kembali, 12 jam meragukan, 24 jam dilakukan
orkidektomi. Viabilitas testis sangat berkurang bila dioperasi setelah 6 jam.
Adapun penyebab tersering hilangnya testis setelah mengalami torsio adalah keterlambatan
dalam mencari pengobatan (58%), kesalahan dalam diagnosis awal (29%), dan keterlambatan
terapi (13%).

DAFTAR PUSTAKA

1. Blandy,J., 1992. Lecture Notes on Urology. Oxford : Blackwell Scietific Publication


2. Cuckow,P.M.,
Frank,J.D.,
2001.
Torsion
of
The
Testis.
Didapat
dari
:
http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1046/j.1464-410x.2000.00106.x/full diakses pada tanggal 15
Juli 2013
3. Govindarajan. 2011. Pediatric Testicular Torsion. Didapat dari
medscape.com/article/2035074-overview diakses pada tanggal 15 Juli 2013

http://emedicine.

4. Graham, et al. 2009. Testicular Torsion. Didapat dari : http://connection.


ebscohost.com/c/articles/52796608/testicular-torsion diakses pada tanggal 15 Juli 2013
5. Greenberg,M. 2005. Testicular Torsion in Greenberg's Text Atlas of Emergency Medicine. USA :
Lippincott Williams & Wilkins
6. Kusbiantoro.
2007.
Torsio
Testis.
Didapat
dari
:
http://bedahunair.hostzi.
com/web_documents/torsio_testis.doc diakses pada tanggal 15 Juli 2013
7. Moore,K.L., Agur,A.M.R., 2002. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta : Hipokrates
8. Prekumnar,K. 2004. The Massage Connection Anatomy and Physiology. USA : Lippincott
Williams & Wilkins
9. Price,S.A., Wilson,L.M., 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC
10. Purnomo,,B.P., 2003. Dasar-dasar Urologi. Jakarta : Sagung Seto
11. Ringdahl,E., Teague,L., 2006. Testicular Torsion. Didapat
org/afp/2006/1115/p1739.html diakses pada tanggal 15 Juli 2013

dari

12. Sjamsuhidajat,R., DeJong,W., 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC

http://www.aafp.

Anda mungkin juga menyukai