Anda di halaman 1dari 14

Percobaan ke- 7

I. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan

Mengenal karakter-karakter morfologi reptil

1.2. Dasar Teori


Reptil terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia
atau Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah
pleurodira, cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria
(kadal) dan serpentes (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial,
alligator, dan crocodilidae (Pope, 1956). Oleh karena itu, untuk membuat
suatu system klasifikasi diperlukan adanya pengamatan morfologi. Dari
pengamatan morfologis dapat diukur parameter morfologinya sehingga
dapat dilakukan pengindentifikasiannya dan berakhir dengan pembuatan
kunci determinasi dari reptil.
Reptilia adalah hewan yang mempunyai kulit yang kering, ditutupi
oleh sisik, mempunyai dua pasang ekstermitas luar yang dilengkapi dengan
jari-jari dan berakhir dengan cakar. Reptilia tidak mempunyai banyak
kelenjer pada kulitnya, kelenjer pada reptilian terdapat pada rongga
mulutnya. Kelenjer parapin pada langit-langit mulut, lingual gland pada

lidah, sub lingual gland (kelenjer dibawah lidah) dan labial gland (pada
bibir). Pada serpentes terdapat modifikasi dari labial gland di rahang atas.
Lidah pada serpentes sempit dan bertakik dalam yang pada bagian ujungnya
bertindak sebagai organ sensori untuk merasakan bau, suhu dan partikel zat
yang ada pada udara (Tim Taksonomi Hewan Vertebrata, 2010).
Reptilia merupakan kelompok hewan darat pertama yang sepanjang
hidupnya bernafas dengan paru-paru. Ciri umum kelas ini yang
membedakan dengan kelas yang lain adalah seluruh tubuhnya tertutup oleh
kulit kering atau sisik. Kulit ini menutupi seluruh permukaan tubuhnya dan
pada beberapa anggota ordo atau sub ordo tertentu mengalami pergantian
kulit . Pergantian kulit secara total terjadi pada anggota sub-ordo ophidia
dan pada anggota sub-ordo lacertilia pergantian kulit terjadi secara sebagian.
Sedangkan pada ordo chelonia dan crocodilia sisiknya hampir tidak pernah
mengalami pergantian atau pengelupasan. Kulit pada reptil memiliki sedikit
sekali kelenjar kulit (Jasin, 1992).
Reptile terdiri dari empat ordo yaitu Testudinata, Rhynchochephalia
atau Tuatara, Squamata dan Crocodilia. Sub kelas dari Testudinata adalah
pleurodira, cryptodira, paracrytodira. Sub ordo dari Squamata adalah sauria
(kadal) dan serpents (ular). Sub ordo dari Crocodilia adalah gavial, alligator,
dan crocodilidae (Goin, 1971)
Ordo Rhynchocephalia diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era
Triasik Akhir yaitu antara 210 220 juta tahun yang lalu. Ordo
Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip

dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota


ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat
hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara
ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang
seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam
waktu 1 tahun (Anonymous, 2010b).
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya
ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami
pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas,
stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan
yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara
keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas
sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar
klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar
ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan
atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki
ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan
beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara
ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata
sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika,
Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania (Weber, 1915)
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan
Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-

ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini.
Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak
mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang
transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata
yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan
ligament elastic (Brotowidjoyo, 1989).
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ
tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paruparu kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa
sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula
pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian
famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk
melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah
mangsa (Yatim, 1985).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu Aglypha (tidak
memiliki gigi bisa) Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
Proteroglypha (memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka).
Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.Solenoglypha (memiliki
gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan).
Contohnya pada Famili Viperidae.Ophistoglypha (memiliki gigi bisanya
yang terdapat di deretan gigi belakangnya) Contohnya pada Famili
Hydrophiidae ( Djuhanda, 1983).

Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk
melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu
pencernaannya, yaitu Haemotoxin merupakan bisa yang menyerang sistem
peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili
yang memiliki bisa tipe ini adalah Colubridae dan Viperidae. Cardiotoxin
merupakan bias yang dapat menyerang pembuluh darah dan juga jantung
dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan
akhirnya dapat berhenti. Contoh famili yang memiliki bisa jenis ini tidak
spesifik, dalam arti banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa
jenis ini. Neurotoxin merupakan bisa yang menyerang syaraf, menjadikan
syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat
dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh
famili yang memiliki bisa tipe ini (Iskandar, 2000).
Sub ordo serpentes memiliki empat family yaitu Elaphidae,
Colubridae, Viperidae, dan Hidropidae. Elapidae merupakan famili yang
anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah
tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah
diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika
menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe
neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata
membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat
mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun
adapula yang ovovivipar (Hemachatus) ( Bennet, 1999).

Famili Colubridae memiliki ciri yang dapat membedakan dengan


famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan
baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk
oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya
silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies
ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau
kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe
proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis,
Natrix, Ptyas, dan Elaphe ( Djuhanda, 1982).
Famili Viperidae memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis
haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di
gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di
seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal
dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor.
Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan
beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah
Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies (Weber, 1915).
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa
yang tinggi. Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan
Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belangbelang dan sangat mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk
pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di air.
Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra

Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus
persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis
cenderung untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di
dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas (Iskandar,
2000).
Ular merupakan salah satu reptil yang paling sukses berkembang di
dunia. Ular dapat diketemukan di gunung, hutan, gurun, dataran rendah,
lahan pertanian, lingkungan pemukiman, sampai ke lautan. Sebagaimana
hewan berdarah dingin, ular semakin jarang diketemukan di tempat-tempat
yangdingin seperti puncak-puncak gunung dan daerah padang salju atau
kutub ( Djuhanda, 1983).
Banyak jenis-jenis ular yang sepanjang hidupnya berkelana di
pepohonan dan hampir tidak pernah menyentuh tanah. Ada jenis lainnya
yang hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di
bawah serasah atau tumpukan bebatuan. Sementara sebagian yanglain hidup
akuatik atau semi akuatik di sungai-sungai, rawa, danau dan laut
(Brotowidjoyo, 1989).
Kebanyakan jenis ular berkembang biak dengan bertelur. Jumlah
telurnya bisa beberapa butir saja hingga puluhan dan ratusan. Ular
meletakkan telurnya di lubang-lubang tanah, gua, lubang kayu lapu, atau di
bawah timbunan daun-daun kering. Beberapa jenis ular diketahui
menunggui telurnya hingga menetas. Sebagian ular, seperti ular kadut
belang, ular pucuk dan ular bangkai laut, melahirkan anaknya. Melahirkan

disini tidak seperti pada mamalia, melainkan telurnya berkembang dan


menetas di dalam tubuh induknya (ovovivipar), lalu keluar sebagai ular
kecil-kecil. Sejenis ular primitif, yakni ular buta atau ular kawat
Rhampotyphlops braminus, sejauh ini hanya diketahui yang betinanya saja.
Ular kecil yang seperti cacing ini diduga mampu bertelur dan berkembang
biak tanpa ular jantan ( Jafnir, 1985).
Ular memangsa berbagai jenis hewan aquatic seperti ikan, kodok,
berudu. Ular besar seperti sanca kembung atau Python reticulata dapat
memangsa kambing, kijang, ruda bahkan manusia.Ular mengunjah
mangsanya bulat-bulat artinya tanpa dikunyah menjadi keeping-keping yang
lebih kecil, agar lancer mengunyah maka ular memilih menelan mangsanya
dengan kepala lebih dahulu. Ular sanca kembung atau Python reticulate
membunuh mangsanya dengan cara melilitnya hingga tak bernafas. Ularular berbisa membunuh mangsanya dengan bisa yang dapat melumpuhkan
system saraf, pernafasan dan jantung dalam beberapa menit saja. Untuk
mengidentifikasi ular yang paling akurat adalah dengan melihat sisik di
kepalanya. Cara lain adalah dengan melihat bentuk morfologi tibuhnya dan
motif pada sisiknya (Goin, 1971)

II. METODE
2.1. Alat Dan Bahan
Alat

Jumlah

Bahan

Jumlah

Baki

Spesimen Ular

Penggaris

Spesimen Bunglon

Jarum jara

Speimen Kadal

Kaca pembesar

Spesimen Cakcak

Pinset

Alkohol 70%

Srung tanggan

Kaliper

secukupny
a

2.2. Cara Kerja


Spesimen
Di identifikasi
Di gambar
Di bandingkan spesimen yang di dapat

Hasil

III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN


Gambar Literatur

Gambar pengamatan

Gamab Tanggan

1.Bunglon

1. Bunglon

1. Bunglon

Sumber: :()

Sumber: Pribadi

2. Ular cincin mas

2. Ular cincin mas

Sumber: ()

Sumber: Pribadi

2. Ukar cincin mas

Klasifikasi
1. Bunglon
Kingdom: Animalia
Filum : Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Sauria
Famili : Agamaidae
Genus : Bronchocela
Spesies : Bronchocela
jubate

Morfologi
Tympanium: Jelas
Sisik kepala: Anmertis
Bentuk gigi: Agiyeh
Sisik tubuh:
Homogenous
Bentuk pupil: Vertikal
Sisik ekor: Devided

Ukuran
Panjang total: 34 cm
Lebar mata: 1 cm
Panjang ekor: 22,9 cm
Panjang kepala: 3,03 cm
Panjang badan: 12,5 cm

sub. Caudal
Bentuk kaki: Literatal
Bebtuk rahang bawah:
Warna tebuh: kuning
kehijauan

Klasifikasi

Ukuran

Keterangan

2. Ular cincin Mas


Kerajaan: Animalia

Sisik kepala: simetris

Panjang total: 3 cm

Filum: Kordata

Bentuk pupil: Bulat,

Panjang ekor: 24,4 cm

Sub Filum: Vertebrata

vertikal

Panjang kepala: 2,2 cm

Kelas: Reptilia

sisik keseluruhan

Diameter mata: 0,5 cm

Ordo: Squamata

badan: Keeled

Sisik tubuh: 7x55= 385

Famili: Colubridae

Bentuk gigi:

Genus: Boiga

Solemogiyph

Spesies:

Bentuk rahang:

B.dendrophilia

Asimetrical
deteksi suhu: samping

PEMBAHASAN
Pada praktikum ke-7 ini yang berjudul Reptil. Yang bertujuan untuk
mengenal karakter-karakter dan morfologi pada reptil. Dan adapun hewan

yang di amati adalah ular cincin mas, bunglon. Dan adapun ketreangan
reptil sendiri adalah. Reptilia merupakan hewan berdarah dingin yang dibagi
kepada empat ordo. Reptilia tersebar diseluruh dunia dari kawasan padang
pasir yang kering, di dataran tinggi maupun rendah, sampai beratus meter di
dalam laut (Hickman, 2003). Dikarenakan reptilia berdarah dingin, mereka
tidak dapat memulai suhu badan mereka. Hewan reptilia mempunyai kulit
yang bersisik atau berketul yang terdiri dari selaput bertulang atau
bergading, mempunyai kaki yang pendek atau tidak mempunyai kaki.
Kebanyakan

reptilia

bertelur

(ovipar),

walaupun

sebagian

adalah

menyimpan telur di dalam perut induk hingga menetas.


Pengamatan yang pertama yang di lakuna adalah hewan bunglon,
Bunglon kebun yang berukuran sedang, berekor panjang menjuntai. Panjang
total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor. Gerigi di tengkuk
dan punggungnya lebih menyerupai surai ("jubata" artinya bersurai)
daripada bentuk mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya B. cristatella
(crista: jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih
panjang meruncing namun lunak serupa kulit. Kepalanya bersegi-segi dan
bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi
pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintikbintik halus yang indah.
Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang
bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu.
Sebuah bercak coklat kemerahan serupa karat terdapat di belakang mulut di
bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu, yang seringkali menyatu
menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan di sisi lateral bagian depan;
semakin ke belakang semakin kabur warnanya. Sisi ventral (sisi bawah
tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah
kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna
hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan
belang-belang keputihan di ujungnya. Sisik-sisik bunglon surai keras, kasar,

berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisiksisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit.
Bunglon memiliki sel-sel warna di bawah permukaan kulitnya yang
transparan. Di bawah lapisan ini terdapat dua lapisan sel yang mengandung
pigmen berwarna merah dan kuning (juga disebut chromatophores).
Di bawahnya lagi ada lapisan sel yang merefleksikan warna biru dan putih.
Lalu di bawahnya lagi ada lapisan melanin untuk warna coklat (seperti yang
dimiliki manusia).
Dan pengamatan yang ke dua adalah ular. Ular ini mempunyai ciri-ciri
tubuh bagian dorsal berwarna hitam dengan garis-garis kuning atau putih
disisi lateral dengan jarak satu garis dengan yang lain agak teratur. Ada juga
yang berwarna hitam putih. Tubuh bagian ventral berwarna hitam atau
kebiru-biruan. Labial bawah berwarna kuning dengan garis-garis hitam
kecil. Mata bulat dengan pupil mata elips vertikal. Panjang ular ini 2500
mm. Ular cincin emas tersebar di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi,
Penang, Singapore,Malaysia,Philipine, Siam, dan Nias. Biasanya hidup di
pohon atau hutan bakau. Dia beraktifitas pada malam hari (nocturnal) untuk
makan tikus telur dan burung-burung semak. Ular ini memiliki tipe gigi
Ophiestoglypha
Pada bagian morfologi ular memiliki mulut , dengan lidah yang
bercabang yang menghasilkan bisa lidah yang panjang dan silindris
berfiingsi sebagai indera perasa dan peraba. Lidah dapat dijulurkan melalui
noktah tengah yang berada di bibir bawah sehingga ular mampu
menjulurkan lidah tanpa harus membuka mulut. Umumnya lidah berwarna
hitam, tetapi adakalanya berwarna merah terang atau kebiruan. Walaupun
panjang dan bergerak sangat dinamis, lidah bukan sebagai alat bantu
menelan. Sebagai indera perasa, lidah ular dipakai untuk mengenali
lingkungan baru dengan cara dijulurkan ke luar agak lama. Bila ada
makanan atau benda baru di dekatnya, ular akan menjulurkan lidah dan

menyentuhkannya berkali-kali sebelum menelan atau menolaknya. Bila


timbul rangsangan istimewa maka lidah akan dijulurkan dan bergetar.
Ternyata dalam mulut ular terdapat kumpulan saraf yang bernama Jacobson.
Letaknya di bagian atas mulut ular.
Lidah ular yang berbentuk seperti garpu inilah yang berfungsi seperti
hidung. Lalu, segala yang diciumnya akan dikirimkan ke Jacobson. dari
situlah, ular akan bergerak, dan gurat sisik, Seluruh tubuh ular dibalut kulit
yang elastis sehingga pergerakan tubuhnya sangat lentur. Kulit yang elastis
ini memungkinkan ular meregang dan mengembang saat menelan mangsa.
Saat tubuh sedang mengembang, antara sisik dan kulit yang terkembang
tampak sangat tipis. Lapisan epidermis kulit luar dapat kasar atau halus.
Sisiknya tersusun rapi dari yang besar sampai kecil. Sisik ini sebenarnya
merupakan tulang kulit yang disebut dermalcore atau osteoderm dan ada
yang tersusun tumpang tindih (overlapping).

Anda mungkin juga menyukai