Anda di halaman 1dari 22

Kelompok 1 B

Alisya Putri Hannani


Desi Kartika Sari
Nurhatika
R. Bobby Wibisono.S.
Septian Hady Putra
Sella Annisa
Ummi Mukaromah
Welly Elvandari
Yolanda Yuriati
Yogi Ersandi

Tutor: dr. Bimby

Mimisan
W anak berusia 10 th, dibawa ibunya ke IGD dengan keluhan
mimisan sejak 30 menit yang lalu. Sebelumnya anak W sedang
bermain dengan teman-temannya, namun tiba-tiba saja ia
mimisan. Teman anak W mengaku pada ibu W bahwa W tidak
terjatuh ataupun mengalami trauma disekitar hidungnya. Ibu
W mengaku W tidak pernah mengalami hal yang sama
sebelumnya dan memang biasa bermain dengan temantemannya ditengah cuaca panas terik. Dokter kemudian
berusahan menghentikan perdarahan W untuk kemudian
dilakukan pemeriksaan rhinoskopi. Dokter kemudian
menjelaskan keadaan W pada ibunya dn menjelaskan kondisi
apa saja yang harus dihindari W dan tindakan pertolongan
pertama yang harus ibu W lakukan jika terjadi rekurensi.

Step 1
Rekurensi
berulang/ kambuh
Rhinoskopi
Dasar cara untuk pemeriksaan fisik
yang paling spesifik yang berkaitan
dengan keadaan patologis pada
daerah nasal.

Step 2
1. Apa kemungkinan penyebab mimisan pada pasien?
2. Apa pertolongan pertama pada mimisan?
3. Apa tujuan pemeriksaan rhinoskopi?
4. Apa saja yang harus dihindari anak W?
5. Jelaskan bagaimana prosedur pemeriksaan rhinoskopi!
6. Mengapa mimisan bisa mengalami rekurensi?
7. Apa saja DD dan kemungkinan diagnosis pada kasus?
8. Apakah umur berhub. Dengan kejadian mimisan?
9. Apa komplikasi dari keluhan pasien?
10.Jelaskan indikasi pem. Rhinoskopi!
11.Apakah ada hub. Riwayat keluarga dengan mimisan?
12.Apa saja pemeriksaan penunjang untuk pasien tersebut?

Step 3

BRAINSTORMING

Step 4
Pencegahan

Definisi

Prognosis

Etiologi

Patogenesis

Komplikasi

EPISTAKSIS
Diagnosis Banding

Tatalaksana

Awal
Farmakologi

Klasifikasi
Posterior

Gejala
Anterior

Anamnesis
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan
penunjang

Step 5
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi dari epistaksis
Mahasiswa mampu membedakan klasifikasi epistaksis
Mahasiswa mampu menjelaskan etiopatogenesis dari
etiologi epistaksis
Mahasiswa mampu memberikan penatalaksanaan awal
epistaksis
Mahasiswa mengetahui farmakoterapi untuk kasus
epistaksis
Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi yang dapat
terjadi pada kasus epistaksis
Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan epistaksis
Mahasiswa mengetahui prognosis dari kasus epistaksis

Definisi
Epistaksis
Adalah : perdarahan akut yang
berasal dari lubang hidung
atau nasofaring. Epistaksis
bukan suatu penyakit,
melainkan gejala dari suatu
kelainan.

Klasifikasi
Epistaksis Anterior

Epistaksis Posterior

Sumber:
Sumber:
- Pleksus Kiesselbach
- Arteri sphenopalatina
- Arteri ethmoid anterior
- Arteri ethmoid
posterior
Lebih sering pada anak
-anak
Sering ditemukan pada
pasien hipertensi,
Berulang dan dapat
berhenti sendiri
arterosklerosis,
kardiovaskuler
Perdarahan hebat, jarang
berhenti sendiri

Etiologi
Lokal

Sistemik

Kelainan
Darah
Trauma
Trombositop
Infeksi lokal
enia
Neoplasma Hemofilia
Kelainan
Leukemia
kongenital
Pengaruh
lingkungan
Deviasi
septum

Kardiovaskuler
Hipertensi
Arterioskler
osis
Sirosis
hepatis
Diabetes
mellitus

Penyebab
Lain
Demam
berdarah
Gangguan
hormonal
alkoholisme

Patogenesis - Patofisiologi

trauma

infeksi

Merusak
mukosa &
PD
Perdara
han

Inflamasi &
Permeabilita
s PD
Perdara
han

LOKA
L
Ruptur
PD
krusta
Turbule
nsi
udara
Deviasi
septum

Neoplas
ma
Pertumbuh

an sel
abnormal &
neovaskular
isasi
Perdarah
an

EPISTAKSIS

PD
rapuh

Iritasi
mukosa
Mukosa
dehumi
kering
difikasi
Peruba
Zat
han
korosif
udara
Lingkung
an

Kelaina
n
kongeni
tal
Olslers
VWD
disease
Pelebar
an PD &
rapuh
perdara
han

Ganggua
n
pembeku
an darah
VWF
mmbawa
faktor VIII
(protein
pembuat
jaringan).
Faktor VIII

kekuran
gan
/tidak
brfungsi
VWF

VWF tdk
bisa
sbagai
perekat
untuk
menyang
ga
trombosit
, PD tidak
terlapisi

trombo
sitopen
ia
Koagul
asi
lama
Resiko
perdarah
an

Kelainan
darah
hemofil
ia
Defek
F.VIII
(A),
F.IX (B)
Ganggua
n
pembeku
an

Mukosa
bengkak
& rapuh
Masuk
kemembr
an
mukosa
Estrogen
&
progester
on diPD
saat
hamil
HORMON

AL

SISTEM
IK
leukemi
a
Peneka
nnprod
uksi
trombo
sit
Trombo
sitopenia

hiperte
si
TD
tinggi
& PD
rapuh
PD
pecah

EPISTAK
SIS
Meningkatk
an tekanan
intravaskul
ar
Membuat
eritrosit
mengumpul &
trjadi
sumbatan PD

ALKOHOLI
SME

kardiovask
ular
Arteri
Sirosi

Arteri
osklero
PD
sis
kaku,
tdk
bisa
vasodi
latasi
Jika
TD
tinggi
akan
ruptur

Trombositopenia
Trombosi
t
dihancur
kan RES

Sirosi
s
hepat
Ganggu
is
an

sistesis
protein
utk
koagula
Ganggu
si
an
koagula
si
Agregasi
trombosit
& aktivasi
s.koagula
si pd
kerusakan
endotel
PD
Merangsang
kompleks
ag-ab

DBD

DM

Kerusa
kan
mikro
&
makroa
ngiopa
Endotel
ti
menga
mbil
glukos
a
lebih
Dindin
byk
g
meneb
al &
lemah

perdarah
ah

Penyakit Dengan KU
Epistaksis

Trauma
Corpus allienum
Leukemia
Hemofilia
Von Willebrand Disease
Tumor
Trombositopenia
Rhinitis alergi

Tatalaksana Awal
Epistaksis
Perdarahan nasal

ABCD

Teknik trotter

Tampon anterior

Tampon posterior

Tatalaksana Awal
Epistaksis
TAMPON
ANTERIOR

TAMPON
POSTERIOR

Farmakoter
api

Nama obat
Karbazokrom

Indikasi
Perdarahan akibat
peningkatan
permeabilitas kapiler
dan menurunnya
resistensi kapiler,
perdarahan abnormal
pasca operasi,
perdarahan otak

Dosis
Sediaan
30-90 mg/hari
Tablet 10 mg/forte 30
dibagi dalam 3 kali mg
pemberian
Injeksi 2 ml/10 mg dan
5 ml/25 mg

Vitamin K

Perdarahan akibat
defisiensi vitamin k

1-12 tahun 5-10 Tablet 10 mg


Injeksi 10 mg/ml
mg/hari
12-18 tahun 1020 mg/hari
Dewasa 10-40
mg/hari
Injeksi dosis
tunggal IM saat
lahir

Komplikasi
Akibat perdarahan
hebat:
Aspirasi darah ke dalam
traktus respiratorius
Syok dan anemia
Gagal ginjal
Tekanan darah turun
mendadak kematian
Pembuluh darah
terbuka infeksi

Akibat pemasangan
tampon:
Sinusitis, otitis media, dan
septikimia
Hemotimpanum
Airmata berdarah (bloody
tears)
Tampon post laserasi
palatum mole atau sudut
bibir
Nekrosis mukosa hidung
atau septum

Pencegahan

Gunakan semprotan hidung (nasal spray) atau larutan garam


Gunakan alat untuk melembbkan udara dirumah
Jangan mengorek hidung, terutama bila kuku panjang
Jangan terlalu keras bila sisih (mengeluarkan lendir dari
hidung)
Hindari asap rokok mengeringkan dan mengiritas mukosa
Hentikan penggunaan aspirin dan ibuprofen
Kurangi aktivitas diluar rumah saat cuaca panas dan kering
Oleskan vaselin/ petroleum jelly dekat lubang hidung sebelum
tidur
Hindari trauma pada wajah

Prognos
is

90% kasus epistaksis anterior dapat berhenti


sendiri.
Terapi adekuat dan kontrol penyakit yang
teratur, sebagian besar pasien tidak mengalami
perdarahan berulang. Pada beberapa penderita,
epistaksis sembuh spontan tanpa pengobatan.
Pada pasien hipertensi dengan atau tanpa
arteriosklerosis, biasanya perdarahan hebat,
sering berulang dan prognosis buruk.

Kesimpulan

Referensi

Anda mungkin juga menyukai