Anda di halaman 1dari 33

KELAINAN REFRAKSI & AKOMODASI

Emetropia : mata normal, yaitu sinar2 yg sejajar dgn

sumbu bola mata, oleh mata tanpa akomodasi


dibiaskan tepat di retina.
Akomodasi : kemampuan lensa utk mencembung yg

terjadi akibat kontraksi otot siliar yg terletak di


badan siliar, shg dgn pembiasan lensa membesar,
maka titik2 yg letaknya lebih dekat pd mata
dibiaskan di retina.

Pungtum remotum : titik terjauh yg tanpa

akomodasi dibiaskan pd retina.


Pungtum proksimum : titik terdekat yg dgn
akomodasi max dibiaskan pd retina.
Hipermetropia
yaitu jika sinar2 yg sejajar dgn sumbu bola mata
tanpa akomodasi dibiaskan dibelakan retina .
Dikoreksi dgn lensa sferis (+)
Hipermetrop ringan jika kelainan +3 dioptri,
sedang 3-6 D, berat 6 D.
Penyebab : sumbu mata terlalu panjang, indek bias
refraksi rendah.
Gejala : pusing, sakit kepala, mata lelah

Miopia
jika sinar2 sejajar dgn sumbu bola mata tanpa
akomodasi dibiaskan di depan retina. Dikoreksi
dgn lensa sferis (-)
Miopia ringan jika -3 D, sedang -3 (-6) D,
berat -6 D
Penyebab : sumbu mata terlalu panjang, indek bias
refraksi tinggi
Gejala: kabur melihat jauh, dekat terang, pusing &
sakit kepala ringan

Presbiopia
jika pungtum proksimum letaknya lebih jauh dari
jarak baca normal (25-30 cm)
Mulai timbul usia 40 thn, sebenarnya fisiologis
Dikoreksi dgn lensa addisi (sferis + )
Addisi yg diberikan sesuai dgn usia :
- 40 thn : +1 D
- 45 thn : +1,5 D
- 50 thn : +2 D
- 60 thn : +3 D

Astigmatisme
jika sinar2 sejajar dgn sumbu bola mata tdk
dibiaskan pd satu titik tetapi pd banyak titik
Penyebab : permukaan kornea yg tdk rata,
subluksasio lensa
Ada 2 macam :
1. Astigmat irreguler : sinar2 dibiaskan tdk teratur
akibat ada sikatrik di kornea
2. Astigmat reguler : sinar2 dibiaskan teratur, pd 2
bidang meredian utama yaitu vertikal (90) &
horizontal (180)

Secara klinis astigmat ada 5 macam :

1. Astigmat miopikus kompositus : semua titik


pembiasan di depan retina (dikoreksi dgn sferis (-)
silinder (-)
2. Astigmat miopikus simplek : ada titik pembiasa
di depan retina, ada yg tepat di retina (dikoreksi
dgn silinder (-)
3. Astigmat hipermetropikus kompositus : semua
titik pembiasa dibelakang retina (dikoreksi dgn
sferis (+) silinder (+)
4. Astigmat hipermetropikus simplek : ada titik
pembiasan dibelakang retina, ada yg tepat di retina
(dikoreksi dgn silinder (-)

5. Astigmat mixtus : ada titik pembiasan dibelakang


retina, ada yg di depan retina (dikoreksi dgn sferis
(+), silinder (-) atau sferis (-), silinder (+)
Gejala : mata kabur, diplopia ringan, sakit kepala,
pusing, visus tak bisa 5/5 setelah dikoreksi dgn
lensa sferis
Koreksi dilakukan dgn lensa silindris (+) atau (-)
Astigmat ringan jika 1, sedang 1-2, berat 2

Cara2 Merefraksi :
1. Try error
2. Retinoskopi / skiaskopi
3. Autorefraktometer
Skotoma
bagian dari retina yg tdk dapat menangkap stimulus
cahaya yg masuk disebabkan oleh lesi, nekrosis, atau
atropi.
Skotoma fisiologis (bintik buta) yaitu daerah papil nervus
optikus
Skotoma Sentral jika lesi pada makula
Skotoma patologis: pada pasien glaukoma

GANGGUAN LAPANGAN PANDANG


Luas lapangan pandang normal : temporal 90, inferior 80,

superior 70, nasal 60


Jika : menyempit
Penyebab : glaukoma (paling sering), defek nervus optikus & defek
pd jaras penglihatan
Pemeriksaan lapangan pandang dilakukan dgn cara perimetri,
kampimetri.
Defek pd Chiasma optikum menimbulkan Hemianopsia bitemporal
Defek pd lobus oksipital menimbulkan Hemianopsia homonim
Defek pd traktus optikus menimbulkan buta 1 mata
Penyebab defek pd jaras penglihatan : hipertensi, DM, tumor,
perdarahan, aneurisma, infeksi, multipel sklerosis

BUTA SENJA
Akibat : defisiensi vit A (retinol) yg berperanan

utk pembentukan pigmen sel batang retina


Pigmen ini diaktifkan oleh cahaya pd proses

penglihatan
Jika pigmen maka cahaya gelap tdk cukup utk

mengaktifkannya shg proses penglihatan


terganggu

AMBLIOPIA
Yaitu : menurunnya tajam penglihatan walaupun

sdh dikoreksi max (CC : Cum Correction), tetapi tdk


ditemukan anatomi pd bola mata (visual aksis +
retina + papil nervus optikus)
Ambliopia merupakan kelainan fungsional, terjadi
pd fase usia 7 thn, karena perkembangan fungsi
makula terjadi sampai usia 7 thn.
Ambliopia dpt mengenai 1 mata atau 2 mata
Penyebab :
1. Deprivasi (halangan sinar masuk ke dlm bola
mata), ex: katarak kongenital, sikatrik kornea

2. Supresi : mata yg kuat (visus lebih baik), menekan


mata yg lemah shg mata yg lemah jarang digunakan
utk fungsi melihat. Biasanya mengenai 1 mata. Ex :
strabismus, anisometropia.
3. Kelainan refraktif yg terlalu tinggi, yg tak
dikoreksi. Jadi penglihatan selalu kabur dlm waktu
yg lama. Ex : miopia -6D, hipermetropia +3D,
astigmat 1,5D
Manajemen : atasi penyebab (operasi, lensa prisma,
koreksi refraksi)

ANISOMETROPIA
Yaitu : perbedaan kelainan refraksi yg besar antara

mata kiri & mata kanan. Akibatnya ke-2 mata tdk


bisa mentoleransi perbedaan yg besar itu utk fungsi
penglihatan binokuler.
Gejala : pusing & vertigo waktu memakai kaca mata
Anisometropia yg dpt ditoleransi bila perbedaan
refraksi ke-2 mata max 3D
Manajemen : refraksi dgn perbedaan max 3D, mata
yg lebih kabur dikorbankan

Anisometropia pd anak : karena bola mata pd anak

7 thn masih berkembang maka kemampuannya utk


beradaptasi & mentoleransi perbedaan refraksi yg
besar sangat baik, shg refraksi dpt dilakukan max pd
ke-2 mata, sekaligus utk mencegah ambliopia

Antimetropia : kelainan refraksi dimana koreksi 1

mata +, mata lainnya


Antimetropia hanya bisa ditoleransi max 1D

DIPLOPIA
= penglihatan ganda
Diplopia binokuler lebih banyak ditemukan
Penyebabnya : disfungsi neuoromoskular bola mata,

restriksi mekanik dari rotasi bola mata


Gejala : melihat objek ganda dgn 2 mata, pusing, vertigo
Terapi : atasi penyebab
Diplopia monokuler yaitu melihat ganda dgn 1 mata
Penyebab : astigmat, katarak, kornea irreguler
Gejala : lebih ringan, kabur
Terapi : koreksi refraksi & atasi penyebab

GLAUKOMA
Yaitu : kelainan pd bola mata yg ditandai dgn Trias : 1.

TIO ( normal : 15 21 mmHg )


2. Gangguan lapangan pandang
3. Defek papil nervus optikus
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan (permanen)
no.3 di Indonesia, di negara maju no.1
Pembagian glaukoma menurut penyebab :
Glaukoma Primer (idiopatik) : kasus terbanyak
Glaukoma Sekunder (penyebab diketahui)
Glaukoma Kongenital (sejak lahir, membrana Barkhan)

Pembagian glaukoma menurut keadaan

sudut Trabekula :
Glaukoma sudut terbuka
Glaukoma sudut tertutup
Glaukoma sudut sempit
Pembagian glaukoma menurut onset :
Glaukoma akut
Glaukoma kronis
Glaukoma acute on chronic

Diagnosis klinis :
Glaukoma primer sudut terbuka
Glaukoma akut sudut tertutup
Glaukoma primer sudut sempit
Glaukoma sekunder
Glaukoma fakolitik
Pada glaukoma sekunder tdk perlu

memenuhi Trias, cukup TIO yg , sudah


tegak diagnosis glaukoma

Gejala : sakit kepala terus-menerus (kronis),

sakit kepala hebat & muntah (akut), mata


merah injeksi siliar +, ditemukan Trias
(primer), atau penyebab (sekunder),
mengenai usia bayi dewasa
Pemeriksaan penunjang : tonometri
(schiotz), applanasi, tonopen, utk TIO,
gonioskopi utk memeriksa sudut trabekula,
funduskopi / foto fundus utk melihat papil
nervus optikus

Manajemen : tidur pd ruangan terang (pd sudut

tertutup)
Terapi : seumur hidup
Medika mentosa : anti glaukoma (timolol,
pilokarpin, diamox)
Terapi bedah jadi pilihan : laser trabekuloplasti,
trabekulektomi
Komplikasi : atropi nervus optikus, buta
permanen

CUPPING GLAUCOMATOUS
Adanya cekungan
Adanya takikan
Nasalisasi pembuluh darah
Cup/disk 0,5
Atropi papil & pembuluh darah

ATROPI & EDEMA PAPIL


Atropi papil : matinya papil / nervus optikus, jika sektoral visus

, jika total visus nol


Penyebab : tekanan mekanik (glaukoma, tumor otak), infeksi
(papilitis), iskemia (CRVO, CRAO)
Gambaran : papil pucat, batas tegas, pembuluh darah menghilang
Terapi : tdk ada
Edema papil : gambaran berupa batas papil tdk jelas, vena

melebar disertai perdarahan sekitar papil


Penyebab : tumor otak tahap awal, infeksi, CRVO, BRVO. CRAO
Terapi : kortikosteroid sistemik dosis , atasi penyebab jika
diketahui

NEURITIS OPTIKA (PAPILITIS)


Yaitu : radang / infeksi / demielinisasi pd papil

nervus optikus atau pd nervus optikus retrobulber


Penyebab : virus
Gambaran klinis : visus menurun tajam, bola mata
nyeri terutama bila digerakkan, papil hiperemi,
vena2 melebar, edema, eksudat, perdarahan, wanita
lebih banyak dari pria
Terapi : kortikosteroid sistemik dosis tinggi

NEUROPATI OPTIKUS
Penyebab : iskemia nervus optikus akibat

tersumbatnya arteri siliaris posterior (brevis),


penyakit dasar berupa : DM, hipertensi,
arteriosklerosis, vaskulitis
Gambaran klinis : visus tiba2, tdk nyeri, edema
papil, perdarahan, splinter peripapil, dpt mengenai
usia muda & tua
Terapi : atasi penyebab dasar, vasodilator,
antikoagulan

Anda mungkin juga menyukai