Anda di halaman 1dari 36

JOURNAL READING

Koas Stase Penyakit


Dalam Poliklinik Paru
RSUP Dr. Sardjito

JUDUL
Efikasi Levofloxacin dibanding
dengan Cefuroxime dalam
Penanganan Penyakit Paru Obstruktif
Kronis Eksaserbasi Akut

Yoon et al., 2013

PENULIS
Ho Il Yoon1, Chang-Hoon Lee2, Deog Kyeom Kim3, Geun Min Park4, Sang-Min Lee2, Jae-Joon
Yim2 Jae-Yeol Kim5, Jae Ho Lee1,Choon-Taek Lee1, Hee Soon Chung3, Young Whan Kim2,
Sung Koo Han2, Chul-Gyu Yoo2
1) Division of Pulmonary and Critical Care Medicine, Department of Internal Medicine and
Lung Institute, Seoul National University Bundang Hospital, Seongnam-si, Republic of Korea;
2) Division of Pulmonary and Critical Care Medicine, Department of Internal Medicine and
Lung Institute, Seoul National University College of Medicine, Seoul, Republic of Korea;
3) Division of Pulmonology, Department of Internal Medicine, Seoul National University
Boramae Hospital, Seoul, South Korea;
4) Division of Pulmonology and Critical Care Medicine, Department of Internal Medicine,
Dongguk University Ilsan Hospital, Dongguk University College
of Medicine, Goyang, Republic of Korea;
5) Division of Pulmonary and Critical Care Medicine, Department of Internal Medicine,
Chung-Ang University College of Medicine, Seoul, Republic of Korea

SUMBER
Sumber

:Int J Chron Obstruct Pulmon Dis. 2013; 8: 329334.

Tanggal Publikasi :Published online Jul 10, 2013.doi:


10.2147/COPD.S41749
Diunduh dari

:http://dx.doi.org/10.2147/COPD.S41749

LATAR BELAKANG
PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) eksaserbasi akut merupakan
kejadian yang serius. Hal ini terkait dengan penurunan status
kesehatan, peningkatan biaya kesehatan, dan peningkatan
mortalitas. Pengobatan utama untuk PPOK eksaserbasi akut
meliputi pemberian antibiotik dan steroid sistemik. Antibiotik
dikatakan bermanfaat pada pasien dengan peningkatan sputum
dan pada eksaserbasi berat yang membutuhkan ventilator.

LATAR BELAKANG
Antibiotik merupakan salah satu bentuk pengobatan farmakologis
utama untuk penanganan PPOK eksaserbasi akut. Akan tetapi,
penggnaan antibiotik tergantung dengan pola resistensi lokal.
Akan tetapi, pemilihan antibiotik cukup kompleks. Bakteri yang
didapatkan pada PPOK eksaserbasi akut biasanya Streptococcus
pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis, socalled atypical pathogens, dan virus pernapasan. Pada
eksaserbasi berat dan dengan faktor risiko, bakteri Pseudomonas
aeruginosa dan Enterobacteriaceae bisa ditemukan.

LATAR BELAKANG
Levofloxacin adalah antibiotik fluoroquinolone antibiotic yang
banyak digunakan untuk mengobati PPOK eksaserbasi akut,
disamping macrolides, kombinasi -lactam/-lactamase inhibitor,
dan sefalosporin generasi kedua dan ketiga. Efikasi dan keamanan
penggunaan levofloxacin belum banyak diteliti. Penelitian
sebelumnya tentang penggunaan levofloxacin menunjukkan hasil
positif, akan tetapi penelitian dilakukan pada pasien bronkitis
kronis.

METODE
Desain penelitan : prospective, multicenter, randomized, openlabel, parallel-group clinical trial
Waktu
Tempat

: November 2006 s.d. Juni 2009


: 7 Rumah Sakit di Korea Selatan

METODE
Perhitungan besar sampel:
Berdasarkan studi sebelumnya yang menunjukkan kesuksesan klinis
levofloxacin sebesar 75% dan 76% pada pemberian cefuroxime (1)
diperkirakan diperlukan 62 pasien untuk masing-masing kelompok
dengan asumsi kesuksesan klinis levofloxacin
Diasumsikan kesuksesan klinis levofloxacin tidak kurang dari 10%
dibanding dengan kelompok cefuroxime, dengan power 80%.

PICO
Patient / Problem = AECOPD (acute exacerbation of chronic
obstructive pulmonary disease)
Intervention = levofloxacin
Comparison = cefuroxime
Outcome = clinical success rates

PASIEN
Eksaserbasi PPOK didefinisikan sebagai peningkatan batuk atau
dispnea, perubahan warna dan jumlah sputum, dan diagnosis PPOK
dengan spirometri. Dalam hal ini FEV1/FVC paska pemberian
bronkodilator kurang dari 0,7.
Total didapatkan 141 laki-laki dan perempuan diatas 18 tahun
dengan PPOK eksaserbasi akut yang diikutkan dalam peneilitian.

KARAKTERISTIK DATA DASAR

INTERVENSI
Pasien kelompok levofloxacin diobati selama 7 hari dengan
levofloxacin 500mg 1x/hari.

KONTROL
Pasien kelompok cefuroxime diobati selama 7 hari dengan
cefiroxime 250 mg 2x/hari untuk eksaserbasi sedang atau 500 mg
2x/hari untuk eksaserbasi berat.

Semua pasien sudah memberikan persetujuan dan protokol


penelitian sudah disetujui oleh komite medik dari semua rumah
sakit.

LUARAN
Pada kunjungan pertama (3-5 hari setelah kunjuangan awal) dan
kunjungan kedua (5-7 hari setelah selesai nya pengobatan),
Evaluasi yang dilakukan: respon klinis, efek samping, dan
kepatuhan terhadap pengobatan, RO Thorax, sputum, darah rutin,
kimia darah, dan urinalisis. Pada pasien yang diduga bacterimia,
darah rutin diambil dua kali.

LUARAN PRIMER
Luaran primer dalam studi ini berupa keuksesan klinis.
Dikelompokkan menjadi sembuh, membaik, dan gagal. Kondisi
sembuh dan membaik dikategorisasikan menjadi kesuksesan
klinis.

LUARAN SEKUNDER
Luaran sekunder pada penelitian ini adalah efikasi mikrobiologis. Respon
mikrobiologis dikelompokkan menjadi:
1. Tereradikasi

: tidak terdapatnya bakteri pada kunjungan kedua.

2. Dianggap tereradikasi : Tidak adanya sputum karena perbaikan keadaan.


3. Persisten : (persistence of initial pathogenic bacteria),
4. Dianggap persisten: detection of pathogenic bacteria only on the second
visit with clinical evidence of persistence),
5. Superinfeksi
: appearance of pathogenic bacteria other than initial ones)
at the second visit.
Kelompok tereradikasi, diduga tereradikasi atau superinfeksi didefinisikan
sebagai Respon mikrobiologis efektif.

CRITICAL APPRAISAL

KUTIPAN
Yoon HI et al., Efficacy of levofloxacin versus
cefuroxime in treating acute exacerbations of
chronic obstructive pulmonary disease, Int J
Chron Obstruct Pulmon Dis. 2013; 8: 329334.

1. APAKAH PENELITIAN INI


VALID?

APAKAH PENENTUAN PASIEN


DIRANDOMISASI?
Ya, hal ini terungkap pada subjudul Material and methods, anak
subjudul Study design and patients, yaitu This prospective,
multicentre, randomised, open-label . clinical trial; All patients
were judged to have mild, moderate, or severe AECOPD by
specialists and randomised to receive levofloxacin or cefuroxime in
a ratio of 1:1.

APAKAH DAFTAR RANDOMISASI


DIRAHASIAKAN?
Ya. Randomisasi dilakukan oleh pihak lain yang tidak terlibat dalam
penelitian. Tercantum pada pada subjudul Material and methods,
anak subjudul Study design and patients, yaitu A simple
randomization was performed at the study coordinating center
by a single person who was not otherwise involved in the study. A
central computer was used to randomize patients stratified by
site.

APAKAH SEMUA SUBJEK YANG DITELITI


TERCATAT PADA KESIMPULAN
PENELITIAN?
Ya. Dari 141 pasien yang memenuhi kriteria, 137 bersedia diikutkan
dalam penelitian. Hingga akhir penelitian 18 pasien tidak bisa
meneruskan penelitian.

APAKAH ADA ANALISA UNTUK


KELOMPOK YANG DIRANDOMISASI?
MISAL INTENTION TO TREAT
ANALYSIS?

Ya, hal ini terungkap pada subjudul Material and methods, anak
subjudul Statistical analysis, yaitu The intention-to-treat
population was used for all analyses.

APAKAH PENELITIAN
BLIND ?
Tidak. Penelitian ini menggunakan open-label trial. Sehingga baik
peneliti maupun pasien mengetahui pengobatan yang diberikan.
Hal ini tercantum dalam bagian metodologi subbagian study design
and patient, This prospective, multicenter, randomized, openlabel, parallel-group clinical trial...

DISAMPING PENGOBATAN
UNTUK PENELITIAN, APAKAH
PASIEN DIOBATI DENGAN
SAMA?
Tidak jelas. Akan tetapi peneliti menuliskan bahwa protokol

penelitian sudah disetujui oleh komite medik masing-masing rumah


sakit.
Hal ini tercantum dalam bagian metodologi subbagian study design
and patient, All patients provided their informed consent, and the
study protocol was approved by the local institutional review board
for all hospitals.

APAKAH SEMUA KELOMPOK


SAMA KONDISINYA SAAT
AWAL PENELITIAN
Ya. Karakteristik data dasar berupa jenis kelamin, rerata umur,
kondisi merokok, dan keparahan eksaserbasi pada dua kelompok uji
tidak berbeda secara statistik.

APAKAH HASIL PENELITIAN


INI PENTING?

HASIL PENELITIAN
Efektifitas Klinis

Sukses

Tidak
Sukses

Total

Levofloxacin

53

58

Cefuroxime

58

64

ANALISIS HASIL
1. Experimental event rate = risk of outcome event in experimental group =
EER = a/(a+b)
= 53/58 = 91,38%
2. Control event rate = risk of outcome event in control group = CER = c/(c+d)
= 58/64 = 90,63%
3. Relative Risk = EER/CER = 1,008
4. Odds Ratio (OR) = ad/bc = 1,096
4. Relative risk reduction (RRR) = (CER - EER)/CER or 1 - RR
5. Absolute risk reduction (ARR) = CER EER = 0, 75
6. Number needed to treat (NNT) = 1/ARR = 1/(CER - EER) = 1/0,75 = 1,33

KESIMPULAN
Levofloxacin tidak inferior dibandingkan dengan cefuroxime dalam
hal efikasi klinis pada penanganan PPOK eksaserbasi akut.

TERIMA KASIH

Mohon Asupan

Anda mungkin juga menyukai