Anda di halaman 1dari 6

Nama : Evan Libriandy

NPM : 1406607722
Kelompok : 6
Outline

: Metode Analisis Grafik


Faktor Bentuk Konduksi
Metode Analisis Numerik
Formulasi Numeris dalam Hambatan Element
Iterasi Gauss-Siedel

Metode Analisis Grafik


Metode analisis grafik dilakukan berdasarkan garis-garis aliran kalor dan isoterm pada
gambar dibawah ini. Garis ini berbentuk curvilinear dan aliran kalornya mengikuti hukum
Fourier dengan asumsi satuan kedalaman bahan.

Gambar 1. Analisis bujur sangkar kurvilinear


(sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: Mc Graw)

Aliran kalor akan sama pada setiap section jalur aliran kalor. Total dari aliran kalor
merupakan penjumlahan seluruh aliran kalor yang melewati seluruh jalur garis. Jika
maka aliran kalor proporsional pada . Nilai aliran kalor ini konstan sehingga melewati
setiap element sama dengan garis aliran kalor.
=

Dimana nilai N merupakan banyaknya peningkatan suhu (Temperature Increment)


antara permukaan dalam dan luar. Aliran kalor setiap jalur akan sama karena tidak dipengaruhi
oleh dan sehingga perpindahan kalornya
=

(2 1)

Dimana M merupakan jumlah jalur aliran kalor. Kondisi utama yang diperlukan untuk
mencapai akurasi tinggi pada metode ini adalah keterampilan menggambar bujur sangkar
kurvilinier. Metode ini umumnya hanyak digunakan untuk estimasi pada soal sederhana dan
digunakan untuk menjelaskan hubungan antara jalur aliran kalor dan isoterm.
Faktor Bentuk Konduksi
Pada sistem dua dimensi dimana hanya terdapat dua temperatur yang terlibat, kita dapat
mendefinisikan Shape Factor (S) sebagai berikut
=

Pada bentuk tiga dimensi seperti dinding, perhitungan Shape Factor dilakukan secara
terpisah untuk mendapatkan aliran kalor. Ketika dimensi seluruh interior lebih besar dari onefifth tebal dinding

A=Area of wall
D=Length of edge
L=Wall thickness

Gambar 2. Shape Factor tiga dimensi


(sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: Mc Graw)

Metode Analisis Numerik


Metode analitik yang digunakan ternyata tidak dapat menyelesaikan seluruh masalah
dalam geometri atau boundray condition. Salah satu pendekatan yaitu metode analisis numerik
yang disebut juga sebagai teknik beda tak berhingga (finiter-difference technique)
Pada gambar berikut, titik node diberti tanda pada gambar tersebut. lokasi m
menunjukkan tambahan pada arah x dan n menunjukkan tambahan pada arah y. Suhu pada
setiap node dapat ditentukan melalui persamaan (1). Kita gunakan beda-beda berhinggauntuk
mendekati tambahan differensial pada kordinat ruang dan suhu. Makin kecil tambahan
berhingga yang digunakan maka makin akurat perhitungan suhunya. Persamaan yang
digunakan jika adalah

Gambar 3. Ilustrasi nomenklatur analisis numerik dua dimensi


(sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: Mc Graw)

Persamaan (1) menunjukkan bahwa aliran kalor pada setiap node bernilai nol pada
keadaan tunak. Dalam pendekatan numerik beda berhingga distribusi suhu yang kontinu
digantikan dengan sejumlah batangan penghantar khayalan yang bersambungan pada setiap
titik node, dan tidak mempunyai pembangkitan kalor. Jika memperhitungan pembangkitan
kalor maka persamaan umum menjadi
Dalam menggunakan metode numerik, persamaan (1) dituliskan untuk setiap node di
dalam bahan. Sistem penamaan yang dihasilkan lalu diselesaikan untuk mendapatkan suhu
setiap node.

Gambar 4. Ilustrasi empat node


(sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: Mc Graw)
Melalui gambar di atas, empat persamaan untuk seluruh node di atas antara lain:
100 + 500 + 2 + 3 41 = 0
1 + 500 + 100 + 4 42 = 0
100 + 1 + 4 + 100 43 = 0
3 + 2 + 100 + 100 44 = 0

Penyelesaian persamaan di atas adalah


1 = 2 = 2500

3 = 4 = 1500

Setelah penentuan suhu maka aliran kalor dapat ditentukan melalui persamaan berikut
=

Ketika ditentukan dalam batasan tertentu, misalnya pada gambar di atas, aliran kalor
ditentukan dari muka 5000C atau 1000C. Jika kisi yang digunakan cukup halus, kedua nilai
seharusnya mendekati satu sama lain. Dalam prakteknya, paling baik digunakan rata-rata dari
kedua nilai, jika benda padat berada dalam kondisi batas konveksi.
Permukaan 5000C
=

[( 500) + (2 500)] = 500


1

Permukaan 1000C
=

[( 100) + (3 150) + (3 100) + (4 100) + (4 100)


1
+ (2 100)] = 500

Formulasi Numeris dalam Hambatan Element


Dalam menggunakan pendekatan perbedaan berhingga, terdapat pendekatan lain
berdasarkan konsep tahanan untuk menuliskan aliran kalor antar node.
+


=0

Dengan qi adalah kalor yang dipindahkan ke titik i dari penghasilan kalor, radiasi, dll.
Nilai R ditunjukkan pada lampiran 3. Formulasi tahanan berguna pula untuk penyelesaian
numerik bentuk-bentuk tiga dimensi yang rumit.

Gambar 5. Node Konduksi Umum


(sumber : Holman, J.P. 2010. Heat Transfer Tenth Edition. New York: Mc Graw)

Iterasi Gauss Siedel


Ketika jumlah node sangat banyak, teknik iterasi akan menjadi lebih efisien
dibandingkan inversi matrix. Satu metode iterasi yang digunakan adalah iterasi Gauss Siedel.
Kita dapat menyelesaikan suhu Ti melalui resistance dan suhu dari adjoning node Tj.

Nilai Ti diasumsikan

Perhitungan nilai-nilai baru untuk node suhu Ti, dengan menggunakan nilai Tj terbaru

Pengulangan proses sampai epsilon yang kecil


Contoh Soal

Aplikasikan teknik Gauss-Siedel untuk mendapatkan temperatur


node pada 4 node disamping.

Dalam permasalahan ini dapat diselesaikan dengan konsep tahanan karena resistansi
yang menghubungkan tiap titik-titik sama besar

1
=
=

Pada kondisi steady state kalo yang dihasilkan bernilai 0. Persamaan diatas dimasukkan
ke dalam persamaan iterasi Gauss-Siedel menghasilkan
=

Setiap node memiliki empat resistensi yang terhubung dan nilai k dianggap konstan, maka
= 4 dan Ti akan berubah menjadi
=

1
=
4
4

Selanjutnya kita membuat tabel iterasi dan menggunakan asumsu temperatur awal
3000C dan 2000C. Persamaan akhir di atas diulang sampai konvergensi tercapai. Dalam tabel,
lima iterasi menghasilkan konvergasi 0.13 degree. Berikut beberapa ilustrasi kalkulasi

Tabel 1. Iterasi Gauss Siedel


Jumlah iterasi (n)
0
1
2
3
4
5

T1
300
275
259,38
251,76
250,52
250,13

T2
300
268,75
254,69
251,03
250,26
250,07

T3
200
168,75
154,69
151,03
150,26
150,07

Daftar Pustaka
Holman, J.P. 2010. Heat Transfer 10th edition. New York: McGraw Hill.
Kern, D. Q. 1983. Process Heat Transfer. New York: McGraw Hill.

T4
200
159,38
152,35
150,52
150,13
150,03

Anda mungkin juga menyukai