Materi Down Syndrome
Materi Down Syndrome
Disusun Oleh:
SITI NUR FATHIAH
123151004
A.
SEJARAH
Down syndrome adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan
mental pada anak yang disebabkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom
(Cuncha, 1992). Down syndrome dinamai sesuai nama dokter berkebangsaan Inggris
bernama Langdon Down, yang pertama kali menemukan tanda-tanda klinisnya. Pada
tahun 1866 Dr.John Langdon Down mempublikasikan tulisannya (essay) di Inggris,
dimana dalam tulisannya tersebut menggambarkan secara umum adanya perbedaan
penampakkan yang nyata antara anak yang mengalami keterbelakangan mental (mental
retardation) dengan anak lainnya (normal). Ia melihat anak yang memiliki
keterbelakangan mental tadi memiliki ciri-ciri yang aneh seperti tinggi badan yang
relatif pendek, kepala mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongolia
sehingga ia menamakan kelainan Mongoloid.
Pada tahun 1959 seorang ahli genetika Perancis Jerome Lejeune dan para
koleganya, mengidentifikasi basis genetiknya.
Untuk menghindari ketersinggungan bangsa Mongol maka sekitar tahun 1970-an
para ahli Amerika dan Eropa merevisi nama dari kelainan yang terjadi pada anak
tersebut dengan merujuk penemu pertama kali syndrome ini dengan istilah Down
Syndrome dan hingga kini penyakit ini dikenal dengan istilah yang sama, namun di
Inggris atau Eropa terkadang hanya menyebut dengan istilah Downs saja.
B.
PENGERTIAN
MENURUT PARA AHLI
1. John Langdon Down. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terjadi mutasi gen
pada kromosom 21, dimana terdapat tambahan bagian pada kromosom tersebut.
2. JW. Chaplin (1995), down syndrome adalah satu kerusakan atau cacat fisik
bawaan yang disertai keterbelakangan mental, lidahnya tebal, dan retak-retak
atau terbelah, wajahnya datar ceper, dan matanya miring.
3. Kartini dan Gulo (1987), down syndrome adalah suatu bentuk keterbelakangan
mental, disebabkan oleh satu kromosom tembahan
EPIDEMIOLOGI
Menurut catatan Indonesia Center for Biodiversity dan Biotechnology (ICBB),
Bogor, di Indonesia terdapat lebih dari 300 ribu anak pengidap down syndrome.
Sedangkan angka kejadian penderita down syndrome di seluruh dunia diperkirakan
mencapai 8 juta jiwa. Angka kejadian kelainan down syndrome mencapai 1 dalam 1000
kelahiran. Di Amerika Serikat, setiap tahun lahir 3000 sampai 5000 anak dengan
kelainan ini. Sedangkan di Indonesia prevalensinya lebih dari 300 ribu jiwa.
Dalam beberapa kasus, terlihat bahwa umur wanita terbukti berpengaruh besar
terhadap munculnya down syndrome pada bayi yang dilahirkannya. Kemungkinan
wanita berumur 30 tahun melahirkan bayi dengan down syndrome adalah 1:1000.
Sedangkan jika usia kelahiran adalah 35 tahun, kemungkinannya adalah 1:400. Hal ini
menunjukkan angka kemungkinan munculnya down syndrome makin tinggi sesuai usia
ibu saat melahirkan
D.
ETIOLOGI
Penyebab dari Down syndrome adalah adanya kelainan kromosom yaitu
terletak pada kromosom 21 dan 15,dengan kemungkinan-kemungkinan:
1. Non Disjunction sewaktu osteogenesis ( Trisomi )
2. Translokasi kromosom 21 dan 15
3. Postzygotic non disjunction ( Mosaicism )
Non-disjuction (ND)
Non-disjuction atau biasa disebut dengan gagal memisah. Kadangkadang diwaktu meiosis selama pembentukan sel-sel kelamin, sepasang
kromosom kelamin tidak memisahkan diri, melainkan tetap berkumpul.
Andaikan peristiwa ini terjadi selama oogenesis, maka terbentuklah 2 macam
ovum, yaitu ovum yang memiliki dua kromosom X dan sebuah lainnya yang
hanya mengandung autosom saja tanpa kromosom X. Non-disjuction
merupakan penyebab terbanyak dari down syndrome, yaitu sekitar 95% dari
semua kasus downsyndrome.
Faktor-faktor yang berperan dalam terjadinya kelainan kromosom
( Kejadian Non Disjunctional ) adalah :
o
Genetik
Diperkirakan terdapat predisposisi genetic terhadap non disjuction.
Bukti yang mendukung teori ini adalah berdasarkan atas hasil penelitian
epidemiologi yang menyatakan adanya peningkatan risiko berulang bila
dalam keluarga terdapat anak dengan Down.
o Radiasi
Radiasi dikatakan merupakan salah satu penyebab terjadinya non
disjuntional pada syndrome Down ini.Uchida 1981 (dikutip Pueschel
dkk) menyatakan bahwa sekitar 30 % ibu yang melahirkan anak dengan
menigkatnya
sekresi
androgen,menurunnya
kadar
Penelitian sitogenik pada orang tua dari anak dengan sindrome Down
mendapatkan bahwa 20-30% kasus ekstra kromosom 31 bersumber dari
ayahnya. Tetapi korelasinya tidak setinggi dengan umur ibu.
Trisomi 21
Tiap sel di tubuh manusia memiliki inti sel (nucleus), yang
mengandung gen yang menyimpan materi genetik. Materi genetik ini yang
menentukan bagaimana seorang manusia akan tumbuh berkembang, baik fisik,
mental, maupun intelektual. Gen ini membawa sifat turunan pada manusia, dan
akan dikelompokkan dalam suatu bentuk yang disebut kromosom.
Tiap inti sel manusia memiliki 23 pasang kromosom (46 kromosom),
masing2 diturunkan dari ayah dan ibunya. Down syndrome terjadi jika ada
gangguan pembelahan kromosom, sehingga satu individu memiliki kelebihan
satu kromosom 21 penuh/sebagian (trisomi 21), dengan jumlah kromosom total
47.
Jumlah kromosom yang tidak normal dapat terjadi pada proses meiosis,
jenis pembelahan sel yang membuat sel telur dan sperma, atau sel germinal.
Misalnya, ketika pasangan kromosom 21 gagal untuk memisahkan, sel telur
mungkin berakhir dengan dua salinan. Setelah itu sel telur dibuahi oleh sperma,
embrio yang dihasilkan memiliki tiga salinan kromosom 21 - dan akan memiliki
down syndrome.
Karena down syndrome disebabkan oleh adanya tiga salinan
kromosom, itu disebut trisomi a. Selain down syndrome, trisomi lain yang dapat
diperikasa di awal kehamilan termasuk trisomi 18 (sindrom Edwardown
syndrome) dan trisomi 13 (sindrom Patau) .
Penderita Down Syndrome dapat laki-laki ataupun perempuan sehingga formula
kromosomnya dapat ditulis sebagai berikut:
a. untuk penderita laki-laki = 47,XY, + 21
b. untuk penderita perempuan = 47, XX, + 21
Translocation (Translokasi)
Translokasi ialah peristiwa terjadinya perubahan struktur kromosom
disebabkan karena suatu potongan kromosom bersambungan dengan potongan
kromosom lainnya yang bukan homolognya. Pada down syndrome translokasi,
lengan panjang dari autosom nomor 21 melekat pada autosom lain, kadangkadang dengan autosom nomor 15 tetapi lebih sering dengan autosom nomor
14. Dengan demikian individu yang menderita down syndrome translokasi
memiliki 46 kromosom.
Seperti halnya ND, Translokasi terjadi sebelum konsepsi namun
perbedaannya adalah bahwa translokasi terjadinya tidak berhubungan dengan
umur orang tua terutama ibu. Kira-kira 1/3 dari kasus ini seorang bapak yang
carier kromosom translokasi dapat meningkatkan peluang secara signifikan
mendapatkan anak down syndrome. Namun dalam kasus tertentu tranlokasi
dapat terjadi secara spontan
Mosaicism
MOSAIC CEL
E.
L DIVISION
GEJALA KLINIS
o BB lahir pada bayi dengan Down Syndrome kurang diperikarakan 20% kasus
mempunyai BB lahir 2500 gram atau kurang.
o Gambaran wajah yang khas menyerupai orang mongol.
o Sutura sagitalis yang terpisah (98%)
o Fisura palpebralis yang miring (98%)
o Jarak yang lebar antara jari kaki I dan Kaki II (98%)
KOMPLIKASI
Individuals with Down syndrome have a higher risk for many
conditions.Individu dengan down syndrome memiliki risiko lebih tinggi untuk berbagai
kondisi. The medical consequences of the extra genetic material in Down syndrome are
highly variable and may affect the function of any organ system or bodily process.
Konsekuensi medis dari bahan genetik tambahan pada down syndrome sangat
bervariasi dan dapat mempengaruhi fungsi dari setiap sistem organ tubuh atau proses.
Some problems are present at birth, such as certain heart malformations. Beberapa
masalah yang hadir antara lain
1. Penyakit Jantung Bawaan
Insiden dThe of in children with Down syndrome is up to 50%. A also known as
is the most common form with up to 40% of patients affected.ari penyakit jantung
bawaan pada anak-anak dengan down syndrome hingga 50%. Sebuah kanal cacat
septum atrioventrikular juga dikenal sebagai bantalan cacat endocardial merupakan
bentuk yang paling umum sampai dengan 40% dari pasien yang terkena. This is
closely followed by that affects approximately 30% of patients. Ini diikuti oleh
defek septum ventrikel yang mempengaruhi sekitar 30% dari pasien.
2. Keganasan
KeHematologic malignancies such as leukemia are more common in children with
DS.ganasan hematologi seperti leukemia lebih sering terjadi pada anak-anak
dengan down syndrome. In particular, the risk for is at least 10 times more
common in DS and for the form of is at least 50 times more common in DS.
Secara khusus, resiko untuk leukemia akut lymphoblastic paling tidak 10 kali lebih
umum di down syndrome dan untuk megakaryoblastic bentuk leukemia akut
myelogenous paling tidak 50 kali lebih umum di down syndrome. Transient
leukemia is a form of leukemia which is rare in individuals without DS but affects
Gangguan Thyroid
Individuals with DS are at increased risk for dysfunction of the , an organ which
helps control .Individu dengan down syndrome akan meningkatkan risiko untuk
disfungsi dari kelenjar tiroid , organ yang membantu mengendalikan metabolisme.
ReLow thyroid ( ) is most common, occurring in almost a third of those with
DS.ndah tiroid (hipotiroidisme) adalah yang paling umum, terjadi di hampir
sepertiga dari mereka dengan down syndrome. This can be due to absence of the
thyroid at birth ( ) or due to attack on the thyroid by the . is also affected by DS.
Hal ini dapat disebabkan oleh tidak adanya tiroid pada saat kelahiran
(hipotiroidisme kongenital) atau akibat serangan pada tiroid oleh sistem kekebalan
tubuh.
4.
Pencernaan
Down syndrome increases the risk of , in which the nerve cells that control the
function of parts of the are not present. This results in severe constipation.Down
syndrome meningkatkan risiko hirschsprung's disease , di mana sel-sel saraf yang
mengontrol fungsi dari bagian-bagian dari usus besar tidak hadir. Hal ini
menyebabkan sembelit yang parah. Other congenital anomalies occurring more
frequently in DS include , , and . and are also more common among people with
DS. Anomali kongenital lain terjadi lebih sering pada down syndrome termasuk
atresia duodenum , pankreas annular , dan anus imperforata. Gastroesophageal
reflux disease dan penyakit celiac juga lebih sering terjadi pada orang dengan
down syndrome.
5.
Infertilitas
There is amongst both males and females with Down syndrome; males are usually
unable to father children, while females demonstrate significantly lower rates of
conception relative to unaffected individuals. [ ] Women with DS are less fertile and
often have difficulties with , , and difficult .Ada ketidaksuburan antara laki-laki
dan perempuan dengan down syndrome, biasanya tidak dapat ayah, anak-anak
sementara perempuan secara signifikan menunjukkan tingkat yang lebih rendah
konsepsi relatif tidak terpengaruh. Individu jantan perempuan dengan down
syndrome kurang subur dan sering memiliki kesulitan dengan keguguran , lahir
prematur , dan sulit tenaga kerja . Without , approximately half of the offspring of
someone with Down syndrome also have the syndrome themselves. Men with DS
are almost uniformly , exhibiting defects in . There have been only three recorded
instances of males with Down syndrome fathering children. Tanpa genetik
diagnosis praimplantasi , kira-kira setengah dari keturunan seseorang dengan down
syndrome juga memiliki sindrom sendiri. Pria dengan down syndrome hampir
seragam subur , menunjukkan cacat pada spermatogenesis . Ada hanya tiga kasus
tercatat laki-laki dengan ayah anak-anak Down syndrome.
6.
Neurologi
Children and adults with DS are at increased risk for developing . The risk for
Alzheimer's disease is increased in individuals with DS, with 10-25% of
individuals with DS showing signs of AD before age 50, up to 50% with clinical
symptoms in the sixth decade, and up to 75% in the 7th decade.Anak-anak dan
orang dewasa dengan down syndrome berada pada peningkatan risiko untuk
mengembangkan epilepsi . Resiko penyakit alzheimer meningkat pada individu
dengan down syndrome, dengan 10-25% dari individu dengan down syndrome
menunjukkan tanda-tanda ad sebelum usia 50, sampai 50% dengan gejala klinis
pada dekade keenam, dan sampai 75% pada dekade 7. This sharp increase in the
incidence and prevalence of dementia may be one of the factors driving the
decreased life expectancy of persons with Down Syndrome. Peningkatan tajam
dalam insiden dan prevalensi demensia mungkin salah satu faktor yang mendorong
penurunan harapan hidup orang dengan down syndrome.
7.
Katarak (opacity lensa) dan glaukoma (peningkatan tekanan mata) juga lebih
sering terjadi pada down syndrome. Brushfield spot (bintik-bintik putih atau kelabu
/ coklat kecil di pinggiran iris ) mungkin ada.
F.
PENATALAKSANA
1. Penanganan Secara Medis
- Pendengarannya : sekitar 70-80 % anak syndrom down terdapat gangguan
-
seperti likopen (pada tomat, semangka, jambu biji merah, lobster, dan lainlain), beta-karoten, vitamin A, B, C, E, zinc, dan selenium.
f) Probiotik dan prebiotik: banyak anak dengan down syndromeyang
mengalami konstipasi, oleh karena itu pemberian pro dan prebiotik selain
serat makanan dan cairan yang cukup, sangat baik untuk memperbaiki
kondisi ini, dan juga dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh.
g) DHA omega 3: pemberian DHA pada anak dengan down syndrome dapat
memperbaiki perkembangan saraf dan mata termasuk sel membran pada
otak dan retina. Pemberian DHA tidak boleh berlebihan karena dapat
menekan daya tahan tubuh. Oleh karena itu terbaik diperoleh dari bahan
makanan sumber sepertiflaxseed, salmon, sardine, kedelai, udang, scallop,
dan lain sebagainya.
h) Kolin: pemberian kolin dapat merangsang proses mielinisasi jaringan saraf,
memperbaiki komunikasi saraf dengan otot, mengurangi reaksi peradangan
dan meningkatkanneurotransmitter otak. Bahan makanan yang kaya akan
kolin seperti: kacang kedelai, kuning telur, kembang kol, tomat, susu, oat,
-
jagung, flaxseed
Kelainan tulang : dislokasi patela, subluksasio pangkal paha / ketidakstabilan
atlantoaksial.
2. Pendidikan
a. Intervensi Dini
Program ini dapat dipakai sebagai pedoman bagi orang tua untuk memberi
lingkunga yang memeadai bagi anak dengan syndrom down, bertujuan untuk
latihan motorik kasar dan halus serta petunjuk agar anak mampu berbahasa.
Selain itu agar ankak mampu mandiri sperti berpakaian, makan, belajar,
BAB/BAK, mandi,yang akan memberi anak kesempatan.
b. Taman Bermain
Misal dengan peningkatan ketrampilan motorik kasar dan halus melalui bermain
Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkunga yang memadai pada
anak
a. Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan
halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa
b. Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam
aktivitas sehari-hari.
G.
PENCEGAHAN
1. Konseling Genetik maupun amniosentesis pada kehamilan yang dicurigai akan
sangat membantu mengurangi angka kejadian Down syndrome.
2. Dengan Biologi Molekuler, misalnya dengan gene targeting atau yang dikenal
juga sebagai homologous recombination sebuah gen dapat dinonaktifkan.
3. Untuk mendeteksi adanya kelainan pada kromosom, ada beberapa pemeriksaan
yang dapat membantu menegakkan diagnosa ini, antara lain:
i.
ii.
Pemeriksaan kromosom
iii.
Ultrasonografi (USG)
iv.
Ekokardiogram (ECG)
v.
Daftar Pustaka
6.
7.
8.
9.