Marwan
Batubara,
Resources Studies, IRESS
Indonesian
2
berburu
rente
dan
perolehan
dukungan politk dari asing, sekaligus
menunjukkan
sikap
ketundukan
kepada
perampok
asing
dan
pengabaian martabat bangsa harus
dilawan. Itulah salah satu alasan
artikel ini ditulis.
Potensi Cadangan Mahakam
Berdasarkan penjelasan BP Migas
pada Seminar di MPR pada 2010,
cadangan tersisa Blok Mahakam pada
2010 adalah sebesar 13,7 tcf (triliun
cubic feet). Dengan asumsi laju
ekstraksi gas sekitar 0,6 tcf/tahun
(sesuai data produksi Mahakam BP
Migas, 2000 MMSCFD per 9/2012),
maka pada 2012 cadangan gas yang
tersisa menjadi [13,7 tcf - (2 tahun x
0,6 tcf/tahun)] = 12,5 tcf. Oleh sebab
itu, jika tingkat ekstraksi/pengurasan
gas dipertahankan pada level 2000
MMSCFD, maka pada awal tahun
2017, cadangan yang tersisa adalah:
[12,5 tcf 4 tahun x 0,6 tcf/tahun)] =
10,1
tcf.
Dengan
demikian,
berdasarkan informasi BP Migas yang
diperoleh IRESS tersebut, cadangan
Blok Mahakam yang tersisa pada 2017
adalah 10,1 tcf.
Jika diasumsikan harga jual gas adalah
US$ 12/MMBtu, maka nilai ekonomis
Blok
Mahakam
(diluar
biaya
eksploitasi)
pada
2017
adalah
US$(10,1 x 1012 x 1000 Btu x $12/106
Btu) = US$ 121,2 miliar. Namun, jika
cadangan minyak 192 juta barel
seperti perkiraan sebuah sumber di
Pertamina juga diperhitungkan, maka
dengan asumsi harga rata-rata minyak
US$ 95/barel, potensi pendapatan dari
minyak Blok Mahakam adalah US$
(192 x 95) = US$ 18,24 miliar. Dengan
3
ini tak lepas dari sikap Soeharto yang
pragmatis, membutuhkan dukungan
politik asing dan tidak menjaga
martabat bangsa.
Ternyata kelicikan asing kembali
terjadi pada masa transisi dari era
orba ke era reformasi pada 1997. Total
dan Inpex bersama pemerintahnya
telah dengan licik dan berhasil
memanfaatkan pergolakan politik dan
krisis
ekonomi
1997,
menjelang
kejatuhan
Soeharto,
untuk
memperoleh perpanjangan kontrak
Blok Mahakam. Dengan perpanjangan
kontrak tersebut, Total dan Inpex
memperoleh
konsesi
mengelola
Mahakam hingga 2017, sehingga akan
menggenapkan dominasi asing Prancis
dan Jepang di blok migas tersebut
menjadi setengah abad!
Saat ini upaya licik asing untuk tetap
mencengkeram
Mahakam
sedang
berlangsung.
Total
menyatakan
komitmen
rencana
investasi
pengembangan miliaran US$ untuk
eksplorasi,
menandatangani
kesepakatan
kerjasama jual beli
liquefied natural gas (LNG) dengan
Perusahaan Gas Negara (PGN), PLN
dan Pertamina. Selain itu, dalam
beberapa tahun terakhir, pemerintah
dan/atau perusahaan Prancis cukup
aktif memberikan beasiswa kepada
sejumlah mahasiswa dari berbagai
universitas
di
Indonesia
untuk
mengikuti program S1, S2 dan S3 di
Prancis.
Kita sangat khawatir kontraktor juga
memberi dukungan finansial dan/atau
politik kepada oknum pengambil
keputusan
agar
memperoleh
perpanjangan kontrak. Selain itu, kita
4
Perancis,
Francois
Fillon,
telah
berkunjung ke Jakarta pada Juli 2011.
Disamping
untuk
kepentingan
ekonomi dan hubungan bilateral, Fillon
juga
menyinggung
tetang
perpanjangan kontrak Mahakam. Fillon
memang
menjanjikan
akan
mendukung proyek-proyek infrastrukur
dan teknologi tinggi di Indonesia,
namun Fillon diyakini jauh lebih
berkepentingan untuk mengamankan
kepentingan Total tetap menguasai
Mahakam. Selain Fillon, beberapa
menteri Prancis dan President Director
Total, Elizabeth Proust, juga telah
berulang
kali
menemui
pejabat
pemerintah, dari Wamen hingga
Presiden, untuk mencapai tujuannya.
Hal yang sama dilakukan oleh Jepang
melalui PM dan menteri-menterinya.
Semua
hal
tersebut
merupakan
langkah-langkah
yang
lumrah
dilakukan asing yang sudah biasa
menjajah. Yang jadi masalah adalah,
apakah pejabat negara Indonesia bisa
tetap konsisten dengan kepentingan
bangsa
atau
berubah
menjadi
pragmatis atau komprador.
Sikap Pemerintah
Soeharto telah mengorbankan SDA
Indonesia demi dukungan politik asing
dan perolehan rente. Sejumlah oknum
pejabat,
para
komprador,
juga
melakukan hal sama pada masa
transisi 1997/1998. Ternyata SBY pun
melakukan hal yang sama pada saat
menyerahkan Blok Cepu kepada Exxon
pada Maret 2006. Sebelum keputusan
itu,
berulangkali
Presiden
Bush
meminta
Indonesia
untuk
menyerahkan Cepu kepada Exxon,
meskipun hak Exxon di Cepu diperoleh
melalui
transaksi
illegal
dengan
Tommy Soeharto pada tahun 1998,
dan
hal
ini
telah
dinyatakan
melanggar hukum oleh Tim Audit yang
dibentuk
pemerintah.
Apakah
komprador akan kembali berkhianat
untuk kasus perpanjangan Mahakam?
Tak sulit ditebak...
Selama ini kita menyatat pemerintah
sering meminta BUMN untuk memiliki
atau meningkatkan pemilikan saham
pada perusahaan-perusahaan PMA,
baik di sektor migas maupun di sektor
minerba. Namun dalam prakteknya
sikap tersebut tidak diiringi dan
didukung dengan berbagai kebijakan
dan langkah yang dibutuhkan. Di
belakang layar manajemen BUMN
sering dibiarkan berjuang sendiri atau
bahkan diperingatkan untuk bertindak
berlawanan seperti ancaman Jero
Wacik kepada Pertamina yang ingin
mengelola Mahakam. Sandiwara
seperti ini terjadi karena dominannya
kepentingan oknum-oknum penguasa
untuk
mendapatkan
rente
dan
dukungan politik asing serta maraknya
praktik KKN.
Wamen
ESDM
almarhum
Prof.
Widjajono
Partowidagno
telah
menyatakan (Februari 2012) tidak
akan
memperpanjang
kontrak
Mahakam kepada Total dan akan
menyerahkannya kepada Pertamina.
Namun
penerusnya,
Prof.
Rudi
Rubiandini, mengakatakan (September
2012)
bahwa
untuk
mengelola
Mahakam perlu kemampuan teknologi
tinggi dan dana yang besar, dan
Pertamina tidak akan sanggup. Untuk
itu Rudi meminta agar mengelola blokblok lain saja yang belum digarap
5
Pertamina. Rudi juga mengatakan
bahwa tidak perlu bagi Pertamina
untuk mengelola Mahakam karena
pada saat kontrak berakhir di 2017,
gas yang tersisa tidak sampai 2 tcf.
Menteri ESDM Jero Wacik bahkan
tampaknya
telah
membuat
kesepakatan dengan Total untuk tetap
mengelola Mahakam sesudah 2017,
saat berkunjung ke Prancis pada Juli
2012. Faktanya, Jero menyatakan pada
Septemebr 2012 bahwa Pertamina
tidak
mau
dan
tidak
mampu
mengelola Blok Mahakam. Terakhir,
pada 19 Januari 2013, Wamen ESDM
yang
baru,
Susilo
Siswoutomo,
meragukan kemampuan Pertamina
karena resiko dan
dana
untuk
mengelola Mahakam sangat besar,
serta hal ini akan mengancam
tercapainya lifting migas.
Perlu diingatkan bahwa jika kontrak
Mahakam berakhir pada Maret 2017,
maka tidak ada kewajiban bagi negara
untuk
memperpanjang
kontrak.
Seluruh aset yang digunakan selama
eksploitasi menjadi milik negara,
karena
telah
dibayar
melalui
mekanisme cost recovery. Oleh sebab
itu, jika Pertamina menyatakan mau
dan mampu mengelola, mestinya
tidak ada masalah dengan kontraktor,
jika pemerintah menjalankan fungsi
sebagai negara berdaulat. Karena itu
pula, tidak dibutuhkan kajian dan juga
waktu yang lama bagi pemerintah
untuk
mengambil
keputusan.
Sehingga pernyataan Prof Rudi yang
mengatakan
perlu
waktu
untuk
memutus kasus Mahakam adalah
bentuk kebohongan publik yang nyata.
6
Penutup
Ke depan, faktor-faktor politik dan
perburuan rente tampaknya semakin
rawan dan mengkhawatirkan karena
kepentingan
pemenangan
Pemilu
2014, seperti halnya terjadi pada
masa transisi 1967 dan 1997. Di sisi
lain, para kontraktor asing pun sangat
berkepentingan
memperoleh
perpanjangan
kontrak
dan
memanfaatkan
setiap
peluang,
termasuk dengan melakukan bribery.
Konspirasi sangat potensial untuk
kembali terulang, dan rakyat kembali
dikhianati. Hal ini harus dihindari! Oleh
sebab itu kita mengingatkan, agar
para
penguasa,
terutama
SBY,
Menteri-menteri
dan
jajaran
pejabatnya untuk menjaga martabat
bangsa dan tidak lagi menggadaikan
SDA negara, termasuk Blok Mahakam,
kepada kontraktor asing. Kita pun
mengingatkan
DPR
agar
tidak
membiarkan komprador pengkhianat
negara
memihak
asing
demi
kekuasaan dan rente. Blok Mahakam
hanya untuk dikelola Pertamina demi
sebesar-besar kemakmuran rakyat
-----------------------------------------------------------
7
TOTAL yang berpartner dengan INPEX
50%-50%, telah menginvestasikan
setidaknya US$ 27 miliar atau sekitar
Rp 250 triliun sejak masa eksplorasi
dan
pengembangannya
telah
memberikan
penerimaan
Negara
sebesar US$ 83 miliar atau sekitar
Rp.750 triliun.
Masalah perpanjangan blok Mahakam
sangat erat kaitannya dengan upaya
untuk menjamin dan memaksimalkan
penerimaan
Negara.
Seandainya
pemerintah
bermaksud
memperpanjang
kontrak
blok
Mahakam, maka pemerintah pasti
akan meminta kenaikan bagi hasil
yang lebih banyak lagi dari kontrak
sebelumnya. Sisa cadangan yang ada
plus fasilitas produksi yang sudah
sepenuh diberikan cost recovery harus
dianggap sebagai equity pemerintah
sehingga split bagi hasil yang semula
70:30 untuk gas dan 85:15 untuk
minyak
harus
dinaikkan
secara
signifikan
untuk
mengkompensasi
equity pemerintah tersebut, imbuh
Gde. Sebagaimana diketahui, saat ini
Pemerintah
masih
menimbangnimbang siapa yang akan ditunjuk
sebagai operator blok tersebut, baik
opsi memperpanjang kontrak dengan
perubahan
split
dan
perubahan
komposisi
participating
interest,
maupun
opsi
menyerahkan
operatorship ke perusahaan Nasional,
yaitu Pertamina. Gde menegaskan
bahwa: Menteri Jero Wacik adalah
orang yang sangat nasionalis, beliau
pasti memperhitungkan agar opsi
yang
dipilih
dapat
memberikan
manfaat
yang
terbesar
bagi
kepentingan bangsa dan Negara.
-------------------------------------------------------
8
pendapatan
inilah
yang
melatarbelakangi mengapa Total E&P
begitu bernafsu untuk memperoleh ijin
perpanjangan. Untuk mempengaruhi
sikap pemerintah, Total E&P telah
mengambil berbagai langkah seperti
menambah
investasi,
membuat
komitmen kouta produksi dan kontrak
gas untuk konsumsi domestik, dsb.
Dalam merespon permohonan Total
E&P, pada tahun 2009 Menteri ESDM
Purnomo Yusgiantoro menyatakan siap
memperpanjang
kontrak
dengan
syarat pola bagi hasil ditingkatkan
(untuk keuntungan pemerintah) dan
blok tersebut harus dikelola bersama
dengan wakil pemerintah.
Seperti diketahui, pola bagi hasil yang
berlaku pada KKS adalah 70%
(pemerintah)
berbanding
30%
(kontraktor). Sedangkan keinginan
pemerintah memiliki saham akan
diwujudkan
melalui
pembelian
sebagian saham Total E&P oleh
Pertamina. Sejauh ini belum ada
tanda-tanda kedua hal pokok tersebut
akan segera disepakati.
Seriuskah Pemerintah?
Kita berharap pemerintah bersikap
konsisten dan tegas dengan sikap
yang telah dinyatakan oleh Purnomo
di
atas.
Malah
dengan
telah
bergantinya pimpinan D-ESDM, sikap
tersebut diharapkan diperbaiki dan
bisa lebih baik dari sebelumnya.
Namun
perlu
disadari
bahwa
mengingat strategis dan pentingnya
masalah blok Mahakam ini, keputusan
yang diambil jelas akan melibatkan
Presiden.
9
Kami menyatat cukup banyak direksi
BUMN yang berkemampuan dan
profesional
yang
tidak
berani
berinisiatif atau berbuat yang terbaik
bagi perusahaan karena takut kepada
atasan atau telah diintervensi oknumoknum
eksekutif.
Sandiwara
ini
biasanya juga diikuti dengan proses
pengambilan keputusan yang tertutup
dan bertentangan dengan prinsipprinsip good corporate governance
(GCG).
Kali ini, untuk blok Mahakam, kita
harapkan sandiwara tersebut tidak
terjadi. Jika pemerintah menyatakan
ingin merubah pola bagi hasil dan
memiliki saham Total E&P, maka
keinginan tersebut sangat kita hargai
dan
harus
didukung.
Namun
pernyataan tersebut harus diwujudkan
dengan
berbagai
kebijakan
dan
program pendukung yang nyata dan
konkrit.
Pemerintah harus memulai dengan
menyusun rencana, membentuk tim
negosiasi lintas departemen dan
menjalankan proses tersebut secara
transparan dan mengikuti prinsip GCG.
Di lain pihak, kita berharap DPR pun
ikut mendukung dan mengawasi
jalannya negosiasi tanpa terpengaruh
godaan berbagai pihak, termasuk
pihak kontraktor.
Peran Pemerintah terhadap Pertamina
Kita
menyambut
baik
komitmen
Pertamina
yang
telah
siap
mengakuisisi sebagian (sekitar 15%25%) saham Total E&P sejak sekarang.
Namun selain itu, kita ingin agar
10
China kepada NOC (BUMN migas-nya)
ini demikian besar dan kuat sehingga
tidak ada wilayah potensial migas di
muka bumi yang luput dari pantauan
atau akuisisinya jika memungkinkan.
Bahkan NOC China telah mengakuisisi
sejumlah perusahaan migas milik
Amerika, Kanada, Eropa dan Asia.
Agresifitas NOC China sejak 10 tahun
terakhir tergambar pada penguasaan
mereka pada blok-blok migas di
Australia, Kanada, Ekuador, Nigeria,
Sudan, Angola, Siria, Kazaktan dan di
sejumlah tempat di Indonesia.
Saat ini, sekitar 77% cadangan migas
di seluruh dunia dikuasai oleh NOCs,
dibanding
23%
oleh
swasta.
Disamping itu ada sejumlah NOCs
yang cadangan migasnya justru lebih
besar dibanding cadangan migas
negaranya. NOCs China misalnya
mempunyai cadangan sekitar 18
miliar barel dibanding cadangan
nasional sekitar 17 miliar barel.
Petronas, NOC Malaysia, mempunyai
cadangan di seluruh dunia sekitar 7
miliar barel, padahal negaranya hanya
mempunyai reserve sekitar 3,1 miliar
barel. Pertamina? Oh, NOC Indonesia
ini hanya memiliki cadangan sekitar
2,6 miliar barel, dibanding cadangan
terbukti nasional sekitar 8 miliar
barel
Padahal
Pertamina
telah
beroperasi sejak sekitar 40 tahun yang
lalu!
Ke depan, NOCs akan terus merambah
ladang-ladang migas di seluruh dunia
karena
semakin
strategis
dan
langkanya
cadangan,
ditengah
permintaan yang terus meningkat.
Namun ternyata Indonesia merupakan
11
kekuasaan, selain prilaku KKN oknum
manajemennya
sendiri.
Dengan
menguasai blok Mahakam sebagai
penghasil gas terbesar di Indonesia,
serta blok-blok lain yang potensial,
Pertamina akan dominan di dalam
negeri, tumbuh menjadi global player
dan mampu mengamankan kebutuhan
energi nasional.
Penutup
Total
E&P
Indonesie
melalui
pernyataan Head Department of
Media Relations Total E&P, Kristianto
Hartadi di sebuah media pada 6
Oktober lalu, mengancam tidak akan
melanjutkan
lagi
proyek
pengembangan di Blok Mahakam
setelah tiga proyek yang baru mulai
dikembangkan saat ini, yaitu Sisi Nubi
2B, Peciko 7 B, dan South Mahakam 3.
Penghentian proyek pengembangan
ini dilakukan dengan alasan, karena
belum
adanya
kepastian
terkait
perpanjangan kontrak Total E&P di
Blok Mahakam setelah kontrak Total di
12
blok tersebut berakhir pada tahun
2017.
Saat ini di Blok Mahakam memang
masih ada beberapa reservoir yang
belum dibor oleh Total E&P. Dikatakan
Kristianto,
pihaknya
tidak
bisa
mengerjakan proyek pengembangan
seperti memasang platform dan
instalasi jaringan pipa di reservoir itu
karena pertimbangan keekonomian.
Jika
Total
E&P
mengembangkan
reservoir
tersebut,
kemungkinan
sumur-sumur di reservoir tersebut
baru bisa berproduksi menjelang atau
bahkan
setelah
habisnya
masa
kontrak Total E&P di Blok Mahakam
pada tahun 2017 nanti.
Lebih lanjut Kristianto katakan, jika
tidak ada proyek pengembangan lagi
di Blok Mahakam, produksi migas bisa
turun. Jika produksi turun, supply gas
dari Blok Mahakam kepada pembeli
tidak akan terpenuhi. Saat ini, Blok
Mahakam memproduksi 1,76 miliar
kaki kubik gas dan 66.400 barel
kondensat per hari. Pembeli gas dari
Blok
Mahakam
adalah
lima
perusahaan di Jepang dan Nusantara
Regas dengan kontrak hingga tahun
2022.
Gerakan Nasionalisasi Migas (GNM)
lagi-lagi mendapat dalih dan dalil baru
dari Total E&P, yang kali ini justru
bernada ancaman. Itulah sebabnya
GNM mengecam sikap Pemerintah
yang sampai saat ini belum juga
memutuskan
untuk
tidak
memperpanjang kontraknya Total E&P
di Blok Mahakam yang habis di tahun
2017, hanya karena takut dengan
ancaman korporasi migas asing asal
Prancis yang sudah melewati 46 tahun
13
Menurut Muslim Arbi, Blok Mahakam
memiliki arti strategis karena total
cadangan minyak dan gasnya amat
tinggi.
Bahkan
pihak
Pertamina
menjamin ada total keuntungan senilai
Rp. 190 triliun, jika BUMN Migas atau
National
Oil
Company
ini
bisa
menguasai Blok Mahakam.
"Dengan menguasai sendiri ladang
minyak, kita akan lebih terjamin," kata
Muslim Arbi yang juga Kepala Staf
Investigasi dan Advokasi Gerakan
Aliansi Laskar Anti Korupsi (GALAK).
Saat ini, kata Muslim Arbi, peralatan
pengeboran
sudah
terpasang,
sehingga Pertamina
tak perlu
mengebor ladang minyak lagi. "Meski
keuntungan rendah, namun pajak,
deviden dan keuntungan nanti masuk
ke kas negara. Sehingga digantungnya
penghentian kontrak Total E&P di Blok
Mahakam oleh Menteri ESDM, sama
artinya
tindakan
pengkhianatan
terhadap bangsa dan negara",
Lokasi Delta Mahakam
Delta Mahakam merupakan suatu
kawasan delta yang terdiri dari
beberapa pulau yang terbentuk akbat
adanya
endapan
muara
Sungai
Mahakam dengan Selat Makassar,
Kalimantan
Timur.
Kawasan
ini
mempunyai luas sekitar 150.000 ha.
Secara administratif, kawasan Delta
Mahakam berada dalam wilayah
Kabupaten
Kartanegara,
tepatnya
berada di Kecamatan Anggana, Muara
Jawa, dan Sanga-Sanga.
Sejarah Pengelolaan Delta Mahakam
Kegiatan eksplorasi di Delta Mahakam
dimulai pada tahun 1967. Saat itu,
Terhadap
Blok
Melihat
fakta
bahwa
kontrak
pengelolaan blok Mahakam akan habis
ada tahun 2017, pemerintah mulai
bergerak untuk menentukan pengelola
Blok Mahakam ke depan. Pemerintah
sedang mempertimbangkan rencana
PT
Total
E&P
Indonesie
untuk
berinvestasi sebesar US$7,3 miliar di
Blok Mahakam.
Menteri BUMN Dahlan Iskan telah
memaksa Menteri ESDM Jero Wacik
untuk menyerahkan pengelolaan Blok
Mahakam
sepenuhnya
kepada
Pertamina. Namun, hingga saat ini
belum ada jawaban. Sementara itu
Pengelola / Kontraktor existing (Total)
diketahui sdh 4 kali mengirimkan surat
permohonan ke Men ESDM utk dapat
renewal. Menggantungnya keputusan
Men ESDM itu menimbulkan spekulasi
dan kontroversi yg kian meluas.
Rumors, isu, dugaan, tudingan, dan
anilisa liar mulai ramai disuarakan.
Para aktivis permigasan RI malah
menuduh pemerintah mau korupsi.
14
Masih belum hilang dari ingatan kita
saat kuasa hukum Judith J Navarro
Dipodiputro, OC Kaligis di sela-sela
sidang lanjutan yang ke-14 kalinya
digelar
di
Pengadilan
Hubungan
Industrial (PHI) Jakarta pada 1 Juli
2013
lalu
mengatakan
bahwa
pemberhentian secara sepihak yang
dilakukan Total E&P Indonesie asal
Prancis
terhadap
Judith
jelas
melanggar
hukum.
Sebab,
pemberhentian itu tanpa melalui SKK
Migas
(sebelumnya
BP
Migas).
Sementara sebelum mempekerjakan
Judith
sebagai
Vice
President
Corporate
Communication,
Government Relations and Corporate
Social Responsibility (SCR), Total lebih
dulu meminta izin kepada BP Migas,
sehingga Total terlihat sekali sangat
otoriter dalam kasus pemberhentian
Judith.
Vice
President
Human
Resorces
Communications and General Services
Total, Arividya Noviyanto saat bersaksi
dalam sidang sengketa perselisihan
pemutusan hubungan kerja, antara
Total sebagai penggugat dan Judith
sebagai tergugat, mengakui belum
minta izin dan persetujuan kepada
SKK Migas terkait rencana Total
memberhentikan Judith. Dikatakan
Kaligis, ada beberapa hal yang tidak
benar yang selama ini sudah dilakukan
Total. Salah satu kebobrokan itu
menurut Kaligis, adalah perjanjian
antara Total dan Pertamina yang
bersifat konfedensial serta masalah
keuangan. Kalau tidak karena itu
semua, perkara Judith ini tidak
mungkin sampai di PHI. Karena itulah
Total merasa ketakutan. Sebentar lagi,
ancam Kaligis, semua kecurangan
15
pun yang ditinggalkan mereka selain
kerusakan
alam,
pencemaran
lingkungan dengan biaya recoverynya
yang maha besar itu, ungkap sumber
dari
ARKBM
yang
tidak
mau
disebutkan namanya.
Jika saja saat Direktur Utama PT
Pertamina (Persero), Karen Agustiawan
dipanggil Wakil Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral (ESDM) Susilo
Siswoutomo pada Kamis (26/9/2013)
benar-benar tidak mau mendengar
kesanggupan
Pertamina
untuk
mengelola sekaligus menjadi oprator
Blok Mahakam pasca 2017, kemudian
Pemerintah memutuskan Kontrak Kerja
Sama (KKS) Total dan Inpex di Blok
Mahakam
diperpanjang
dengan
memberi saham 30 persen kepada
Pertamina selama masa transisi 5
tahun (2017-2022) yang sama sekali
tidak pernah diminta Pertamina.
Komandan
GNM
Binsar
Effendi
Hutabarat
yang
Ketua
Umum
Solidaritas
Pensiunan
Karyawan
Pertamina (eSPeKaPe) menegaskan,
itu jelas, selain melukai bathin
Judith,juga
sangat
menyakitkan
masyarakat
Kaltim,
sekaligus
mengusik rasa keadilan bagi seluruh
rakyat Indonesia yang melalui petisi
17 Oktober 2012 sudah pernah
menuntut Blok Mahakam diserahkan
untuk negara kepada Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono (SBY).
Oleh sebab itu, GNM meminta Menteri
ESDM
Jero
Wacik
harus
bertanggungjawab
penuh
jika
memaksakan kontrak Total dan Inpex
diperpanjang di Blok Mahakam, lalu
rakyat Kaltim minta merdeka. Isu
untuk memisahkan diri dari NKRI ini
16
Total selama 46 tahun dan masa
kontrak akan berakhir pada tahun
2017 mendatang, ungkap Ugan.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan
Iskan,
selaku
pemegang
saham
Pertamina mendesak agar Menteri
ESDM, Jero Wacik memberikan hak
pengelolaan Blok Mahakam kepada
Pertamina. Namun, ada sebagian
pihak
yang
masih
meragukan
kemampuan Pertamina, karena dinilai
belum
mampu
mengelola
blok
tersebut,
bila
dilihat
dari
sisi
keuangan, peralatan, dan teknologi.
Mengutip
MigasReview.com,
sejak
masa
eksplorasi
hingga
pengembangannya, Total dan Inpex
telah menginvestasikan setidaknya
US$ 27 miliar atau sekitar Rp 250
triliun.
Sementara
pemerintah
memperoleh
penerimaan
negara
sebesar US$ 83 miliar atau sekitar Rp
750 triliun.
Adapun
cadangan
terbukti
blok
Mahakam saat kontrak berakhir 2017
diperkirakan 2 triliun kaki kubik
(trillion cubic feet/TCF). Dibutuhkan
investasi Rp 80 triliun untuk dapat
memproduksi gas dari blok tersebut
selama masa operasi 20 tahun.
Dengan
kata
lain,
kontraktor
(siapapun) yang akan mengelola blok
tersebut harus menyiapkan modal
yang besar.
Berdasarkan
sumber
dokumen
MigasReview.com,
Total
E&P
mengajukan
usulan
perpanjangan
kontrak
selama
15
tahun
(31
Desember 2017 31 Desember 2032)
dengan investasi sebesar US$ 16
miliar untuk periode 2010-2017, dan
selanjutnya
tambahan.
US$
miliar
sebagai
Sebaliknya
lanjut
Marwan,
IRESS
menyayangkan sikap Menteri ESDM Jero
Wacik yang masih saja terus mencari-cari
alasan dan justifikasi guna memberi
kesempatan kepada Total untuk tetap
menjadi operatorBlok Mahakam. "Oleh sebab
itu, kami meminta Presiden SBY untuk segera
memutuskan dan membuat pernyataan resmi
bahwa sejak 2017 Pemerintah RI akan
17
menyerahkan pengelolaan Blok Mahakam