Anda di halaman 1dari 14

Karekteristik Gambaran Tomografi Komputer Sinus Paranasalis Pada Pasien

Rinosinusitis Di Rsup Haji Adam Malik Pada Tahun 2012.


Overview Characteristics Of Computer Tomography In Rhinosinusitis Patients In
Haji Adam Malik General Hospital In 2012
Banu Rajandram1 ,

Elvita Rahmi Daulay 2

1. Mahasiswi kedokteran usu , angkatan 2011/ email:


banurajandram@yahoo,com
2. Staff pengajar departemen radiologi
Running Title: Computer tomografi of rinosinusitis
Abstrak
Rinosinusitis adalah masalah kesehatan umum. Etiologinya sering diperdebatkan
dan tetap menjadi daerah yang signifikan dari penelitian. Rinosinusitis adalah inflamasi
pada mukosa hidung dan sinus paranasalis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karekteristik gambaran
tomografi komputer pada pasien rinosinusitis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun
2012. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional untuk
melihat karekteristik gambaran tomografi komputer pada pasien rinosinusitis di RSUP
Haji Adam Malik pada tahun 2012. Sampel pada penelitian ini adalah enam puluh tujuh
data pasien rinosinusitis yang telah melakukan pemeriksaan tomografi komputer sinus
paranasalis di RSUP Haji Adam Malik yang diambil secara
total sampling
menggunakan data sekunder dari rekam medis. Data dianalisis secara deskriptif dan
disajikan dalam bentuk tabel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 67 orang pasien rinosinusitis
telah melakukan pemeriksaan tomografi komputer di RSUP Haji Adam Malik pada
tahun 2012, dengan menunjukkan kelompok umur terbanyak adalah pada kelompok
umur 31- 45 tahun (31,3%), jenis kelamin perempuan (53,7%), lokasi sinus yang paling
banyak terinfeksi adalah sinus maksilaris (47,8%), jumlah sisi sinus terinfeksi lebih
sering terjadi secara unilateral (53,7%) dan distribusi komplikasi yang paling banyak
adalah mukokel (6,0%).
Kata kunci: rinosinusitis, inflamasi, diagnosis, tomografi komputer
Abstract
Rhinosinusitis is a common health problem. The etiology is often debated and
remains a significant area of research. Rhinosinusitis is an inflammation of the mucosa
of the nose and paranasal sinuses
This aims of these study is to determine the characteristic of computed
tomography in patients with rhinosinusitis in Haji Adam Malik General Hospital in the
year 2012 .

This research is a descriptive type study with cross-sectional design to see an


overview characteristics of computer tomography in patients with rhinosinusitis in Haji
Adam Malik General Hospital in the year of 2012. The sample of this study is the
secondary data of sixty - seven rhinosinusitis patients whom had computed
tomography examinations of paranasal sinuses in Haji Adam Malik General Hospital.
Data were analyzed descriptively and presented in tabular form .
The results showed that there are 67 patients with rhinosinusitis that have
done computerized tomography in Haji Adam Malik General Hospital in the year of
2012, the largest age group effected with rhinosinusitis is from the age 31- 45 years
(31,3%), female gender (53,7%) , sinus location most affected is the maxillary sinus
(47,8%), the number of infected sinuses side most often is unilateral (53,7%) and mostly
with mucocel as complications (6,0%).
Keywords: rhinosinusitis , inflammation , diagnosis , computer tomography
Pendahuluan
Sinusitis merupakan suatu peradangan pada satu atau lebih mukosa sinus
paranasalis dengan gejala seperti hidung tersumbat, nyeri fasialis dan juga pilek kental
(purulen) (Campbell, 2014). Rinitis pula merupakan suatu peradangan yang terjadi
pada membrana mukosa hidung, yang dapat dibedakan menurut perjalanan penyakit
menjadi rinitis akut dan rinitis kronis (Adam, 1989). Pada tahum 1996, American
Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery mengusulkan untuk mengantikan
terminologi sinusitis menjadi rinosinusitis.
Menurut National Health Interview Survey (2012), rinosinusitis mempengaruhi
sekitar 35 juta orang per tahun di Amerika Serikat dan memerlukan kunjungan ke
praktek dokter sebanyak 16 juta kali per tahun. Amerika Serikat juga menunjukkan
bahwa 1 dari 7 orang dewasa menderita sinusitis dengan lebih dari 30 juta pasien
didiagnosis setiap tahun pada awal musim gugur hingga awal musim semi (Brook,
2012). Pada tahun 1996, pengeluaran total untuk pelayanan kesehatan yang berkaitan
langsung dengan rinosinusitis diperkirakan sebesar 5,8 milyar dollar. Dari angka
tersebut, 58,7% (sekitar 3,5milyar dollar) berkaitan dengan rinosinusitis kronis (Roos,

1999). Meskipun rinosinusitis kebanyakan disebabkan oleh infeksi virus dan sebagian
besar sembuh tanpa terapi antibiotik, penyakit ini dilaporkan sebagai salah satu dari
lima penyakit terbanyak yang diberi antibiotik dengan hampir 13 juta resep ditulis
dokter setiap tahun (FESS, 1996). Di Kanada pada tahun 2003, diperoleh angka
prevalensi rinosinusitis kronik sekitar 5% dengan perbandingan wanita dan pria yaitu 6
banding 4 (6:4), lebih tinggi pada kelompok wanita (Hamilos, 2000).
Berdasarkan European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal Polyps,
penelitian di Belanda pada tahun 1999, menunjukkan bahwa sekitar 8,4% populasi
setidaknya pernah menderita satu episode rinosinusitis akut pertahunnya. Insidensi
kunjungan ke dokter-dokter untuk keluhan rinosinusitis akut di Belanda pada tahun
2000 adalah sekitar 20 per 1000 laki-laki dan 33,8 per 1000 wanita (Fokkens, 2007).
Prevalensi rinosinusitis di Indonesia cukup tinggi, terbukti pada data dari
DEPKES RI tahun 2003, menyebutkan bahwa penyakit tersebut berada pada urutan ke25 dari 50 pola penyakit peringkat utama. Menurut Elise (2003), menyatakan bahawa di
Indonesia ternyata prevalensi penyakit ini tidak bisa dibilang rendah malah cenderung
menunjukkan peningkatan. Hal ini terbukti dari beberapa penelitian yang menyebutkan
bahwa gejala rinosinusitis di Jawa dan Bali meningkat 7,5 persen pertahun.
Menurut Soejipto (2007) dalam tulisan Multazar (2008), data dari Divisi
Rinologi Departemen THT RSCM Januari-Agustus 2005 menyebutkan jumlah pasien
rinologi pada waktu itu adalah 435 pasien, 69% (300 pasien) menderita rinosinusitis
kronis. Di Poliklinik THT-KL RS Hasan Sadikin Bandung pada periode Januari 2007
hingga Desember 2007 menunjukkan terdapat 168 pasien rinosinusitis (64,29%) dari
seluruh pasien Rinologi (Lasminingrum, 2008). Di Departemen THT-KL Kedokteran
UGM/RS Dr. Sardijito Yogyakarta tahun 2006-2007 didapatkan 118 pasien rinusinusitis

kronis (42%) dari seluruh pasien rinologi (Dewanti, 2008).


Metode
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross-sectional untuk
melihat karekteristik gambaran tomografi komputer sinus paranasalis pada pasien
rinosinusitis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012. Besarnya sampel pada
penelitian ini adalah semua pasien rinosinusitis yang telah melakukan pemeriksaan
tomografi komputer sinus paranasalis di RSUP Haji Adam Malik (total sampling).
Dalam penelitian ini, yang diamati adalah angka kejadian rinosinusitis, jumlah
pasien yang dirujuk untuk pemeriksaan tomografi komputer, umur, jenis kelamin, lokasi
sinus yang terinfeksi, jumlah sinus yang terinfeksi, dan komplikasi yang timbul akibat
dari rinosinusitis. Penelitian ini telah dilakukan di Departemen THT RSUP Haji Adam
Malik, dan Departemen Radiologi RSUP Haji Adam Malik, Medan. Data diambil dari
rekam medis pasien rinosinusitis di RSUP Haji Adam Malik dari Januari 2012 hingga
Desember 2012.
Sampel pada penelitian ini adalah

penderita rinosinusitis yang dilakukan

tomografi komputer sinus paranasalis di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2012.
Pengambilan sampel adalah berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi
penelitian ini ialah pasien rinosinusitis yang dirujuk untuk pemeriksaan tomografi
komputer sinus paranasalis. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini ialah pasien dengan
riwayat trauma, tumor, kista retensi dan kanker. Berdasarkan data rekam medis, jumlah
kasus rinosinusitis yang berobat di Departemen THT, RSUP Haji Adam Malik Medan
pada tahun 2012 adalah sebanyak 475 orang pasien. Responden penelitian ini adalah
pasien rinosinusitis yang dirujuk ke Departmen Radiologi, RSUP Haji Adam Malik
untuk pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasalis yaitu sebanyak 67 orang

Proses pengumpulan data dilakukan setelah mendapat rekomendasi izin


pelaksanaan penelitian dari Institusi Pendidikan dan Komisi Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara. Kemudian, data pasien diambil dari rekam medis di mana
data yang digunakan adalah data pasien rinosinusitis yang dirujuk untuk pemeriksaan
tomografi komputer sinus paranasalis pada tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik.
Pengolahan dilakukan dengan cara menganalisa data pasien yang telah diambil
dari rekam medis di RSUP Haji Adam Malik. Analisa data ini akan dilakukan secara
deskriptif dengan menggunakan program komputer Windows SPSS ( Statistical Package
for Social Science).
Hasil dan pembahasan
Dari Tabel 1, didapatkan bahwa usia pasien rinosinusitis yang dirujuk untuk
pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasalis paling banyak adalah pada
kelompok umur 31- 45 tahun yaitu sebanyak 21 orang (31,3%), diikuti kelompok umur
16-30 tahun yaitu sebanyak 16 orang (23,9%). Jumlah pasien yang paling sedikit
dijumpai adalah pada kelompok umur 0-15 tahun yaitu 5 orang (7,5%).
Tabel 1 Distribusi Pasien Rinosinusitis Berdasarkan Kelompok Umur di RSUP
Haji Adam Malik pada Tahun 2012.
Kelompok Umur

Frekuensi (n)

Persentase (%)

(Tahun)
0-15
16-30
31-45
46-60
>60
Total

5
16
21
14
11
67

7,5
23,9
31,3
20,9
16,4
100,0

Berdasarkan Tabel 2 didapati bahwa jumlah pasien rinosinusitis yang dirujuk ke


Departemen Radiologi untuk pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasalis lebih
banyak diderita oleh pasien perempuan yaitu sebanyak 36 orang ( 53,7%), berbanding

dengan pasien laki-laki sebanyak 31 orang (46,3%).

Tabel 2

Distribusi Pasien Rinosinusitis Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUP


Haji Adam Malik pada Tahun 2012.

Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

Frekuensi (n)
31
36
67

Persentase (%)
46,3
53,7
100

Pada Tabel 3 dijelaskan bahwa lokasi sinus yang paling banyak terinfeksi pada
pasien rinosinusitis adalah sinus maksilaris yaitu 32 orang pasien (47,8%) dan lokasi
sinus yang paling sedikit terinfeksi adalah sinus sfenoidalis dan sinus frontalis yaitu
masing-masing 1 orang pasien (1,5%).
Tabel 3

Distribusi Pasien Rinosinusitis Berdasarkan Lokasi Sinus Yang


Terinfeksi di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2012.
Lokasi sinus yang terinfeksi

Frekuensi
(n)

Persentase
(%)

Single sinusitis :
sinusitis maksilaris

32

47,8

sinusitis etmoidalis

3,0

sinusitis sfenoidalis

1,5

sinusitis frontalis

1,5

Multiple sinusitis :
sinusitis maksilaris serta etmoidalis

13

19,4

sinusitis maksilaris serta sfenoidalis

1,5

sinusitis maksilaris serta frontalis

4,5

sinusitis etmoidalis serta sfenoidalis

4,5

sinusitis etmoidalis serta frontalis

0,0

sinusitis sfenoidalis dan frontalis

0,0

sinusitis maksilaris serta etmoidalis dan sfenoidalis

3,0

sinusitis maksilaris serta etmoidalis dan frontalis

3,0

sinusitis etmoidalsi serta sfenoidalis dan frontalis

0,0

sinusitis maksilaris serta frontalis dan sfenoidalis

0,0

7
67

10,4
100,0

Pansinusitis :
maksilaris, etmoidalis, sfenoidalis, frontalis
Total

Berdasarkan Tabel 4, didapatkan bahwa rinosinusitis lebih sering terjadi secara


unilateral yaitu sebanyak 36 orang pasien (53,7%), dibandingkan secara bilateral yaitu
sebanyak 31 orang pasien ( 46,3%).
Tabel 4

Distribusi Pasien Rinosinusitis Berdasarkan Jumlah Sisi Sinus Yang


Terinfeksi di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2012.

Jumlah sisi sinus yang terinfeksi


Unilateral
Bilateral
Total

Frekuensi (n)
36
31
67

Persentase (%)
53,7
46,3
100,0

Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa komplikasi yang paling banyak diderita
oleh pasien rinosinusitis adalah mukokel yaitu sebanyak 4 orang (6,0%)

serta

komplikasi yang paling sedikit diderita oleh pasien adalah kelainan pada tulang yaitu
hanya 1 orang pasien (1,5%). Penelitian juga menunjukkan bahwa 62 orang dari total
67 orang pasien tidak menderita sebarang komplikasi (92,5%).

Tabel 5

Distribusi Pasien Rinosinusitis Berdasarkan Komplikasi Rinosinusitis


di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2012.

Komplikasi rinosinusitis
kelainan pada orbital
kelainan pada intrakranial
kelainan pada tulang
Mukokel
Piokel
kelainan paru
tidak ada

Frekuensi (n)
0
0
1
4
0
0
62

Persentase (%)
0,0
0,0
1,5
6,0
0,0
0,0
92,5

Total
Menurut tabel 1,

67
didapat usia

100,0
pasien

rinosinusitis yang dirujuk untuk

pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasalis paling banyak adalah pada


kelompok umur 31-45 tahun yaitu sebanyak 21 orang (31,3%), diikuti kelompok umur
16-30 tahun yaitu sebanyak 16 orang (23,9%). Penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh

European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal

Polyps pada tahun 2007 yang menyatakan bahwa usia yang paling banyak menderita
rinosinusitis adalah pasien yang usia <50 tahun. Varonen (2003) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa pasien-pasien rinosinusitis yang menjadi subjek penelitiannya
berasal dari umur 18-75 tahun, dengan umur rata-rata yaitu 39,7 tahun.
Menurut Hilger (1997), anak-anak dikatakan lebih cenderung rentan terhadap
infeksi virus serta alergi pada saluran nafas atas berbanding dengan orang dewasa.
Namun penelitian ini tidak sejajar dengan kutipan Hilger. Kunjungan pasien dalam
kelompok 0-15 tahun adalah yang paling sedikit yaitu 5 orang pasien. Hal ini mungkin
karena:1) perubahan sikap dan prilaku orang tua yang memilih usaha preventif terhadap
dampak kesehatan anak; dan 2) pasien pada kelompok usia 0-15 tahun akan datang
berobat ke Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak oleh karena di RSUP Haji Adam Malik,
Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak menerima pasien pada kelompok umur 0-18 tahun.
Berdasarkan penelitian ini, ditemukan bahwa jumlah sampel berjenis kelamin
perempuan lebih banyak yaitu sekitar 36 orang (53,7%) dibandingkan laki-laki yaitu 31
orang (46,3%). Hasil tersebut sesuai dengan hasil-hasil penelitian sebelumnya, bahwa
pasien rinosinusitis berdasarkan jenis kelamin menunjukkan lebih banyak diderita oleh
perempuan dibandingkan laki-laki. Nasution (2007), dalam penelitiannya pada 30
penderita didapatkan perempuan sebanyak 18 penderita (60%) dan laki-laki sebanyak

12 penderita (40%) menderita rinosinusitis. Dari data diatas tampak penelitian ini tidak
jauh berbeda dari penelitian sebelumnya yang mendapatkan kelompok perempuan
paling banyak dibandingkan dengan laki-laki. Banyaknya penderita perempuan
dimungkinkan karena yang datang berobat lebih banyak perempuan dan pada umumnya
perempuan lebih peduli dengan keluhan sakit sehingga lebih cepat datang berobat.
European Position Paper on Rinosinusitis and Nasal Polyps pada tahun 2007
menyatakan wanita lebih cenderung menderita rinosinusitis karena dari beberapa teori
menunjukkan terdapat efek hormonal dari estrogen, progesteron dan placetal growth
hormon pada mukosa nasal dan pembuluh darah (Fokken, 2007).
Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien rinosinusitis paling sering terinfeksi sinus
maksilaris yaitu 32 orang dari total 67 orang pasien (47,8%). Pada beberapa pasien,
infeksi pada sinus tidak hanya melibatkan satu sinus saja tetapi bisa terinfeksi kepada
beberapa sinus atau lebih yang dikenali sebagai multisinusitis. Pada penelitian ini,
didapati bahwa infeksi yang melibatkan dua atau lebih sinus terbanyak didapatkan pada
lokasi

sinus maksilaris dan etmoidalis yaitu sebanyak 13 orang pasien (19,4%)

sedangkan infeksi yang paling sedikit adalah

pada lokasi sinus maksilaris dan

sfenoidalis yaitu 1 orang pasien (1,5%). Semua sisi sinus pasien juga bisa terinfeksi dan
keadaan ini dikenali sebagai pansinusitis. Penelitian ini menunjukkan terdapat 7 orang
pasien (10,4%) yang terinfeksi atau pansinusitis, yaitu mempunyai semua sisi sinus
yang terinfeksi.
Penelitian Sogebi (2008) menyatakan bahwa sinus maksilaris merupakan lokasi
sinus yang paling banyak mendapatkan kelainan yaitu sebanyak 70,51%, sedangkan
sinus sfenoidalis merupakan lokasi sinus yang paling jarang terdapat kelainan yaitu 0%.
Penelitian case series oleh Frisdiana (2010) d RS. Santa Elisabeth Medan pada tahun

2006-2010 menunjukkan rinosinusitis maksilaris merupakan yang paling banyak


diderita oleh pasien yaitu sebesar 94,1%.
Penelitian ini juga menunjukkan single rinosinusitis yang melibatkan satu sinus
paling banyak diderita oleh pasien rinosinusitis yaitu 36 orang pasien (53.7%), lalu
diikuti dengan multisinusitis dengan 24 orang pasien (35,8%) dan pansinusitis yaitu 7
orang pasien (10.5%). Sogebi (2008) juga menyatakan bahwa sebanyak 73,08% subjek
pada penelitiannya menderita single rinosinusitis, 21,79% multisinusitis dan 5,13%
pansinusitis.
Sinus maksilaris merupakan sinus yang paling sering terinfeksi, oleh karena
sinus paranasalis yang terbesar dan letak ostiumnya lebih tinggi dari dasar sinus
sehingga ia harus bergantung sepenuhnya pada pergerakkan silia untuk mengeluarkan
kuman atau benda asing. Hambatan pada silia menyebabkan pembiakan kuman. Ini
menjelaskan pasien paling banyak menderita single rinosinusitis. Selain itu dasar sinus
maksilaris adalah dasar akar gigi sehingga infeksi gigi dapat menyebabkan sinusitis
maksilaris (Ballenger, 2002).
Penelitian menunjukkan bahwa

rinosinusitis lebih sering terjadi secara

unilateral yaitu sebanyak 36 orang pasien (53,7%) berbanding secara bilateral yaitu
sebanyak 31 orang pasien (46,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian Hong Soo Shin
(1986). Kejadian ini adalah karena walaupun pasien mengalami multisinusitis, namun
infeksi sinus tersebut hanyalah terjadi pada satu sisi wajah saja. Ini adalah karena faktor
kelainan anatomi dan struktur hidung seperti deviasi septum, hipertrofi konka, dan polip
yang turut memainkan peranannya dalam memicu rinosinusitis.
Komplikasi yang diderita oleh pasien rinosinusitis adalah mukokel yaitu
sebanyak 4 orang (6,0%) serta komplikasi yang paling sedikit diderita oleh pasien

adalah kelainan pada tulang yaitu hanya 1 orang pasien (1,5%). Penelitian juga
menunjukkan bahwa 62 orang dari total 67 orang pasien tidak menderita komplikasi
(92,5%). Penelitian Frisdiana (2010), menunjukkan bahwa 102 pasien rinosinusitis yang
dirawat di RS Santa Elisabeth dari tahun 2006-2010, semuanya tidak ada komplikasi.
Simpulan dan saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa, pasien
rinosinusitis yang dirujuk ke Departemen Radiologi untuk pemeriksaan

tomografi

komputer sinus paranasalis adalah seperti berikut pasien rinosinusitis yang datang
berobat di Departemen THT, RSUP Haji Adam Malik adalah sebanyak 475 orang dan
dirujuk adalah sebanyak 67 orang pasien pada tahun 2012, dimana paling banyak
adalah pada kelompok umur

31-45 tahun yaitu sebanyak 21 orang (31,3%), jenis

kelamin yang paling banyak

adalah

pasien perempuan yaitu sebanyak 36 orang

(53,7%), distribusi lokasi sinus yang paling banyak terinfeksi pada pasien rinosinusitis
adalah sinus maksilaris yaitu 32 orang pasien (47,8%), jumlah sisi sinus terinfeksi
pasien rinosinusitis lebih sering terjadi secara unilateral yaitu sebanyak 36 orang pasien
(53,7%), dan komplikasi yang paling banyak diderita oleh pasien rinosinusitis adalah
mukokel yaitu sebanyak 4 orang (6,0%) .
Penelitian selanjutnya mengenai pasien rinosinusitis yang dirujuk untuk
pemeriksaan tomografi komputer sinus paranasalis sebaiknya menggunakan populasi
penelitian yang lebih luas dengan menggunakan data dari beberapa rumah sakit, yang
bertujuan untuk memperkaya data sehingga karekteristik gambaran tomografi komputer
pasien rinosinusitis dapat dikenali dengan lebih baik. Pihak RSUP Haji Adam Malik
sebaiknya meningkatkan kualitas dan melengkapi data rekam medis pasien, sehingga
penelitian yang akan dilakukan dapat memberikan hasil yang lebih tepat. Masyarakat

harus diberi edukasi tentang bahaya, masalah-masalah atau komplikasi yang mungkin
timbul akibat dari rinosinusitis sehingga pasien sadar dan dapat berobat dengan lebih
awal.
Daftar pustaka
Adam, G.L. Boies LC, PA (eds). (1989). Fundamentals Otholaryngology. Philadelphia,
W.b.Saunderss, : 249-270
Ballenger, J.J. (2002). Infeksi Sinus Paranasal.Dalam: Saputra, L., ed. Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. Edisi 1. Jakarta: Binarupa Aksara, 1-25
Brook,

I.

(2012).

Chronic

Sinusitis.WebMD

LLC.

Available

at:

http://emedicine.medscape.com/article/232791-overview
Accessed [ 12/4/2014 ]
Campbell, G.D. (2014) Pathophysiology of Rhinosinusitis, In:(Adult chronic sinusitis
and its complication). Pulmonary>critacal care update(PCCU):16, lesson 20.7
Fees, S. H. (1996), Endoscopic diagnosis and surgery of the paranasal sinuses and
anterior skull base. Tin Messerklingertechnique and advanced applications the
Graz School. Karl-Franzens University Graz, Austria,: -20.
Frisdiana, Y. ( 2010). Karakteristik penderita rinosinusitis kronik rawat inap di Rumah
Sakit Santa Elisabeth Medan pada tahun 2006-2010.Universitas Sumatera Utara.
Available at: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/28871.pdf [Accessed
15 September 2014].
Fokkens W. et al, (2007).European Position Paper on Rhinosinusitis and Nasal
Polyps.Rhinology

45

Supplement

20.

Available

at:

http://www.rhinologyjournal.com/supplement_20.pdf Accessed [15/4/2014].


Hamilos, D. L. Chronic sinusitis. (2000) Current reviews of allergy and clinical

immunology; 106: 213-226.


Hilger, (1997). Anatomi dan Fisiologi Terapan Hidung dan Sinus Paranasalis.Dalam:
Peter, A. (eds). 1997. Buku Ajar Penyakit THT, BOIES, alih bahasa oleh Wijaya,
Caroline, Edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Nasution MTA, (2007), Frekuensi penderita rinosinusitis maksila kronis disebabkan
infeksi jamur, Medan, Fakultas Kedokteran USU/RSUP Haji Adam Malik
Roos, K.(1999), The pathogenesis of infective rhinosinusitis. In: (Lund V, Corey J, eds).
Rhinosinusitis: Current issues, diagnosis and management. Strasbourg: The Royal
Society of Medicine Press Ltd,3-9
Soetjipto. D. dan Mangunkusumo, E.(2007). Sinus paranasal.Dalam: Soepardi, E.A. et
al., eds. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher.
Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 145-149.
Sogebi, O. A. Oyewole, E. A. Bajomo, A. A. 2008. Radiologic Features of Chronic
Rhinosinusitis

in

Sagamu.Nigerian

Medical

Practitioner.Available

at:

http://www.ajol.info/index.php/nmp/article/viewFile/28944/38084 [Accessed 20
September 2014]
Varonen, H. ( 2003). Acute rhinosinusitis in primary care: a comparison of symptoms,
signs,

ultrasound,

and

radiography,

Rhinology

Journal.

Available

at:

http://ww.rhinologyjournal.com/Rhinology_issues/37_43_Varonen.pdf [Accessed
15 September 2014]

Anda mungkin juga menyukai