Anda di halaman 1dari 7

Lampiran 1: Contoh Instrumen Kisi-kisi Tes Fomatif

KISI-KISI PENULISAN SOAL

No
1

Kompetensi Inti
3. Memahami
pengetahuan
(faktual,
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa
ingin tahunya
tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni,
budaya terkait
fenomena dan
kejadian tampak
mata

Jenjang Sekolah

: Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Jumlah Soal

: 15 butir

Mata Pelajaran

: Matematika

Bentuk Soal/Tes

: Objektif (Pilihan Ganda)

Kurikulum

: 2013

Penyusun

: Wayan Sariani, S.Pd.

Alokasi Waktu

: 245 menit

Kompetensi Dasar
3.1 Membandingkan
dan mengurutkan
beberapa bilangan
bulat dan pecahan
serta menerapkan
operasi hitung
bilangan bulat dan
bilangan pecahan
dengan
memanfaatkan
berbagai sifat
operasi

Kelas/ Materi Pokok


Smt
VII/1 Bilangan

Indikator Soal
3.1.1 Membandingkan dua buah
bilangan
3.1.2 Mengurutkan sekelompok
bilangan dari terkecil atau
sebaliknya
3.1.3 Menempatkan
sekelompok bilangan pada
garis bilangan yang tepat
3.1.4 Menyebutkan sifat-sifat
operasi gitung bilangan
bulat dan pecahan

Dimensi
Kognitif
C2

Nomor
Soal
1,3,4

C2

2,5,6

C2

7,8

C1

9,10

4. Mencoba,
mengolah, dan
menyaji dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai,
merangkai,
memodifikasi, dan
membuat) dan
ranah abstrak
(menulis,
membaca,
menghitung,
menggambar, dan
mengarang) sesuai
dengan yang
dipelajari di
sekolah dan
sumber lain yang
sama dalam sudut
pandang/teori

4.1 Menggunakan
konsep aljabar
dalam
menyelesaikan
masalah aritmatika
sosial sederhana

Keterangan Dimensi Kognitif : C1 = Pengetahuan


C2 = Pemahaman
C3 = Penerapan
C4 = Analisis
C5 = Sintesis
C6 = Evaluasi

4.1.1 Menggunakan sifat


operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian
dan pembagian bilangan
bulat dan pecahan sebagai
bagian dari konsep aljabar
dalam menyelesaikam
masalah aritmatika

C3

11,12,13,
14,15

Lampiran 2: Contoh Penyusunan Non-tes

Nama Variabel : Kepercayaan Diri dalam Belajar Matematika


I.

PENYUSUNAN INSTRUMEN

1.1 Hakikat Percaya Diri


Kepercayaan diri adalah sikap positif dimana kondisi individu dapat mengevaluasi
keseluruhan dari dirinya sehingga memberi keyakinan kuat pada kemampuan dirinya untuk
melakukan tindakan dalam mencapai berbagai tujuan dalam hidupnya. (Ashriati, Alsa,
Suprihatin, 2006). Lauster (1992) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu
sikap atau perasaan yakin atas kesimpulan diri sendiri dalam tindakan-tindakannya, dapat
merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang yang disukainya dan bertanggung jawab atas
perbuatannya, hangat dan sopan dalam berinteraksi dengan orang lain, dapat menerima dan
menghargai orang lain, memiliki dorongan untuk berprestasi serta dapat mengenal kelebihan
dan kekurangannya (dalam Safitri:2010).
Percaya diri (self confidence) adalah sikap yang menunjukkan seseorang yakin
terhadap sesuatu. Seseorang dapat memiliki percaya diri yang baik apabila orang tersebut
dapat menyampaikan pendapat kepada orang lain dan dapat menunjukkan sikap yakin kepada
orang lain. Percaya diri dikembangkan dengan memikirkan secara mendalam sewaktu
individu menghadapi sesuatu, bertanya kepada diri sendiri apakah yang harus dilakukan dan
bagaimana dalam menyampaikan kepada orang lain. Percaya diri sangat bermanfaat dalam
setiap keadaan, percaya diri menyatakan seseorang bertanggung jawab atas perbuatannya
(Mastuti:2008). Percaya diri ini diwujudkan dengan menatap orang lain sewantu berbicara,
tidak melipat kedua tangan seperti kedinginan sewaktu berbicara kepada orang lain, tidak
mengalihkan pandangan pada saat berbicara kepada orang lain dan cepat mendengar daripada
berbicara. Sikap percaya diri dibentuk dengan belajar terus, tidak takut untuk berbuat salah,
dan menerapakan pelajaran yang sudah diketahui sebelumnya (Mastuti, 2008:33-34).
Kepercayaan diri atau sering disebut dengan self confidence lebih cenderung
merujuk kepada sikap siswa sedangkan percaya diri atau sering disebut self confident
lebih merujuk kepada sifat siswa. Sikap kepercayaan diri berkembang dari sifat percaya
diri siswa sehingga akan muncul perilaku yang menunjukan sifat percaya diri yang
dimiliki siswa tersebut (Ozmun, 2005). Kepercayaan
seseorang

atas

kemampuannya

melaksanakan

diri mencerminkan

tugas-tugas

fisik

keyakinan

mental,
seseorang

atau

emosional.

Kepercayaan

diri

adalah

kemampuan antisipasi

untuk

menangani

tantangan-tantangan

tertentu

dan mengatasi hambatan atau kesulitan.

Bandura (1982) menyatakan bahwa self efficacy yang diartikan sebagai Keyakinan kuat
bahwa orang itu dapat berhasil melakukan
menghasilkan

hasil

perilaku

yang

diperlukan

untuk

yang diinginkan. Kepercayaan seseorang terhadap diri sendiri

merupakan perasaan kendali

dan

penguasaan

seseorang

terhadap

tubuh,

perilaku,

dan dunia (Goleman, 1995).


Menurut Lauster dan Kristanti (2005) yang juga didukung oleh Rini
mengatakan bahwa seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang positif

(2002)
dapat

digambarkan ke dalam empat aspek antara lain cinta diri, pemahaman diri, tujuan
hidup yang jelas, dan berfikir positif. Sebaliknya jika seseorang memiliki kepercayaan
diri yang negatif maka cenderung memiliki parasaan cemas dan takut gagal terhadap hal
yang dihadapinya. Setiap siswa memiliki kepercayaan diri yang berbeda-beda karena
setiap manusia diciptakan dengan karakter, kepribadian dan kepercayaan diri yang
berbeda pula. Pentingnya membangun kepercayaan diri pada perkembangan siswa sebagai
sumber kekuatan diri untuk dapat mengaktualisasikan diri siswa secara utuh, maka siswa
membutuhkan bantuan orang tua dan guru. Siswa merasa tidak mempunyai kemampuan apaapa terutama dalam pembelajaran matematika. Jika diminta untuk mengerjakan soal di depan
kelas, siswa takut secara berlebihan dan merasa tidak percaya dengan jawabannya. Oleh
karena itu, peran guru di sekolah sangatlah penting untuk memahami kesulitan, kelemahan
dan hambatannya dalam membangun kepercayaan diri siswa (Ika, 2009).
Kepercayaan diri yang akan diukur dalam kegiatan ini menyangkut kepercayaan diri
dalam pembelajaran matematika dan kepercayaan diri guna pengembangan kepribadian
siswa. Aspek-aspek dari indikator empiris yang digunakan dalam mengungkap kepercayaan
diri dengan menggunakan skala kepercayaan diri terdiri dari cinta diri, pemahaman diri,
tujuan hidup yang jelas, dan berpikir positif.

1.2 Dimensi dan Indikator Rasa Percaya Diri


Dimensi Kepercayaan Diri dalam tes ini menggunakan dimensi kepercayaan diri
yang disusun berdasarkan indikator menurut pemikiran Lauster. Menurut Lauster (dalam
Fasikhah, 1994), indikator kepercayaan diri meliputi: (a)Percaya kepada kemampuan diri
sendiri, (b) Bertindak mandiri dalam mengambil keputusan, (c) Memiliki konsep diri yang
positif, (d) Berani mengungkapkan pendapat. Sehingga jumlah butir pada skala kepercayaan
diri 56 butir, yang terdiri dari butir Favorabel (positif) dan Unfavorabel (negatif).

1.3 Kisi-kisi Instrumen Rasa Percaya Diri dalam Pembelajaran Matematika

Pernyataan
Variabel

Indikator

Sub Indikator

Kepercayaan

Percaya kepada a. Sikap positif

diri menurut

kemampuan diri

tentang

Lauster

sendiri

dirinya

(1992)

b. Sungguh-

Total

Positif

Negatif

(+)

(-)

1,3,11

4, 9

2,10,12

5,7,17

6,8,13

14,19,

16, 28

21,23,

25,31,

24, 30

32

27, 29

26

sungguh pada
apa yang
akan
dilakukan
Bertindak
mandiri

a. Dapat
dalam

bertindak

mengambil

mandiri

keputusan

dalam

22

mengambil
keputusan,
tanpa bantuan
orang lain
b. Mampu
meyakini

15,18,
20

tindakan yang
diambil
Memiliki

a. Memilki

konsep diri yang

dorongan

positif

berprestasi
b. Memiliki
penilaian
yang baik dari
dalam diri
sendiri

Berani

a. Mampu

mengungkapkan

mengutarakan

pendapat

sesuatu dalam

33, 35

34

20

15

35

diri yang
ingin
diungkapkan
kepada orang
lain tanpa
adanya
paksaan
Jumlah

1.4 Skala Kepercayaan Diri


Skala kepercayaan diri yang digunakan dalam penelitian ini merupakan
pengembangan yang didasarkan pada karakteristik individu yang memiliki kepercayaan diri
yang positif yang dinyatakan oleh Rini (2002) dan Lauster dalam Frida (2005) yang
diadaptasi dari Ervina (2005). Aspek-aspek dari indikator empiris yang digunakan dalam
mengungkap kepercayaan diri dengan menggunakan skala kepercayaan diri terdiri dari cinta
diri, pemahaman diri, tujuan hidup yang jelas, dan berpikir positif.
Skala yang digunakan untuk skoring pada kepercayaan diri merupakan model skala
Likert dalam bentuk kuesioner yang telah ditentukan terlebih dahulu indikator empiris yang
akan digunakan untuk mengukur kepercayaan diri. Skala yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari 5 kategori dan alternatif pilihan jawaban yang terdiri dari:
SS : Sangat Setuju, bila pernyataan yang diajukan pada subyekpenelitian sangat
sesuai dengan keadaan dari subyek penelitian.
S

: Setuju, bila pernyataan yang diajukan pada subyek penelitian sesuai dengan
keadaan diri subyek penelitian.

: Netral, bila pernyataan yang diajukan kepada subyek penelitian tidak


memberikan umpan balik setuju maupun tidak setuju.

TS : Tidak Setuju, bila pernyataan yang diajukan kepada subyek penelitian tidak
sesuai dengan keadaan diri subyek penelitian.
STS : Sangat Tidak Setuju, bila pernyataan yang diajukan kepada subyek penelitian
sangat tidak sesuai dengan keadaan diri subyek penelitian.

Pernyataan yang digunakan untuk skala kepercayaan diri terdiri dari dua bentuk
pernyataan yaitu pernyataan yang mendukung (favourable) dan pernyataan tidak mendukung
(unfavourable). Pernyataan yang mendukung (favourable) menggunakan ketentuan urutan
pilihan jawaban SS, S, N, TS, STS dengan kriteria penilaian mulai dari SS dengan skor 5, S
dengan skor 4, N dengan skot 3, TS dengan skor 2, dan STS dengan skor 1. Sebaliknya skor
untuk pernyataan tidak mendukung (unfavourable) dengan ketentuan urutan pilihan jawaban
SS, S, N, TS, STS menggunakan kriteria penilaian untuk pilihan jawaban SS dengan skor 1, S
dengan skor 2, N dengan skor 3, TS dengan skor 4, dan STS dengan skor 5.

Anda mungkin juga menyukai