Anda di halaman 1dari 7

PEMBUATAN BIODIESEL

Zelda Zein H Zunaedi, Ika Restu Purwanti, Syifa Ryan Haryati, Wawan Setiyawan,
Ismi Nurrahmawati, , Rara Citra Sulistina
1113096000001, 1113096000005, 1113096000012,1113096000017, 1113096000019,
1113096000028
Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jalan Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412 Indonesia
Email : kimiafstuinjkt2013@gmail.com
Dosen Pembimbing :
Nurmaya Arafah , M.Eng, Eka Rizki Amelia, S.Si
Abstrak

Peningkatan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia saat ini sedang mencapai
puncaknya. Peningkatan Bahan Bahan Bakar Minyak ini juga mengakibatkan terjadinya
penurunan bahan bakar fosil. Pemerintah berupaya mencari sumber energy alternatife
lain yang dapat meminimalisir terjadinya kelangkaan Bahan Bakar Minyak, salah satu
caranya adalah biodiesel. Biodiesel merupakan bahan yang sangat potensial untuk menggantikan
bahan bakar solar. Bahan bakunya dapat diperbaharui dan bersifat ramah lingkungan. Minyak
goreng bekas dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biodiesel. Tujuan dari penelitian

yaitu untuk mengetahui proses pembuatan biodiesel dan untuk menguji sifat fisik
biodiesel serta untuk mengetahui kondisi yang optimal (suhu dan lamanya pemanasan)
saat proses transesterifikasi. Sehingga dalam penelitian ini dilakukan tahap reaksi yaitu tahap
transesterifikasi. Karakteristik biodiesel yang dihasilkan yaitu densitas pada suhu 29oC sebesar
0,8608 g/mL.
Kata kunci : biodiesel , minyak goreng bekas, transesterifikasi, densitas
Abstract

Increased Fuel (BBM) in Indonesia is reaching its peak. Improved Materials Fuel also
resulted in a decrease in fossil fuel. The government sought other sources of energy
alternatives that can minimize the scarcity of fuel oil, one way is biodiesel. Biodiesel is a
potential material to replace diesel fuel. Renewable raw materials and environmentally
friendly. Used cooking oil can be used as raw material for making biodiesel. The purpose
of the study is to determine the biodiesel manufacturing process and to test the physical
properties of biodiesel as well as to determine the optimal conditions (temperature and
duration of heating) during the process of transesterification. Thus, in this research stage
is the stage of the transesterification reaction. Characteristics: density of biodiesel
produced at a temperature of 29oC at 0.8608 g / mL.
Key Word : biodiesel, used cooking oil, transesterification, density

PENDAHULUAN

viskositasnya 2,3 6 cSt sedangkan diesel

Zaman ini sumber energi utama yang

memiliki viskositas 1,6 5,8 cSt, flash point

adalah

pada biodiesel lebih dari 100oC sedangkan

minyak bumi. Eksploitasi secara ekstensif

pada diesel 67 - 85 oC, cetane number pada

dan berkepanjangan menyebabkan cadangan

biodiesel 54 sedangkan diesel 40-46.

digunakan

di

berbagai

Negara

minyak bumi semakin sedikit dan harganya

Minyak goreng bekas atau jelantah

meningkat secara signifikan dari tahun ke

(waste cooking oil) dari industri pangan dan

tahun. Dalam kurun waktu tiga puluh satu

rumah tangga cukup banyak tersedia di

tahun terjadi pertumbuhan yang luar biasa

Indonesia.

dalam pengkonsumsian BBM yaitu sebesar

minyak limbah yang mengandung asam

1330 % (sumber; Ditjen Listrik dan

lemak berasal dari jenis minyak goreng

Pemanfaatan Energi). Di samping itu,

seperti,

menyebabkan

menjadi

merupakan

meningkat, masyarakat menengah ke bawah

kebutuhan

kesulitan untuk mendapatkannya. Untuk

minyak

mengatasinya, perlu dilakukan penelitian

mengakibatkan terjadinya reaksi oksida

akan bahan bakar minyak yang lebih alami,

pada minyak karena adanya kontak antara

yang berasal dari alam.

sejumlah oksigen dengan minyak. Akibat

Biodiesel

harga

terdiri

BBM

dari

Minyak

minyak

jelantah

goreng

minyak
rumah

goreng

merupakan

jagung,

bekas
tangga.

secara

yang

pemakaian
Penggunaan

berulang

akan

campuran

pemanasan yang berulang-ulang serta reaksi

monoalkil ester dan rantai panjang asam

oksidasi yang terjadi di dalam minyak,

lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi

minyak

jelantah

bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat

senyawa

dari sumber terbaharui seperti minyak sayur

hidroproksida dan peroksida.

atau lemak hewan. Biodiesel memiliki

dapat

senyawa

mengandung

redikal

seperti

Senyawa-senyawa radikal tersebut

kemiripan karakteristik dengan solar bahkan

bersifat

biodiesel memiliki sifat karakteristik lebih

pemakaian

baik. Tidak kalah dengan BBM, biodiesel

berkelanjutan dapat menggagung kesehatan

memiliki keuntungan dalam penggunaanya

manusia. Bila tak digunakan kembali,

antara lain, dapat diperbaharui, biodiesel

minyak jelantah biasanya dibuang begitu

tidak beracun, tidak mengandung bahan

saja ke saluran pembuangan. Limbah yang

kimia beracun seperti belerang dan dapat

terbuang

dengan mudah mengoperasikan pada mesin

menyumbat pipa pembuangan karena pada

diesel standar. Dari segi nilai parameternya

suhu rendah minyak maupun lemak akan

biodiesel memiliki nilai yang lebih tinggi,

karsinogenik,
minyak

ke

pipa

oleh

karena

goreng

pembuangan

itu
yang

dapat

membeku dan mengganggu jalannya air

mempercepat

jalannya

pada saluran pembuangan.

meningkatkan

hasil,

rekasi

proses

dan

dilakukan

Minyak bekas penggorengan bisa

dengan pengadukan yang baik, penambahan

diolah kembali menjadi energi baru lagi

katalis dan pemberian reaktan berlebih agar

sebagai energi biodiesel dengan melalui

reaksi bergeser ke kanan. Secara umum

tahapan proses kimiawi dan pemanasan.

faktor-faktor

Metode yang digunakan untuk merubah ke

transesterifikasi adalah pengadukan, suhu,

biodiesel

transesterifikasi.

katalis, perbandingan pereaksi dan waktu

Prinsip kerjanya yaitu merubah trigliserida

reaksi (Darnoko and Cheriyan,2000). Reaksi

menjadi

itu

esterifikasi berlangsung dengan bantuan

mengunakan alkohol (methanol) dan katalis

katalis seperti H2SO4, HCl, HF, dan H3PO4

alkali (KOH). Berikut merupakan reaksi

(Susanto, 2008).

dengan
metil

cara

ester,

di

samping

yang terjadi :

yang

mempengaruhi

Dalam metode ini, perlu diamati

(Aziz, Isalmi,dkk.2011)
Reaksi esterifikasi merupakan reaksi
bolak balik yang relatif lambat. Untuk

seberapa banyak panas yang harus diberikan


sehingga

menghasilkan

biodiesel

yang

bagus atau dengan kata lain konversi yang


dihasilkan besar. Hasil penelitian sudah

dilakukan dari tahun 2005 hingga saat ini


menunjukkan
diproduksi

bahwa
dari

biodiesel

minyak

sawit

yang
bekas

Percobaan
Laboratorium

2014.

sama baiknya dengan biodiesel standard

Alat dan Bahan

perdagangan

sehingga

biodiesel

yang

merupakan hasil konversi minyak sawit

dilaksanakan

Terpadu

(PLT)

di

Pusat

UIN

Syarif

Hidayatullah Jakarta pada 14 21 November

(jelantah) memiliki kualitas yang hampir


yang dipersyaratkan oleh ASTM dan diesel

ini

Alat yang digunakan dalam percobaan ini


adalah beaker glass, corong pisah, stirer, hot plate,
bayang pengaduk dan termometer.
Bahan yang digunakan adalah minyak nabati

goreng bekas memiliki peluang untuk

(minyak jelantah), KOH dan metanol.

dipasarkan baik di dalam negeri maupun

Sintesis Biodiesel
KOH (1% berat minyak) dilarutkan dalam 50

untuk diekspor.
Tujuan dari penelitian yaitu untuk
mengetahui proses pembuatan biodiesel dan
untuk menguji sifat fisik biodiesel serta

mL metanol. Minyak nabati sebanyak 200 mL


dipanaskan sampai suhu 60 oC, setelah itu
ditambahkan larutan metonol-KOH. Kemudian
dibiarkan reaksi selama 30 menit, suhu dijaga agar

untuk mengetahui kondisi yang optimal

tetap konstan. Hasil reaksi dimasukkan ke dalam

(suhu dan lamanya pemanasan) saat proses

corong pisah, dibiarkan sampai terjadi pemisahan

transesterifikasi.

yang sempurna. Lapisan atas (biodiesel) dan bahag


adalah gliserol. Lalu dihitung volume biodiesel

METODE PERCOBAAN

yang dhasilkan (mL) dan densitas biodisel yang

Waktu dan Tempat

dihasilkan diuji.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berat bahan baku :


Minyak nabati

: 200 ml

minyak nabati 25 ml : 21,8516 gram

Metanol

: 50 ml

Berat biodisel

: 21,5208 gram

KOH

: 1,7965 gr

Massa air

: 24,9106 gram

Pikno kosong

: 23,6184 gr

Massa jenis aquadest : 0,9964 gr/ml

Pikno + aquadest

: 48,5290 gram

T air

: 29 oC

Pikno + biodisel : 45,1392 gram

T biodisel

: 29 oC

minyak nabati + pikno: 45,47 gram

T griserol

: 25 oC

berat biodisel literatur : 0,866 gr/ml


Sifat Fisik
Densitas (g/ml)

Minyak Nabati
0,8740 gr/ml

Biodisel
0,8608 gr/ml

Gliserol
-

Biodiesel merupakan bahan bakar


alternatif yang berasal dari trigliserida.

menghasilkan

metil

ester

(biodiesel)

digambarkan sebagai berikut:

Trigliserida merupakan penyusun utama

Praktikum ini telah dilakukan di

minyak nabati dan lemak hewani, sehingga

Pusat Laboratorium Terpadu Lantai 3

dapat dikatakan bahwa biodiesel bisa dibuat

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

dari sumber minyak nabati. Sumber minyak

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

nabati ini bisa berupa minyak sawit, minyak

pada 14 21 November 2014. Adapun hasil

kelapa, minyak biji jarak, dan lain-lain.

pengamatannya, biodiesel yang dihasilkan

Rumus

kimia

trigliserida

dari minyak jelantah gorengan berwarna

adalah CH2COOR-CHCOOR-

kuning jernih sebanyak 21,5208 gram

CH2COOR, dimana R, R, dan Rmasing-

dengan densitas sebesar 0,8608 gr/mL.

masing adalah sebuah rantai alkil yang

Standar SNI biodiesel adalah 0,85-0,89 gr/mL.

panjang.

Jika dibandingkan dengan standar SNI biodiesel,

Ketiga

asam

lemak RCOOH,

RCOOH dan RCOOH bisa

jadi

semuanya sama, semuanya berbeda ataupun


hanya dua diantaranya sama.
Pada
biodiesel

prinsipnya,
didasarkan

Biodiesel ini masuk dalam range yang ditetapkan.


Densitas berkaitan dengan nilai kalor dan daya
yang dihasilkan oleh mesin diesel. Densitas yang
rendah akan menghasilkan nilai kalor yang tinggi.

pembuatan

kepada

Jika

dibandingkan

dengan

densitas

proses

minyak goreng bekas yang digunakan sebagai

transesterifikasi trigliserida menjadi metil

bahan baku dalam proses pembuatan biodiesel,

ester (biodiesel). Dalam reaksinya terjadi

terjadi penurunan yang sangat tajam. Minyak

penggantian gugus alkohol dari ester dengan

goreng bekas yang mempunyai densitas 0,8740

alkohol lain. Pada umumnya, alkohol yang


digunakan dalam proses transesterifikasi
adalah

metanol.

Selain

itu,

untuk

mempercepat terjadinya reaksi, digunakan


pula

katalis

NaOH.

Pada

proses

transesterifikasi ini dihasilkan juga gliserol


yang

menjadi

produk

samping

dalam

pembuatan biodiesel ini.


Secara umum proses transesterifikasi
trigliserida

dengan metanol untuk

kg/L, setelah dilakukan proses esterifikasi dan


transesterifikasi densitas turun menjadi 0,8608

gr/mL. Ini disebabkan terjadinya pemutusan


rantai gliserol yang terdapat dalam minyak goreng
bekas (Aziz, 2008).

Sebelum minyak jelantah diproses


transesterifikasi,

minyak

jelantah

dipanaskan pada suhu 60oC agar terjadi


pemisahan air serta partikel-partikel yang
terkandung didalam minyak jelantah akibat
digunakan untuk memasak. Suhu minyak
tetap dijaga pada 60oC hingga proses
transesterifikasi

berlangsung.

Hal

ini

disebabkan pada suhu 60oC biodiesel yang


dihasilkan

lebih

optimum

untuk

mendapatkan rendemen yang banyak.

Selain suhu dan waktu, pengadukan


juga mempengaruhi proses transesterifikasi.
Pengadukan saat pemanasan selama

30

Semakin tinggi suhu reaksi maka

menit serta pengocokan saat pencucian

semakin besar rendemen biodiesel yang

dengan aquadest sangat mempengaruhi hasil

didapatkan. Peningkatan temperatur akan

biodisel yang dihasilkan. Untuk hasil yang

mempengaruhi peningkatan tumbukan antar

baik pada proses pemanasan sebaiknya

molekul reaktan. Peningkatan tumbukan

dilakukan

yang terjadi antar molekul reaktan akan

pengocokan

memungkinkan semakin besarnya konversi

aquadest dilakukan pengadukan dan pada

reaksi transesterifikasi. (Fangrui Ma, 1999).

saat pengocokan pada pencucian dengan

pengadukan
pada

dan

pada

pencucian

saat

dengan

Namun, suhu yang terlalu tinggi

aquadest dilakukan dengan cara yang benar,

pada saat proses transesterifikasi bisa

sehingga biodisel yang dihasilkan dapat

menyebabkan minyak berbusa karena terjadi

terpisah dengan sempurna dengan aquadest.

reaksi penyabunan yang disebabkan oleh


KOH yang bereaksi dengan minyak pada
suhu

tinggi.

Umumnya

KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat

suhu

reaksi ideal pada transesterifikasi ini antara


50o-60oC.
Proses transesterifikasi terjadi pada
saat minyak jelantah yang telah dipanaskan

disimpulkan

transesterifikasi

bahwa

yang

dilakukan terhadap minyak goreng bekas, dapat


menghasilkan biodiesel dengan densitas sebesar

0,8608

gr/mL.

Kualitas

biodiesel

yang

dihasilkan memenuhi standar SNI biodiesel yang

dicampur dengan KOH serta methanol.

ditetapkan pemerintah dan standar bahan bakar

Proses ini dilakukan selama 30 menit.

solar.

Namun,

untuk

biodiesel

yang

mendapatkan
optimum

rendemen

membutuhkan

waktu reaksi kimia proses transesterifikasi


yang

lama,

karena

digliserida

dan

monogliserida meningkat pada awal waktu


reaksi

dan

kemudian

menurun.

Pada

DAFTAR PUSTAKA
Bode, Haryanto. Bahan Bakar Alternatif
Biodiesel

(Bagian

I.Pengenalan).

Jurnal Teknik Kimia.Indonesia.(2002).


Buchori,L dan Widayat, 2009, Pembuatan
Biodiesel dari Minyak Goreng Bekas

akhirnya, jumlah dari monogliserida akan

dengan Proses Catalytic Cracking,

lebih tinggi dari digliserida dan yang

Prosiding Seminar Nasional Teknik

dibutuhkan untuk reaksi transesterifikasi

Kimia Indonesia, Bandung.

adalah monogliserida. (Fangrui Ma, 1999)

Corneliasari,Kicky.2009.Biodisel

Sebagai

Bahan Baku Alternatif.Berita IPTEK

LIPI.

Soerawidjaja, dan Tatang H. 2006.

Hambali.

2007.

Teknologi

bioenergi.

Jakarta: PT Agromedia Pustaka

Fondasi Ilmiah dan


Teknologi

Keteknikan

Fondasidari

Pembuatan Biodiesel. Handout

Hardjono, A., 2000, Teknologi minyak Bumi,

Seminar

Gadjah Mada University Press,

Energi Alternatif Masa Depan. UGM,

Yogyakarta.

Ketaren, S. 2005. Minyak dan lemak


pangan.

Jakarta: Penerbit Universitas

Nasional

Biodiesel

Sebagai

Yogyakarta.
Suirta, I.W., 2009, Preparasi Biodiesel dari

Indonesia.

Minyak Jelantah Kelapa Sawit, Jurnal


Kimia, Vol.3. No.1, 1-6.

Lampiran

Perhitungan
Densitas minyak nabati :
minyak nabati = massa sampel / massa air x air
= 21,8516 gram / 24,9106 gram x 0,9964 gr/ml
= 0,8740 gr/ml
Densitas Biodisel :
biodisel = massa sampel / massa air x air
= 21,5208 gram / 24,9106 gram x 0,9964 gr/ml
= 0,8608 gr/ml
Densitas Gliserol :
Tidak bisa dihitung, karena volume gliserol yang didapat dari 200 ml minyak nabati, tidak
lebih dari 25 ml.
Persen hasil biodisel
Persen hasil x 100 %
= 0,9672x 100 %
= 96,72 %

Anda mungkin juga menyukai