Tutorial Gizi Buruk
Tutorial Gizi Buruk
Tutorial klinik
Disusun Oleh:
Radhiyana Putri
0910015031
Pembimbing:
Samarinda
2016
BAB 1
RESUME
Pasien MRS pada tanggal 4 April 2016 melalui Poliklinik Anak RSU A.W.
Sjahranie Samarinda.
1. Identitas Pasien:
Nama
: An. I
Umur
: 11 bulan
Alamat
: Jl. Abdul Muthalib gg. Mawar Samarinda
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal masuk
: 4 April 2016
2. Identitas Ayah Pasien:
Nama
: Tn. H
Umur
: 33 tahun
Alamat
: Jl. Abdul Muthalib gg. Mawar Samarinda
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan terakhir : SMA
3. Identitas Ibu Pasien:
Nama
: Ny. M
Umur
: 29 tahun
Alamat
: Jl. Abdul Muthalib gg. Mawar Samarinda
Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMA
4. Anamnesis:
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesa pada tanggal 13 April 2016 dengan
ibu kandung pasien.
Keluhan Utama :
Berat badan tidak naik
Riwayat Penyakit Sekarang :
Ibu Pasien mengeluhkan berat badan pasien yang tidak naik. Hal ini telah dialami
sejak pasien berusia 3 bulan. Ibu selalu membawa pasien ke posyandu setiap
bulan, namun sejak usia 3 bulan berat badan pasien tidak bertambah. Pada usia 5
bulan, berat badan pasien justru turun dibandingkan berat badan sebelumnya. Ibu
pasien mengaku, sejak usia 3 bulan, pasien mudah mengalami sakit. Pasien sering
2
mengalami batuk yang hilang timbul. Batuk sering dialami sejak usia 3 bulan.
Batuk yang dialami biasanya terjadi hingga 2 minggu kemudian menghilang
namun kemudian dapat muncul kembali. Pasien juga sering mengalami demam
bersamaan dengan terjadinya batuk. Demam yang dialami pun hilang timbul. Ibu
pasien juga mengatakan bahwa pasien hanya diberikan ASI, karena pasien
biasanya tidak mau meminum susu formula atau makanan lainnya. Berat waktu
pasien lahir yaitu 3500 gr dan panjang badan 50 cm, sejak 6 bulan terkhir berat
badan pasien semakin turun dan beratnya saat pertama kali masuk RS adalah 5,6
kg.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Tidak ada riwayat hipertensi, diabetes melitus, hipertiroid, alergi, dan batuk
Riwayat Psikososial :
Tetangga pasien ada yang menderita batuk lama dan telah periksa di
puskesmas setempat dan dinyatakan TB paru, namun tetangga tersebut tidak
berobat
Riwayat Saudara-Saudaranya :
Hamil
ke
Kondisi
saat
lahir
Jenis
persalinan
Usia
(tahun)
Sehat/
tidak
1
2
Pasien
Aterm
Aterm
Aterm
Spontan
Spontan
Spontan
11 tahun
5 tahun
11 bulan
Sehat
Sehat
Sakit
Umur
meninggal
Sebab
meninggal
:3500 gram
: 50 cm
: 5,8 kg
: cm
Gigi keluar
: 8 bulan
Tersenyum
: 2 bulan
Miring
: 2 bulan
Tengkurap
: 3 bulan
Duduk
: 8 bulan
Merangkak
: 9 bulan
Berdiri
: 11 bulan
Berjalan
: belum bisa
Susu sapi
:-
Jenis susu
:-
Bubur susu
:-
Tim saring
: 10 bulan
Buah
:-
:-
Pemeliharaan Prenatal
Periksa di
: Praktek Bidan
Penyakit Kehamilan
:-
Riwayat Kelahiran :
Lahir di
: Bidan
: Bidan
: 9 bulan(aterm)
Jenis partus
: Spontan
4
Pemeliharaan postnatal :
Periksa di
Keadaan anak
: Posyandu
: Sehat, mulai sering sakit usia 3 bulan
Keluarga berencana
: Ya
Jenis kontrasepsi
: Suntik 3 bulan
IMUNISASI
Imunisasi
BCG
Polio
Campak
DPT
Hepatitis B
III
IV
Booster
Booster II
+
+
+
+
///////
///////
-
///////
///////
///////
///////
I
///////
///////
-
///////
///////
-
////////
+
-
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
GIZI BURUK
3.1 Definisi
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi,
atau nutrisinya di bawah standar rata-rata.Zat gizi yang dimaksud bisa berupa
protein, karbohidrat dan kalori.Keadaan tersebut ditandai dengan BB/PB < -3 SD
dari median WHO child growth standard, atau < 70 % dari median serta pada anak
usia 5-59 bulan lingkar lengan atas <11 cm. Status gizi buruk dibagi menjadi tiga
bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor), karena
kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus), dan kekurangan keduaduanya (marasmus-kwashiokor). Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita
(bawah lima tahun) dan ditampakkan oleh membusungnya perut (busung lapar).
Gizi buruk (severe malnutrition) adalah suatu istilah teknis yang umumnya
dipakai oleh kalangan gizi, kesehatan dan kedokteran (Nelson, Behrman, &
Kliegman, 2000).
Sindrom protein calorie malnutrition dapat dibedakan menjadi dua
berdasarkan etiologinya yaitu :
1. Protein calorie malnutrition primer atau eksogen. PCM primer terjadi karena
intake yang inadekuat. Hal ini dikarenakan kemiskinan, komposisi makanan
yang tidak tepat, alkoholisme, drug addiction, alergi makanan, tidak makan,
idiosyncrasy (pantang makan-makanan tertentu), fad diet (makanan yang tidak
sehat), dan lain sebagainya yang bisa membuat intakenya inadekuat.
2. Protein calorie malnutrition sekunder atau endogen. PCM sekunder yang
terjadi tidak dikarenakan intake yang inadekuat, tetapi lebih dikarenankan oleh
6
sedikit (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000). Selain itu manifestasi marasmus
adalah sebagai berikut :
1. Badan
kurus
kering
tampak
seperti orangtua
2. Lethargi
7. Malaise
3. Irritable
8. Kelaparan
9. Apatis
10. Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik : mengukur TB dan BB
b. Menghitung indeks massa tubuh, yaitu BB (dalam kilogram) dibagi dengan
TB (dalam meter)
c. Mengukur ketebalan lipatan kulit dilengan atas sebelah belakang (lipatan
trisep) ditarik menjauhi lengan, sehingga lapisan lemak dibawah kulitnya
dapat diukur, biasanya dangan menggunakan jangka lengkung (kaliper).
Lemak dibawah kulit banyaknya adalah 50% dari lemak tubuh. Lipatan lemak
normal sekitar 1,25 cm pada laki-laki dan sekitar 2,5 cm pada wanita.
d. Status gizi juga dapat diperoleh dengan mengukur LLA untuk memperkirakan
jumlah otot rangka dalam tubuh (lean body massa, massa tubuh yang tidak
berlemak).
e. Pemeriksaan laboratorium : albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb, Ht,
transferin (Nelson, Behrman, & Kliegman, 2000).
B. Kwashiorkor
11. Kwashiorkor adalah suatu keadaan di mana tubuh kekurangan
protein dalam jumlah besar.Selain itu, penderita juga mengalami kekurangan
kalori.Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (sugar baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi tetapi kekurangan protein,
walaupun di bagian tubuh lainnya terutama pantat terlihat adanya atrofi.
Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung kaki sampai
seluruh tubuh. Penyebabnya adalah :
1.
2.
3.
Masalah penyapihan.
hepatomegali,
crazy
pavement
dermatosis,
perut
buncit,
kwashiorkor.Jadi,
marasmik
kwashiorkor
merupakan
sindrom
kelainan kulit dan kelainan biokimiawi terlihat pula. (Nelson, Behrman, &
Kliegman, 2000)
3.2 Patofisiologi Gizi Buruk
16. Patofisiologi gizi buruk pada balita adalah anak sulit makan atau
anorexia bisa terjadi karena penyakit akibat defisiensi gizi, psikologik seperti
suasana makan, pengaturan makanan dan lingkungan. Rambut mudah rontok
dikarenakan kekurangan protein, vitamin A, vitamin C dan vitamin E. Karena
keempat elemen ini merupakan nutrisi yang penting bagi rambut. Pasien juga
mengalami rabun senja.Rabun senja terjadi karena defisiensi vitamin A dan
protein.Pada retina ada sel batang dan sel kerucut.Sel batang lebih hanya bisa
membedakan cahaya terang dan gelap.Sel batang atau rodopsin ini terbentuk
dari vitamin A dan suatu protein. Jika cahaya terang mengenai sel rodopsin,
maka sel tersebut akan terurai. Sel tersebut akan mengumpul lagi pada cahaya
yang gelap. Inilah yang disebut adaptasi rodopsin.Adaptasi ini butuh
waktu.Jadi, rabun senja terjadi karena kegagalan atau kemunduran adaptasi
rodopsin.
17. Turgor atau elastisitas kulit jelek karena sel kekurangan air
(dehidrasi). Reflek patella negatif terjadi karena kekurangan aktin myosin
pada tendon patella dan degenerasi saraf motorik akibat dari kekurangan
protein, Cu dan Mg seperti gangguan neurotransmitter. Sedangkan
hepatomegali terjadi karena kekurangan protein.Jika terjadi kekurangan
protein maka terjadi penurunan pembentukan lipoprotein.Hal ini membuat
penurunan HDL dan LDL.Karena penurunan HDL dan LDL maka lemak yang
ada di hepar sulit ditransport ke jaringan-jaringan, pada akhirnya penumpukan
lemak di hepar.
18. Tanda
khas
pada
penderita
kwashiorkor
adalah
pitting
kwashiorkor,
selain
defisiensi
protein
juga
defisiensi
11
Infeksi
yang
berat
dan
lama
:infantil
gastroenteritis,
Pemberian ASI yang terlalu lama tanpa pemberian makanan tambahan yang
cukup
Tumor hypothalamus. Kejadian ini jarang dijumpai dan baru ditegakkan bila
penyebab maramus yang lain disingkirkan
12
21. Pada setiap anak gizi buruk lakukan anamnesis dan pemeriksaan
fisis.Anamesis terdiri darianamnesis awal dan anamnesis lanjutan (WHO,
2009).
22. Anamnesis awal (untuk kedaruratan):
-
Lama dan frekuensi diare dan muntah serta tampilan dari bahan muntah dan
diare (encer/darah/lendir)
Batuk kronik
Riwayat imunisasi
Apakah anak tampak sangat kurus, adakah edema pada kedua punggung kaki.
26.
menurut panjang badan (PB) atau tinggi badan (TB) (BB/PB atau BB/TB).
Grafik pertumbuhan yang digunakan sebagai acuan ialah grafik WHO 2006
untuk anak kurang dari 5 tahun dan grafik CDC 2000 untuk anak lebih dari 5
tahun.(IDAI, 2011)
27.
28. Gambar 3.1 Penentuan status Gizi menurut kriteria Waterlow (IDAI, 2011)
29.
Adakah tanda syok (tangan dingin, capillary refill time yang lambat, nadi
lemah dan cepat), kesadaran menurun.
Demam (suhu aksilar 37.5 C) atau hipotermi (suhu aksilar < 35.5 C).
Sangat pucat
Bercak Bitot
-
Ulkus kornea
Keratomalasia
Paru, kulit
Deskuamasi
15
30.
31. Gambar 3.2 Bagan Alur Pemeriksan anak gizi buruk (Depkes, 2011)
32.
16
3.4 Penatalaksanaan
33.
34.
35.
36. Sepuluh Langkah Utama Pada Tatalaksana Gizi Buruk
1. Pengobatan atau pencegahan hipoglikemia
37. Hipoglikemia merupakan salah satu penyebab kematian pada anak
dengan KEP berat/Gizi buruk.Pada hipoglikemia, anak terlihat lemah, suhu
tubuh rendah.
38. Tatalaksana
Bila masih mendapat ASI teruskan pemberian ASI di luar jadwal pemberian
F-75.
Jika anak tidak sadar (letargis), berikan larutan glukosa 10% secara
intravena (bolus) sebanyak 5 ml/kg BB, atau larutan glukosa/larutan gula
pasir 50 ml dengan NGT.
Beri antibiotik.
39. Pemantauan
Jika kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukuran kadar gula darah
setelah 30 menit.
Jika kadar gula darah di bawah 3 mmol/L (< 54 mg/dl), ulangi pemberian
larutan glukosa atau gula 10%.
Jika suhu rektal < 35.5 C atau bila kesadaran memburuk, mungkin
hipoglikemia isebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula
darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglikemia).
40. Pencegahan
Beri makanan awal (F-75) setiap 2 jam, mulai sesegera mungkin atau jika
perlu, lakukan rehidrasilebih dulu. Pemberian makan harus teratur setiap 2-3
jam siang malam(WHO, 2009).
C. Pada keadaan ini anak harus dihangatkan. Cara yang dapat dilakukan adalah
ibu atau orang dewasa lain mendekap anak di dadanya lalu ditutupi selimut
(Metode Kanguru). Perlu dijaga agar anak tetap dapat bernafas. Cara lain adalah
dengan membungkus anak dengan selimut tebal, dan meletakkan lampu
didekatnya. Lampu tersebut tidak boleh terlalu dekat apalagi sampai menyentuh
anak. Selama masa penghangatan ini dilakukan pengukuran suhu anak pada dubur
18
(bukan ketiak) setiap setengah jam sekali. Jika suhu anak sudah normal dan stabil,
tetap dibungkus dengan selimut atau pakaian rangkap agar anak tidak jatuh
kembali pada keadaan hypothermia(WHO, 2009).
3. Pengobatan dan Pencegahan kekurangan cairan
42. Tanda klinis yang sering dijumpai pada anak penderita KEP
berat/Gizi buruk dengan dehidrasi adalah :
Mata cekung
Nadi lemah
Anak tidak buang air kecil dalam waktu cukup lama(WHO, 2009)
44.
45. Gambar 3.4 Resep ReSoMal (WHO, 2009)
Bila larutan mineral-mix tidak tersedia, sebagai pengganti ReSoMal dapat
dibuat larutan sebagai berikut:
19
46.
47. Gambar 3.5 Resep mineral mix
Jika tidak ada ReSoMal untuk anak dengan KEP berat/Gizi buruk dapat
menggunakan oralit yang diencerkan 2 kali. Jika anak tidak dapat minum,
lakukankan rehidrasi intravena (infus) cairan Ringer Laktat/Glukosa 5 %
dan NaCL dengan perbandingan 1:1.
4. Lakukan pemulihan gangguan keseimbangan elektrolit
48.
elektrolit diantaranya :
Kelebihan natrium (Na) tubuh, walaupun kadar Na plasma rendah.
Defisiensi kalium (K) dan magnesium (Mg)
49. Ketidakseimbangan elektrolit ini memicu terjadinya edema, untuk
pemulihan keseimbangan elektrolit diperlukan waktu paling sedikit 2 minggu.
50. Berikan :
- Makanan tanpa diberi garam/rendah garam
- Untuk rehidrasi, berikan cairan oralit 1 liter yang diencerkan 2 X (dengan
penambahan 1 liter air) ditambah 4 gr KCL dan 50 gr gula atau bila balita
KEP bisa makan berikan bahan makanan yang banyak mengandung mineral
(Zn, Cuprum, Mangan, Magnesium, Kalium) dalam bentuk makanan
lumat/lunak
51. Contoh bahan makanan sumber mineral :
52. Sumber Zink
: kacang-kacangan, bayam.
alpukat,
adanya infeksi seperti demam seringkali tidak tampak, oleh karena itu pada semua
KEP berat/Gizi buruk secara rutin diberikan antibiotik spektrum luas.
57.
21
61. KOTRIMOKSASOL
60. BERAT
62. (Trimetoprim
BADAN
63. AMOKSI
+ SILIN
Sulfametoksazol)
Beri 3 kali
69. Tabl
et Anak
66. 80
70. 20
mg trimeto
mg trimeto
67. prim
71. prim
+ 400 mg
+ 100 mg
sulfametok
sulfametok
68. sazo
72. sazo
73. Sir
sehari untuk
5 hari
77. Sirup
up/5ml
78.
74. 40
79. 125 mg
mg
80. per 5 ml
trimeto
75. pri
m + 200
mg
sulfameto
k
76. saz
81. 2 sampai
4 bulan (4 - < 6
82.
84.
ol
86.
83.
85. 1
87. 2,5
91.
93.
ml
95.
92.
94. 2
96. 5
kg)
90. 4 sampai
12 bulan (6 - <
10 Kg)
99. 12
bln
101.
103.
s/d 5 thn
100.
10 - < 19 Kg)
109.
ml
105.
106.
102.
104.
7,5 ml
88.
89. 2,5 ml
97.
98. 5 ml
107.
108.
10
ml
22
110. Vaksinasi Campak bila anak belum diimunisasi dan umur sudah mencapai
9 bulan.Catatan :
Diare biasanya menyertai KEP berat/Gizi buruk, akan tetapi akan berkurang
dengan sendirinya pada pemberian makanan secara hati-hati. Berikan
metronidasol 7,5 mg/Kgbb setiap 8 jam selama 7 hari. Bila diare berlanjut
segera rujuk ke rumah sakit(WHO, 2009).
6. Pemberian makanan balita KEP berat/Gizi buruk
111. Pemberian diet KEP berat/Gizi buruk dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase Rehabilitasi.
112. Fase Stabilisasi ( 1-2 hari)
113.
karena
keadaan
faal
anak
sangat
lemah
dan
kapasitas
homeostatik
yang dianjurkan dan jadwal pemberian makanan harus disusun sedemikian rupa
agar dapat mencapai prinsip tersebut diatas dengan persyaratan diet sebagai
berikut :
- Porsi kecil, sering, rendah serat dan rendah laktosa
- Energi : 100 kkal/kg/hari
- Protein : 1-1.5 gr/kg bb/hari
- Cairan : 130 ml/kg bb/hari (jika ada edema berat 100 ml/Kg bb/hari)
- Bila anak mendapat ASI teruskan , dianjurkan memberi Formula WHO
75/pengganti/Modisco dengan menggunakan cangkir/gelas, bila anak
terlalu lemah berikan dengan sendok/pipet
23
Keterangan :
Pada anak dengan selera makan baik dan tidak edema, maka tahapan
pemberian formula bisa lebih cepat dalam waktu 2-3 hari (setiap 2 jam)
116.
117.
Pada fase ini meliputi 2 fase yaitu fase transisi dan fase rehabilitasi
(WHO, 2009) :
120.
24
1.
Frekuensi nafas
2.
3.
129.FASE
130.FORMULA
STABILISASI
:
131.FASE TRANSISI
PENGGANTI
132.FORMULA WHO 75 FORMULA
WHO
75
ATAU
133.FASE
134.FORMULA
REHABILITASI
WHO
135
(ATAU
PENGGANTI)
135.
136.MAKANAN KELUARGA
137.
8. Lakukan penanggulangan kekurangan zat gizi mikro
138.
Bila berat badan mulai naik berikan zat besi dalam bentuk tablet besi folat atau
sirup besi dengan dosis sebagai berikut :
140.Tabel 3.3 Dosis Pemberian Tablet Besi Folat dan Sirup Besi (WHO, 2009)
141.UMUR
144.TABLET
142.DAN
BESI/FOLAT
143.BERAT
BADAN
148.6
146.SIRUP BESI
ml
Berikan
kali
sehari
151.2,5 ml (1/2 sendok
12 bulan
teh)
149.(7 - < 10
Kg)
152.12 bulan
sampai
153. tablet
tahun
Bila anak diduga menderita kecacingan berikan Pirantel Pamoat dengan
dosis tunggal sebagai berikut :
155.Tabel 3. 4 Pemberian pirantel pamoat (WHO, 2009)
156.UMUR
ATAU
BERAT
157.PIRANTEL PAMOAT
BADAN
(125mg/tablet)
158.(DOSIS TUNGGAL)
160. tablet
Kg)
161.9 bulan sampai 1 tahun (8-
162. tablet
<10 Kg)
163.1 tahun sampai 3 tahun (10-
164.1 tablet
<14 Kg)
165.3 Tahun sampai 5 tahun (14-
166.1 tablet
<19 Kg)
27
169.Kapsul Vitamin
170.Kapsul Vitamin
A
172.200.000 IU
175.-
A
173.100.000 IU
176.1 kapsul
bln
177.12 bln sampai 5
178.1 kapsul
179.-
168.Umur
Thn
180.
9. Berikan stimulasi sensorik dan dukungan emosional
181.
Bila berat badan anak sudah berada di garis warna kuning anak
dapat dirawat di rumah dan dipantau oleh tenaga kesehatan puskesmas atau bidan
di desa.Pola pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap dilanjutkan
dirumah setelah pasien dipulangkan dan ikuti pemberian makanan seperti pada
lampiran 5, dan aktifitas bermain. (WHO, 2009)
184.Nasehatkan kepada orang tuauntuk :
- Melakukan kunjungan ulang setiap minggu, periksa secara teratur di
Puskesmas
- Pelayanan di PPG (lihat bagian pelayanan PPG) untuk memperoleh PMTPemulihan selama 90 hari. Ikuti nasehat pemberian makanan (lihat lampiran
5) dan berat badan anak selalu ditimbang setiap bulan secara teratur di
posyandu/puskesmas.
- pemberian makan yang sering dengan kandungan energi dan nutrien yang
padat
- penerapan terapi bermain dengan kelompok bermain atau Posyandu
28
atau 100.000 SI ) sesuai umur anak setiap Bulan Februari dan Agustus.
1. Fase stabilisasi diberikan Formula WHO 75 atau modifikasi.
186.
sehingga kemungkinan tidak dapat diterima oleh semua anak, terutama yang
mengalami diare. Dengan demikian pada kasus diare lebih baik digunakan
modifikasi Formula WHO 75 yang menggunakan tepung
2. Fase transisi diberikan Formula WHO 75 sampai Formula WHO 100 atau
modifikasi
3. Fase rehabilitasi diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian Formula
WHO 135 sampai makanan biasa
187.Cara Membuat :
1. Larutan Formula WHO 75
188.
diencerkan dengan air hangat sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai
homogen dan volume menjadi 1000 ml. Larutan ini bisa langsung diminum
189.
190.
191.
Larutan modifikasi :
Tambahkan air sehingga mencapai 1 L (liter) dan didihkan hingga 5-7 menit.
2. Larutan Formula WHO 100 dan modifikasi Formula WHO 100
192.
3. Larutan modifikasi :
193.
ulekan (blender, dengan ditambah air). Selanjutnya tempe yang sudah halus
disaring dengan air secukupnya. Tambahkan susu, gula, tepung beras, minyak,
dan larutan elektrolit. Tambahkan air sampai 1000 ml, masak hingga mendidih
selama 5-7 menit (WHO, 2009).
29
4. Larutan elektrolit
194.
atas :
KCL
224 g
Tripotassium Citrat
81 g
MgCL2.6H2O
76 g
Zn asetat 2H2O
8,2 g
Cu SO4.5H2O
1,4 g
WHO 75, Formula WHO 100, atau Formula WHO 135. Bila bahan-bahan
tersebut tidak tersedia, 1000 mg Kalium yang terkandung dalam 20 ml larutan
elektrolit tersebut bisa didapat dari 2 gr KCL atau sumber buah-buahan antara
lain
sari
buah
tomat
(400
cc)/jeruk
(500cc)/pisang
(250g)/alpukat
30
197.
198.
BAB 4
PEMBAHASAN
199.
200.
musia 1 tahun 7 bulan datang bersama orang tuanya ke IGD RSUD AWS
Samarinda pada 10oktober2015 dengan keluhan utama BAB Cair. Diagnosis
masuk pasien ini adalah GEA dehidrasi ringan-sedang + Gizi Buruk. Diagnosa
ini ditegakkan berdasarkan hasil dari anamnesa dan pemeriksaan fisik.
201.
202.Teori
203.Kasus
204.Anamnesis
205.Beberapa faktor risisko gizi buruk :
207.keluhan utama : BAB cair sejak 1
206.asupan makanan, faktor sosial
minggu SMRS, BAB dalam 1 hari
ekonomi, pendidikan ibu, penyakit
sebanyak 3-4 x dengan tinja cair
penyerta,
pengetahuan
ibu,
berwarna kekuningan. Demam
imunisasi dan BBLR
terjadi sejak 2 hari sebelum masuk
RS.
208.
209.riwayat makan dan minum : Pasien
hanya sedikit minum ASI sejak
lahir sampai 6 bulan dan makanan
padat setelah tidak lagi ASI
210.
211. riwayat imunisasi : lengkap
212.riwayat kelahiran : BB lahir 2500
gram
213.PB Lahir : 47 cm
214.Pemeriksaan fisik
Kesan umum tampak sangat kurus
222.pem.fisik :
223.ku : CM, tampak lemah
dengan atau tanpa edema seluruh
224.UUB cekung ada tanda
tubuh
dehidrasi
Status gizi dengan menggunakan
225.anemis (-/-),ikterik (-/-), sianosis
BB/TB-PB untuk menentukan
tipe gizi buruk :
kembali lambat
228.edema (+), baggy pants (+)
229.
230.pem.antropometri :
231.BB/U : < -3 SD (tampak kurus)
232.PB/U : 0- (-2) SD (normal)
233.BB/TB : < -3 SD (gizi buruk)
217.
218.Lesi kulit pada kwashiorkor:
-
deskuamasi
33
245.Penanganan
umum
gizi
buruk
259.
260.
34
261.BAB 5
262.PENUTUP
263.3.1 Kesimpulan
264. Malnutrisi yang hebat mempunyai angka kematian yang tinggi,
angka kematian sering disebabkan oleh karena infeksi sering tidak dapat
dibedakan karena infeksi atau karena malnutrisi sendiri. Prognosis tergantung
dari stadium saat pengobatan mulai dilaksanakan.dalam beberapa hal
walaupun kelihatannya pengobatan adekuat, bila penyakitnya progesif
kematian tidak dapat dihindari, mungkin disebabkan perubahan yang
irrevesibel dari sel-sel akibat under nutrition.
265. Penanganan yang cepat dan tepat pada kasus-kasus gizi seperti
kwashiorkor, umumnya dapat memberikan prognosis yang cukup baik,
penanganan pada stadium yag lanjut walaupun dapat mningkatkan kesehatan
anak secara umum namun ada kemungkinannya untuk memperoleh gangguan
fisik permanen dan gangguan intelektual. Sedangkan bila penanganan
terlambat atau tidak memperoleh penanganan sama sekali dapat berakibat
fatal.
266.
35
267.
DAFTAR PUSTAKA
268.
269. Munoz FM, Starke JR. Tuberculosis. Dalam: Berhman, RE, Kliegman RM,
Jenson HB, penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-17.
Philadelphia: WB Saunders Company; 2004. h. 958-72.
270. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Hasil Penataran Petugas Kesehatan
Dalam Rangka Pelayanan Gizi Buruk di Puskesmas dan Rumah Sakit, BLK
Cimacan, Oktober 1981.
271. Departemen Kesehatan RI, WHO, Unicef. Buku Bagan Manajemen
Terpadu Balita Sakit (MTBS) Indonesia, Jakarta 1997
272. Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Ditjen Binkesmas Depkes. Pedoman
Penanggulangan Kekurangan Energi Protein (KEP) dan Petunjuk
Pelaksanaan PMT pada Balita, Jakarta 1997.
273. WHO.Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Jakarta : 2008
274. Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Anak Kementrian Kesehatan RI.Panduan
Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita
Gizi Kurang.Jakarta : 2011
275. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.Pedoman Pelayanan anak Gizi
Buruk.Jakarta : 2011
276. Departemen Kesehatan RI. 1993. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks
Keluarga. Jakarta: Departemen Kesehatan.
277. Hambleton, Garry. 1995. Manual Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit.
Jakarta: Binarupa Aksara
278. Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC
279. Neilson, Joan.1987. Perawatan Bayi Tahun Pertama/Joan Nelson;Alih
bahasa,Yustina Rostiawati dan Gianto Widianto. Jakarta: Arcan
280. Wyeth. Permata Hatiku. Mitra Gizi Keluarga
36