PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati
dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu
pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau
mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut
sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi
olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk
berprestasi di kanca internasional.
Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap
kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga
seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet
yang berprestasi.
Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut
masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas keterkaitan antara pelatih dengan seorang atlet
saling berketergantungan dan peran seorang pelatih sangat penting bagi prestasi seorang atlet
yang berprestasi karena tanpa seorang pelatih barangkali seoran atlet tak dapat berkembang
seperti saat dia berprestasi.
Tentang cara pemikiran seorang atlet dalam menuntut sasaran prestasi guna dapat
mebentukan jalan pikiran kita dan memberikan pembelajaran secara mendetail sebagaimana
dengan arti seorang atlet yang cinta akan prestasi yang membanggakan.
C. Tujuan penulisan
Sebagaimana tujuanpenulisan makalah psikologi olahraga penranannya dalam ilmu
pengetahuan mempunyai banyak pengaruh atau factor factor yang menyebabakan lahirnya
seorang atlet dengan itu factor faktor tersebut dibagi dalam beberapa golongan yaitu adanya:
1. semangat dan kerja keras.
Tanpa semanga dan kerja keras seorang atlet tidak bisalah mendapatkan prestasi yang
membanggakan, karna dari situlah semangat adala jiwa perlombaan yang dapat membawa
kita jadi juara,
2. keinginan dan kemauan.
Hal tersebu dapat pula kita ambil sebagai pegangan dalam mencapai prestasi yang baik, karna
tampa keinginan seseorang tidak bisa melakukan sesuatu yang mutlak, sehingga apa yang
diinginkan tidak dapat tercapai, karna kemauan yang dulunya ada sekaran tidak ada lagi
karna dipengaruhu oleh kemalasan.
3. Rasa ingin tahu atas segalanya.
Seorang atlet yang mempunyai rasa ingi tau yang tinggi berarti tinggi pulahlah keinginan
untuk mendapatkan prestasi, khususnya prestasi internasional.
4 motifasi yang tinggi
Kinerja seorang yang menginginkan prestasi yang gemilang dan lebih tinggi haruslah
mempunyai motifasi yang sempurna yang dapat menunjang semangat dalam latihan dan
bertanding.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
B. Pengertian Psikologi olahraga
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar
bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa
adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan
umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
C. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif,
baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali
menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun
menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan
ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.
positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.
Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan
berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun
maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan,
tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru
akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti
dengan penurunan prestasi.
2) Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu
setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam
pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran
jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,
yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat
mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa
sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi,
sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa
tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.
Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin
tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun
biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu
uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan
menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula
cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3) Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa
dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal
dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan
pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan
motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan
pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama
menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih
mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar.
Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara
positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus
memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4) Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi
dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentukbentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini
adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.
Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin
dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7) Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik
antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat
lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknikteknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan
pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan
dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan
program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata
tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi
pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk
memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya,
seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut
bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan
sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan
secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu,
maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat
hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian
hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah
bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan
hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam
latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan
hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8) Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu
obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia
dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya.
Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi
pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah
berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak
mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus
bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari
keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9) Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan
dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya
ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara
mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah
dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah
terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian
mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan
kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah
jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di
dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
10
- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi
menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat
bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi
bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet
mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
F. Persiapan Pertandingan
Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan
yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam
pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh
kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form,
artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat
pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang
tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu
pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah
prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
11
terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat,
penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat temantemannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan
bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah
hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan
sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap
berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas.
Lakukan
stroke
dengan
penuh
konsentrasi
yang
kemudian
dapat
dilanjutkan
13
h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan
demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu
kasihan jika lawan mendapat angka nol.
4. Setelah Hari Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap
penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan
strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut
dalam buku evaluasi si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.
D. Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit
Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program
latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala
hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama
halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang
murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan
atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal
yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai
teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian
dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh
adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan
pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat
mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti
keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk
14
mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi
atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang
memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi
asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet
percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk
kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari
atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan,
perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program
yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.
BAB III
PENUTUP
15
A. KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Serta psikologi olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu
berpikiran positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh
DAFTAR PUSTAKA
http://www.arhysinjai.com/
16