Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada beberapa pendekatan yang dipilih manusia untuk memahami, mengolah dan menghayati
dunia beserta isinya.Pendekatan-pendekatan tersebut adalah takwa kepada Allah, ilmu
pengetahuan, seni dan agama.psikologi olahraga adalah usaha untuk memahami atau
mengerti seorang atlet dalam hal makna dan nilai-nilainya.Bidang dalam psikologi tersebut
sangat luas dan mencakup secara keseluruhan sejauh dapat dijangkau oleh fikiran. Psikologi
olahraga berusah untuk memahami kondisi seorang atlet-atlet yang berusaha untuk
berprestasi di kanca internasional.
Oleh karena itu psikologi olahraga merupakan pendekatan yang menyeluruh terhadap
kehidupan dan dunia seorang atlet. Psikologi olahraga berusaha untuk menyatukan jiwa raga
seorang atlet dengan pelatihnya, yang akhirnya menjadikan satu orang menjadi seorang atlet
yang berprestasi.
Pada mulanya kata psikologi olahraga yaitu segala ilmu pengetahuan yang menyankut
masalah keperibadian seorang atlit dan dapat ditrapkan didalamnya.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas keterkaitan antara pelatih dengan seorang atlet
saling berketergantungan dan peran seorang pelatih sangat penting bagi prestasi seorang atlet
yang berprestasi karena tanpa seorang pelatih barangkali seoran atlet tak dapat berkembang
seperti saat dia berprestasi.
Tentang cara pemikiran seorang atlet dalam menuntut sasaran prestasi guna dapat
mebentukan jalan pikiran kita dan memberikan pembelajaran secara mendetail sebagaimana
dengan arti seorang atlet yang cinta akan prestasi yang membanggakan.

C. Tujuan penulisan
Sebagaimana tujuanpenulisan makalah psikologi olahraga penranannya dalam ilmu
pengetahuan mempunyai banyak pengaruh atau factor factor yang menyebabakan lahirnya
seorang atlet dengan itu factor faktor tersebut dibagi dalam beberapa golongan yaitu adanya:
1. semangat dan kerja keras.
Tanpa semanga dan kerja keras seorang atlet tidak bisalah mendapatkan prestasi yang
membanggakan, karna dari situlah semangat adala jiwa perlombaan yang dapat membawa
kita jadi juara,
2. keinginan dan kemauan.
Hal tersebu dapat pula kita ambil sebagai pegangan dalam mencapai prestasi yang baik, karna
tampa keinginan seseorang tidak bisa melakukan sesuatu yang mutlak, sehingga apa yang
diinginkan tidak dapat tercapai, karna kemauan yang dulunya ada sekaran tidak ada lagi
karna dipengaruhu oleh kemalasan.
3. Rasa ingin tahu atas segalanya.
Seorang atlet yang mempunyai rasa ingi tau yang tinggi berarti tinggi pulahlah keinginan
untuk mendapatkan prestasi, khususnya prestasi internasional.
4 motifasi yang tinggi
Kinerja seorang yang menginginkan prestasi yang gemilang dan lebih tinggi haruslah
mempunyai motifasi yang sempurna yang dapat menunjang semangat dalam latihan dan
bertanding.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
B. Pengertian Psikologi olahraga
Ilmu psikologi diterapkan pula ke dalam bidang olahraga yang lalu dikenal sebagai psikologi
olahraga. Penerapan psikologi ke dalam bidang olahraga ini adalah untuk membantu agar
bakat olahraga yang ada dalam diri seseorang dapat dikembangkan sebaik-baiknya tanpa
adanya hambatan dan factor-faktor yang ada dalam kepribadiannya. Dengan kata lain, tujuan
umum dari psikologi olahraga adalah untuk membantu seseorang agar dapat menampilkan
prestasi optimal, yang lebih baik dari sebelumnya.
C. Mengapa Psikologi Olahraga Diperlukan dalam Olahraga?
Meningkatnya stres dalam pertandingan dapat menyebabkan atlet bereaksi secara negatif,
baik dalam hal fisik maupun psikis, sehingga kemampuan olahraganya menurun. Mereka
dapat menjadi tegang. denyut nadi meningkat, berkeringat dingin, cemas akan hasil
pertandingannya, dan mereka merasakan sulit berkonsentrasi. Keadaan ini seringkali
menyebabkan para atlet tidak dapat menampilkan permainan terbaiknya. Para pelatih pun
menaruh minat terhadap bidang psikologi olahraga, khususnya dalam pengendalian stres.
Psikologi olahraga juga diperlukan agar atlet berpikir mengenai. mengapa mereka
berolahraga dan apa yang ingin mereka capai? Sekali tujuannya diketahui, latihan-latihan
ketrampilan psikologis dapat menolong tercapainya tujuan tersebut.

D. Bagaimanakah Psikologi Olahraga Dapat Membantu Atlet Agar Memiliki Mental


yang Tangguh?
Mental yang tegar, sama halnya dengan teknik dan fisik, akan didapat melalui latihan yang
terencana, teratur, dan sistematis. Dalam membina aspek psikis atau mental atlet, pertamatama perlu disadari bahwa setiap atlet harus dipandang secara individual, yang satu berbeda
dengan yang lainnya. Untuk membantu mengenal profil setiap atlet, dapat dilakukan
pemeriksaan psikologis, yang biasa dikenal dengan "psikotes", dengan bantuan psikometri.
Profil psikologis atlet biasanya berupa gambaran kepnbadian secara umum, potensi
intelektual. dan fungsi daya pikimya yang dihubungkan dengan olahraga. Profil atlet pada
umumnya tidak berubah banyak dari waktu ke waktu. Oleh karenanya, orang sering
beranggapan bahwa calon atlet berbakat dapat ditelusun semata-mata dari profil
psikologisnya. Anggapan semacam ini keliru, karena gambaran psikologis seseorang tidak
menjamin keberhasilan atau kegagalannya dalam prestasi olahraga, karena banyak sekali
faktor lain yang mempengaruhinya. Beberapa aspek psikologis dapat diperbaiki melalui
latihan ketrampilan psikologis (diuraikan kemudian) yang terencana dan sistematis, yang
pelaksanaannya sangat tergantung dari komitmen si atlet terhadap program tersebut.
E. ASPEK-ASPEK PSIKOLOGI OLAHRAGA
Pengaruh faktor psikologis pada atlet akan terlihat dengan jelas pada saat atlet tersebut
bertanding. Berikut ini akan diuraikan beberapa masalah psikologis yang paling sering timbul
di kalangan olahraga, khususnya dalam kaitannya dengan pertandingan dan masa latihan.
1) Berpikir Positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh.
Pikiran positif akan diikuti dengan tindakan dan perkataan positif pula, karena pikiran akan
menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif
seperti, "takut salah, takut out, takut bola pukulannya tanggung" dan sebagainya, maka
kemungkinan terjadi akan lebih besar. Karena itu cobalah dan biasakan untuk selalu berpikir
4

positif, hindari yang negatif. Demikian juga dalam memberikan instruksi kepada atlet.
Daripada mengatakan: "Kamu ini susah sekali sih diajarnya..., salah terus...! Awas, jangan
berhenti sebelum bisa!", lebih baik mengatakannya dengan cara yang positif walaupun
maksudnya sama: "Ayo, coba lagi pelan-pelan, kamu pasti bisa melakukannya. Perhatikan,
tangannya, begini... langkahnya, ke sini... kena bolanya, di sini... ayo dicoba".
Sebagai pelatih, tunjukkan Anda percaya bahwa atlet Anda memiliki peluang untuk dapat
berprestasi baik. Cemooh, celaan, dan kritik yang pedas yang tidak pada tempatnya, justru
akan membuat atlet bereaksi negatif dan berakibat akan menurunkan motivasi yang diikuti
dengan penurunan prestasi.
2) Penetapan Sasaran
Penetapan sasaran (goal setting) merupakan dasar dan latihan mental. Pelatih perlu membantu
setiap atletnya untuk menetapkan sasaran, baik sasaran dalam latihan maupun dalam
pertandingan. Sasaran tersebut mulai dan sasaran jangka panjang, menengah, sampai sasaran
jangka pendek yang lebih spesifik.
Untuk menetapkan sasaran, ada tiga syarat yang perlu diingat agar sasaran itu bermanfaat,
yaitu:
a. Sasaran harus menantang.
Sasaran yang ditentukan harus sedemikan rupa, sehingga atlet merasa tertantang untuk dapat
mencapai sasaran tersebut.
b. Sasaran harus dapat dicapai.
Buatlah sasaran itu cukup tinggi, akan tetapi tidak terlalu tinggi. Atlet harus merasa bahwa
sasaran yang ditetapkan itu dapat tercapai jika ia berusaha keras. Jika sasaran terlalu tinggi,
sehingga atlet merasa mustahil dapat mencapainya, maka motivasi berlatihnya akan menurun.
Demikian pula, jika sasaran tersebut terlalu mudah untuk dapat dicapai, maka atlet merasa
tidak perlu berlatih keras karena ia akan dapat mencapai sasaran tersebut.

c. Sasaran harus meningkat.

Mulai dari sasaran yang relatif rendah, kemudian buatlah sasaran tersebut makin lama makin
tinggi, semakin sulit tercapainya jika atlet tidak berlatih keras. Dalam setiap latihanpun
biasakanlah selalu ada sasaran yang harus dicapai. Dan target yang bersifat umum, lalu
uraikan lagi secara lebih spesifik. Dan target untuk suatu kompetisi jangka panjang, uraikan
menjadi target atau sasaran jangka pendek, sampai target untuk setiap latihan. Sasaran yang
ditetapkan tersebut, hendaknya juga ditetapkan kapan harus tercapainya, dan bagaimana pula
cara mengukumya atau apa ukurannya secara objektif. Sedapat mungkin, buatkan grafik
pencapaian sasaran tersebut agar terlihat jelas arah dan peningkatannya.
3) Motivasi
Motivasi dapat dilihat sebagai suatu proses dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu
sebagai usaha dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi yang kuat menunjukkan bahwa
dalam diri orang tersebut tertanam dorongan kuat untuk dapat melakukan sesuatu.
Ditinjau dari fungsi diri seseorang, motivasi dapat dibedakan antara motivasi yang berasal
dan luar (ekstrinsik) dan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri (intrinsik). Dengan
pendekatan psikologis diharapkan atlet dalam setiap penampilannya dapat memperlihatkan
motivasi yang kuat untuk bermain sebaik-baiknya, sehingga dapat memenangkan
pertandingan.
Motivasi yang baik tidak mendasarkan dorongannya pada faktor ekstrinsik seperti hadiah
atau penghargaan dalam bentuk materi. Akan tetapi motivasi yang baik, kuat, dan lebih lama
menetap adalah faktor intrinsik yang mendasarkan pada keinginan pribadi yang lebih
mengutamakan prestasi untuk mencapai kepuasan diri daripada hal-hal yang material.
Untuk mengembangkan motivasi intrinsik ini, peran pelatih dan orangtua sangat besar.
Pelatih perlu melakukan pendekatan dan menumbuhkan kepercayaan diri pada atlet secara
positif. Ajarkan atlet untuk dapat menghargai diri sendiri, oleh karena itu, pelatih harus
memperlihatkan bahwa ia menghargai hasil kerja atlet secara konsekuen.
4) Emosi
Faktor-faktor emosi dalam diri atlet menyangkut sikap dan perasaan atlet secara pribadi
terhadap diri sendiri, pelatih maupun hal-hal lain di sekelilingnya. Bentuk-bentuk emosi
dikenal sebagai perasaan seperti senang, sedih, marah, cemas, takut, dan sebagainya. Bentukbentuk emosi tersebut terdapat pada setiap orang. Akan tetapi yang perlu diperhatikan di sini
adalah bagaimana kita mengendalikan emosi tersebut agar tidak merugikan diri sendiri.

Pengendalian emosi dalam pertandingan olahraga seringkali menjadi faktor penentu


kemenangan. Para pelatih harus mengetahui dengan jelas bagaimana gejolak emosi atlet
asuhannya, bukan saja dalam pertandingan tetapi juga dalam latihan dan kehidupan seharihari. Pelatih perlu tahu kapan dan hal apa saja yang dapat membuat atletnya marah, senang,
sedih, takut, dan sebagainya. Dengan demikian pelatih perlu juga mencari data-data untuk
mengendalikan emosi para atlet asuhannya. yang tentu saja akan berbeda antara atlet yang
satu dengan atlet lainnya.
Gejolak emosi dapat mengganggu keseimbangan psikofisiologis seperti gemetar, sakit perut,
kejang otot, dan sebagainya. Dengan terganggunya keseimbangan fisiologis maka konsentrasi
pun akan terganggu, sehingga atlet tidak dapat tampil maksimal. Seringkali seorang atlet
mengalami ketegangan yang memuncak hanya beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.
Demikian hebatnya ketegangan tersebut sampai ia tidak dapat melakukan awalan dengan
baik. Apalagi jika lawannya dapat menekan dan penonton pun tidak berpihak padanya, maka
dapat dibayangkan atlet tersebut tidak akan dapat bermain baik. Konsentrasinya akan buyar,
strategi yang sudah disiapkan tidak dapat dijalankan, bahkan ia tidak tahu harus berbuat apa.
Disinilah perlunya dipelajari cara-cara mengatasi ketegangan (stress mana- gement). Sebelum
pelatih mencoba mengatasi ketegangan atletnya. terlebih dulu harus diketahui sumber-sumber
ketegangan tersebut. Untuk mengetahuinya, diperlukan adanya komunikasi yang baik antara
pelatih dengan atlet. Berikut ini dijelaskan secara terpisah mengenai aspek-aspek yang
berkaitan dengan emosi.
5) Kecemasan dan Ketegangan
Kecemasan biasanya berhubungan dengan perasaan takut akan kehilangan sesuatu,
kegagalan, rasa salah, takut mengecewakan orang lain, dan perasaan tidak enak lainnya.
Kecemasan-kecemasan tersebut membuat atlet menjadi tegang, sehingga bila ia terjun ke
dalam pertandingan maka dapat dipastikan penampilannya tidak akan optimal. Untuk itu,
telah banyak diketahui berbagai teknik untuk mengatasi kecemasan dan ketegangan yang
penggunaannya tergantung dari macam kecemasannya.
Sebagai usaha untuk dapat mengatasi ketegangan dan kecemasan, khususnya dalam
menghadapi pertandingan, lakukanlah beberapa teknik berikut ini :
7

a) Identifikasikan dan temukan sumber utama dan permasalahan yang menimbulkan


kecemasan.
b) Lakukan latihan simulasi, yaitu latihan di bawah kondisi seperti dalam pertandingan
sesungguhnya.
c) Usahakan untuk mengingat, memikirkan dan merasakan kembali saat-saat ketika
mencapai penampilan paling baik atau paling mengesankan.
d) Lakukan latihan relaksasi progresif, yaitu melakukan peregangan alau pengendoran otototot tertentu secara sistematis dalam waktu tertentu.
e) Lakukan latihan otogenik, yaitu bentuk latihan relaksasi yang secara sistematis
memikirkan dan merasakan bagian-bagian tubuh sebagai hangat dan berat.
f) Lakukan latihan pernapasan dengan bernapas melalui mulut dan hidung serta secara sadar
bernapas dengan menggunakan diafragma.
g) Dengarkan musik (untuk mengalihkan perhatian).
h) Berbincang-bincang, berada dalam situasi sosial (untuk mengalihkan perhatian).
i) Membuat pernyataan-pernyataan positif terhadap diri sendiri untuk melakukan sesuatu
yang diperlukan saat itu.
j) Lain-lain yang dapat mengurangi ketegangan.
6) Kepercayaan Diri
Dalam olahraga, kepercayaan diri sudah pasti menjadi salah satu faktor penentu suksesnya
seorang atlet. Masalah kurang atau hilangnya rasa percaya diri terhadap kemampuan diri
sendiri akan mengakibatkan atlet tampil di bawah kemampuannya. Karena itu sesungguhnya
atlet tidak perlu merasa ragu akan kemampuannya, sepanjang ia telah berlatih secara
sungguh-sungguh dan memiliki pengalaman bertanding yang memadai.
Peran pelatih dalam menumbuhkan rasa percaya diri atletnya sangat besar. Syarat untuk
untuk membangun kepercayaan diri adalah sikap positif. Beritahu pemain di mana letak
kekuatan dan kelemahannya masing-masing. Buatkan program latihan untuk setiap atlet dan
bantu mereka untuk memasang target sesuai dengan kemampuannya agar target dapat
tercapai jika latihan dilakukan dengan usaha keras. Berikan kritik membangun dalam
melakukan penilaian terhadap atlet. Ingat, kritik negatif bahkan akan mengurangi rasa
percaya diri.
Jika pemain telah bekerja keras dan bermain bagus (walaupun kalah), tunjukkan penghargaan
Anda sebagai pelatih. Jika pemain mengalami kekalahan (apalagi tidak dengan bermain
baik), hadapkan ia pada kenyataan objektif. Artinya, beritahukan mana yang telah
dilakukannya secara benar dan mana yang salah, serta tunjukkan bagaimana seharusnya.
8

Menemui pemain yang baru saja mengalami kekalahan harus dilakukan sesegera mungkin
dibandingkan dengan menemui pemain yang baru saja mencetak kemenangan.
7) Komunikasi
Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi dua arah, khususnya antara atlet dengan
pelatih. Masalah yang sering timbul dalam hal kurang terjalinnya komunikasi yang baik
antara pelatih dengan atletnya adalah timbulnya salah pengertian yang menyebabkan atlet
merasa diperlakukan tidak adil, sehingga tidak mau bersikap terbuka terhadap pelatih. Akibat
lebih jauh adalah berkurangnya kepercayaan atlet terhadap pelatih.
Untuk menghindari terjadinya hambatan komunikasi, pelatih perlu menyesuaikan teknikteknik komunikasi dengan para atlet seraya memperhatikan asas individual. Keterbukaan
pelatih dalam hal pogram latihan akan membantu terjalinnya komunikasi yang baik, asalkan
dilakukan secara objektif dan konsekuen. Atlet perlu diberi pengertian tentang tujuan
program latihan dan fungsinya bagi tiap-tiap individu.
Sebelum program latihan dijalankan, perlu dijelaskan dan dibuat peraturan mengenai tata
tertib latihan dan aturan main lainnya termasuk sanksi yang clikenakan jika terjadi
pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuat tersebut. Jadi, hindarilah untuk
memberlakukan suatu sanksi yang belum pernah diberitahukan sebelumnya. Misalnya,
seorang atlet minum Coca Cola dalam latihan, lalu dihukum oleh pelatih. Atlet tersebut
bingung dan bertanya-tanya mengapa ia dihukum karena ia tidak pernah dijelaskan
sebelumnya oleh pelatih bahwa dalam latihan dilarang minum minuman bersoda.
Demikian pula dalam hal pelaksanaanya. Peraturan yang sudah dibuat, haruslah dijalankan
secara konsekuen. Artinya, jika seorang atlet dihukum karena melanggar peraturan tertentu,
maka jika ada atlet lain yang melanggar peraturan yang sama ia pun harus mendapat
hukuman yang sama. Demikian pula jika atlet yang sama melakukannya lagi di kemudian
hari.
Pelatih pun perlu bersikap objektif dan berpikir positif. Bersikap objektif maksudnya adalah
bersikap sesuai dengan kenyataan atau fakta apa adanya tanpa menyangkutpautkan dengan
hal lain. Jika pelatih marah terhadap atlet karena misalnya si atlet datang terlambat dalam

latihan, maka hukumlah atlet itu hanya atas keterlambatannya, jangan dihubungkan dengan
hal-hal lain (ingat, hukuman tersebut harus sudah tertera dalam tata tertib latihan).
8) Konsentrasi
Konsentrasi merupakan suatu keadaan di mana kesadaran seseorang tertuju kepada suatu
obyek tententu dalam waktu tertentu. Makin baik konsentrasi seseorang, maka makin lama ia
dapat melakukan konsentrasi. Dalam olahraga, konsentrasi sangat penting peranannya.
Dengan berkurangnya atau terganggunya konsentrasi atlet pada saat latihan, apalagi
pertandingan, maka akan timbul berbagai masalah.
Dalam olahraga, masalah yang paling sering timbul akibat terganggunya konsentrasi adalah
berkurangnya akurasi lemparan, pukulan, tendangan & tembakan sehingga tidak
mengenai sasaran. Akibat lebih lanjut jika akurasi berkurang adalah strategi yang sudah
dipersiapkan menjadi tidak jalan, sehingga atlet akhimya kebingungan, tidak tahu harus
bermain bagaimana dan pasti kepercayan dirinya pun akan berkurang. Untuk menghindari
keadaan tersebut, perlu dilakukan latihan berkonsentrasi.
9) Evaluasi Diri
Evaluasi diri dimaksudkan sebagai usaha atlet untuk mengenali keadaan yang terjadi pada
dirinya sendiri. Hal ini perlu dilakukan agar atlet dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan
dirinya pada saat yang lalu maupun saat ini. Dengan bekal pengetahuan akan keadaan dirinya
ini maka pemain dapat memasang target latihan maupun target pertandingan dan cara
mengukurnya. Kegunaan lainnya adalah untuk mengevaluasi hal-hal yang telah
dilakukannya, sehingga memungkinkan untuk mengulangi penampilan terbaik dan mencegah
terulangnya penampilan buruk.
Oleh karena itu, pelatih perlu menginstruksikan atletnya untuk memiliki buku catatan harian
mengenai latihan dan pertandingan. Minta pemain untuk menuliskan kelemahan dan
kelebihan diri sendiri, baik dalam segi fisik, teknik, maupun mental. Kemudian koreksilah
jika menurut Anda sebagai pelatih ada hal-hal yang tidak sesuai atau ada yang kurang.
Biasakan agar atlet mengisi buku tersebut secara teratur. Ajak atlet untuk menuliskan di
dalam bukunya hal-hal yang intinya sebagai berikut:
10

- Target jangka panjang, menengah, dan jangka pendek dalam latihan dan pertandingan.
- Sesuatu yang dilakukan dan dipikirkan sebelum latihan atau pertandingan.
- Suatu gerakan atau penampilan mengesankan.
- Catatan mengenai kelemahan dan kelebihan lawan yang akan dihadapi dan strategi
menghadapinya.
- Hasil dan jalannya pertandingan.
- Hal yang mengganggu emosi atau membuat penampilan jadi buruk.
- Penghargaan yang didapat atas suatu keberhasilan.
Pastikan bahwa buku tersebut diisi secara teratur oleh setiap atlet. Namun perlu diingat
bahwa pelatih jangan terlalu memaksa untuk membaca buku harian atlet. Biarkan itu menjadi
bagian dan rahasia pribadi mereka. Yang perlu dipantau oleh pelatih adalah bahwa atlet
mempunyai bahan bagi dirinya sendiri untuk melakukan evaluasi.
F. Persiapan Pertandingan
Setelah atlet dilatih baik fisik, teknik, strategi, maupun mentalnya dengan program latihan
yang tepat, maka untuk menguji hasil latihannya adalah dengan lterjun ke dalam
pertandingan. Tentunya diharapkan bahwa setiap pemain akan dapat menampilkan seluruh
kemampuannya yang didapat dan latihan. Namun acapkali pemain tampil di bawah form,
artinya ia tidak dapat menampilkan seluruh kemampuan yang dimilikinya pada saat
pertandingan.
Untuk mengatasi hal seperti di atas, perlu diciptakan situasi yang mendukung yang
tercapainya prestasi optimal dan dilakukan perwapan mental untuk menghadapi suatu
pertandingan agar si atlet dapat menampilkan seluruh kemampuannya, sehingga tercapailah
prestasi puncak.
Ada empat tahap penting dalam persiapan menuju pertandingan, yaitu
(1). Sebelum hari pertandingan
(2). Pada hari pertandingan
(3). Saat pertandingan
(4). Setelah hari pertandingan.
11

Berikut uraiannya dalam contoh persiapan pertandingan bulutangkis:


1. Sebelum Hari Pertandingan
a. Kumpulkan data mengenai kekuatan dan kelemahan lawan. Jika memungkin- kan, putarlah
rekaman pertandingannya. Kemudian susunlah strategi untuk menghadapinya. Untuk pemain
ganda, diskusikan strategi tersebut dengan pasangannya.
b. Pantau kemajuan atlet, baik fisik maupun mentalnya dengan memperhatikan bagaimana
tingkat konsentrasinya, bagaimana irama, timing, power, dan kelancaran menjalankan
ketrampilannya serta sikapnya terhadap latihan secara umum.
c. Pantau tingkat kecemasan atlet dengan melihat ekspresi wajahnya apakah cerah atau
murung: apakah sinar matanya letih atau segar dan awas. Juga perhatikan suasana hatinya,
bagaimana kualitas tidur dan makannya, apakah ia mengalami faktor-faktor psikosomatis
seperti sakit perut, nyeri otot, sesak nafas, demam, batuk, keringat dingin, dan sebagainya.
d. Pada saat tidak latihan, pastikan bahwa atlet tidak "hidup dan berpikir" mengenai
pertandingannya 24 jam sehan. Berikan aktivitas yang menyenangkan bagi dirinya yang
dapat memberikan suasana gembira, sehingga ia bisa mengalihkan pikirannya sejenak dari
pertandingan.
e. Satu hari menjelang pertandingan, biasanya cukup latihan ringan saja dan tidak perlu
berada di lapangan terlalu lama. Pada malam hari sebelum bertanding, tidurlah pada saat
yang tepat, tidak perlu tidur terlalu cepat. Sebelum tidur, lakukan latihan relaksasi dan
visualisasi. Jika pertandingan besok dilakukan pagi atau siang hari, siapkan alat-alat
perperlengkapan pertandingan, termasuk baju ganti dan perlengkapan cadangan malam ini
juga agar esok tidak terburu-buru. Pastikan semua dalam keadaan baik.
2. Pada Hari Pertandingan
a. Bangun tidur pada saat yang tepat, malamnya harus tidur cukup dan tidak berlebihan.
Kemudian lakukan aktivitas rutin kebiasaan sehari-hari, seperti sembahyang, berdoa,
stretching, sarapan (perhatikan kapan harus makan dan apa yang harus dimakan), latihan
relaksasi dan visualisasi, memeriksa kembali perlengkapan pertandingan termasuk
cadangannya. Mulailah hari ini dengan gembira, optimis, dan berpikir positif.
b. Berangkatlah ke tempat pertandingan pada saat yang tepat. Perhitungkan jarak ke tempat
pertandingan, bagaimana mencapainya, kemacetannya dan sebagainya. Tidak perlu berangkat
12

terlalu cepat, namun jangan sampai terlambat, sehingga tidak ada waktu untuk istirahat,
penyesuaian dan pemanasan.
c. Di tempat pertandingan pelatih perlu mengenali atlet mana yang berada didekat temantemannya dan mana yang lebih suka menyendiri. Pastikan di lapangan mana atlet yang akan
bertanding, jangan lupa melapor panitia. Untuk pertandingan pertama, pastikan atlet sudah
hapal dimana letak ruang ganti, WC, ruang kesehatan, tes doping, tempat ganti senar, dan
sebagainya.
d. Sambil melakukan pemanasan, atlet hendaknya meningkatkan level `semangat' dlan tetap
berpikir positif. Pelatih dapat mengingatkan strategi yang akan diterapkan secara sekilas.
Lakukan

stroke

dengan

penuh

konsentrasi

yang

kemudian

dapat

dilanjutkan

dengan'visualisasi clan relaksasi.


3. Saat Bertanding
Saat bertanding tiba, bukan waktunya lagi untuk memikirkan teknik memukul atau
bagaimana harus melangkah. Itu semua sudah dilatih dalam latihan dan sudah dihayati dalam
visualisasi. Sekarang saatnya tinggal mengulang-ulang kejadian yang sudah divisualisasikan
dan melakukannya sesuai dengan situasi saat ini. Sekarang adalah saatnya melakukan
konsentrasi penuh hanya pada bola dan jalannya pertandingan.
Anjurkan atlet untuk:
a. Memantau clan menyesuaikan tingkat kecemasan, lakukan relaksasi.
b. Pusatkan perhatian semata-mata hanya terhadap permainan yang sedang dijalani.
Kesalahan yang baru atau pernah terjadi, clan yang mungkin terjadi jangan dihiraukan.
c. Berpikir positif dan optimis, jangan biarkan pikiran-pikiran negatif.
d. Jangan terlalu banyak menganalisa.
e. Bermainlah dengan irama sendiri, jangan terbawa irama lawan.
f. Menjalankan strategi yang telah disiapkan. Jangan diubah jika strategi itu berjalan.
Lakukan evaluasi singkat, jika strategi tidak jalan, lakukan penyesuaian dengan alternatif
strategi yang sudah dipersiapkan.
g. Hindari hal-hal negatif seperti, menyalahkan diri sendiri secara berlebihan, berbicara
terhadap diri sendiri berlebihan, berpikir negatif, meragukan kemampuan clan menyerah
sebelum pertandingan selesai.

13

h. Jika bermain bagus, jangan bertanya mengapa clan mengganti apapun; biarkan berjalan
demikian. Jangan mengendor jika sedang leading (memimpin pertandingan), clan tidak perlu
kasihan jika lawan mendapat angka nol.
4. Setelah Hari Pertandingan
a. Mintalah atlet mencatat hal-hal posisitf maupun negatif yang dirasa berpengaruh terhadap
penampilannya dalam pertandingan tadi. Bukan hanya yang bersifat teknik, taktik, clan
strategi, tetapi juga yang bersifat mental, bahkan hal-hal kecil lainnya. Catat hasil tersebut
dalam buku evaluasi si atlet.
b. Evaluasi penampilan dalam pertandingan tadi. Apakah mencapai sasaran?
c. Putuskan apakah perlu diadakan penyesuaian terhadap program latihan.
d. Pusatkan perhatian terhadap aspek-aspek positif dari penampilan dalam pertandingan.
D. Pelatih Sebagai Pembina Mental Atlit
Pelatih dalam olahraga dapat mempunyai fungsi sebagai pembuat atau pelaksana program
latihan, sebagai motivator, konselor, evaluator dan yang bertanggung jawab terhadap segala
hal yang berhubungan dengan kepelatihan tersebut. Sebagai manusia biasa, pelatih sama
halnya dengan atlet, mempunyai kepribadian yang unik yang berbeda antara satu dengan
lainnya. Setiap pelatih memiliki kelebihan dan kekurangan, karena itu tidak ada pelatih yang
murni ideal atau sempura.
Dalam mengisi peran sebagai pelatih, seseorang harus melibatkan diri secara total dengan
atlet asuhannya. Artinya, seorang pelatih bukan hanya melulu mengurusi masalah atau hal-hal
yang berhubungan dengan olahraganya saja, tetapi pelatih juga harus dapat berperan sebagai
teman, guru. orangtua, konselor, bahkan psikolog bagi atlet asuhannya. Dengan demikian
dapat diharapkan bahwa atlet sebagai seorang yang ingin mengembangkan prestasi, akan
mempunyai kepercayaan penuh terhadap pelatihnya.
Keterlibatan yang mendalam antara pelatih dengan atlet asuhannya harus dilandasi oleh
adanya empati dan pelatih terhadap atletnya tersebut.Empati ini merupakan kemampuan
pelatih untuk dapat menghayati perasaan atau keadaan atletnya, yang berarti pelatih dapat
mengerti atletnya secara total tanpa ia sendiri kehilangan identitas pnbadinya. Untuk mengerti
keadaan atlet dapat diperoleh dengan mengetahui atau mengenal hal-hal penting yang ada
pada atlet yang bersangkutan. Pengetahuan sekadarnya saia tidak cukup bagi pelatih untuk
14

mengetahui keadaan psikologi atletnya. Dasar dan sikap mau memahami keadaan psikologi
atletnya adalah pengertian pelatih bahwa setiap orang memiliki sifat-sifat khusus yang
memerlukan penanganan khusus pula dalam hubungan dengan pengembangan potensinya.
Kepribadian seorang pelatih dapat pula membentuk kepribadian atlet yang menjadi
asuhannya. Hal terpenting yang harus ditanamkan pelatih kepada atletnya adalah bahwa atlet
percaya pada pelatih bahwa apa yang diprogramkan dan dilakukan oleh pelatih adalah untuk
kebaikan dan kemajuan si atlet itu sendiri. Untuk bisa mendapatkan kepercayaan tersebut dari
atlet, pelatih tidak cukup hanya memintanya, tetapi harus membuktikannya melalui ucapan,
perbuatan, dan ketulusan hati. Sekali atlet mempercayai pelatih maka seberat apapun program
yang dibuat pelatih akan dijalankan oleh si atlet dengan sungguh-sungguh.

BAB III
PENUTUP

15

A. KESIMPULAN
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam hubungan dengan
lingkungannya, mulai dari perilaku sederhana sampai yang kompleks. Perilaku manusia ada
yang disadari, namun ada pula yang tidak disadari, dan perilaku yang ditampilkan seseorang
dapat bersumber dari luar ataupun dari dalam dirinya sendiri.
Serta psikologi olahraga mempunyai aspek yang perlu menjadi pegangan kita yaitu
berpikiran positif
Berpikir positif dimaksudkan sebagai cara berpikir yang mengarahkan sesuatu ke arah positif,
melihat segi baiknya. Hal ini perlu dibiasakan bukan saja oleh atlet, tetapi terlebih-lebih bagi
pelatih yang melatihnya. Dengan membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh
sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin
kerja sama dengan berbagai pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat
memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh

DAFTAR PUSTAKA

http://www.arhysinjai.com/
16

Anda mungkin juga menyukai