Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

PENDIDIKAN PANCASILA
Pancasila Sebagai Dasar Negara
Disusun Oleh:
Immanuel Rossy Manurung
(145040201111282)
Umri Yuliana Safitri
(145040201111303)
Dearryl Achmad Widana
(145040201111307)
Elok Komalasari
(145040201111314)
Dhino Al Dutapamungkas
145040207111004

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pancasila ada jiwa raga seluruh rakyat Indonesia, yang memberikan kontribusi
atau kekuatan hidup kepada bangsa Indonesia serta membimbing dan
mengajarkan nilai nilai kehidupan yang makin baik untuk menciptakan
masyarakat Indonesia yang adil dan makmur. Pancasila telah ditetapkan sebagai
dasar negara dan telah diterima oleh seluruh warga negara indonesia seperti yang
tercantum pada pembukaan Undang- Undang dasar 1945 yaitu merupakan
kepribadian negara dan cara pandang hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuannya, sehingga tak ada satu kekuatan apapun dan manapun juga yang
mampu memisahkan Pancasila dan Indonesia dari kehidupan masyarakat
Indonesia.
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR
9 Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang
telah dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi
dasar negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh
MPRS dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pancasila ?
2. Bagaimana peran Pancasila Sebagai Dasar Negara ?
3. Bagaimana Implementasi Pancasila Sebagai Dasar Negara?

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Pancasila


Dalam rapat BPUPKI tanggal 1 juni 1945, Dalam maklumat itu sekaligus
dimuat dasar pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Tugas badan ini adalah menyelidiki dan mengumpulkan usulusul untuk selanjutnya dikemukakan kepada pemerintah Jepang untuk dapat
dipertimbangkan bagi kemerdekaan Indonesia. Keanggotaan badan ini dilantik pada
tanggal 28 Mei 1945, dan mengadakan sidang pertama pada tanggal 29 Mei 1945 1
Juni 1945. Dalam sidang pertama ini yang dibicarakan mengenai calon dasar negara
untuk Indonesia. Pada sidang pertama itu, banyak anggota yang berbicara, dua di
antaranya adalah Muhammad Yamin dan Bung Karno, yang masing-masing
mengusulkan calon dasar negara untuk Indonesia merdeka. Muhammad Yamin
mengajukan usul mengenai dasar negara yang terdiri atas lima hal, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat

Selain itu Dr.Soepomo juga mengusulkan dasar negara pada tanggal 31 Mei
19945, yaitu :
1. Negara Indonesia merdeka hendaknya merupakan negara nasional yang
bersatu dalam arti totaliter atau intregralistik.
2. Setiap warganya dianjurkan agar takluk kepada Tuhan, tetapi urusan
agama hendaknya terpisah dari urusan dan diserahkan kepada golongangolongan agama yang bersangkutan.
3. Dalam susunan pemerintahan negara haru membentuk suatu badan
permusyawaratan, agar pimpinan negara dapat bersatu jiwa dengan wakilwakil rakyat secara terus-menerus.
4. Sistem ekonomi Indinesia hendaknya

diatur

berdasarkan

asas

kekeluargaan, seistem tolong menolong dan seistem kooperasi.


5. Negara Indonesia yang berdasar atas semangat kebudayaan Indonesia
yang asli, dengan sendirinya akan bersifat negara Asia Timur Raya.

Usulan ini diajukan pada tanggal 29 Mei 1945, kemudian pada tanggal 1 Juni
1945, Bung Karno mengajukan usul mengenai calon dasar negara yang terdiri atas
lima hal, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.

Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia)


Internasionalisme (Perikemanusiaan)
Mufakat atau Demokrasi
Kesejahteraan Sosial
Ketuhanan yang Berkebudayaan

Kelima hal ini oleh Bung Karno diberi nama Pancasila. Lebih lanjut Bung Karno
mengemukakan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjadi Trisila, yaitu: 1.
Sosio nasionalisme 2. Sosio demokrasi 3. Ketuhanan. Pada tanggal 22 Juni 1945
diadakan rapat gabungan antara Panitia Kecil dengan para anggota BPUPKI yang
berdomisili di Jakarta. Hasil yang dicapai antara lain disetujuinya dibentuknya sebuah
Panitia Kecil Penyelidik Usul-Usul/Perumus Dasar Negara, yang terdiri atas sembilan
orang, yaitu:
Panitia Kecil yang beranggotakan sembilan orang ini pada tanggal itu juga
melanjutkan sidang dan berhasil merumuskan calon Mukadimah Hukum Dasar, yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta. Untuk pengesahan
Preambul, terjadi proses yang cukup panjang. Sebelum mengesahkan Preambul,
Bung Hatta terlebih dahulu mengemukakan bahwa pada tanggal 17 Agustus 1945
sore hari. Sesaat setelah Proklamasi Kemerdekaan, ada utusan dari Indonesia bagian
Timur yang menemuinya. Intinya, rakyat Indonesia bagian Timur mengusulkan agar
pada alinea keempat preambul, di belakang kata ketuhanan yang berbunyi
Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya dihapus.
Jika tidak maka rakyat Indonesia bagian Timur lebih baik memisahkan diri dari
negara RI yang baru saja diproklamasikan. Usul ini oleh Muh. Hatta disampaikan
kepada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh Islam, antara
lain kepada Ki Bagus Hadikusumo, KH. Wakhid Hasyim dan Teuku Muh. Hasan.
Muh. Hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Islam, demi persatuan dan kesatuan
bangsa. Oleh karena pendekatan yang terus-menerus dan demi persatuan dan
kesatuan, mengingat Indonesia baru saja merdeka, akhirnya tokoh-tokoh Islam itu

merelakan dicoretnya Dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya di belakang kata Ketuhanan dan diganti dengan Yang Maha Esa
hingga akhirnya menjadi Pancasila seperti saat ini.
2.2 Peran Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pengertian Pancasila sebagai dasar negara diperoleh dari alinea keempat
Pembukaan UUD 1945 dan sebagaimana tertuang dalam Memorandum DPR-GR 9
Juni 1966 yang menandaskan Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa yang telah
dimurnikan dan dipadatkan oleh PPKI atas nama rakyat Indonesia menjadi dasar
negara Republik Indonesia. Memorandum DPR-GR itu disahkan pula oleh MPRS
dengan Ketetapan No.XX/MPRS/1966. Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan bahwa kedudukan Pancasila
adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Inilah sifat dasar Pancasila yang pertama dan utama, yakni sebagai dasar
negara ( philosophische grondslaag ) Republik Indonesia. Pancasila yang terkandung
dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945 tersebut ditetapkan sebagai dasar
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI yang dapat dianggap sebagai
penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang merdeka. Dengan syarat utama
sebuah bangsa menurut Ernest Renan: kehendak untuk bersatu (le desir detre
ensemble) dan memahami Pancasila dari sejarahnya dapat diketahui bahwa Pancasila
merupakan sebuah kompromi dan konsensus nasional karena memuat nilai-nilai yang
dijunjung tinggi oleh semua golongan dan lapisan masyarakat Indonesia. Maka
Pancasila merupakan intelligent choice karena mengatasi keanekaragaman dalam
masyarakat Indonesia dengan tetap toleran terhadap adanya perbedaan. Setiap sila
( dasar/azas ) memiliki hubungan yang saling mengikat dan menjiwai satu sama lain
sedemikian rupa sehingga tidak dapat dipisah-pisahkan. Melanggar satu sila dan
mencari pembenarannya pada sila lainnya adalah tindakan sia-sia. Oleh karena itu,
Pancasila pun harus dipandang sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh, yang tidak
dapat dipisah-pisahkan. Usaha memisahkan sila-sila dalam kesatuan yang utuh dan
bulat dari Pancasila akan menyebabkan Pancasila kehilangan esensinya sebagai dasar

negara. Sebagai alasan mengapa Pancasila harus dipandang sebagai satu kesatuan
yang bulat dan utuh ialah karena setiap sila dalam Pancasila tidak dapat di antitesis
kan satu sama lain.
Secara tepat dalam Seminar Pancasila tahun 1959, Prof. Notonagoro
melukiskan sifat hirarkis- piramidal Pancasila dengan menempatkan sila Ketuhanan
Yang Mahaesa sebagai basis bentuk piramid Pancasila. Dengan demikian keempat
sila yang lain haruslah dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Mahaesa. Secara tegas, Dr.
Hamka mengatakan: Tiap-tiap orang beragama atau percaya pada Tuhan Yang Maha
Esa, Pancasila bukanlah sesuatu yang perlu dibicarakan lagi, karena sila yang 4 dari
Pancasila sebenarnya hanyalah akibat saja dari sila pertama yaitu Ketuhanan Yang
Maha Esa
2.3 Implementasi Pancasila sebagai Dasar Negara Pada Masa Kini
Pancasila merupakan suatu dasar dari setiap warga negara sebagai pedoman
hidup dalam kehidupan bernegara. Dalam hal ini diatur dengan tatanan hukum negara
yang mengacu pada UUD NRI 1945 dalam aspek kehidupan bernegara sebagai
implementasi dari pancasila sebagai paradigma dasar dari negara, antara lain pokok
pikiran Ketuhanan Yang Maha Esa, persatuan, keadilan sosial, dan kedaulatan rakyat.
Dalam hal ini terdapat penjabaran empat pokok pemikiran yang merupakan sebuah
pancaran dari pancasila diantaranya pemikiran mengenai politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan dan ke amanan hal ini telah tertuang dalam pembukaan UUD
NRI 1945 terdapat pemikiran persatuan, keadilan sosial, kedaulatan rakyat dan
ketuhanan yang maha esa. Contoh nyata dari keempat pemikiran ini yaitu sebagai
berikut: (1) sebagai contoh dari perekonomian berdasarkan pemikiran pancasila
sebagai dasar negara bahwa ekonomi dalam indonesia diatur dengan konsep asas
kekeluargaan sesuai dengan pasal 33 ayat 1 dimana hal tersebut telah diterapkan pada
KOPERASI, (2) pada pemikiran sosial budaya warga negara indonesia dituntut untuk
membangun masyarakat dam kebudayaan di Indonesia. hal ini telah terwujud dengan
adanya suatu kegiatan bergotong royong dalam masyarakat di negara Indonesia, (3)
dalam segi pandangan pemikiran politik hal ini mengacu pada keputusan dengan

mementingkan kepentingan bersama tanpa mementingkan pribadi dari suatu individu


sebagai bentuk perwujudan dari negara indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan
makmur. (4) pemikiran terakhir dalam aspek implementasi kehidupan bernegara di
Indonesia adalah pertahanan dan keamanan suatu wilayah negara mencakup pertahan
dari luar maupun dari dalam negara. Hal ini tercermin dalam sikap pemerintah
dengan membuat sebuah kebijakan hukum untuk membentuk suatu negara yang
menjaga ketahanan dan kedaulatan negara dari bidang apapun.
Dari keempat pemikiran ini Pancasila sangatlah penting dalam tatanan suatu
sistem, tetapi makna dari pancasila sebagai dasar negara sangatlah kurang dalam jati
diri warga negara. Hal ini ditandai dengan beberapa masalah yang belum dapat diatasi
sampai saat ini. Salah satu contoh bentuk penyimpangan pancasila sebagai dasar
negara yaitu bentuk penyimpangan yang seringkali terjadi di Indonesia antara lain
para pejabat negara yang melakukan tindak korupsi.
Tindak korupsi bukanlah peristiwa yang berdiri sendiri. Perilaku korupsi
menyangkut berbagai hal yang sifatnya kompleks. Faktor-faktor penyebabnya bisa
dari internal pelaku-pelaku korupsi, tetapi bisa juga bisa berasal dari situasi
lingkungan yang kondusif bagi seseorang untuk melakukan korupsi.
Kemungkinan pejabat melakukan korupsi bukan karena mereka miskin atau
penghasilan tak cukup, malahan pejabat tersebut sudah cukup kaya, tetapi masih
punya hasrat besar untuk memperkaya diri. Unsur penyebab korupsi pada pelaku
semacam itu datang dari dalam diri sendiri, yaitu sifat tamak dan rakus.
Pada institusi pemerintahan umumnya belum merumuskan dengan jelas visi
dan misi yang diembannya dan juga belum merumuskan dengan tujuan dan sasaran
yang harus dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut. Akibatnya,
terhadap instansi pemerintah sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut
berhasil mencapai sasaranya atau tidak. Akibat lebih lanjut adalah kurangnya
perhatian pada efisiensi penggunaan sumber daya yang dimiliki. Keadaan ini
memunculkan situasi pemerintahan yang kondusif untuk praktik korupsi.
Membenarkan transaksi yang dahulunya dilarang dengan menentukan
sejumlah pembayaran tertentu. Membuat struktur baru yang mendasarkan bagaimana

keputusan dibuat. Melakukan perubahan organisasi yang akan mempermudah


masalah pengawasan dan pencegahan kekuasaan yang terpusat, rotasi penugasan,
wewenang yang saling tindih organisasi yang sama, birokrasi yang saling bersaing,
dan penunjukan instansi pengawas adalah saran-saran yang secara jelas diketemukan
untuk mengurangi kesempatan korupsi. Dorongan untuk korupsi dapat dikurangi
dengan jalan meningkatkan ancaman.
Korupsi adalah persoalan nilai. Nazzmpaknya tidak mungkin keseluruhan
korupsi dibatasi, tetapi memang harus ditekan seminimum mungkin, agar beban
korupsi organisasional maupun korupsi sestimik tidak terlalu besar sekiranya ada
sesuatu pembaharuan struktural, barangkali mungkin untuk mengurangi kesempatan
dan dorongan untuk korupsi dengan adanya perubahan organisasi.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dasar Negara merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan untuk
memberikan kekuatan berdirinya sebuah Negara. Sebagai dasar Negara, pancasila

merupakan suatu asas kerohanian yang meliputi suasana kebatinan atau cita-cita
hukum, sehingga merupakan sumber nilai, norma, serta akidah, baik moral maupun
hukum Negara. Pancasila dalam fungsinya sebagai dasar Negara, merupakan sumber
kaidah hukum yang mengatur Negara RI, yakni termasuk seluruh unsur-unsurnya
pemerintah, wilayah dan rakyat.
Nilai-nilai luhur dari sila-sila pancasila dari dulu sampai sekarang tidak
pernah berubah, yang mewakili kepribadian bangsa Indonesia. Akan tetapi dewasa ini
penerapan atau implementasi nilai-nilai Pancasila sudah mulai luntur, yang
diakibatkan semakin pesatnya arus globalisasi, degradasi moral, dan sebagainya.
Apabila salah satu sila Pancasila diterapkan, maka nilai dari sila lain akan terlaksana
juga karena antar sila yang lain dalam Pancasila memiliki keterkaitan yang kuat.
Pancasila dapat berfungsi sebagi filter untuk menyaring pengaruh buruk dari luar agar
tidak masuk kedalam masyarakat Indonesia.
3.2 Saran
Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilaiPancasila secara
baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam jiwa
pemuda Indonesia, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat mejadi
insan yang pancasialis.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, R. Pancasila Sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa. CV.
Rajawali: Jakarta
Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Paradigma: Yogyakarta

Sanusi, A. 1999.Model Pendidikan Kewarganegaraan dan Pancasila Negara


Menghadapi perubahan dan Gejolak Sosial. Makalah yang dipresentasikan
pada Conference on Civic Education for Civil Society, di Bandung 16-17
Maret 19999.

Anda mungkin juga menyukai