Anda di halaman 1dari 12

BACA PUSTAKA

DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI
JANUARI 2015

APLIKASI KLINIS IMUNOLOGI ANTIBODI

PENDAHULUAN
Bila darah dibiarkan membeku akan meninggalkan serum yang mengandung berbagai
bahan larut tanpa sel. Bahan tersebut mengandung molekul antibodi yang digolongkan dalam
protein yang disebut globulin dan sekarang dikenal sebagai immunoglobulin. Dua cirinya yang
penting adalah spesifisitas dan aktivitas biologik. Fungsi utamanya adalah mengikat antigen dan
menghantarkannya ke sistem efektor pemusnahan.1
Immunoglobulin (Ig) dibentuk oleh sel plasma yang berasal dari proliferasi sel B yang
terjadi setelah kontak dengan antigen . Antibodi yang terbentuk secara spesifik akan mengikat
antigen baru lainnya yang sejenis.

Bila serum protein tersebut dipisahkan dengan cara

elektroforesis, maka immunoglobulin ditemukan terbanyak dalam fraksi globulin gamma,


meskipun ada beberapa immunoglobulin yang juga ditemukan dalam fraksi globulin alfa dan
beta.
Enzim papain memecah molekul antibodi ( dengan berat molekul 150.000 dalton ) dalam
fragmen masing-masing dari 45.000 dalton. Dua fragmen tetap memiliki sifat antibodi yang
dapat mengikat antigen secara spesifik, bereaksi dengan determinan antigen serta hapten disebut
Fab ( fragmen antigen binding ) dan dianggap univalent. Fragmen ke-3 dapat dikristalkan dari
larutan dan disebut Fc dan tidak dapat mengikat antigen. Fc menunjukkan fungsi biologis
sesudah antigen diikat oleh Fab.

Semua molekul immunoglobulin mempunyai 4 rantai

polipeptida dasar yang terdiri dari 2 rantai berat ( heavy chain) dan 2 rantai ringan ( light rain)
yang identik.
Ada 2 jenis rantai ringan ( kappa dan lambda ) yang terdiri atas 230 asam amino serta 5
jenis rantai berat yang tergantung pada kelima jenis immunoglobulin, yaitu IgM, IgG, IgE, IgD,
IgA. Rantai berat terdiri atas 450-600 asam amino, sehingga berat dan panjang rantai berat
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 1

tersebut adalah dua kali rantai ringan. Molekul immunoglobulin mempunyai rumus bangun yang
heterogen, meskipun hanya terdiri atas 4 unit polipeptida dasar.2
Ciri Antibodi

Spesifisitas ( Specificity )
- Struktur antibodi memiliki hypervariable region atau complementary-determining
region ( CDR ).
- Berikatan secara khusus & terbatas pada struktur antigen tertentu.

Aktivitas Biologik ( Biological Activity )


- Neutralization toxin and aktivitas virus
- Imobilisasi dari mikroorganisme
- Agglutination (clumping) dari mikroorganisme
- Berikatan dengan Ag terlarut menuju peristiwa `precipitation ( phagocytosis )
- Activating complement system : memfasilitasi lysis dan fagositosis.
Antibodi berfungsi dalam tiga cara yang berbeda yaitu

1. Mengikat

secara

langsung

antigen,

dan

secara

efektif

melapisi

permukaan

mikroorganisme tersebut, untuk mencegah patogen memasuki atau merusak sel-sel tubuh
yang sehat.
2. Antibodi juga dapat merangsang bagian lain dari sistem kekebalan tubuh (misalnya
protein pelengkap) untuk menghancurkan patogen.
3. Antibodi dapat menandai patogen melalui proses yang disebut opsonisasi sehingga
patogen dapat diidentifikasi dan dinetralkan oleh sel-sel kekebalan lainnya.

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 2

A. Immunoglobulin G

IgG merupakan komponen utama immunoglobulin serum, dengan berat molekul 160.000
dalton. Kadarnya dalam serum sekitar 13 mg/ml, merupakan 75% dari semua immunoglobulin.
IgG ditemukan dalam berbagai cairan seperti darah, CSS, dan juga urine.
IgG dapat menembus plasenta masuk ke janin dan berperan pada imunitas bayi

sampai umur 6-9 bulan


IgG dan komplemen bekerja saling membantu sebagai opsonin pada pemusnahan
antigen. IgG memiliki sifat opsonin yang efektif karena sel-sel fagosit, monosit,
dan makrofag mempunyai reseptor untuk fraksi Fc dari IgG ( Fc-R) sehingga
dapat mempererat hubungan antara fagosit dengan sel sasaran. Opsonin dalam
bahasa Yunani berarti menyiapkan untuk dimakan. Selanjutnya proses opsonisasi

tersebut dibantu oleh reseptor untuk komplemen pada permukaan fagosit.3


IgG merupakan immunoglobulin terbanyak dalam darah, CSS dan peritoneal. IgG pada
manusia terdiri atas 4 subklas yaitu Ig1, IgG2, IgG 3, IgG 4 yang berbeda dalam sifat dan
aktivitas biologik.
Pada saat ini diasumsikan bahwa semua semua efek intravenous immunoglobulin (IVIG)
terkait dengan kualitas dan kuantitas . Berbagai mekanisme mungkin penting dalam penggunaan
terapi yang berbeda dari IVIG termasuk 1) terapi pengganti imunodefisiensi primer dan sekunder
2) imunoterapi pasif tertentu dan 3) pengelolaan gangguan inflamasi dan/atau imunologi spesifik.

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 3

Keampuhan IVIG pada penyakit immunodefisiensi primer mungkin terkait dengan penggantian
antibody terhadap pathogen.
Efektivitas dan mekanisme kerja IVIG pada imunodefisiensi sekunder seperti limfoma
yang diduga mirip dengan imunodefisiensi primer, pada penyakit ini korelasi antara angka
infeksi siemik dan konsentrasi immunoglobulin serum mendukung.

Manfaat penggantian

profilaksis IgG pada bayi berat lahir sangat rendah ( BBLSR) tidak mendukung, upaya untuk
menggantikan antibodi mungkin rasional dalam situasi ini. Namun, ada kemungkinan bahwa
pemberian immunoglobulin dari donor bisa mempengaruhi perkembangan sistem kekebalan
tubuh bayi.4

B. Immunoglobulin A

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 4

IgA dengan berat molekul 165.000 dalton ditemukan dalam serum dengan jumlah sedikit.
Kadarnya terbanyak ditemukan dalam cairan sekresi saluran nafas, cerna, dan kemih, air mata,
keringat,ludah dan dalam air susu ibu yang lebih berupa IgA sekretori ( sIgA) yang merupakan
bagian terbanyak. Komponen sekretori melindungi IgA dari protease mamalia. Fungsi IgA
adalah sebagai berikut.
IgA melindungi tubuh dari patogen oleh karena dapat bereaksi dengan molekul
adhesi dari pathogen potensial sehingga mencegah adherens dan kolonisasi

pathogen tersebut dalam sel penjamu.


Ig dapat bekerja sebagai opsonin, oleh karena neutrofil, monosit, dan makrofag
memiliki reseptor untuk Fc ( Fc-R ) sehingga dapat meningkatkan efek
bakteriolitik komplemen dan menetralisasi toksin. Baik IgA dalam serum maupun
dalam sekresi dapat menetralkan toksin atau virus dan mencegah terjadinya kontak

antara toksin atau virus dengan sel alat sasaran.


IgA dalam serum dapat mengaglutinasikan kuman, mengganggu motilitasnya

sehingga memudahkan fagositosis ( opsonisasi ) oleh sel polimorfonuklear.


IgA sendiri dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur alternative, tidak seperti
halnya dengan IgG dan IgM yang dapat mengaktifkan komplemen melalui jalur
klasik. IgA sekretori ( sIgA ) dalam bentuk polimerik menjadi stabil oleh ikatan

polipeptida rantai J.
Molekul IgA yang polimerik dan rantai J dibentuk sel plasma didalam sel epitel lamina
propria selaput lendir ( tidak oleh sel B ). Pada saat IgA tersebut dilepas ke dalam lumen saluran
cerna, sel epitel juga melepas bagian sekretori ( secretory piece ) untuk membentuk sIgA yang
terlindung dari pencernaan oleh enzim. Imunoglobulin dalam cairan lambung terdiri atas 80%
IgA, 13% IgM, dan 7% IgG yang semuanya berperan pada imunitas setempat. IgM juga dapat
dilindungi bagian sekretori dengan berat molekul 70.000 dalton sehingga dapat berfungsi bila
ada defisiensi IgA.
Defisiensi IgA sering disertai dengan adanya antibodi terhadap antigen makanan dan
inhalan pada alergi. Di dalam air susu ibu ditemukan IgA, disamping laktoferin, transferin,
lisozom, lipid, lactobillus promoting factor, fagosit dan limfosit yang berperan pada imunitas
neonatus.
Kadar IgA yang tinggi dalam serum ditemukan pada infeki kronik saluran napas dan cerna,
seperti tuberculosis, sirosis alkaholik, penyakit coeliac, colitis ulseratif dan penyakit Crohn.
Fungsi IgA serum dalam bentuk monomerik belum banyak diketahui. IgA terdiri atas 2 subkelas
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 5

yaitu IgA1 (93%) dan IgA2 (7%). Bila produksi IgA pada permukaan mukosa diperhitungkan,
maka IgA merupakan Ig terbanyak. Reseptor dengan afinitas tinggi untuk kelas IgA ditemukan
pada makrofag dan sel PMN yang berperan dalam fagositosis.5

C. Imunoglobulin M

Nama M berasal dari makro-globulin dan berat molekul IgM adalah 900.000 dalton. IgM
mempunyai rumus bangun pentamer dan merupakan immunoglobulin terbesar. IgM merupakan
Ig paling efisien dalam aktivasi komplemen ( jalur klasik ). Molekul-molekul IgM diikat oleh
rantai J ( joining chain) seperti halnya pada IgA. Kebanyakan sel B mengekspresikan IgM pada
permukaannya sebagai reseptor antigen. IgM dibentuk paling dahulu pada respons imun primer
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 6

terhadap kebanyakan antigen dibanding dengan IgG. IgM juga merupakan Ig yang predominan
diproduksi janin. Kadar IgM yang tinggi dalam darah umbilikus merupakan petunjuk adanya
infeksi intrauterine. Bayi yang baru dilahirkan hanya mengandung IgM 10% dari kadar IgM
dewasa, karena IgM ibu tidak dapat menembus plasenta. Janin umur 12 minggu sudah mulai
membentuk IgM bila sel B nya dirangsang oleh infeksi intrauterine, seperti sifilis kongenital,
rubella, toksoplasmosis dan virus sitomegalo.

Kadar IgM anak akan mencapai kadar IgM

dewasa pada usia satu tahun.


Kebanyakan antibodi alamiah seperti isoaglutinin, golongan darah AB, antibodi heterofil
adalah IgM, IgM dapat mencegah gerakan mikroorganisme pathogen, memudahkan fagositosis
dan merupakan aglutinor poten antigen. Bila seorang anak diimunisasi terhadap produk bakteri
seperti toksoid, akan diperlukan beberapa hari sebelum antibodi ditemukan dalam darah. Dalam
2-3 hari setelah suntikan toksoid kedua kali, kadar antibodi dalam darah meningkat tajam dan
mencapai kadar maksimum yang jauh lebih tinggi dibanding dengan respons primer. Respons
sekunder ditandai oleh repons yang lebih cepat serta lebih banyak produksi antibodi. Hal
tersebut disebabkan oleh adanya ekspansi sel memori akibat pemberian toksoid pertama.
Hal yang khas terjadi pada respons sekunder, pembentukan immunoglobulin berlangsung
lebih cepat dan untuk waktu yang lebih lama,immunoglobulin mencapai titer tinggi yang
terutama terdiri atas IgG. Pada respons primer, timbulnya IgG didahului oleh IgM.6
D. Imunoglobulin D

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 7

IgD ditemukan dalam serum dengan kadar yang sangat rendah. Hal tersebut mungkin
disebabkan oleh karena IgD tidak dilepas sel plasma dan sangat rentan terhadap degradasi oleh
proses proteolitik.

IgD merupakan komponen permukaan utama sel B dan petanda dari

diferensiasi sel B yang lebih matang.

IgD merupakan 1% dari total immunoglobulin dan

ditemukan banyak pada membrane sel B bersama IgM yang dapat berfungsi sebagai reseptor
antigen pada aktivasi sel B.
IgD tidak mengikat komplemen, mempunyai aktivitas antibodi terhadap antigen berbagai
makanan dan autoantigen seperti komponen nukleus.

IgD juga dapat mencegah terjadinya

toleransi imun, tetapi mekanismenya belum jelas. Imunoglobulin ini tidak mengaktifkan sistem
komplemen dan tidak dapat menembus plasenta. IgD terutama ditemukan pada permukaan sel
B, yang kemungkinan berfungsi sebagai suatu reseptor antigen yang diperlukan untuk memulai
diferensiasi sel-sel B menjadi plasma dan sel B memori. Ini juga terjadi pada beberapa sel
leukemia limfatik.7
E. Imunoglobulin E

IgE diproduksi oleh sel plasma yang terletak pada lymphnode dan daerah yang mengalami
reaksi alergi, yaitu pada germinal senter pada jaringan yang mengalami inflamasi. IgE berbeda
dengan antibodi yang lain dalam hal lokasinya.
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 8

IgE sebagian besar menempati jaringan dan berikatan dengan permukaan sel mast dengan
reseptornya yang disebut FcRI. Ikatan antigen dengan IgE menyebabkan terjadinya
penggabungan silang antar reseptor yang berakibat tersekresinya mediator kimia dari sel mast.
Mekanisme ini menyebabkan terjadinya hipersensitif tipe I.

Basofil dan eosinofil yang

teraktivasi juga mengekspresikan FcR sehingga dua macam sel tersebut juga dapat mengikat
IgE dan berkontribusi pada munculnya reaksi hipersensitif tipe I. Agar IgE dapat terbentuk
memerlukan antigen serta rute presentasi tertentu. TH2 yang merupakan subset CD4 dapat
membelokkan sintesis isotipe antibodi dari bentuk IgM menjadi IgE. Pada manusia TH2 dari
subset CD4 dapat mengubah sintesis antibodi dari IgM menjadi IgG2 dan IgG4 dan pada mencit
dari IgM menjadi IgG1 dan IgG3. Antigen yang secara khusus dapat mempengaruhi TH2 untuk
membelokkan sintesis antibodi menjadi IgE disebut alergen. Secara umum manusia yang
mengalami alergi disebabkan oleh protein alergen kecil yang terhirup dan memicu produksi IgE
pada individu yang peka. Kita sering menghirup berbagai macam protein namun tidak
menginduksi tersintesisnya IgE. 8
Ada beberapa kriteria sehingga protein mempunyai peran sebagai alergen inhalasi karena
dapat mengaktifkan TH2 dalam memicu perkembangan IgE. Pertama protein tersebut harus
menimbulkan terjadinya respon pada sel T. Kedua, protein tersebut harus bersifat sebagai enzim
aktif, dan kebanyakan alergen bersifat proteasis. Ketiga, protein itu pada kadar yang rendah
dapat mempengaruhi subset sel T populasi CD4 membentuk IL-4. Keempat, protein tersebut
mempunyai berat molekul yang rendah sehingga dapat berdifusi masuk ke mukus. Kelima,
protein alergen harus mudah larut. Keenam protein tersebut harus tetap stabil dan tidak rusak
pada kondisi kering. Ketujuh, alergen tersebut harus mempunyai peptida yang dapat berikatan
dengan MHC kelas II dari host yang mengawali aktivasi sel T.
Hampir semua alergen berupa partikel kecil, dan berupa protein mudah terlarut contohnya
berupa butir serbuk sari dan kotoran tungau. Apabila terjadi kontak antara partikel alergen
dengan mukosa pada saluran pernafasan partikel tersebut segera larut dan berdifusi masuk
mukosa. Alergen umumnya dipresentasikan pada sistem imun dalam dosis yang sangat rendah.
Artemisia artemisiifolia merupakan jenis tumbuhan yang mempunyai potensi menimbulkan
alergi dari serbuk sarinya. Diperkirakan setiap tahun seseorang menerima paparan melalui
inhalasi tidak melebihi 1g. Namun demikian, paparan tersebut dapat menimbulkan iritasi dan
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 9

bahkan mengancam hidup seseorang yang peka. Reaksi itu diperantarai oleh antibodi IgE yang
sekresinya dipacu oleh TH2. Sangat penting untuk diketahui bahwa hanya orang-orang tertentu
yang merespon substansi tersebut dan membuat antibodi IgE melawan substansi itu, namun tidak
bagi yang lain. Nampaknya kehadiran antigen transmukosa pada level yang sangat rendah
merupakan cara yang sangat efisien menginduksi respon IgE yang dipacu oleh TH2. Produksi
antibodi IgE memerlukan bantuan TH2 yang mensekresi IL-4 dan IL-13. Peran TH2 dapat
dihambat oleh TH1 yang memproduksi interferon- (IFN-). Presentasi antigen pada dosis yang
sangat rendah akan memungkinkan terjadinya aktivasi TH2 dan tidak menyebabkan aktivasi
TH1, dan banyak alergen yang masuk sistem respirasi dengan dosis yang sangat rendah. APC
yang dominan pada sistem respirasi adalah sel dendritik. Sel dendritik memproses antigen yang
berupa protein secara efisien dan sel tersebut mengalami aktivasi.

Selanjutnya sel dendritik

akan melakukan migrasi menuju lymph node dan berdiferensiasi menjadi APC yang
mengekspresikan molekul kostimulator dan membantu deferensiasi TH2.
Banyak bukti yang memperkuat bahwa IgE mempunyai peran sebagai pertahanan terhadap
parasit. Banyak parasit yang menginvasi host dengan mensekresi enzim proteolitik yang dapat
merusak jaringan konektif yang memungkinkan parasit menerobos jaringan pada host. Enzim ini
diduga mempunyai peranan mengaktivasi TH2. Alergen utama pada feses Dermatophagoides
pteronyssimus yang menimbulkan alergi pada 20% populasi di Amerika Utara berupa sistein
protease yang mirip dengan enzim papain yang disebut Der p1. Der p1 merupakan suatu enzim
yang dapat memecah okludin. Okludin adalah protein intraseluler komponen tight junction.
Dengan rusaknya intergrasi tight junction di antara sel-sel epitel memungkinkan Der p1
menjangkau beberapa sel yang terletak pada subepitel misalnya APC, sel mast, dan eosinofil.
Molekul alergen semakin kuat pengaruhnya karena daya proteolitik yang dimilikinya terhadap
reseptor tertentu yang terletak pada sel B dan sel T. 9
REAKSI ALERGI
Reaksi alergi terjadi jika seseorang yang telah memproduksi antibodi IgE akibat terpapar
suatu antigen (alergen), terpapar kembali oleh antigen yang sama. Alergen memicu terjadinya
aktivasi sel mast yang mengikat IgE pada jaringan. IgE merupakan antibodi yang sering terlihat
pada reaksi melawan parasit, terutama untuk melawan cacing parasit yang umumnya mewabah
pada negara yang masih terbelakang. Namun demikian, pada negara maju, respon IgE terhadap
BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 10

antigen sangat menonjol dan alergi menjadi sebab timbulnya penyakit. Hampir separuh
masyarakat Amerika bagian utara dan juga masyarakat Eropa mempunyai alergi terhadap satu
atau lebih antigen yang berasal dari lingkungan, misalnya serbuk bunga. Meskipun bahan
alergen itu tidak sampai mengakibatkan kematian namun sangat mengganggu produktivitas
karena menyebabkan penderitanya tidak dapat bekerja maupun sekolah. Oleh karena alergi
menjadi masalah kesehatan yang cukup penting sehingga patofisiologi yang ditimbulkan oleh
IgE lebih diketahui daripada peran IgE pada fisiologi yang normal. Istilah alergi awalnya berasal
dari Clemen Von Pirquet yang artinya adalah perubahan kemampuan tubuh dalam merespon
substansi asing. Definisi ini memang cukup luas karena mencakup seluruh reaksi imunologi.
Alergi saat ini mempunyai definisi yang lebih sempit yaitu penyakit yang terjadi akibat respon
sistem imun terhadap antigen yang tidak berbahaya. Alergi merupakan salah satu respon sistem
imun yang disebut reaksi hipersensitif. Reaksi hipersensitif merupakan salah satu respon sistem
imun yang berbahaya karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan maupun penyakit yang
serius. Oleh Coobs dan Gell reaksi hipersensitif dikelompokkan menjadi empat kelas. Alergi
sering disamakan dengan hipersensitif tipe I.10

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 11

DAFTAR PUSTAKA

1. Abbas AK,Lichtman AH.Basic Immunology.Updated 3rd Ed. Philadelphia: WB Saunders


Company,2011.
2. Abbas AK, Lichtman AH, Pober JS. Celluler and Molecular Immunology.Ed.7.
Philadelphia: WB Saunders Company, 2011.
3. Baratawidjaya K, Rengganis I. Imunologi Dasar. Ed.8.Jakarta:Penerbit FKUI,2009.
4. Christiansen OB, Nielsen HS. Intravenous Immunoglobulin in the Prevention of
Recurrent Miscarriage: Does it work?Markert UR (ed). Immunology of Gametes and
Embryo Implaantation. Chemical Immunology and Allergy vol 88. New York: Karger,
2005:117-27.
5. Edgar JDM.

Master

Medicine:

Imunology.New

York:

Elsevier

Churchill

Livingstone,2006.
6. Gershwin ME, Naguwa SM, Allergy and Imunology Secrets, Ed.2. Philadeplhia :
Elsevier Mosby, 2005.
7. Gorczynski RM, Stanley J. Problem-Based Immunology.New York: Saunders Elsevier,
2006.
8. Wise DJ and Carter Gordon R, Immunology, a Comprehensive Review. Iowa State
University Press: Blackwell Science Company,2006.
9. Timeline
of
Immunology.

Diambil

dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Timeline_of_immunology. Diakses pada tanggal 5/13/2011


10. Stojanovich L. Stress and autoimmunity. Autoimmunity Reviews 2010;9:A271-276

BACA PUSTAKA DIVISI ALERGI-IMUNOLOGI / BIKA-FK UNHAS

Page 12

Anda mungkin juga menyukai