PTM Sroke
PTM Sroke
OLEH :
dr. Ardiani Okky Novitasari
Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship
Peserta
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak
tiba-tiba terganggu, karena sebagaian sel-sel otak mengalami kematian akibat gangguan
aliran darah karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Dalam jaringan
otak,kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia ,yang dapat
merusakan atau mematikan sel-sel saraf otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan
hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu, aliran darah yang berhenti juga
membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagian otak
tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Stroke merupakan suatu gangguan disfungsi
neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah, dan terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam)
dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang
terganggu.
Stroke menduduki urutan ketiga terbesar penyebab kematian setelah penyakit jantung
dan kanker,dengan laju mortalitas 18 % sampai 37 % untuk stroke pertama dan 62 %
untuk sroke berulang. Diperkirakan 25 % orang yang sembuh dari stroke yang pertama
akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 5 tahun. Hasil penelitian
epidemiologis menunujukan bahwa terjadinya resiko kematian pada 5 tahun pasca stroke
adalah 45% -61 % dan terjadinya stroke berulang 25% - 37 %.
Stroke menjadi masalah kesehatan dan perlu mendapat perhatian khusus. Berdasarkan
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), stroke merupakan penyebab kematian dan kecacatan
utama di hampir seluruh RS di Indonesia. Angka kejadian stroke meningkat dari tahun ke
tahun. Setiap 7 orang yang meninggal di Indonesia, 1 diantaranya karena stroke. Adapun
faktor risiko yang memicu tingginya angka kejadian stroke adalah faktor yang tidak dapat
dimodifikasi (non-modifiable risk factors) seperti usia, ras, gender, genetik, dan riwayat
Transient Ischemic Attack atau stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat
dimodifikasi (modifiable risk factors) berupa hipertensi, merokok, penyakit jantung,
diabetes, obesitas, penggunaan oral kontrasepsi, alkohol, dislipidemia. Identifikasi faktor
risiko stroke sangat penting untuk mengendalikan kejadian stroke di suatu negara agar
dapat dilakukan tindakan pencegahan dan penanggulangan penyakit stroke.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
I.
DEFENISI
Stroke menurut definisi WHO adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi
serebral baik lokal maupun menyeluruh (global), berlangsung cepat, lebih dari 24 jam
atau berakhir dengan maut tanpa ditemukan penyebabnya selain gangguan vaskuler.
Adapun penyakit atau kelainan dan penyakit pembuluh darah otak, yang
mendasari terjadinya stroke, misalnya arteriosklerosis otak, aneurisma, angioma
pembuluh darah otak dan sebagainya disebut penyakit-penyakit peredaran darah otak
(cerebrosvakular disease/CVD).
II.
EPIDEMIOLOGI
Di negara industri penyakit stroke umumnya merupakan penyebab kematian
No 3 pada kelompok usia lanjut setelah penyakit jantung dan kanker. Di Indonesia
stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan neurologis yang
utama.
Clifford Rose dari Inggris memperkirakan insidens stroke dikebanyakan
negara adalah sebesar 200 per 100.000 populasi per tahun. Insidens infark otak dan
perdarahan intraserebral meningkat sesuai dengan pertambahan umur, sedang
perdarahan subarakhnoidal lebih banyak terdapat di kalangan usia muda.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, stroke merupakan jejas otak yang
disebabkan oleh dua jenis gangguan vaskular, yaitu: iskemia (pasokan darah yang
kurang) atau hemoragi (bocornya darah dari pembuluh darah intrakranial). Pada
stroke iskemik, yang disebut juga sebagai stroke non-hemoragik, aliran darah ke
sebagian jaringan otak berkurang atau terhenti. Hal ini dapat disebabkan, oleh
misalnya sumbatan trombus atau embolus atau kelainan pada jantung yang
mengakibatkan curah jantung berkurang atau oleh tekanan perfusi yang menurun.
Perlu diketahui bahwa keadaan hemoragik dan iskemik dapat terjadi
bersamaan. Hemoragi dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan menyebabkan
iskemia, dan di daerah yang mengalami iskemi dapat terjadi perdarahan.
Perdarahan dapat pula diklasifikasikan atas perdarahan di parenkim (hemoragi
intraserebral) atau di rongga subarakhnoid yang meliputi otak (perdarahan
subarakhnoid).
III.
FAKTOR RESIKO
2
Faktor resiko bagi stroke ialah kelainan atau penyakit yang membuat
seseorang lebih rentan terhadap serangan stroke.
Faktor-faktor resiko terjadinya serangan stroke terdiri atas 2 bagian yaitu :
1. Faktor-faktor resiko yang mayor
2. Faktor-faktor resiko`yang minor
Faktor-faktor resiko yang kuat (mayor)
1. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
2. Penyakit jantung
a. Infark miokard
b. Elektrokardiogram abnormal disritmia, hipertrofi bilik kiri
c. Penyakit katup jantung
d. Gagal jantung kongestif
3. Sudah ada manifestasi arterosklerosis secara klinis
a. Gangguan pembuluh darah koroner (angina pectoris)
b. Gangguan pembuluh darah karotis
4. Diabetes melitus
5. Polisitemia
6. Pernah mendapat stroke
7. Merokok
Faktor-faktor resiko yang lemah (minor)
1. Kadar lemak yang tinggi di darah
2. Hematokrit yang tinggi
3. Kegemukan
4. Kadar asam urat tinggi
5. Kurang gerak badan/olahraga
6. Fibronogen tinggi
IV.
KLASIFIKASI STROKE
Ada beberapa klasifikasi yang ada namun klasifikasi yang dipakai saat ini
adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan manifestasi klinik
a. Transient Ischemic Attack (TIA)
3
Kesadaran : sadar
Delirium, stupor
tidak
ada
tidak ada
1
0
1 atau lebih
SSS
diagnosa
>1
Perdarahan serebral
< -1
Infark serebral
- 1 sampai 1
Penurunan
kesadaran
Nyeri
kepala
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan
kesadaran (+)
Nyeri kepala (-)
Refleks
Ya
Stroke perdarahan
intraserebral
Tidak
Penurunan
kesadaran (-)
Nyeri kepala (-)
Refleks
Ya
1
5
serangan
2. Permulaan serangan
3. Waktu serangan
5. Muntah
6. Kesadaran
6,5
6,5
1
6,5
- Istirahat/duduk/tidur
- Bangun tidur
- Sangat hebat
1
10
- Hebat
7,5
- Ringan
- Tidak ada
- Langsung sehabis serangan
0
10
7,5
- Tidak ada
- Menurun langsung waktu serangan
0
10
10
0
7,5
(> 200/110)
- Waktu MRS sangat tinggi (> 200/110)
8. Tanda serangan
selaput otak
9. Pupil
10. Pupil
7,5
1
10
0
5
- Anisor
10
- Pinpoint kanan/kiri
10
- Midriasis kanan/kiri
10
10
10
10
7,5
6
- Normal
Ketepatan score ini
: 87,5%
Stroke hemoragik
: 91,3%
: 82,4%
Total score
: 20 stroke hemoragik
GEJALA-GEJALA STROKE
Setiap stroke menunjukkan gejala-gejala yang khas, yaitu terjadinya defisit
neurologik fokal atau global dan mendadak akibat gangguan peredarah darah otak dan
pola gejalanya berhubungan dengan waktu.
Manifestasi klinik gejala-gejala ini dapat berupa :
1. Transient Ischemic Attack dimana gejala fungsi otak akan pulih dalam 24 jam
2. Stroke In Evolution dimana gejala neurologik menjadi makin berat
3. Reversibel Neurological Deficit dimana gejala neurologik menghilang dalam
waktu 3 minggu, tetapi lebih daripada 24 jam
4. Completed Stroke dimana gejala neurologik menetap
Gejala yang disebabkan oleh infark atau perdarahan, masing-masing
menunjukkan perbedaan yang nyata
1. Infark otak
Onset biasanya mendadak, kadang-kadang bertahap atau didahului TIA. Penderita
sering mengeluh sakit kepala disertai muntah. Umumnya defisit neurologik
dirasakan pada waktu bangun tidur atau sedang istirahat. Infark otak paling sering
terjadi pada usia tua dengan hipertensi atau usia yang lebih muda dengan kelainan
jantung sebagai sumber emboli. Pada permulaan sakit, kesadaran umumnya tidak
terganggu. Faktor risiko sangat berperan pada infark otak, dan akan menimbulkan
ciri-ciri klinis yang sesuai. Infark otak biasanya tidak menunjukkan kelainan pada
likuor serebrospinalis.
2. Perdarahan otak
Onset sangat mendadak diikuti rasa sakit kepala hebat, muntah-muntah dan
kadang-kadang disertai kejang. Sering terjadi pada penderita yang sedang aktif
atau emosional. Perdarahan otak umumnya terjadi pada usia tua atau setengah tua
7
dengan atau tanpa hipertensi, tergantung dari faktor penyebabnya. Liquor yang
berdarah berasal dari perdarahan ekstraserebral primer atau perdarahan
intraserebral yang merembas ke dalam ventrikel atau ruangan subarakhnoid, ini
akan menimbulkan gejala kaku kuduk.
Gejala Infark otak akibat oklusi oleh Thrombus atau emboli
1. Thrombus
Thrombus terbentuk pada arteri otak yang sklerotik, oleh karena itu sering
terdapat pada usia lanjut dengan hipertensi atau faktor risiko lain
2. Emboli
Kelainan jantung seperti infark miokard akut, endokarditis bakterialis sub akut,
fibrilasi atrium, kelainan katup dan lain-lain kadang merupakan sumber emboli
otak di samping sumber emboli lain seperti fraktura tulang panjang, abses paruparu dan sebagainya.
Gejala perdarahan intraserebral atau subarakhnoidal
1. Perdarahan dalam parenkim otak ini adalah akibat pecahnya mikroaneurisma oleh
hipertensi. Bila darah merembes intraventrikuler atau keruangan subarakhnoid,
akan bercampur dengan likuor dan merangsang menings. Biasanya perdarahan
intraserebral terjadi sangat mendadak pada orang tua dengan tensi tinggi. Karena
jaringan otak terdorong, maka timbul gejala defisit neurologik yang cepat menjadi
berat dalam beberapa jam. Kesadaran menurun sampai koma, bila volume darah
lebih dari 50 cc. Pada saat permulaan perdarahan penderita merasa sakit kepala
hebat, muntah dan kadang-kadang mengalami kejang.
2. Perdarahan subarakhnoidal
Aneurisma ialah pelebaran pembuluh darah arteri setempat yang sifatnya
kongenital di sirkulus Willisi atau percabangan arteri lain. Aneurisma besar
sering menyebabkan sakit kepala khronik atau menekan organ sekitarnya.
Aneurisma ini mudah pecah pada orang yang sedang aktif atau hipertensi,
mendadak dirasakan sakit kepala hebat, muntah dan mungkin penurunan
kesadaran. Kaku kuduk disebabkan oleh adanya darah dalam likuor. Kalau ada
defisit neurologik fokal, ini disebabkan oleh vasospasme yang biasanya terjadi
beberapa hari kemudian. Perdarahan subarakhnoidal ini kebanyakan terjadi pada
PATOFISIOLOGI
STROKE ISKEMIK
Pada fase stroke akut, perubahan terjadi pada aliran darah otot. Pada daerah
yang terima iskemia, terjadinya stroke iskemik secara etiologi terdapat perbedaan
yaitu iskemik otak global dan iskemik otak fokal.
Iskemi fokal
Dari model eksperimen stroke diketahui bahwa terdapat berbagai ambang
iskemia untuk disfungsi serta kematian sel-sel di otak. Sel otak yang paling
peka terhadap iskemia ialah sel neuron, diikuti oleh dengan kepekaan yang
menurun sel oligodendroglia, astrosit dan sel endotelial. Antar sel-sel neuron
juga terdapat perbedaan dalam kepekaan terhadap iskemia. Dan kepekaan
dipengaruhi pula oleh lokasi. Dari hewan percobaan, model stroke tikus,
diketahui bahwa lokasi juga mempengaruhi stroke terhadap iskemia.
Hipokampus merupakan daerah yang paling peka, diikuti oleh serebelum,
striatum dan neokorteks.
Aliran darah otak (CBF = cerebral blood flow) yang normal ialah sekitar 50
Akibat menurunnya tekanan perfusi otak regional. Keadaan ini disebabkan oleh
sumbatan atau baik sebagian atau seluruh lumen pembuluh darah otak, penyebabnya
antara lain:
a. Perubahan patologik pada dinding arteri pembuluh darah otak menyebabkan
trombosis yang diawali oleh proses arteriosklerosis ditempat tersebut. Selain itu
proses pada arteriole karena vaskuitis atau lipohialinosis dapat menyebabkan
stroke iskemik karena infark lakunar.
b. Perubahan akibat proses hemodinamik dimana tekanan perfusi sangat menurun
karena sumbatan di proksimal pembuluh arteri seperti sumbatan arteri karotis atau
vertebro-basilar
c. Perubahan akibat perubahan sifat darah misalnya: Sickel-cell, leukemia akut,
polisitemia, hemoglobinopati dan makroglobulinemia
d. Tersumbatnya pembuluh akibat emboli daerah proksimal misalnya: artery-to
artery thrombosis. Emboli jantung dan lain-lain.
Sebagai akibat dari penutupan aliran darah ke sebagian otak tertentu, maka
terjadi serangkaian proses patologik pada daerah iskemik. Perubahan ini dimulai
ditingkat seluler, berupa perubahan fungsi dan struktur sel yang diikuti dengan
kerusakan pada fungsi utama serta integritas fisik dari susunan sel selanjutnya akan
berakhir dengan kematian neuron.
Disamping itu terjadi pula perubahan-perubahan dalam milliu ekstra seluler,
karena peningkatan pH jaringan serta kadar gas darah, keluarnya zat neurotransmitter
(glutamat) serta metabolisme sel-sel yang iskemik, disertai kerusakan blood brain
barrier. Seluruh proses ini merupakan perubahan yang terjadi pada stroke iskemik.
STROKE HEMORAGIK
Menurut WHO, dalam internasional stasticial classification of disease and
related health problem 10 th revision, stroke hemoragik dibagi atas :
PERDARAHAN INTRASEREBRAL (PIS)
Definisi
PIS adalah peredaran yang primer berasal dari pembuluh darah dalam parenkim
otak dan bukan disebabkan oleh trauma
Pembagian klinis
10
Lyundyk dan Schoen membagi PIS menurut cepatnya gejala klinis memburuk,
sebagai berikut :
Gejala-gejala klinis
Gejala prodromal tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan:
seringkali di siang hari, waktu begriat atau emosi/merah. Sifat nyeri kepala, nyeri
yang hebat sekali. Mual-muntah, sering terdapat pada permulaan serangan.
Kesadaran, biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari
setengah jam, 23% antara - 2 jam, dan 12 jam, dan 12% terjadi setelah 2 jam,
sampai 19 hari).
Terapi
Karena biasanya penderita berada dalam koma, maka pengobatan dibagi dalam
pengobatan umum dan pengobatan spesifik.
1.
Pengobatan umum
Perhatikan pedoman berikut ini:
-
2.
Pengobatan spesifik
Definisi
PSA adalah keadaan terdapatnya/masuknya darah kedalam ruangan subarakhnoid.
Pembagian:
1. PSA spontan primer, yakni PSA yang bukan akibat trauma atau PIS
2. PSA sekunder, adalah perdarahan yang berasal di luar subarakhnoid,
umpamanya dari PIS atau dari tumor otak.
Terapi
Cara pengobatan yang digunakan untuk PIS, dipakai untuk PSA pada fase akut.
Setelah fase akut lewat, dianjurkan angiomagrafi untuk mencari lesi (aneurisma
atau angioma) sumber PSA. Bila ditemukan, maka bisa dilakukan operasi bedah
saraf (kliping, ligasi, dan sebagainya).
SISTEM KAROTIS
Gangguan/penyakit pada pembuluh darah sistem karotis dapat terjadi pada
pembuluh besar di ekstrakronid atau pada cabang-cabang intrakronal keadaan ini
disebabkan karena proses arterio-sklerosis yang menimbulkan pladue pada semua
arteri tersebut. Jika pembuluh darah tersebut tertutup agak luas oleh pladue atau
terjadi di percabangan arteri terutama di pembuluh-pembuluh ekstrakranial, maka
dapat terjadi penumpukan trombosit yang berkumpul dan menggumpal di pladue
tersebut akibat turbulensi aliran darah. Berjalan kedistal dan menutup pembuluh kecil
hingga aliran darah otak terganggu yang akan menyebabkan serangan iskemik
sepintas.
Gejala penyumbatan arteri karotis
1. Buta mendadak (Amaurosis fugaks)
2. Disfasia
3. Hemisparese kontralateral
SISTEM VERTEBRO-BASILAR
Vaskularisasi sistem vertebro basilar terutama daerah korteks visual coksipital
serta batang otak dimana terdapat pusat saraf penggerak bola mata (okulo motor) dan
koordinasi gerak konjugat mata terutama untuk gerakan vertikal. Berkurangnya
perfusi pada sistem vertebro-basilar dapat menimbulkan gangguan neurologik yang
melibatkan sistem visual.
Gejala Gangguan Sistem Vertebro-basilar
13
DIAGNOSA STROKE
Menegakkan diagnosa stroke tergantung terutama dari :
1. Internpretasi anamnesa yang teliti dan tepat
2. Pemeriksaan fisik umum dan neurologik yang baik
3. Melokalisasi tempat lesi
4. Mencari penyebab serta faktor risiko
Anamnesa
Pokok manifestasi dari stroke ini ialah hemiparesis, hemiparestesia, afasia, disartia
dan hemianopsia. Hemipaersis yang ringan dapat dirasakan oleh penderita sebagai
gangguan gerakan tangkas. Hemiparestesia hampir selamanya dikemukakan secara
jelas.
Untuk mendiagnosis stroke, konsensus nasional pengolahan stroke di Indonesia,
1999, antara lain mengemukakan hal berikut :
- Diagnosis stroke ditegakkan berdasarkan temuan klinis
- CT-Scan tanpa kontras merupakan pemeriksaan baku emas untuk menentukan
jenis patologi stroke, lokasi dan ekstensi lesi serta menyingkirkan lesi non
vaskuler.
- Pungsi lumbal dapat dilakukan bila ada indikasi khusus
- MRI dilakukan untuk menentukan lesi patologik stroke secara lebih tajam.
-
Pemeriksaan fisik
Defisit neurologik yang sudah jelas mudah dikenal terutama hemiparesis yang
jelas. Selain itu terdapat pula tanda-tanda pengiring hemiparesis yang dinamakan
tanda-tanda gangguan Upper Motor Neuron (UMN) ialah:
14
mengenal hemiparesis yang sudah jelas. Manifestasi stroke yang paling ringan sering
berupa gangguan ketangkasan gerak maka dari itu urutan pemeriksaan susunan
motorik sebagai berikut :
Refleks babinski
Refleks opppenheim
Refleks gordon
Refleks schaefer
Pemeriksaan penunjang
Dengan pemeriksaan CT-Scan otak, kita dapat lebih memastikan apakah strokenya
berdasar atau iskemik. Hal ini sangat penting karena penanganannya berbeda.
Kita mengetahui bahwa stroke adalah gangguan pasokan darah di otak dan faktor
yang banyak peranannya pada peredaran darah otak adalah jantung, pembuluh darah
dan darah. Pada pemeriksaan penunjang hal ini diteliti. Dilakukan pemeriksaan
jantung (misalnya dengan alat elektrokardiogram, dan bila perlu dengan alat
ekokardiogram). Kadang-kadang dibutuhkan pula pemeriksaan pembuluh darah
Doppler.
Laboratorium :
-
Rontgen toraks
Elektrokardiografi
15
Asam urat
Kolesterol, trigliserid
VIII. PENATALAKSANAAN
Stroke Iskemik
Pada stroke iskemik didapat gangguan pemasokan darah kesebagian jaringan
otak, yang disebabkan karena aliran darah berkurang atau terhenti.
Tujuan terapi ialah agar reaksi lanjutan jangan sampai merugikan penderita.
Diusahakan agar sel otak yang berada dalam keadaan gawat jangan sampai mati.
Diupayakan agar aliran darah di daerah yang iskemik dapat pulih demikian juga
metabolismenya. Berikut ini beberapa macam obat yang digunakan pada stroke
iskemik:
1. Obat untuk edema otak
Obat antiedema otak adalah cairan hiperosmolar, misalnya manitol 20%, larutan
gliserol 10%. Pembatasan cairan juga dapat membantu. Dapat pula menggunakan
dekmatosan.
2. Obat antiagregasi trombosit
Obat yang dapat mencegah pengumpulan sehingga mencegah terbentuknya trombus
yang dapat menyumbat pembuluh darah. Obat ini dapat digunakan pada TIA. Obat
yang banyak digunakan adalah asetosal (aspirin) dengan dosis 40 mg 1,3 gram
perhari. Akhir-akhir ini digunakan tiklopidin dengan dosis 2 x 250 mg. Pada TIA
untuk mencegah kekambuhan atau pencegahan terjadinya stroke yang lebih berat.
Lama pengobatan dengan antiagregasi berlangsung 1 2 tahun.
3. Antikoagulansia
Antikoagulansia mencegah terjadinya gumpalan darah dan embolisasi trombus.
Antikoagulansia masih sering digunakan pada penderita stroke dengan kelainan
jantung yang dapat menimbulkan embolus. Obat yang digunakan adalah heparin,
kumarin dan sintrom.
4. Obat atau tindakan lain
Berbagai obat yang masih diteliti dengan tujuan memperbaiki atau mengoptimasi
keadaan otak, metabolisme dan sirkulasinya dengan hasil masih kontroversial. Obatobat ini
16
Sedangkan tindakan yang perlu penelitian lanjut adalah hemodilusi, hal ini bila darah
kental pada fase akut stroke, misalnya hemotokrit lebih besar dari 44 50%, darah
dikeluarkan sebanyak 250 cc, diganti dengan larutan dekstran 40 atau larutan lain, bila
masih kental juga dapat dikeluarkan.
IX.
PENCEGAHAN STROKE
Banyak penderita stroke yang meninggal, menjadi cacat atau invalid seumur
hidup. Stroke dapat dicegah setidak-tidaknya dapat diundurkan munculnya dengan
berbagai pencegahan, antara lain :
a. Pencegahan primer
Memasyarakatkan gaya hidup sehat bebas stroke:
-
b. Pencegahan sekunder
1. Modifikasi gaya hidup beresiko stroke dan faktor resiko, misalnya:
-
Berhenti merokok
17
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama
Usia
Jenis kelamin
Alamat
Status
Pekerjaan
Suku
Agama
: Ny. S
: 79 th
: Perempuan
: Giyanti
: Janda
: IRT
: Jawa
: Islam
II. ANAMNESIS
Autoanamnesis dengan penderita pada tanggal 7 Maret 2016 di rumah pasien.
Keluhan Utama
Riwayat hipertensi diakui sejak 10th yang lalu tapi tidak terkontrol
Riwayat diabetes mellitus disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat trauma disangkal
Riwayat stroke sebelumnya disangkal
RR = 18x /menit
t = 37 0C
BB
: 60 kg
TB
: 155 cm
CNS
Kepala
: mesosefal
Mata
Hidung
: discharge -/-
Telinga
: discharge -/-
Leher
Thorax
Jantung
Ekstremitas
Superior
Inferior
Sianosis
-/-
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Edema
-/-
-/-
<2/<2
<2/<2
Capp refill
Pemeriksaan neurologis
Saraf cranial
-
N I (olfactorius) : normal
N II (opticus) : normal
N III (okulomotorius) : gerak bola mata (+), pupil isokor 3mm, reflek cahaya(+)
N V (trigeminus) : normal
N IX (glossofaringeus) : normal
N X (vagus) : normal
N XI (asesorius) : normal
Lengan bawah
Ki
Ka
Ki
Ka
Gerakan
bebas
terbatas
bebas
terbatas
Kekuatan
Tonus
(+)N
(+)N
(+)N
(+)N
Trofi
E
20
Tungkai bawah
Ki
Ka
Ki
Ka
Gerakan
bebas
terbatas
bebas
terbatas
Kekuatan
Tonus
(+)N
(+)N
(+)N
(+)N
Trofi
Reflek Patologis
Ekstremitas atas
Ekstremitas bawah
Hoffman
-/-
-/-
Tromer
-/-
-/-
Babinski
-/-
-/-
Chaddock
-/-
-/-
Fungsi vegetative
Miksi : inkontinensia urin (-), retensi urin (-), anuria (-), polyuria (-)
Defekasi : inkontinensia alvi (-)
21
BAB IV
PENATALAKSANAAN
Metode penyuluhan secara langsung kepada pasien dipilih sebagai intervensi yang paling
efektif. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengetahui tentang penyakit stroke termasuk
pentalaksanaannya. Kegiatan dilakukan dengan cara wawancara secara langsung kepada
pasien dan edukasi mengenai penyakit stroke agar tetap mengontrol faktor-faktor pencetus
stroke dan memberikan motivasi agar harapan hidupnya meningkat.
22
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan saat kunjungan ke
puskesmas dan juga kunjungan ke rumah (home visite) setelah pengobatan dari rumah sakit.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lumban Tobing SM, Prof.DR.dr, Stroke Bencana Peredaran Darah di Otak, Balai
Penerbit Fakulas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 1994
2. Guideline Stroke 2004, seri Ketiga, Kelompok Studi Serebrovaskuler dan Neurogeriatri,
Perhimpunan Dr. Sp.Saraf Indonesia PERDOSSI
3. Aliah, Amirudin, F. Kuswara, R. Arifin Limoa Waysang Gambaran Umum Tentang
Peredaran Darah Otak. Kapita Selekta Neurologi, Gadjah Mada Press Yogyakarta 1996
23
24