Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)

F.3 UPAYA KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA KB


WANITA 30 TAHUN G3P2A0 HAMIL 22 MINGGU DENGAN KEKURANGAN
ENERGI KRONIK (KEK)

OLEH :
dr. Ardiani Okky Novitasari

DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN XV


PERIODE 01 FEBUARI 2016 31 MEI 2016
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG
1

Komentar/Feedback

Temanggung, 26 Maret 2016

Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship

Peserta

dr. Novelia Dian Trenggonowati


NIP. 19621104 199010 2001

dr. Ardiani Okky Novitasari

BAB I
PENDAHULUAN

I.

LATAR BELAKANG
Kehamilan

merupakan

permulaan

suatu

kehidupan

baru-suatu

periode

pertumbuhan. Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil
akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemiskinan, kurang
pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan, dan kondisi kesehatan yang buruk
akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan dan perkembangan janin.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi ibu hamil adalah
suatu keadaan keseimbangan atau perwujudan nutrisi pada ibu hamil. Empat masalah gizi
utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Anemia Gizi Besi
(AGB). Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang
dari 23,5 cm.
Di Indonesia ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK)
(Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm) masih tinggi yaitu 35% dari hasil survei yang dilakukan
terhadap ibu hamil paska sensus tahun 1999 dan 24% dari hasil survei kesehatan tahun
2000. Ibu hamil yang menderita kurang energi kronis mempunyai resiko kematian ibu
mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
Status kesehatan dan gizi ibu kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu
makannya. Kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya (kurang
dari 2 tahun) dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil terutama dalam pola pemilihan
makanan. Paritas dimana kehamilan memerlukan tambahan zat gizi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah, janin dan plasenta, makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan
cadangan zat gizi tubuh sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, dan usia hamil, usia muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
1

perkembangan diri sendiri juga berbagi dengan janin yang dikandung. Sedangkan untuk
umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.
Faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan kurang energi kronis pada ibu hamil
yaitu adalah faktor sosial ekonomi (pendapatan keluarga, pendidikan), faktor biologis (usia
hamil, jarak kehamilan, paritas), faktor pola konsumsi dan faktor perilaku. Kurang energi
kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang
dikandungnya. Pengaruh kurang energi kronis pada ibu yaitu akan terjadi KKP (Kurang
Kalori Protein), anemia, produksi ASI berkurang, pada persalinan pengaruhnya pada
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), perdarahan. Terhadap janin antara lain menimbulkan keguguran/abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR).
Dalam menanggulangi masalah dan mencegah dampak dari kurang energi kronis
pada ibu hamil, maka diperlukan upaya pencegahan supaya ibu hamil tidak mengalami
kurang energi kronis yaitu mengusahakan agar ibu hamil memeriksakan kehamilan secara
rutin sejak hamil mudauntuk mendeteksi secara dini kejadian kurang energi kronis, dan
penyuluhan tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I.

Definisi Kehamilan Risiko Tinggi


Kehamilan risiko adalah keadaan buruk pada kehamilan yang dapat mempengaruhi
keadaan ibu maupun janin apabila dilakukan tata laksana secara umum seperti yang
dilakukan pada kasus normal.
Sedangkan menurut Depkes RI (1999) yang dimaksud faktor risiko tinggi adalah
keadaan pada ibu, baik berupa faktor biologis maupun non-biologis, yang biasanya
sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan dalam kehamilan mungkin memudahkan
timbulnya gangguan lain.

II.

Faktor Resiko Kehamilan Risiko Tinggi


Kelangsungan suatu kehamilan sangat bergantung pada keadaan dan kesehatan
ibu, plasenta dan keadaan janin. Jika ibu sehat dan didalam darahnya terdapat zat-zat
makanan dan bahan-bahan organis dalam jumlah yang cukup, maka pertumbuhan dan
perkembangan bayi dalam kandungan akan berjalan baik. Dalam kehamilan, plasenta
akan befungsi sebagai alat respiratorik, metabolik, nutrisi, endokrin, penyimpanan,
transportasi dan pengeluaran dari tubuh ibu ke tubuh janin atau sebaliknya. Jika salah satu
atau beberapa fungsi di atas terganggu, maka pertumbuhan janin akan terganggu.
Demikian juga bila ditemukan kelainan pertumbuhan janin baik berupa kelainan bawaan
ataupun kelainan karena pengaruh lingkungan, maka pertumbuhan dan perkembangan
janin dalam kandungan dapat mengalami gangguan.
Sebelum hamil, seorang wanita bisa memiliki suatu keadaan yang menyebabkan
meningkatnya resiko selama kehamilan. Selain itu, jika seorang wanita mengalami
masalah pada kehamilan yang lalu, maka resikonya untuk mengalami hal yang sama pada
kehamilan yang akan datang adalah lebih besar. Untuk menentukan suatu kehamilan
resiko tinggi, dilakukan penilaian terhadap wanita hamil untuk menentukan apakah dia
memiliki keadaan yang menyebabkan dia ataupun janinnya lebih rentan terhadap penyakit
atau kematian.
Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis dan faktor
non medis. Faktor medis meliputi, usia, paritas, graviditas, jarak kehamilan, riwayat
kehamilan dan persalinan, dan faktor non medis adalah pengawasan antenatal
(Manuaba, 1998)

Menurut Rustam (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang dapat
mempengaruhi kehamilan adalah :
1. Faktor non medis antara lain :
Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan,
adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang serba kekurangan
merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama dinegara-negara
berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas.
2. Faktor medis antara lain :
Penyakit - penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.
III.

Kriteria Kehamilan Risiko Tinggi


Kriteria kehamilan beresiko yaitu primi muda, primi tua, primi tua sekunder, tinggi
badan kurang dari 145 cm, grandemulti, riwayat persalinan buruk, bekas seksio sesarea,
pre-eklampsi, hamil serotinus, perdarahan antepartum, kelainan letak, kelainan medis.
(Rochjati, 2005)
Puji Rochjati (2005) mengemukakan batasan faktor risiko pada ibu hamil ada 3 kelompok
yaitu :
a. Kelompok Faktor Risiko I (ada potensi gawat obstetri), seperti primipara muda terlalu
muda umur kurang dari 20 tahun, primi tua, terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun atau
lebih, primi tua sekunder, terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun lebih, anak
terkecil < 2 tahun, grande multi, hamil umur 35 tahun atau lebih, tinggi badan kurang dari
145 cm, riwayat persalinan yang buruk, pernah keguguran, pernah persalinaan premature,
riwayat persalinan dengan tindakan ( ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, operasi (seksio
sesarea) ). Deteksi ibu hamil berisiko kelompok I ini dapat ditemukan dengan mudah oleh
petugas kesehatan melalui pemeriksaan sederhana yaitu wawancara dan periksa pandang
pada kehamilan muda atau pada saat kontak.
b. Kelompok Faktor Risiko II ( ada gawat obstetri), ibu hamil dengan penyakit, preeklamsia/eklamsia, hamil kembar atau gamelli, kembar air atau hidramnion, bayi mati
dalam kandungan, kehamilan dengan kelainan letak, serta hamil lewat bulan. Pada
kelompok faktor resiko II ada kemungkinan masih membutuhkan pemeriksaan dengan
alat yang lebih canggih (USG) oleh dokter Spesialis di Rumah Sakit.
c. Kelompok Faktor Risiko III (ada gawat obstetri), perdarahan sebelum bayi lahir, pre
eklamsia berat atau eklampsia. Pada kelompok faktor risiko III, ini harus segera di rujuk
4

ke rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan
penanganan dan tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu
dan bayinya yang terancam.
Jadmika (1997) menggunakan kriteria yaitu komplikasi obstetrik yaitu usia yang terdiri
dari usia 19 tahun atau kurang dan usia 35 tahun keatas resiko tinggi, paritas yang terdiri
dari primigravida dan grandemulti (para lebih dari 6), jarak kehamilan yang terdiri dari <
2 tahun dan > 4 tahun, riwayat persalinan yang lalu yang terdiri dari l kali abortus atau
lebih, 2 kali partus prematus atau lebih, kematian janin dalam kandungan atau kematian
perinatal, perdarahan pasca persalinan, kehamilan mola, pernah ditolong secara obstetri
operatif, pernah operasi ginekologi, pernah inversio uteri : disproporsi sefalo-pelviks,
perdarahan antepartum, pre-eklampsi dan eklamsi, kehamilan ganda, hidramnion,
kelainan letak pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan
terakhir 5 tahun atau lebih
Komplikasi medis yaitu anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas,
penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru, penyakit-penyakit lain dalam
kehamilan.
IV.

Faktor Faktor yang Berkaitan dengan Risiko Tinggi Kehamilan


1. Usia
Bahaya dan risiko dalam kehamilan serta persalinan akan lebih besar pada
wanita yang hamil usia terlalu muda atau terlalu tua. Seiring dengan semakin tua usia
seorang wanita untuk hamil maka semakin tinggi pula terjadinya hipertensi, toksemia,
dan hipertensi esensial. Sedangkan umur ibu yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun juga merupakan suatu faktor predisposisi terjadinya kelahiran prematur.
Walaupun wanita hamil dengan usia tua lebih matang dalam berfikir, tetapi penurunan
kesehatan dan stamina secara alami mempengaruhi baik kehidupan janin maupun
dalam proses persalinan (Rochjati, 2005).
a. Usia < 20 tahun (terlalu muda untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu muda untuk hamil adalah hamil pada usia<
20 tahun. Pada usia < 20 tahun secara fisik kondisi rahim dan panggul belum
berkembang optimal, sehingga dapat mengakibatkan resiko kesakitan dan
kematian

pada

kehamilan

dan

dapat

menyebabkan

pertumbuhan

serta

perkembangan fisik ibu terhambat karena apabila usia ibu hamil kurang dari 20
tahun atau terlalu muda dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya

sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan .
Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Seperti karena
terkejut, cemas, stres.Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun.
Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.
Definisi anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan
kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada
trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum
dan trisemester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
6

19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak


kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan
antara 32 dan 36 minggu.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang
membahayakan bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat
meningkatkan resiko terjadinya pendarahan post partum. Bila anemia
terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya persalinan

prematur.
Hubungan Anemia dengan BBLR
Anemia pada ibu hamil merupakan satu faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan intra uteri (Intra
Uterine Growth Retardation/IUGR), yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya kematian janin, BBLR yaitu berat lahir kurang
dari 2500 gram, dan abnormalitas.
Ada dua tipe janin yang mengalami gangguan pertumbuhan
intra uteri, yaitu:
a. Tipe klasik yang ditandai dengan pertumbuhan skeletal yang hampir
normal, tetapi jaringan otot dan jaringan subkutan tidak berkembang.
Keadaan ini dikenal dengan Cliffords syndrome atau sering disebut
dengan pertumbuhan yang bersifat asimetrik. Hal ini pada umumnya
disebabkan retardasi pertumbuhan janin yang terjadi pada mingguminggu akhir kehamilan.
b. Tipe kronik, yaitu terjadi gangguan pertumbuhan skeletal, jaringan
lunak, dan juga pertumbuhan kepala. Keadaan ini disebut juga dengan
retardasi pertumbuhan simetris atau proposional. Hal ini terjadi bila
janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam uterin dalam waktu
lama, yaitu selama masa kehamilan. Salah satu penyebab retardasi
pertumbuhan simetris ini kemungkinan adalah kurangnya transfer
makanan dari ibu menuju janin. Ibu hamil menderita anemia,
kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen berkurang

sehingga tidak dapat ditransfer kepada janin.


e. Keracunan Kehamilan (Gestosis).
Kombinasi keadaan alat reproduksi yang belum siap hamil dan anemia makin
meningkatkan terjadinya keracunan hamil dalam bentuk pre-eklampsia atau
eklampsia.Pre-eklampsia dan eklampsia memerlukan perhatian serius karena
dapat menyebabkan kematian.
7

f. Kematian ibu yang tinggi.


Kematian ibu pada saat melahirkan banyak disebabkan karena perdarahan dan
infeksi. Selain itu angka kematian ibu karena gugur kandung juga cukup
tinggi.yang kebanyakan dilakukan oleh tenaga non profesional (dukun).
(Nurokhim, 1997)
Adapun akibat resiko tinggi kehamilan usia di bawah 20 tahun antara lain:
1. Resiko bagi ibunya :
a. Mengalami perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan karena otot rahim
yang terlalu lemah dalam proses involusi. selain itu juga disebabkan
selaput

ketuban

stosel

(bekuan

darah

yang

tertinggal

didalam

rahim).kemudian proses pembekuan darah yang lambat dan juga


dipengaruhi oleh adanya sobekan pada jalan lahir.
b. Kemungkinan keguguran/abortus
Pada saat hamil seorang ibu sangat memungkinkan terjadi keguguran.hal
ini disebabkan oleh faktor-faktor alamiah dan juga abortus yang disengaja,
baik dengan obat-obatan maupun memakai alat.
c. Persalinan yang lama dan sulit
Adalah persalinan yang disertai komplikasi ibu maupun janin.penyebab
dari persalinan lama sendiri dipengaruhi oleh kelainan letak janin, kelainan
panggul, kelaina kekuatan his dan mengejan serta pimpinan persalinan
yang salah.
d. Kematian ibu
Kematian pada saat melahirkan yang disebabkan oleh perdarahan dan
infeksi.
2. Dari bayinya :
a. Kemungkinan lahir belum cukup usia kehamilan.
Adalah kelahiran prematur yang kurang dari 37 minggu (259 hari).hal ini
terjadi karena pada saat pertumbuhan janin zat yang diperlukan berkurang.
b. Berat badan lahir rendah (BBLR)
Yaitu bayi yang lahir dengan berat badan yang kurang dari 2.500
gram.kebanyakan hal ini dipengaruhi kurangnya gizi saat hamil, umur ibu
saat hamil kurang dari 20 tahun. dapat juga dipengaruhi penyakit menahun
yang diderita oleh ibu hamil.
c. Cacat bawaan
Merupakan kelainan pertumbuhan struktur organ janin sejak saat
pertumbuhan.hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya

kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan
kelainan hormon.
d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari
2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran
kongenital serta lahir dengan asfiksia.
b. Usia 20 35 tahun (usia reproduksi)
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20-35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna
dalam menjalani fungsinya.
c. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun
kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya
otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun. Bila seorang wanita hamil
setelah berumur 35 tahun ke atas, kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada
umur 20-35 tahun dan kemungkinan memperoleh anak cacat lebih besar. Pada usia
lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi
miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain yang
melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah kejanin
yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain:
keguguran, eklamsia, dan perdarahan.
Menurut Kloosterman dalam Wiknjosastro, et al, frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Ibu hamil
yang

dicurigai

mengalami

perdarahan

antenatal

harus

memeriksakan

kehamilannya di Rumah Sakit (RS) yang memiliki fasilitas operatif dan transfusi
darah dan bersalin di RS tersebut.
2. Paritas
Paritas merupakan faktor penting selama kehamilan. Angka kematian bayi dari
ibu hamil ketiga meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan kedua dan
kemungkinan terjadi akan semakin meningkat pada kehamilan kelima. Paritas tinggi
juga berhubungan dengan makin sering timbulnya kelainan kelainan ginekologis

seperti prolapsus uteri, cervicitis, erosi cervix, dan carcinoma cervix. Demikian juga
masalah kesehatan yang sifatnya non-obstetrik.
Klasifikasikan paritas adalah sebagai berikut :
a. Primipara
Adalah seorang yang telah melahirkan seorang anak matur atau prematur
b. Multipara
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu anak
c. Grandemulti
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Pada
keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah persalinan akibat dari
kemunduran kemampuan kontraksi uterus. Kontraksi uterus diperlukan untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Sering pula ditemukan inersia
uteri (tidak cukupnya tenaga/HIS untuk mengeluarkan janin). Penyulit lainnya
yang juga sering ditemukan yaitu kecenderungan untuk terjadinya kelainan letak
janin, kelainan plasenta, serta kelainanan pada perlekatan plasenta pada dinding
uterus.
Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan, kehamilan resiko
tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara, keadaan endometrium
pada daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran dan berkurangnya
vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi
plasenta pada kehamilan sebelumnya di dinding endometrium. Adanya kemunduran
fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium menyebabkan daerah
tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga
pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang maksimal dan
mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini akan beresiko pada kehamilan dan
persalinan.
3. Jarak Kehamilan
Dalam pemanfaatan layanan antenatal, jumlah anak hidup berhubungan
dengan beban pengasuhan anak, diasumsikan bahwa semakin banyak anak maka akan
semakin sedikit kesempatan ibu untuk meningggalkan rumah dan memeriksakan
kehamilannya.
Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat juga menjadi faktor predisposisi
terjadinya kelahiran prematur, perdarahan antepartum, dan hipertensi. Jarak persalinan
terakhir dengan awal kehamilan sekarang sebaiknya d iatas 2 tahun karena bila kurang
dari 2 tahun akan bepengaruh pada kehamilan dan persalinan.
10

a. Kehamilan dengan jarak < 3 tahun


Pada kehamilan dengan jarak< 3 tahun keadaan endometrium mengalami
perubahan, perubahan ini berkaitan dengan

persalinan sebelumnya yaitu

timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta.


Adanya kemunduran fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah
endometrium pada bagian korpus uteri mengakibatkan daerah tersebut kurang
subur sehingga kehamilan dengan jarak< 3 tahun dapat menimbulkan kelainan
yang berhubungan dengan letak dan keadaan plasenta.
b. Kehamilan dengan jarak > 3 tahun
Pada kehamilan dengan jarak> 3 tahun keadaan endometrium yang
semula mengalami trombosis dan nekrosis karena pelepasan plasenta dari dinding
endometrium (Korpus uteri) telah mengalami pertumbuhan dan kemajuan
endometrium.
Dinding-dinding endometrium mulai regenerasi dan sel epitel kelenjarkelenjar endometrium mulai berkembang, bila pada saat ini terjadi kehamilan
endometrium telah siap menerima sel-sel memberikan nutrisi bagi pertumbuhan
sel telur.
c. Kehamilan dengan jarak > 4 tahun
Pada kehamilan dengan jarak> 4 tahun sel telur yang dihasilkan sudah
tidak baik, sehingga bisa menimbulkan kelainan-kelainan bawaan seperti sindrom
down, saat persalinan pun beresiko terjadi perdarahan post partum. Hal ini
disebabkan otot-otot rahim tidak selentur dulu, hingga saat harus mengkerut
kembali bisa terjadi gangguan yang beresiko terjadi hemoragic post partum
(HPP), resiko terjadi pre-eklampsia dan eklampsi juga sangat besar karena terjadi
kerusakan sel-sel endotel.
4. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)

Definisi Kekurangan Energi Kronis (KEK)


Kekurangan Energi Kronik (KEK) adalah salah satu keadaan malnutrisi.
Dimana keadaan ibu menderita kekurangan makanan yang berlangsung menahun
(kronik) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu secara
relative atau absolut satu atau lebih zat gizi.
Menurut Depkes RI menyatakan bahwa kurang energi kronis merupakan
keadaan dimana ibu penderita kekurangan makanan yang berlangsung pada
wanita usia subur (WUS) dan pada ibu hamil. Kurang gizi akut disebabkan oleh
11

tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
(dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan
infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun
waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang
cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.

Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis
zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya
rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh.
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya yaitu meliputi:
o Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :

Terus menerus merasa letih

Kesemutan

Muka tampak pucat

Kesulitan sewaktu melahirkan

Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.

o Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :

Keguguran

Pertumbuhan janin terganggu hingga bayi lahir dengan berat lahir


rendah (BBLR)

Perkembangan otak janin terlambat, hingga kemungkinan nantinya


kecerdasaan anak kurang, bayi lahir sebelum waktunya (Prematur)

Kematian bayi.

Lingkar Lengkar Atas


Jenis antropometri yang digunakan untuk mengukur resiko KEK kronis
pada wanita usia subur (WUS) / ibu hamil adalah lingkar lengan atas (LILA).

12

Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja,
ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.
Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan
menggunakan pengukuran LILA adalah :
o Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek.
o Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,
dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila
tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa
dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai resiko KEK.
Bila

remaja

putri

menderita

resiko

KEK

segera

dirujuk

ke

Puskesmas/sarana kesehatan lain untuk mengetahui apakah remaja putri


tersebut menderita KEK dengan mengukur IMT. Selain itu remaja putri
tersebut harus meningkatkan konsumsi makanan yang beraneka ragam.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)


Faktor-faktor yang mempengaruhi Kekurangan Energi Kronik (KEK)
antara lain : jumlah asupan energi, umur, beban kerja ibu hamil, penyakit/infeksi,
pengetahuan ibu tentang gizi dan pendapatan keluarga. Adapun penjelasannya :
o Jumlah asupan makanan
Kebutuhan makanan bagi ibu hamil lebih banyak dari pada kebutuhan
wanita yang tidak hamil. Upaya mencapai gizi masyarakat yang baik atau
optimal dimulai dengan penyedian pangan yang cukup. Penyediaan pangan
dalam negeri yaitu : upaya pertanian dalam menghasilkan bahan makanan
pokok, lauk pauk, sayuran dan buah-buahan. Pengukuran konsumsi
makanan sangat penting untuk mengetahui kenyataan apa yang dimakan
oleh masyarakat dan hal ini dapat berguna untuk mengukur gizi dan
menemukan faktor diet yang menyebabkan malnutrisi.
13

o Usia ibu hamil


Semakin muda dan semakin tua umur seseorang ibu yang sedang hamil
akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan pertumbuhan
dan perkembangan dirinya sendiri, juga harus berbagi dengan janin yang
sedang dikandung. Sedangkan untuk umur tua perlu energi yang besar juga
karena fungsi organ yang melemah dan diharuskan untuk bekerja
maksimal, maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung. Sehingga usia yang
paling baik adalah lebih dari 20 tahun dan kurang dari 35 tahun, dengan
diharapkan gizi ibu hamil akan lebih baik.
o Beban kerja/Aktifitas
Aktifitas dan gerakan seseorang berbeda-beda, seorang dengan gerak yang
otomatis memerlukan energi yang lebih besar dari pada mereka yang hanya
duduk diam saja. Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila
semakin banyak aktifitas yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga
semakin banyak. Namun pada seorang ibu hamil kebutuhan zat gizi
berbeda karena zat-zat gizi yang dikonsumsi selain untuk aktifitas/ kerja
zat-zat gizi juga digunakan untuk perkembangan janin yang ada
dikandungan ibu hamil tersebut. Kebutuhan energi rata-rata pada saat
hamil dapat ditentukan sebesar 203 sampai 263 kkal/hari, yang
mengasumsikan pertambahan berat badan 10-12 kg dan tidak ada
perubahan tingkat kegiatan.
o Penyakit /infeksi
Malnutrisi dapat mempermudah tubuh terkena penyakit infeksi dan juga
infeksi akan mempermudah status gizi dan mempercepat malnutrisi,
mekanismenya yaitu

Penurunan asupan gizi akibat kurang nafsu makan, menurunnya


absorbsi dan kebiasaan mengurangi makanan pada waktu sakit.

Peningkatan kehilangan cairan atau zat gizi akibat diare, mual,


muntah dan perdarahan yang terus menerus.

Meningkatnya kebutuhan, baik dari peningkatan kebutuhan akibat


sakit atau parasit yang terdapat pada tubuh.
14

o Pengetahuan ibu tentang Gizi


Pemilihan makanan dan kebiasaan diet dipengaruhi oleh pengetahuan,
sikap terhadap makanan dan praktek/ perilaku pengetahuan tentang nutrisi
melandasi pemilihan makanan. Pendidikan formal dari ibu rumah tangga
sering kali mempunyai asosiasi yang positif dengan pengembangan polapola konsumsi makanan dalam keluarga. Beberapa studi menunjukkan
bahwa jika tingkat pendidikan dari ibu meningkat maka pengetahuan
nutrisi dan praktek nutrisi bartambah baik. Usaha-usaha untuk memilih
makanan yang bernilai nutrisi semakin meningkat, ibu-ibu rumah tangga
yang mempunyai pengetahuan nutrisi akan memilih makanan yang lebih
bergizi dari pada yang kurang bergizi.
o Pendapatan keluarga
Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan kuantitas
makanan. Pada rumah tangga berpendapatan rendah, sebanyak 60 persen
hingga 80 persen dari pendapatan riilnya dibelanjakan untuk membeli
makanan. Artinya pendapatan tersebut 70-80 persen energi dipenuhi oleh
karbohidrat (beras dan penggantinya) dan hanya 20 persen dipenuhi oleh
sumber energy lainnya seperti lemak dan protein.Pendapatan yang
meningkat akan menyebabkan semakin besarnya total pengeluaran
termasuk besarnya pengeluaran untuk pangan.
o Pemerkaan Kehamian ( Perawatan Ante Natal)
Dalam memantau status gizi ibu hamil, seorang ibu harus melakukan
kunjungan ketenaga kesehatan. Karena pemeriksaan kenaikan berat badan
perlu dilakukan dengan teliti, jangan sampai wanita hamil terlalu gemuk
untuk menghindarkan kesulitan melahirkan dan bahkan jangan terlalu
kurus karena dapat membahayakan keselamatan dirinya dan janin yang
dikandungannya.

Gizi pada ibu hamil


Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar adalah sebagai
berikut :
o Asam folat
Menurut konsep evidence bahwa pemakaian asam folat pada masa pre dan
perikonsepsi menurunkan resiko kerusakan otak, kelainan neural, spina
15

bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun
beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.
o Energy
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi
pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy
ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan
perubahan pada tubuh ibu.
o Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
o Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
o Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari.
o Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit
seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang
o Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme

Penilaian Status Gizi Ibu Hamil


o Berat badan dilihat dari quatelet atau body massa index (Index Masa
Tubuh = IMT)
Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan
abnormalitas kehamilan, berat bada lahir rendah. Sedangkan berat badan
overweight meningkatkan resiko atau komplikasi dalam kehamilan seperti
hipertensi, janin besar sehingga terjadi kesulitan dalam persalinan.
16

o Ukuran Lingkar Lengann Atas (LILA)


Standar minimal untuk ukuran lingkar lengan atas pada wanita dewasa
adalah 23,5 cm. Jika ukuran LILA kurang dari 23,5 cm maka
interprestasinya adalah Kurang Energi Kronis (KEK).
o Kadar Hemoglobin (Hb)
Ibu hamil yang mempunyai Hb kurang dari 10,0 akan mengalami anemia.

Gizi Untuk Tumbuh Kembang Janin


Pada kehamilan trimester pertama pertumbuhan janin lambat, mulai
trimester dua dan seterusnya, pertumbuhan janin terjadi dengan laju lebih cepat.
Sejak menginjak bulan keempat, umumnya ibu hamil sudah bebas dari gangguan
morning sicknes, sehingga ibu merasakan nafsu makan kembali. Sekalipun
demikian pada trimester ini anda harus mulai memperhatikan komposisi maka
yang dikonsumsi.

Gizi Penting Saat Hamil


Kebutuhan gizi akan terus meningkat, terutama setelah memasuki
kehamilan trimester kedua. Sebab pada saat itu, pertumbuhan janin belangsung
sangat cepat. Hal lain yang perlu diperhatikan meskipun nafsu makan meningkat,
tetaplah berpegang pada pola makan dengan gizi seimbang.
Status gizi ibu hamil yang baik selama proses kehamilan, harus mengalami
kenaikan berat badan sebanyak 10-12 kg. yaitu pada trimester pertama kenaikan
kurang lebih dari 1 kg, sedangkan pada trimester kedua kurang lebih 3 kg dan
pada trimester ketiga kurang lebih mencapai 6 kg.
Sebaiknya ibu hamil menghindari makanan berkalori tinggi . makanan
dengan gizi seimbang dapat diperoleh dari karbohidrat, dan lemak sebagai sumber
tenaga, protein sebagai sumber zat pembangun, serta vitamin dan mineral sebagai
zat pengatur.

5. Riwayat obstetri
a. Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada pada
kehamilan sekarang.
b. Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan, makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.

17

c. Pernah mengalami gangguan organik daerah panggul seperti adanya peradangan,


tumor ataupun kista.
d. Pernah mengalami penyulit kehamilan seperti hiperemesis gravidarum, kematian
janin, preeklampsia-eklampsia, hidramnion, kelainan letak janin, kelainan janin
bawaan, janin kembar (gemelli).
e. Pernah mengalami penyakit seperti gangguan endokrin (diabetes melitus,
hyperthyroid), penyakit jantung, penyakit paru (asthma, TBC), penyakit ginjal,
penyakit hati, sendi dan penyakit kelamin seperti siphilis serta infeksi lainnya baik
oleh virus, bakteri maupun parasit.
f. Pernah mengalami persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forcep ataupun
V.

vakum, seksio sesar, pengeluaran plasenta dengan tangan (manual plasenta).


Pencegahan dan Penanganan Kehamilan Resiko Tinggi
Sebagian besar kematian ibu hamil dapat dicegah apabila mendapat penanganan yang
adekuat difasilitas kesehatan. Kehamilan dengan risiko tinggi dapat dicegah bila
gejalanya ditemukan sedini mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan
antara lain:
Sering memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur, minimal 4x
kunjungan selama masa kehamilan yaitu:
- Satu kali kunjungan pada triwulan pertama (tiga bulan pertama)
1.
Penapisan dan pengobatan anemia
2.
Perencanaan persalinan
3.
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
- Satu kali kunjungan pada triwulan kedua (antara bulan keempat sampai bulan
1.
2.

keenam)
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Penapisan pre-eklampsi; gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran

perkemihan
3.
Mengulang perencanaan persalinan
- Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan

kesembilan)
1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3. Memantapkan rencana persalinan
4. Mengenali tanda-tanda persalinan
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan

jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan

intensif
Makan makanan yang bergizi, asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
18

Menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan komplikasi pada ibu hamil:


- Berdekatan dengan penderita penyakit menular
- Asap rokok dan jangan merokok
- Makanan dan minuman beralkohol
- Pekerjaan berat
- Penggunaan obat-obatan tanpa petunjuk dokter/bidan
- Pemijatan/urut perut selama hamil
- Berpantang makanan yang dibutuhkan pada ibu hamil
Mengenal tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi dan mewaspadai penyakit

apa saja pada ibu hamil.


Segera periksa bila ditemukan tanda-tanda kehamilan dengan risiko tinggi.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Polindes/bidan desa, Puskesmas/
Puskesmas pembantu, rumah bersalin, rumah sakit pemerintah atau swasta.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
19

Permasalahan yang ada berupa kehamilan risiko tinggi. Pasien dengan usia 30 tahun
dengan kekurangan energi kronik (KEK) dan anemia dalam kehamilan. Dilakukan
pemeriksaan di rumah pasien pada tanggal 23 Maret 2016.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Status
Pendidikan terakhir
Pekerjaan

: Ny. I
: 30 tahun
: Giyanti
: Menikah
: SMP
: Ibu Rumah Tangga

Suami

: Tn. M

Umur

: 35 tahun

Pendidikan terakhir

: SMA

Pekerjaan

: Swasta

Waktu Pemeriksaan
ANAMNESIS
Anamnesis Umum

: 23 Maret 2016

Riwayat Obstetri : G3 P2 A0
I.
II.
III.

Laki-laki, prematur dengan IUFD, lahir SC


Laki-laki, 5 tahun, lahir spontan, BB:3700 gram
Kehamilan sekarang

Riwayat kehamilan sekarang


-

Riwayat Haid
Menarche
Lama menstruasi
Siklus menstruasi

: 13 tahun
: 7 hari
: 28 hari

Riwayat Ante Natal Care (ANC):


Teratur, pertama kali periksa ke bidan pada usia kehamilan 1 bulan.

Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun.
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien pernah menggunakan KB suntik dan implant
Riwayat Sosial Ekonomi
Status ekonomi pasien termasuk menengah ke bawah.
Anamnesis Khusus
Keluhan Utama :Periksa kehamilan rutin.

20

Riwayat Perjalanan Penyakit :Pasien datang untuk periksa kehamilan rutin. Dari
pemeriksaan antenatal oleh bidan desa dikatakan usia kehamilan sekitar 22 minggu.
Pasien mengeluh sering merasa pusing dan lemas pada kehamilan saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
:
Tekanan darah : 110/700 mmHg
Suhu: 36,7oC
Nadi
: 80 x/menit
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
Status Gizi
:
TB: 150 cm, BB: 48 kg, LLA: 22 cm
Skor BMI = 19,9 kg/m2
Mata : Konjunctiva palpebra pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Thorak :
Jantung : gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen :
Hati dan lien : sulit dinilai,
Extremitas :
Edema pretibia : (-), Varises : (-)
Status Obstetri
Pemeriksaan luar: Tanggal : 23 Maret 2016 Tinggi fundus setinggi umbilikus.
Pemeriksaan dalam vagina : Tidak dilakukan
Pemeriksaan inspekulo : Tidak dilakukan.
DIAGNOSA KERJA
G3 P2 A0 30 tahun hamil 22 minggu
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Anemia dalam kehamilan
Riwayat obstetri buruk

21

BAB IV
PENATALAKSANAAN
Metode penyuluhan secara langsung kepada ibu hamil resiko tinggi secara langsung
dipilih sebagai intervensi yang paling efektif. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengetahui
tentang kehamilan beresiko tinggi, dalam kasus ini kehamilan kekurangan energi kronik
(KEK), anemia dalam kehamilan dan riwayat obsteri buruk. Kegiatan dilakukan dengan cara
wawancara secara langsung kepada ibu hamil resiko tinggi. Kemudian dilakukan edukasi
mengenai kehamilan beresiko tinggi antara lain:
a. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemah akibat kurang energi
yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) <
23,5 cm.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
Kekurangan gizi kronis pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan kegururan, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
b. Anemia dalam kehamilan
22

Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dl selama masa kehamilan pada trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl selama
masa post partum dan trisemester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu
dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya pendarahan post
partum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
persalinan prematur.
c. Riwayat obstetri buruk
Yang dimaksud riwayat

obstetri buruk adalah mereka yang pernah mengalami

keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan terlalu dini, atau pernah melahirkan
janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah melahirkan.

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
23

Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap jadwal kunjungan ANC dengan cara memantau
kenaikan berat badan, lingkar lengan atas yang dapat terlihat pada catatan di buku KIA.
Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan konseling tentang makanan yang bergizi
diharapkan dapat menambah berat badan ibu hamil. Selain itu, pemberian tablet penambah
darah dan melakukan pemeriksaan hemoglobin diharapkan dapat mencegah anemia dalam
kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and Research
WHO, 2003.
2. Wikjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan Ed. III. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006.
3. Departemen Kesehatan RI. 2005. Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
HSP-Health Services Program. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
4. Hadini, Purwadani Sophia Nur. 2010. Hubungan Anemia Gravidarum pada Kehamilan
Aterm dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD DR Moewardi Surakarta. Skripsi.
5. Mutazalimah. 2005. Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin
(Hb) Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Jurnal
24

Penelitian Sains dan Teknologi, Vol. 6, No. 2, Surakarta: Universitas Muhamadiyah


Surakarta. Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.
6. Sulistyowati, 2008. Kurang Energi Kronik Pada Ibu Hamil. [Serial Online]
http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/02/kurang-energi-kronis-kekpada-ibuhamil.html
7. Royston E, Amstrong S. Pencegahan kematian ibu hamil. Alih bahasa : Maulany R.F.
Jakarta. Binarupa aksara. 1998.
8. Wiyati N. Hubungan perawatan antenatal dan penolong pertama dengan kematian
maternal di propinsi daerah istimewa yogyakarta. Program Pasca Sarjana Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta. 2004.
9. Depkes RI. Pedoman pelayanan antenatal di tingkat pelayanan dasar. Ditjen Binkesmas.
Jakarta. 1994.
10. Mittendorf R, Williams MA, Berkey CS, Cotter PF. Kehamilan. [on line] 2010 [cited
2010 july 20]. Available from : URL : http://id.wikipedia.org/wiki/kehamilan
11. Trimester kehamilan. [on line] 2010 [cited 2010 july 20]. Available from : URL :
http://www.dunia-ibu.org/artikel/ibu-hamil/trimester-kehamilan.html
12. Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC.
13. Sitorus, Ronald H. DKK. 1999. Pedoman Perawatan Kesehatan Ibu dan Janin Selama
Kehamilan. Bandung: CV. Pionir Jaya Bandung.
14. Kehamilan Risiko Tinggi. [on line] 2010 [cited 2010 july 20]. Available from : URL :
http://www.conectique.com/tips_solutions/pregnancy/praconception/article.php?
article_id=3535.
15. Kehamilan risiko tinggi. [on line] 2010 [cited 2010 july 20]. Available from : URL :
http://annsilva.wordpress.com/2010/07/18/kehamilan-risiko-tinggi/

25

Anda mungkin juga menyukai