F3 Kia KB Kek+anemia
F3 Kia KB Kek+anemia
OLEH :
dr. Ardiani Okky Novitasari
Komentar/Feedback
Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship
Peserta
BAB I
PENDAHULUAN
I.
LATAR BELAKANG
Kehamilan
merupakan
permulaan
suatu
kehidupan
baru-suatu
periode
pertumbuhan. Nutrisi merupakan satu dari banyak faktor yang ikut mempengaruhi hasil
akhir kehamilan. Status nutrisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemiskinan, kurang
pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan, dan kondisi kesehatan yang buruk
akan terus berpengaruh pada status gizi dan pertumbuhan dan perkembangan janin.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan seimbang dalam bentuk variabel tertentu
atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. Status gizi ibu hamil adalah
suatu keadaan keseimbangan atau perwujudan nutrisi pada ibu hamil. Empat masalah gizi
utama di Indonesia yaitu Kekurangan Energi Kronik (KEK), Gangguan Akibat
Kekurangan Yodium (GAKY), Kekurangan Vitamin A (KVA) dan Anemia Gizi Besi
(AGB). Kurang energi kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan LILA-nya kurang
dari 23,5 cm.
Di Indonesia ibu hamil yang menderita Kekurangan Energi Kronik (KEK)
(Lingkar Lengan Atas < 23,5 cm) masih tinggi yaitu 35% dari hasil survei yang dilakukan
terhadap ibu hamil paska sensus tahun 1999 dan 24% dari hasil survei kesehatan tahun
2000. Ibu hamil yang menderita kurang energi kronis mempunyai resiko kematian ibu
mendadak pada masa perinatal atau resiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir
rendah. Pada keadaan ini banyak ibu yang meninggal karena perdarahan, sehingga akan
meningkatkan angka kematian ibu dan bayi.
Status kesehatan dan gizi ibu kemungkinan sangat berpengaruh terhadap nafsu
makannya. Kehamilan dengan jarak yang pendek dengan kehamilan sebelumnya (kurang
dari 2 tahun) dapat mempengaruhi status gizi ibu hamil terutama dalam pola pemilihan
makanan. Paritas dimana kehamilan memerlukan tambahan zat gizi untuk meningkatkan
jumlah sel darah merah, membentuk sel darah merah, janin dan plasenta, makin sering
seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan
cadangan zat gizi tubuh sehingga ibu akan kekurangan zat gizi, dan usia hamil, usia muda
perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan
1
perkembangan diri sendiri juga berbagi dengan janin yang dikandung. Sedangkan untuk
umur yang tua perlu energi yang besar juga karena fungsi organ yang makin melemah dan
diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan tambahan energi yang cukup guna
mendukung kehamilan yang sedang berlangsung.
Faktor-faktor predisposisi yang menyebabkan kurang energi kronis pada ibu hamil
yaitu adalah faktor sosial ekonomi (pendapatan keluarga, pendidikan), faktor biologis (usia
hamil, jarak kehamilan, paritas), faktor pola konsumsi dan faktor perilaku. Kurang energi
kronik pada saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun pada janin yang
dikandungnya. Pengaruh kurang energi kronis pada ibu yaitu akan terjadi KKP (Kurang
Kalori Protein), anemia, produksi ASI berkurang, pada persalinan pengaruhnya pada
persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan lama, persalinan sebelum waktunya
(premature), perdarahan. Terhadap janin antara lain menimbulkan keguguran/abortus, bayi
lahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, bayi dengan berat badan
lahir rendah (BBLR).
Dalam menanggulangi masalah dan mencegah dampak dari kurang energi kronis
pada ibu hamil, maka diperlukan upaya pencegahan supaya ibu hamil tidak mengalami
kurang energi kronis yaitu mengusahakan agar ibu hamil memeriksakan kehamilan secara
rutin sejak hamil mudauntuk mendeteksi secara dini kejadian kurang energi kronis, dan
penyuluhan tentang asupan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
II.
Menurut Rustam (1998) faktor non-medis dan faktor medis yang dapat
mempengaruhi kehamilan adalah :
1. Faktor non medis antara lain :
Status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan, ketidaktahuan,
adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk memeriksakan
kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang serba kekurangan
merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama dinegara-negara
berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas
dan mortalitas.
2. Faktor medis antara lain :
Penyakit - penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,
gangguan tali pusat, komplikasi persalinan.
III.
ke rumah sakit sebelum kondisi ibu dan janin bertambah buruk/jelek yang membutuhkan
penanganan dan tindakan pada waktu itu juga dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu
dan bayinya yang terancam.
Jadmika (1997) menggunakan kriteria yaitu komplikasi obstetrik yaitu usia yang terdiri
dari usia 19 tahun atau kurang dan usia 35 tahun keatas resiko tinggi, paritas yang terdiri
dari primigravida dan grandemulti (para lebih dari 6), jarak kehamilan yang terdiri dari <
2 tahun dan > 4 tahun, riwayat persalinan yang lalu yang terdiri dari l kali abortus atau
lebih, 2 kali partus prematus atau lebih, kematian janin dalam kandungan atau kematian
perinatal, perdarahan pasca persalinan, kehamilan mola, pernah ditolong secara obstetri
operatif, pernah operasi ginekologi, pernah inversio uteri : disproporsi sefalo-pelviks,
perdarahan antepartum, pre-eklampsi dan eklamsi, kehamilan ganda, hidramnion,
kelainan letak pada hamil tua, dismaturitas, kehamilan pada infertilitas, persalinan
terakhir 5 tahun atau lebih
Komplikasi medis yaitu anemia, hipertensi, penyakit jantung, diabetes melitus, obesitas,
penyakit saluran kencing, penyakit hati, penyakit paru, penyakit-penyakit lain dalam
kehamilan.
IV.
pada
kehamilan
dan
dapat
menyebabkan
pertumbuhan
serta
perkembangan fisik ibu terhambat karena apabila usia ibu hamil kurang dari 20
tahun atau terlalu muda dapat terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibunya
sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan dan adanya perubahan hormonal
yang terjadi selama kehamilan .
Dampak kehamilan resiko tinggi pada usia muda antara lain :
a. Keguguran
Keguguran pada usia muda dapat terjadi secara tidak disengaja. Seperti karena
terkejut, cemas, stres.Tetapi ada juga keguguran yang sengaja dilakukan oleh
tenaga non profesional sehingga dapat menimbulkan akibat efek samping yang
serius seperti tingginya angka kematian dan infeksi alat reproduksi yang pada
akhirnya dapat menimbulkan kemandulan.
b. Persalinan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan kelainan bawaan.
Prematuritas terjadi karena kurang matangnya alat reproduksi terutama
rahim yang belum siap dalam suatu proses kehamilan, berat badan lahir rendah
(BBLR) juga dipengaruhi gizi saat hamil kurang dan juga umur ibu yang
belum menginjak 20 tahun.
Cacat bawaan dipengaruhi kurangnya pengetahuan ibu tentang
kehamilan, pengetahuan akan asupan gizi rendah, pemeriksaan kehamilan
(ANC) kurang, keadaan psikologi ibu kurang stabil. Selain itu cacat bawaan
juga di sebabkan karena keturunan (genetik) proses pengguguran sendiri yang
gagal, seperti dengan minum obat-obatan (gynecosit sytotec) atau dengan
loncat-loncat dan memijat perutnya sendiri.
Ibu yang hamil pada usia muda biasanya pengetahuannya akan gizi
masih kurang, sehingga akan berakibat kekurangan berbagai zat yang
diperlukan saat pertumbuhan dengan demikian akan mengakibatkan makin
tingginya kelahiran prematur, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.
c. Mudah terjadi infeksi
Keadaan gizi buruk, tingkat sosial ekonomi rendah, dan stress memudahkan
terjadi infeksi saat hamil terlebih pada kala nifas.
d. Anemia kehamilan/kekurangan zat besi.
Definisi anemia dalam kehamilan
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan
kadar hemoglobin kurang dari 11 g/dl selama masa kehamilan pada
trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl selama masa post partum
dan trisemester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi
bertambahnya sel darah kurang dibandingkan dengan bertambahnya
plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Perbandingan tersebut
adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin
6
prematur.
Hubungan Anemia dengan BBLR
Anemia pada ibu hamil merupakan satu faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan intra uteri (Intra
Uterine Growth Retardation/IUGR), yang merupakan salah satu
penyebab terjadinya kematian janin, BBLR yaitu berat lahir kurang
dari 2500 gram, dan abnormalitas.
Ada dua tipe janin yang mengalami gangguan pertumbuhan
intra uteri, yaitu:
a. Tipe klasik yang ditandai dengan pertumbuhan skeletal yang hampir
normal, tetapi jaringan otot dan jaringan subkutan tidak berkembang.
Keadaan ini dikenal dengan Cliffords syndrome atau sering disebut
dengan pertumbuhan yang bersifat asimetrik. Hal ini pada umumnya
disebabkan retardasi pertumbuhan janin yang terjadi pada mingguminggu akhir kehamilan.
b. Tipe kronik, yaitu terjadi gangguan pertumbuhan skeletal, jaringan
lunak, dan juga pertumbuhan kepala. Keadaan ini disebut juga dengan
retardasi pertumbuhan simetris atau proposional. Hal ini terjadi bila
janin mengalami gangguan pertumbuhan dalam uterin dalam waktu
lama, yaitu selama masa kehamilan. Salah satu penyebab retardasi
pertumbuhan simetris ini kemungkinan adalah kurangnya transfer
makanan dari ibu menuju janin. Ibu hamil menderita anemia,
kemampuan hemoglobin dalam mengangkut oksigen berkurang
ketuban
stosel
(bekuan
darah
yang
tertinggal
didalam
kelainan genetik dan kromosom, infeksi, virus rubela serta faktor gizi dan
kelainan hormon.
d. Kematian bayi.kematian bayi yang masih berumur 7 hari pertama
hidupnya atau kematian perinatal.yang disebabkan berat badan kurang dari
2.500 gram, kehamilan kurang dari 37 minggu (259 hari), kelahiran
kongenital serta lahir dengan asfiksia.
b. Usia 20 35 tahun (usia reproduksi)
Usia ibu sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Dalam kurun
waktu reproduksi sehat diketahui bahwa usia yang aman untuk kehamilan dan
persalinan adalah usia 20-35 tahun, dimana organ reproduksi sudah sempurna
dalam menjalani fungsinya.
c. Usia > 35 tahun (terlalu tua untuk hamil)
Yang dimaksud dengan terlalu tua adalah hamil diatas usia 35 tahun
kondisi kesehatan ibu dan fungsi berbagai organ dan sistem tubuh diantaranya
otot, syaraf, endokrin, dan reproduksi mulai menurun. Bila seorang wanita hamil
setelah berumur 35 tahun ke atas, kesehatan tubuh ibu sudah tidak sebaik pada
umur 20-35 tahun dan kemungkinan memperoleh anak cacat lebih besar. Pada usia
lebih dari 35 tahun terjadi penurunan curah jantung yang disebabkan kontraksi
miokardium. Ditambah lagi dengan tekanan darah dan penyakit lain yang
melemahkan kondisi ibu, sehingga dapat mengganggu sirkulasi darah kejanin
yang berisiko meningkatkan komplikasi medis pada kehamilan, antara lain:
keguguran, eklamsia, dan perdarahan.
Menurut Kloosterman dalam Wiknjosastro, et al, frekuensi plasenta previa
pada primigravida yang berumur lebih dari 35 tahun 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun. Ibu hamil
yang
dicurigai
mengalami
perdarahan
antenatal
harus
memeriksakan
kehamilannya di Rumah Sakit (RS) yang memiliki fasilitas operatif dan transfusi
darah dan bersalin di RS tersebut.
2. Paritas
Paritas merupakan faktor penting selama kehamilan. Angka kematian bayi dari
ibu hamil ketiga meningkat bila dibandingkan dengan kehamilan kedua dan
kemungkinan terjadi akan semakin meningkat pada kehamilan kelima. Paritas tinggi
juga berhubungan dengan makin sering timbulnya kelainan kelainan ginekologis
seperti prolapsus uteri, cervicitis, erosi cervix, dan carcinoma cervix. Demikian juga
masalah kesehatan yang sifatnya non-obstetrik.
Klasifikasikan paritas adalah sebagai berikut :
a. Primipara
Adalah seorang yang telah melahirkan seorang anak matur atau prematur
b. Multipara
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan lebih dari satu anak
c. Grandemulti
Adalah seorang wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih. Pada
keadaan ini sering kali ditemukan perdarahan sesudah persalinan akibat dari
kemunduran kemampuan kontraksi uterus. Kontraksi uterus diperlukan untuk
menghentikan perdarahan sesudah persalinan. Sering pula ditemukan inersia
uteri (tidak cukupnya tenaga/HIS untuk mengeluarkan janin). Penyulit lainnya
yang juga sering ditemukan yaitu kecenderungan untuk terjadinya kelainan letak
janin, kelainan plasenta, serta kelainanan pada perlekatan plasenta pada dinding
uterus.
Paritas merupakan salah satu faktor resiko tinggi pada kehamilan, kehamilan resiko
tinggi lebih banyak terjadi pada multipara dan grandemultipara, keadaan endometrium
pada daerah korpus uteri sudah mengalami kemunduran dan berkurangnya
vaskularisasi, hal ini terjadi karena degenerasi dan nekrosis pada bekas luka implantasi
plasenta pada kehamilan sebelumnya di dinding endometrium. Adanya kemunduran
fungsi dan berkurangnya vaskularisasi pada daerah endometrium menyebabkan daerah
tersebut menjadi tidak subur dan tidak siap menerima hasil konsepsi, sehingga
pemberian nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi kurang maksimal dan
mengganggu sirkulasi darah ke janin. Hal ini akan beresiko pada kehamilan dan
persalinan.
3. Jarak Kehamilan
Dalam pemanfaatan layanan antenatal, jumlah anak hidup berhubungan
dengan beban pengasuhan anak, diasumsikan bahwa semakin banyak anak maka akan
semakin sedikit kesempatan ibu untuk meningggalkan rumah dan memeriksakan
kehamilannya.
Jarak dua kehamilan yang terlalu dekat juga menjadi faktor predisposisi
terjadinya kelahiran prematur, perdarahan antepartum, dan hipertensi. Jarak persalinan
terakhir dengan awal kehamilan sekarang sebaiknya d iatas 2 tahun karena bila kurang
dari 2 tahun akan bepengaruh pada kehamilan dan persalinan.
10
tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik
(dari segi kandungan gizi) untuk satu periode tertentu untuk mendapatkan
tambahan kalori dan protein (untuk melawan) muntah dan mencret (muntaber) dan
infeksi lainnya. Gizi kurang kronik disebabkan karena tidak mengkonsumsi
makanan dalam jumlah yang cukup atau makanan yang baik dalam periode/kurun
waktu yang lama untuk mendapatkan kalori dan protein dalam jumlah yang
cukup, atau disebabkan menderita muntaber atau penyakit kronis lainnya.
Etiologi
Keadaan KEK terjadi karena tubuh kekurangan satu atau beberapa jenis
zat gizi yang dibutuhkan. Beberapa hal yang dapat menyebabkan tubuh
kekurangan zat gizi antara lain: jumlah zat gizi yang dikonsumsi kurang, mutunya
rendah atau keduanya. Zat gizi yang dikonsumsi juga mungkin gagal untuk
diserap dan digunakan untuk tubuh.
Akibat KEK saat kehamilan dapat berakibat pada ibu maupun janin yang
dikandungnya yaitu meliputi:
o Akibat KEK pada ibu hamil yaitu :
Kesemutan
Air susu yang keluar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi,
sehingga bayi akan kekurangan air susu ibu pada waktu menyusui.
o Akibat KEK saat kehamilan terhadap janin yang dikandung antara lain :
Keguguran
Kematian bayi.
12
Sasarannya adalah wanita pada usia 15 sampai 45 tahun yang terdiri dari remaja,
ibu hamil, menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Ambang batas LILA WUS
dengan resiko KEK adalah 23,5 cm. Apabila LILA kurang dari 23,5 cm artinya
wanita tersebut mempunyai resiko KEK dan diperkirakan akan melahirkan BBLR.
Cara mengetahui resiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) dengan
menggunakan pengukuran LILA adalah :
o Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
LILA adalah suatu cara untuk mengetahui resiko Kekurangan Energi
Kronis (KEK) wanita usia subur termasuk remaja putri. Pengukuran LILA
tidak dapat digunakan untuk memantau perubahan status gizi dalam jangka
pendek.
o Pengukuran dilakukan dengan pita LILA dan ditandai dengan sentimeter,
dengan batas ambang 23,5 cm (batas antara merah dan putih). Apabila
tidak tersedia pita LILA dapat digunakan pita sentimeter/metlin yang biasa
dipakai penjahit pakaian. Apabila ukuran LILA kurang dari 23,5 cm atau
dibagian merah pita LILA, artinya remaja putri mempunyai resiko KEK.
Bila
remaja
putri
menderita
resiko
KEK
segera
dirujuk
ke
bifida dan anensepalus, baik pada ibu hamil yang normal maupun
beresiko. Pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan.
o Energy
Diet pada ibu hamil tidak hanya difokuskan pada tinggi protein saja tetapi
pada susunan gizi seimbang energy juga protein. Hal ini juga efektif untuk
menurunkan kejadian BBLR dan kematian perinatal. Kebutuhan energy
ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang janin dan
perubahan pada tubuh ibu.
o Protein
Pembentukan jaringan baru dari janin dan untuk tubuh ibu dibutukan
protein sebesa 910 gram dalam 6 bullan terakhir kehamilan. Dibutuhkan
tambahan 12 gram protein sehari untuk ibu hamil.
o Zat besi (FE)
Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah
untuk membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sinesa
darah otot. Kenaikan volume darah selama kehamilan akan meningkatkan
kebutuhan zat besi. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu untuk mencegah
anemia akibat meningkatnya volume darah adalah 500 mg.
o Kalsium
Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil
adalah sebesar 500 mg sehari.
o Pemberian suplemen vitamin D terutama pada kelompok beresiko penyakit
seksual dan di negara dengan musim dingin yang panjang
o Pemberian yodium pada daerah dengan endemic kretinisme
5. Riwayat obstetri
a. Jejas atau bekas luka dalam pada alat-alat kandungan, ataupun jalan lahir yang
ditimbulkan oleh persalinan terdahulu akan memberikan akibat buruk pada pada
kehamilan sekarang.
b. Pernah mengalami abortus (sengaja atau tidak, dengan atau tanpa tindakan
kerokan/kuretase), terlebih lagi bila mengalami abortus ulangan, makin besar
kemungkinan terjadi pada kehamilan berikut dan kemungkinan perdarahan.
17
keenam)
Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya
Penapisan pre-eklampsi; gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran
perkemihan
3.
Mengulang perencanaan persalinan
- Dua kali kunjungan pada triwulan ketiga (bulan ketujuh sampai bulan
kesembilan)
1. Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III
2. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
3. Memantapkan rencana persalinan
4. Mengenali tanda-tanda persalinan
Imunisasi TT yaitu imunisasi anti tetanus 2 (dua) kali selama kehamilan dengan
jarak satu bulan, untuk mencegah penyakit tetanus pada bayi baru lahir.
Bila ditemukan risiko tinggi, pemeriksaan kehamilan harus lebih sering dan
intensif
Makan makanan yang bergizi, asupan gizi seimbang pada ibu hamil dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan menghindarinya dari penyakit- penyakit yang
berhubungan dengan kekurangan zat gizi.
18
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
19
Permasalahan yang ada berupa kehamilan risiko tinggi. Pasien dengan usia 30 tahun
dengan kekurangan energi kronik (KEK) dan anemia dalam kehamilan. Dilakukan
pemeriksaan di rumah pasien pada tanggal 23 Maret 2016.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Alamat
Status
Pendidikan terakhir
Pekerjaan
: Ny. I
: 30 tahun
: Giyanti
: Menikah
: SMP
: Ibu Rumah Tangga
Suami
: Tn. M
Umur
: 35 tahun
Pendidikan terakhir
: SMA
Pekerjaan
: Swasta
Waktu Pemeriksaan
ANAMNESIS
Anamnesis Umum
: 23 Maret 2016
Riwayat Obstetri : G3 P2 A0
I.
II.
III.
Riwayat Haid
Menarche
Lama menstruasi
Siklus menstruasi
: 13 tahun
: 7 hari
: 28 hari
Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali pada usia 22 tahun.
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien pernah menggunakan KB suntik dan implant
Riwayat Sosial Ekonomi
Status ekonomi pasien termasuk menengah ke bawah.
Anamnesis Khusus
Keluhan Utama :Periksa kehamilan rutin.
20
Riwayat Perjalanan Penyakit :Pasien datang untuk periksa kehamilan rutin. Dari
pemeriksaan antenatal oleh bidan desa dikatakan usia kehamilan sekitar 22 minggu.
Pasien mengeluh sering merasa pusing dan lemas pada kehamilan saat ini.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : baik
Kesadaran
: compos mentis
Tanda vital
:
Tekanan darah : 110/700 mmHg
Suhu: 36,7oC
Nadi
: 80 x/menit
Frekuensi pernafasan : 20 x/menit
Status Gizi
:
TB: 150 cm, BB: 48 kg, LLA: 22 cm
Skor BMI = 19,9 kg/m2
Mata : Konjunctiva palpebra pucat (-/-), Sklera ikterik (-/-)
Thorak :
Jantung : gallop (-), murmur (-)
Paru-paru : Suara dasar vesikuler (+/+), wheezing (-), ronkhi (-)
Abdomen :
Hati dan lien : sulit dinilai,
Extremitas :
Edema pretibia : (-), Varises : (-)
Status Obstetri
Pemeriksaan luar: Tanggal : 23 Maret 2016 Tinggi fundus setinggi umbilikus.
Pemeriksaan dalam vagina : Tidak dilakukan
Pemeriksaan inspekulo : Tidak dilakukan.
DIAGNOSA KERJA
G3 P2 A0 30 tahun hamil 22 minggu
Kekurangan Energi Kronik (KEK)
Anemia dalam kehamilan
Riwayat obstetri buruk
21
BAB IV
PENATALAKSANAAN
Metode penyuluhan secara langsung kepada ibu hamil resiko tinggi secara langsung
dipilih sebagai intervensi yang paling efektif. Hal ini dimaksudkan agar mereka mengetahui
tentang kehamilan beresiko tinggi, dalam kasus ini kehamilan kekurangan energi kronik
(KEK), anemia dalam kehamilan dan riwayat obsteri buruk. Kegiatan dilakukan dengan cara
wawancara secara langsung kepada ibu hamil resiko tinggi. Kemudian dilakukan edukasi
mengenai kehamilan beresiko tinggi antara lain:
a. KEK ( Kekurangan Energi Kronik)
Istilah KEK atau kurang energi kronik merupakan istilah lain dari Kurang Energi Protein
(KEP) yang diperuntukkan untuk wanita yang kurus dan lemah akibat kurang energi
yang kronis. Definisi ini diperkenalkan oleh World Health Organization (WHO).
Seseorang dikatakan menderita risiko KEK bilamana LILA (Lingkar Lengan Atas) <
23,5 cm.
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan resiko dan komplikasi pada ibu antara lain:
anemia, pendarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena penyakit
infeksi. Pengaruh KEK terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit dan
lama, persalinan sebelum waktunya (premature), pendarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
Kekurangan gizi kronis pada ibu hamil juga dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin
dan dapat menimbulkan kegururan, abortus, bayi lahir mati, kematian neonatal, cacat
bawaan, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). Bila BBLR bayi mempunyai resiko kematian, gizi kurang,
gangguan pertumbuhan, dan gangguan perkembangan anak.
b. Anemia dalam kehamilan
22
Anemia dalam kehamilan didefinisikan sebagai penurunan kadar hemoglobin kurang dari
11 g/dl selama masa kehamilan pada trisemester 1 dan 3 dan kurang dari 10 g/dl selama
masa post partum dan trisemester 2. Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan
yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi bertambahnya sel darah
kurang dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah.
Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah dimulai sejak kehamilan
10 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu.
Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan bagi ibu
dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat meningkatkan resiko terjadinya pendarahan post
partum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
persalinan prematur.
c. Riwayat obstetri buruk
Yang dimaksud riwayat
keguguran atau pendarahan berulang, melahirkan terlalu dini, atau pernah melahirkan
janin yang sudah meninggal, atau mengalami pendarahan setelah melahirkan.
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI
23
Monitoring dan evaluasi dilakukan setiap jadwal kunjungan ANC dengan cara memantau
kenaikan berat badan, lingkar lengan atas yang dapat terlihat pada catatan di buku KIA.
Pemberian makanan tambahan untuk ibu hamil dan konseling tentang makanan yang bergizi
diharapkan dapat menambah berat badan ibu hamil. Selain itu, pemberian tablet penambah
darah dan melakukan pemeriksaan hemoglobin diharapkan dapat mencegah anemia dalam
kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Maternal mortality in 2000. Department of Reproductive Health and Research
WHO, 2003.
2. Wikjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T. Ilmu kebidanan Ed. III. Jakarta. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2006.
3. Departemen Kesehatan RI. 2005. Program Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak
HSP-Health Services Program. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
4. Hadini, Purwadani Sophia Nur. 2010. Hubungan Anemia Gravidarum pada Kehamilan
Aterm dengan Asfiksia Neonatorum Di RSUD DR Moewardi Surakarta. Skripsi.
5. Mutazalimah. 2005. Hubungan Lingkar Lengan Atas (LILA) dan Kadar Hemoglobin
(Hb) Ibu Hamil Dengan Berat Bayi Lahir Di RSUD DR. Moewardi Surakarta. Jurnal
24
25