Pembimbing :
dr. H. Hasan Bayuni
Disusun oleh :
dr. Teguh Pambudi
PRESENTASI KASUS
PENURUNAN KESADARAN EC SUSP. MENGITIS TB
Disusun oleh :
dr. Teguh Pambudi
Mengetahui,
Pembimbing
STATUS PENDERITA
I.
IDENTITAS PENDERITA
1. Nama
: Tn. EB
2. Umur
: 35 tahun
3. Jenis kelamin
: Laki - Laki
4. Alamat
5. Agama
: Islam
6. Status
: Menikah
7. Pekerjaan
: Petani
II.
9. Tgl. Periksa
: 04-01-2016
10. No.CM
: 040442
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma/alergi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: disangkal
Riwayat asma/alergi
: disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
IGD
Keadaan Umum
1. Kesadaran
:
: Somnolen (E2V3M5)
2. Vital sign
a. Tekanan darah
: 130/80 mmHg
b. Nadi
: 98 x/menit
c. RR
: 20 x/menit
d. Suhu
: 39,5C
3. Status generalis
a. Kepala
: Bentuk mesocephal
b. Muka
: dbn
c. Mata
perdarahan
d. Mulut
e. Leher
f. Thorax
g.
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
h. Pulmo
i.
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
j. Ekstremitas
Kaku
Oedem
_
_
4. Status Neurologikus
Tonus
Refleks Patologis
Refleks fisiologis
IV.
Klonus
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium hematologi tanggal 04-01-2016
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Nilai Normal
Darah rutin :
2. Foto
Hemoglobin
12,2 g/dl
Leukosit darah
7.800 /mm3
3.600 11.000
Trombosit darah
233.000 /mm3
150.000 500.000
Hematokrit
36%
37 50
Kimia Darah
Gula darah sewaktu stik
148 mg%
70 -120
SGOT
78U/I
SGPT
82U/I
Imunoserologi
HBsAg
Non Reaktif
Non Reaktif
Widal
-,
Widal Typhi O
Negatif (-)
Negatif
Widal Typhi H
Negatif (-)
Negatif
Widal Typhi AH
1/80,
Negatif
Thorax PA
Kesan : Tampak nodul miliar menyeluruh dikedua lapang paru.
TB MILIAR DUPLEX
LANGKAH PENATALAKSANAAN DI IGD
1. Cek kesadaran
2. O2 3 lpm
3. GDS CITO
4. Alloanamesis
5. PF Comperhensif
6. Infus RL 20 tpm
7. Pemeriksaan Penunjang ( Darah rutin , GDS, SGOT/ SGPT, Widal, Ur/Cr , Fo
Thorax PA
8. Inf. Pamol 3 X 500 mg (K/P)
9. Injeksi ceftriaxon 1x1 grm 2 X 1 gram
10. Injeksi citicolin 1 X 1 amp 2 X 1 Amp
11. Injeksi Ranitidin 1 X 1 amp 2 X 1 Amp
12. Hasil PP keluar ; Fo thorax ; TB miliar duplex
13. Rujuk karena Isolasi Penuh
V.
VI.
RESUME
Seorang Laki laki 35 tahun datang ke IGD RS PKU Muhammadiyah Sruweng
dengan keluhan utama Penurunan kesadaran. Keluhan dirasakan semenjak dua hari
sebelum masuk rumah sakit. Keluhan diawali dengan demam 10 hari yang lalu terus
menerus dan tinggi setelah itu secara mendadak pasien tidak sadarkan diri, masih bisa
membuka mata kadang bicara tidak jelas yang tidak bisa dipahami. Keluhan lain
berupa demam sejak 10 hari yang lalu terus menerus tinggi dan tidak turun turun,
tidak menggigil disertai dengan batuk kering kadang - kadang. Keluhan lain tidak
diketahui oleh ibu pasien makan minum pasien 2 hari ini sama sekali tidak masuk,
BAK (+), BAB (+)
ASSESMENT
Penurunan kesadaran ec. Susp. Meningitis TB
VIII. PROGNOSIS
IX.
Quo ad vitam
: dubia ad malam
Quo ad functionam
: dubia ad malam
Quo ad sanationam
: dubia ad malam
PEMBAHASAN
1. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik
Diagnosis
lingkungan atau input-input rangsangan sensoris, hal ini disebut juga sebagai
awareness.
Pada pasien terdapat tanda tanda klinik penurunan kesadaran diantaranya
adalah didapatkan penurunan kesadaran sejak 2 hari SMRS, dengan GCS ketika di
IGD didapatkan E2V3M5. Selain itu didapatkan demam 10 hari SMRS, demam
tinggi dan dirasakan terus menerus, saat di IGD didaatkan suhu pasien 39,5 C.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan meningeal sign positif, diantaranya
kaku kuduk dan brudzinsky 1. Sementara itu, pada pemeriksaan pulmo didapatkan
ada ronkhi pada kedua lapang paru. Pada pemeriksaan fisik seharusnya dilakukan
juga pemeriksaan neurologis lainnya seperti uji brudzinsky 1-4, pemeriksaan
Kernicks sign, serta pemeriksaan nervus cranialis terutama pada nervus III, IV, V dan
VI.
Gejala klinis Penurunan kesadaran disebabkan oleh gangguan pada korteks
secara menyeluruh misalnya pada gangguan metabolik, dan dapat pula disebabkan
oleh gangguan ARAS di batang otak, terhadap formasio retikularis di thalamus,
hipotalamus maupun mesensefalon.
Pada penurunan kesadaran, gangguan terbagi menjadi dua, yakni gangguan
derajat (kuantitas, arousal, wakefulness) kesadaran dan gangguan isi (kualitas,
awareness, alertness) kesadaran. Adanya lesi yang dapat mengganggu interaksi
ARAS dengan korteks serebri, apakah lesi supratentorial, subtentorial dan metabolik
akan mengakibatkan menurunnya kesadaran 4.
Penyebab utama penurunan kesadaran harus digali seecara mendalam dengan
pemeriksaan penunjang lain secara umum pembagian dibagi menjadi 2 yaitu
metabolik antara lain disebabkan DM (hipoglikemia, hiperglikemia, dan ketoasidosis)
atau alkoholik dan obat obatan psikotropika yang lain, sedangkan penyebab lain
adalah karena perubahan komposisi intracranial missal infeksi system saraf pusat,
perdarahan intracranial atau adanya masa intracranial 4.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan kadar hemoglobin 12,2
g/dl, leukosit darah 7800/mm3, trombosit 233.000/mm3, dan hematokrit 36%
Pemeriksaan gula darah sewaktu didapatkan 148 mg% , SGOT dan SGPT meningkat
sebesar 78U/I dan 82 U/I Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan Foto Thorax PA
karena melihat hasil pemeriksaan Fisik terdapat Ronkhi di kedua lapang paru dan
hasil yang didapatkan kesan TB miliar merata dikedua lapang paru.
Pada kasus Penurunan kesadaran , pemeriksaan penunjang digunakan untuk
menegakan diagnosa penyebab utama dari penurunan kesadaran tersebut
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis penurunan kesadaran ditegakkan berdasarkan manifestasi klinis. Yang
dapat dinililai secara Kualitas dan kuantitas.
a. Secara kualitas dapat dinilai menjadi:
1. ComposMentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,
sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriakteriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
(2) : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya extensi di sisi tubuh, dengan jari
mengepal & kaki extensi saat diberi rangsang nyeri).
(1) : tidak ada respon
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam simbol
EVM Selanutnya nilai-nilai dijumlahkan. Nilai GCS yang tertinggi adalah 15
yaitu E4V5M6 dan terendah adalah 3 yaitu E1V1M1
Setelah dilakukan scoring maka dapat diambil kesimpulan :
(Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium
(GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3).
Pada pasien ini jika dilihat dari pemeriksaan kesadaran secara kuantitatif yaitu,
respon membuka mata didapatkan skor 2 yaitu dengan rangsang nyeri (berikan
rangsangan nyeri, misalnya menekan kuku jari), respon verbal/bicara didapatkan skor 3
yaitu kata-kata saja (berbicara tidak jelas, tapi kata-kata masih jelas, namun tidak dalam
satu kalimat. Misalnya aduh, bapak), dan respon motorik didaatkan skor 5 yaitu
melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi rangsang nyeri).
Sehingga didapatkan hasil akhir GCS yaitu E2V3M5, dan dapat diambil kesimpulan pada
pasien ini kesadaran kualitatifnya adalah somnolen .
Sementara itu untuk mengetahui etiologi penurunan kesadaran dapat digunakan
algoritma sebagai berikut:
Pada kasus ini terdapat tanda tanda infeksi pada system saraf pusat berupa
penurunan kesadaran 2 hari, Demam tinggi 10 hari, Kaku kuduk (+), Rangsang
menigeal (+), maka perlu dilihat pada algoritma berikut :
XI.
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalakasanaan awal penurunan kesadaran :
A. AIRWAY
Menilai jalan nafas dan pernafasan :
Berhasilnya resusitasi tergantung dari cepatnya pembukaan jalan nafas Bila penderita
sadar dapat berbicara kalimat panjang : Airway baik, Breathing baik. Bila penderita tidak
sadar bisa menjadi lebih sulit. Lakukan penilaian Airway-Breathing dengan cara : Look
Listen Feel.
Obstruksi jalan nafas
a. Obstruksi total
Pada obstruksi total mungkin penderita ditemukan masih saar atau dalam keadaan tidak
sadar. Pada obstruksi total yang akut, biasanya disebabkan tertelannya benda asing yang
lalu menyangkut dan menyumbat di pangkal larink, bila obstruksi total timbul perlahan
(insidious) maka akan berawal dari obstruksi parsial menjadi total.
b. Obstruksi parsial
Disebabkan beberapa hal, biasanya penderita masih dapat bernafas sehingga timbul
beraneka ragam suara, tergantung penyebabnya (semuanya saat menarik nafas, inspirasi)
- Cairan (darah, sekret, aspirasi lambung dsb), bunyi kumur-kumur (gargling)
C. CIRCULATION
1. Umum
a. Frekuensi denyut jantung
Frekuensi denyut jantung pada orang dewasa adalah 60-80/menit.
b. Penentuan denyut nadi
Pada orang dewasa dan anak-anak denyut nadi diraba pada a.radialis (lengan bawah,
dibelakang ibu jari) atau a.karotis, yakni sisi samping dari jakun.
2. Penanganan
a. Lakukan Tredelenburg manuver (angkat kaki pasien 45 ke atas)
b. Lakukan resusitasi cairan
D.DISABILITY
Disability (Neurologic Status) - Nilai Keadaan Neurologis secara cepat.
Parameter : tingkat kesadaran, ukuran dan reaksi pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan
tingkat (level) cedera spinal.
Tingkat kesadaran dinilai dengan GCS scoring. Penurunan kesadaran dapat
disebabkan penurunan oksigenasi dan/atau penurunan perfusi ke otak, atau disebabkan
trauma langsung pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya re-evaluasi
terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi.
Alkohol dan obat-obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran penderita. Walaupun
demikian, bila sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sebagai
penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan
kesadaran dan bukan alkoholisme, sampai terbukti sebaliknya.
E. EXPOSURE
Buka pakaian penderita untuk melakukan pemeriksaan secara menyeluruh. Periksa halhal yg mungkin terlewat pada pemeriksaan sebelumnya, misal perlukaan pada tubuh yg
tertutup pakaian, darah yg keluar dari MUE atau anus, dll. Setelah pakaian dibuka,
penderita harus segera diselimuti untuk mencegah hipotermi.
Terapi supportif lainnya
Pasien pasien ini harus selalu diawasi terutama masalah airway nya. Selain itu
berdasarkan dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium, pasien ini termasuk ke
dalam infeksi system saraf pusat yang kemungkinan terbesar adalah meningitis yang bisa
disebabkan kemungkinan terbesar adalah kuman TB atau bakterial yang lain. Oleh karena
itu penanganan pada pasien ini diberikan
1. Inf. Pamol 3 X 500 mg (K/P), dengan adanya gejala klinis demam 39,5 dan kondisi
pasien tidak sadarkan diri sehingga kemungkinan terbesar pemberian secara oral tidak
memungkinkan makan pemelihan anti piretik inf. Sangat efektif, selain bekerja secara
cepat tetapi juga tidak melalu proses saluran pencernaan.
2. Injeksi ceftriaxon 2 x1 grm, pemberian antibiotika golongan shepalosporin generasi ke
tiga ini merupakan pilihan utama pada pasien meningitis atau infeksi system saraf pusat
lain karena selain spectrum luas antibiotika ini mampu dengan baik menembus sawar
otak, pada penelitian yang ada pemberiaan antibiotika ini akan mengurangi angka
kematian dan kecacatan pada pasien infeksi SSP.
3. Injeksi citicoline 2 X 1 Amp, citicoline merupakan obat yang bekerja meninggkatkan
aktifitas pembentukan dari reticular dalam otak khususnya pada aktifitas system reticular
asending yang erat kaitanya dengan proses kesadaran dengan peningkatan aktifitas
system ARAS dan meniggkatkan aliaran darah dan metabolism otak.
4. Injeksi Ranitidin 2 X 1 amp, pemberian ranitidin atau obat golongan antagonis reseptor
H2 dan atau PPI pada pasien penurunan kesadaran yang disebabkan infeksi SSP sangat
dianjurkan mencegah terjadinya distress saluran cerna dan untuk memempertahankan
tubuh dalam kondisi normoglikemia, karena kondisi ini sangat dibutuhkan dalam
perbaikan pasien.
Kebutuhan cairan dan nutrisi pada pasien dengan kondisi penurunan kesadaran
dan demam tinggi juga harus dipenuhi. Pada pasien ini diberikan infus Ringer Lactat 20
tpm, pemilihan cairan kristaloid terutama Ringer Lactat pada pasien ini karena cairan
tersebut mengandun komposisi yang paling sama dengan tubuh 12.
Hal-hal yang harus dipantau selama pengobatan adalah :
1. Tanda- tanda vital dan tanda-tanda distress pernapasan.
2. Keadaan hidrasi, balans cairan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Susana Chavez-Bueno, MD, George H. McCracken, Jr, MD. Bacterial
Meningitis in Children. Department of Pediatrics, Division of Pediatric
Infectious Diseases, University of Texas Southwestern Medical Center
of Dallas. Pediatr Clin N Am 2005; 52: 795810.
2. Ginsberg L. Difficult and recurrent meningitis. Journal of Neurology,
Neurosurgery and Psychiatry. 2004; 75: 16-21
3. Tunkel AR, Hartman BJ, Kaplan SL et al. Practice guidelines for the
management of bacterial meningitis. Clinical Infectious Diseases 2004;
39: (9) 1267-84
4. T Ducomble, K Tolksdorf, I Karagiannis, B Hauer, B Brodhun, W Haas,
L Fiebig. The burden of extrapulmonary and meningitis tuberculosis: an
investigation of national surveillance data, Germany 2002 to 2009. Euro
Surveill. 2013; 18(12) 20436.
5. Diagnosis and therapy of tuberculous meningitis in children. Nicola
Principi*, Susanna Esposito. Department of Maternal and Pediatric
Sciences, Universit
degli Studi di Milano, Fondazione IRCCS C
Policlinico, Via Commenda 9, 20122 Milan, Italyen
6. Nofareni. Status Imunisasi BCG dan Faktor Lain yang Mempengaruhi
Terjadinya Meningitis Tuberkulosa. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK
USU. 2003; 1-13.
7. Yayan A. Israr. Meningitis. Faculty of Medicine University of Riau,
th
ed. Philadelphia :