TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFENISI
Retinopati merupakan kelainan retina yang tidak disebabkan radang dimana
ditandai adanya penurunan visus akibat anemia, diabetes melitus, hipotensi,
hipertensi dan retinopati leukemia.1,3
Cotton wool patches merupakan gambaran eksudat yang terjadi pada retina yang
diakibatkan adanya obstruksi arteri pre papil sehingga terjadi non perfusi didalam
retina.1,2
B. KLASIFIKASI RETINOPATI
1. Retinopati Diabetikum
Retinopati diabetik adalah suatu mikroangiopati progresif yang ditandai
oleh kerusakan dan sumbatan pembuluh darah halus yang meliputi arteriol
prekapiler retina kapiler-kapiler dan vena-vena. Retinopati akibat diabetes
melitus lama berupa aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat
lemak.1-3 Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan yang paling sering
di jumpai terutama di negara barat. Kira-kira dari 1 dari 900 orang berusia 25
tahun mengidap diabetes dan kira-kira 1 dari 25 orang berusia 60 tahun adalah
penyandang diabetes. Retinopati diabetik jarang ditemukan pada anak-anak
dibawah umur 10 tahun tanpa memperhatikan lamanya diabetes. Resiko
berkembangnya retinopati meningkat setelah pubertas. Dalam urutan penyebab
kebutaan secara global retinopati diabetik menempati urutan ke-4 setelah
katarak, glaukoma dan degenerasi makula (AMD=Age-Related Macular
Degeneration).2,3
Angka kejadian retinopati diabetik dipengaruhi tipe diabetes melitus dan
durasi penyakit. Pada DM tipe 1 (insulin dependent atau juvenile DM) yang
disebabkan oleh kerusakan sel beta pada pankreas, umumnya pasien berusia
muda kurang dari 30 tahun, retinopati diabetik ditemukan pada 13persen kasus
yang sudah menderita DM selama kurang dari 5 tahun yang meningkat hingga
90 persen setelah DM diderita lebih dari 10 tahun. Pada DM tipe 2 non-insulin
dependent DM), yang disebabkan oleh resistennya berbagai organ tubuh
terhadap insulin biasanya menimpa usia 30 tahun atau lebih, retinopati diabetik
ditemukan pada 24-40 persen pasien penderita DM kurang dari 5 tahun, yang
meningkat hingga 53-84 persen setelah menderita DM selama 15-20 tahun.3
Adapun gambaran khas yang dapat kita temukan pada retinopati yaitu :2
1. Mikroaneurisma, merupakan tanda khas dini pada penderita penyakit
ini. Terlihat penonjlan dinding kapiler dekat polus posterior.
Mikroaneurisma ini sangat kecil dan hanya terlihat pada angiografi
fluoresin.
2. Perdarahn dalam bentuk titik atau brecak dimana diakibatkan adanya
perdarahan akibat permebilitas kapiler terganggu.
3. Dilatasi pembuluh darah balik dimana khasnya seperti berkelok
kelok dengan lumen ireguler akibat kelainan sirkulasi dan kadang
kadang disertai kelainan endotel dan eksudasi plasma.
4. Hard exudate, yang menandakan adanya infiltrasi ke dalam retina.
Gambarannya yaitu ireguler kekuning kuningan. Awalnya tampak dari
angiografi fluoresein diluar pembuluh darah. Sering terjadi pada
keadaan hiperlipoproteinemia.
5. Softexudate, disebut pada pemeriksaan oftalmoskop terlihat bercak
kekuningan dan berwarna putih.
6. Neovaskularisasi terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh
darah. Tampak seperti pembuluh darah yang kecil berkelok kelok.
Awalnya ke daerah periretinal, ke badan kaca. Pecahnya pembuluh
darah baru ini akan menyebabkan perdarahan retina, perdarahan
subhialoid, maupun badan kaca.
7. Edema retina. Terlihat gambaran retina yang hilang sehingga
terganggunya gambaran makula yang pastinya berdampak pada
Makulopati
PraProliferatife
Proliferarife
Perubahan
oklusi
vasoproliferatif
neovaskularisasi.
menyebabkan
dari
retina
Penglihatan
pelepasan
substansi
yang
menyebabkan
normal,
mengamncam
penglihatan
Tahap lanjut
lain :4,5
Perubahan anatomis4,5
oCapilaropathy
retinopati diabetik
Perubahan hematologi4,5
oPeningkatan sifat agregasi trombosit dan peningkatan agregasieritrosit
yang meningkatkan abnormalitas serum dan viskositas darah.
oAbnormalitas lipid serum
oFibrinolisis yang tidak sempurna
oAbnormalitas dari sekresi growth hormone
Perubahan biokimia4,5
oJalur poliol
Hiperglikemia yang berlangsung lama akan menyebabkan produksi
berlebihan serta akumulasi dari poliol yaitu senyawa gula dan alkohol
dalam jaringan termasuk di lensa dan saraf optik. Salah satu sifat dari
senyawa poliol adalah tidak dapat melewati membran basalis sehingga
akan tertimbun dalam jumlah banyak didalam sel. Senyawa poliol
menyebabkan peningkatan tekanan osmotik sel dan menimbulkan
gangguan morfologi maupun fungsional sel.
oGlikasi nonenzimatik
Glikasi nonenzimatik terhadap protein dan DNA yang terjadi
tersering
penurunan
visus
pada
pasien
dengan
hipoksia.
Infark
menyebabkan
terbentukanya
pada
nerve
cotton-wool
fiber
spots
layer
dapat
(CWS)
yang
Gambar 2.
Neovaskularisasi pada
Permukaan Retina5
Neovaskularis
asi
ditemukan
sering
pada
perbatasan area perfusi dan non perfusi dan juga pada papila nervi opticus.
Neovaskularisasi tumbuh menembus permukaan retina dan ke dalam hyaloid
posterior. Pembuluh darah baru tersebut jarang menimbulkan gangguan visual.
Pembuluh darah tersebut rapuh dan bersifat sangat permeabel sehingga gampang
pecah oleh traksi vitreus yang menyebabkan perdarahan ke dalam vitreus
tersebut.5,6
Penatalaksanaan
Prinsip utama penatalaksanaan dari retinopati diabetik adalah pencegahan.
Hal ini dapat dicapai dengan memperhatikan hal-hal yang dapat mempengaruhi
Rekomendasi pemeriksaan
pertama kali
Follow up
rutin minimal
Setiap tahun
0-30 tahun
>31 tahun
Saat diagnosis
Hamil
Abnormalitas retina
Setiap tahun
Setiap 9 bulan
Setiap 6 bulan
Setiap 4 bulan
Edema makula
Retinopati Diabetik proliferatif
10
Gambar 3. Panretinal
fotokoagulasi pada
PDR8
Gambar 4 Grip
11
studi
baru-baruini
diusulkan
menggunakan
bevacizum
perbaikan
Diabetic
dengan
diabetik
retinopati
proliferatif
berat.
DRVS
12
awal
dibandingkan
dengan managemen
kecil,selanjutnya
tumbuh
dan
membentuk
membrane
13
yang massif, pasien biassanya mengeluh kehilangan penglihatan secara tibatiba. Oftalmoskopi direk secara jauh akan menampakkan bayangan hitam
yang berlawanan dengan sinar merah pada perdahan vitreous yang masih
sedikitdan tidak ada sinar merah jika perdarahan vitreous sudah banyak.
14
15
Stadium
Karakteristik
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Stadium IV
Karakteristik
Stadium I
Stadium II
Stadium III
16
Karakteristik
Stadium 0
Stadium I
Stadium II
Stadium III
Funduskopi
Tipe 1
17
meregang
Fundus hipertensi dengan atau
tanparetinopati, tidak ada sklerose,
dan terdapat pada orang muda.dan
percabangan tajam, perdarahan ada
atau tidak ada, eksudat ada atau
tidak ada
Tipe 2
Tipe 3
Tipe 4
18
19
Pada pembuluh darah yang menebal pantulan refleks cahaya normal hilang
dan cahaya terlihat lebih luas dan buram. Hal ini dianggap sebagai tanda awal
terjadinya arteriosklerosis. Pada funduskopi akan terlihat sebagian pembuluh
darah seperti tembaga (copper wire), karena meningkatnya ketebalan dinding
dan lumen berkurang kemudian terjadi perubahan pada refleks cahaya arteriol.
Bila proses sklerosis berlanjut, dinding arteri semakin menebal dan lumen
mengecil yang akhirnya hampir tidak terlihat sehingga waktu penyinaran hanya
berbentuk garis putih saja, yang dikenal sebagai refleks kawat perak (silver wire
reflex).11
Perdarahan akan terjadi bila hipertensi berlangsung lama dan tidak
terkontrol. Proses yang kronik ini akan menyebabkan kerusakan inner blood
barrier, sehingga terjadi ekstravasasi plasma dan sel darah merah ke retina (hard
exudates). Perdarahan biasanya terjadi pada lapisan serabut saraf retina,
distribusinya mengikuti alur serabut saraf, sehingga terlihat seperti lidah api
(flame shape). Kerusakan ditingkat kapiler maka perdarahan terjadi pada lapisan
inti dalam atau pleksiform dalam, bentuknya lebih bulat (blot like appearance).11
Iskemik fokal atau area non perfusi yang terjadi pada lapisan serabut saraf
retina, maka serabut saraf akan berdegenerasi menjadi bengkak dan secara
histologitampak seperti suatu kelompok cystoid bodies. Kelainan ini dikenal
dengan cotton wool spot (soft exudates), yang pada pemeriksaan funduskopi
terlihat sebagai area putih keabuan seperti kapas dengan batas yang tidak
tegas.11,12
Papil edema disebabkan oleh adanya iskemia didaerah papil yang akan
menyebabkan hambatan aliran axoplasma, sehingga terjadi pembengkakan axon
di papil nervus optikus. Ateroskelrosis adalah proses sklerosis yang terjadi pada
pembuluh darah retina yang lebih besar. Pada ateroskelrosis sering ditemukan
fibrosis dan kalsifikasi pada tunika intima. Pada keadaan hipertensi accelerated
terjadi pembentukan plak yang besar di intra lumen yang akan menyumbat
pembuluh darah besar sehingga akan timbul komplikasi dalam bentuk oklusi
cabang retina sentralis (BRAO) atau arteri retinasentralis (CRAO).12
20
Gejala Klinik
Retinopati hipertensi merupakan penyakit yang berjalan secara kronis
sehingga gejala penyakit awal sering tidak dirasakan. Penderita retinopati
hipertensi biasanya akan mengeluhkan sakit kepala dan nyeri pada mata.12
Penurunan penglihatan atau penglihatan kabur hanya terjadi pada stadium
III atau stadium IV oleh karena perubahan vaskularisasi akibat hipertensi seperti
perdarahan, cotton wool spot, telah mengenai makula.12
Diagnosis
Diagnosis retinopati hipertensi ditegakkan berdasarkan pada anamnesis
(riwayat
hipertensi),
pemeriksaan
fisik
(tekanan
darah),
pemeriksaan
21
22
Gambar 6.
Moderate Hypertensive Retinopathy12
Ket :
A. AV nicking (panah putih) dan cotton wool spot (panah hitam).
B. Perdarahan retina (panah hitam) dan gambaran cotton wool spot (panah putih)
Gambar 7. Gambaran
cotton wool spot dan
perdarahan retina12
Ket : Multipel cotton
wool
spot
putih)
(panah
perdarahan
23
24
Gambar 8. Hard exudate dan Gambar 9.Gambaran Cotton wool spot, macula
star figure disertai papil edema12
Ket :
Panah biru : Cotton wool spot
Panah putih : perdarahan (blot shape)
Panah hijau : eksudasi retina dan macular star (star figure)
panah hitam : papil edema
Pemeriksaaan penunjang yang dilakukan setelah pemeriksaan funduskopi
adalah angiografi fluoresein. Kontras berupa bahan fluoresein dimasukkan
melalui vena di lengan. Ketika kontras sudah mencapai pembuluh darah retina,
gambaran pembuluh darah tersebut difoto dengan kamera khusus yang
menggunakan sinar biru. Pemeriksaan ini dapat menentukan dengan tepat
lokasi terjadinya neovaskularisasi dan kebocoran kapiler retina.12,13
Pemeriksaan laboratorium juga penting untuk menyingkirkan penyebab
lainretinopati selain dari hipertensi. Untuk pemeriksaan laboratorium terutama
diperiksa kadar gula darah, lemak darah dan fungsi ginjal.13
Diagnosis Banding13
Diagnosis banding mata tenang visus turun perlahan, adalah :
1.Retinopati Diabetik
Gambaran Retinopati diabetik pada funduskopi hampir sama
dengan retinopati hipertensi yaitu ditemukan blot like apperance,
mikroaneurisma, dilatasi vena dan berkelok-kelok, hard exudate, soft
exudate, neovaskularisasi, dan edema retina. Selain itu juga didapatkan
gula darah yang tidak terkontrol yaitu > 200 mg/dl.
2. Katarak
Penurunan visus perlahan pada pasien katarak akibat kekeruhan
lensa yang terjadi secara berangsur. Pada funduskopi direk didapatkan
refleks fundus yang hitam.
3.Glaukoma
25
26
Obat
Dosis
Efek
Lama kerja
Perhatian
khusus
Nifedipin
(Caantagonis)
5-10 mg
5-15 menit
4-6 jam
Gangguan
koroner
Kaptopril(AC
E inhibitor)
12,5-2,5 mg
15-30 menit
6-8 jam
Stenosis
arterirenalis
30-60 menit
8-16 jam
Mulut
kering,mengan
tuk
Propanolol
(beta blocker)
15-30 menit
3-6 jam
Bronkokonstri
ksi, blok
jantung
10-40 mg
Perubahan pola dan gaya hidup juga harus dilakukan. Kontrol berat badan
dan diturunkan jika sudah melewati standar berat badan seharusnya. Konsumsi
makanan dengan kadar lemak jenuh harus dikurangi sementara intake lemak tak
jenuh dapat menurunkan tekanan darah. Konsumsi alkohol dan garam perlu
dibatasi dan olahragayang teratur. Pengawasan oleh dokter mata dilakukan
untuk mengevaluasi progresivitas retinopati hipertensi dan komplikasinya.
Komplikasi yang dapat terjadi seperti oklusi arteri retina sentralis dan oklusi
cabang vena retina merupakan perburukan dari retinopati hipertensi yang tidak
terkontrol secara baik. Jika sudah terjadi eksudat dimakula, KWB stadium III,
dan sudah terjadi komplikasi maka fotokoagulasi laser dapat dipertimbangkan.14
Fotokoagulasi laser merupakan salah satu terapi dalam penanganan
komplikasi tersebut. Terapi laser retina terbukti memperbaiki oksigenasi retina
bagian dalam. Fotokoagulasi pada fotoreseptor mengurangi konsumsi oksigen di
bagian luar retina dan menyebabkan oksigen lebih mudah berdifusi dari koroid
ke bagian dalam retina, sehingga meningkatkan tekanan oksigen dan
27
pemeriksaan
angiografi
menunjukkan
penundaan pengisian arteri dan karena terdapat edema retina maka fluoresensi
ke bagian koroid tertutupi.15,16
28
BRAO (oklusi arteri retina cabang) paling sering diakibatkan oleh karena
emboli. Pasien dapat mengeluh hilangnya lapang pandang secara melintang atau
sektoral dan terjadi mendadak. Tanda yang dapat ditemukan berupa retina
menjadi putih di area yang dialiri arteri, pembengkakan berkabut perlahan
menjernih, tetapi bagian dalam retina menjadi atrofi dan berhubungan dengan
hilangnya lapang pandang sektoral yang permanen, dan pada beberapa kasus
juga dapat ditemukan rekanalisasi arteriol yang tersumbat. Pada fluoresensi
angiografi menunjukkan area yang terlibat menunjukkan gambaran tidak adanya
perfusi. BRVO (oklusi vena retina cabang) akut tidak terlihat pada gambaran
funduskopi, dalam beberapa waktu dapat menimbulkan edema yang bersifat
putih pada retina akibat infark pada pembuluh darah retina Seiring waktu, vena
yang tersumbat akan mengalami rekanalisasi sehingga kembali terjadi reperfusi
dan berkurangnya edema. Namun, tetap terjadi kerusakan yang permanen
terhadap pembuluh darah. Oklusi yang terjadi merupakan akibat dari emboli.16
Prognosis17
Prognosis tergantung kepada kontrol tekanan darah. Kerusakan penglihatan
yang serius biasanya tidak terjadi sebagai dampak langsung dari proses
hipertensi kecuali terdapat oklusi vena atau arteri lokal. Namun, pada beberapa
kasus, komplikasi tetap tidak dapat di hindari walaupun dengan kontrol tekanan
darah yang baik.
Keith Wagener Barker menentukan 5 year survival rate berdasarkan tidak
diberikan terapi medikamentosa yaitu antara lain grade I : 4%, grade II : 20%,
gradeIII : 80% , grade IV : 98%.17
3. Retinopati Prematuritas
Retinopati prematuritas adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan pada
pembentukan pembuluh darah retina pada bayi prematur. Retinopati yang berat
ditandai dengan proliferasi pembuluh retina, pembentukan jaringan parut dan
pelepasan retina. Retinopati prematuritas terjadi akibat kepekaan pembuluh
29
memperlambat
perkembangan
pembuluh
darah
retina
(vaskulogeuesis). Hal ini menimbulkan daerah iskemia pada retina ROP terjadi
bila pembuluh darah normal tumbuh dan menyebar ke seluruh retina, jaringan
lapisan bagian belakang mata. Abnormal pembuluh ini rapuh dan bisa bocor,
jaringan parut retina dan menariknya keluar dari posisi. Hal ini menyebabkan
ablasi retina, detasemen retina adalah penyebab utama gangguan penglihatan
dan kebutaan pada ROP.18
Epidemiologi17,18
Frekuensi penelitian di Korea melaporkan insidensi 20.7% (88 dari 425 bayi
prematur) dan melaporkan bahwa usia gestasi 28 minggu dan berat lahir
1000 gr adalah faktor risiko yang paling signifikan. Penelitian lainnya
melaporkan insidensi 29.2% (165 dari 564 bayi dengan BBLASR). Usia median
dari onset ROP adalah 35minggu ( range 31-40 minggu).Mortalitas dan
morbiditas. Setiap tahunnya, 500-700 anak mengalami kebutaan akibat ROP di
Amerika Serikat, 2100 bayi akan mengalami gejala sisa sikatrisial, termasuk
miopia, strabismus, kebutaan, dan ablasio retina. Terdapat kurang-lebih 20%dari
semua bayi prematur yang mengalami suatu bentuk strabismus dan kelainan
refraksi pada usia 3 tahun. Hal inilah mengapa bayi dengan usia gestasi kurang
dari 32 mingguatau berat kurang dari 1500 gr harus melakukan kontrol
kesehatan mata setiap 6 bulan,terlepas dari ada atau tidaknya ROP. Ras kulit
hitam menderita ROP yang lebih ringan dibanding ras Kaukasian.Insidens
sedikit lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki. ROP adalah penyakit bayi
prematur. Semua bayi yang memiliki berat lahir kurang dari 1500 gr dan usia
gestasikurang dari 32 minggu memiliki risiko untuk menderita ROP. Maka
dibuat semacam screening protocol sesuai dengan usia gestasi.17,18
Bayi yang lahir pada usia gestasi 23-24 minggu, harus menjalani
30
31
ditunmkan,
Bayi prematur mengalami hiperoksia tidak hanya diakibatkan oleh
pembahan konsentrasi oksigen diutrerus ke udara behas, tetapi juga
akibat peningkatan oksigen inspirasi, dan
Bayi prematur tidak mempunyai pengganti komponen antioksidan
retina. Retinopati prematur merupakan manifestasi alamiah akibat
toksisitas pemherian oksigen pada bayi prematur
Retinopati prematuritas terutama terjadi pada bayi dengan Berat Badan
Lahir Amat Sangat Rendah (BBLASR). Sebagian besar penelitian menunjukkan
bahwa berat badan lahir rendah, usia gestasi yang rendah, dan penyakit penyerta
yang berat ( misalnya respiratory distress syndrome, displasia bronkopulmoner,
sepsis) merupakan faktor-faktor yang terkait. Bayi yang lebih kecil, lebih tidak
sehat, dan lebih immatur memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk menderita
penyakit ini.19
Patogenesis
Prematuritas mengakibatkan terhentinya proses maturasi dari pembuluh
retinanormal. Terdapat dua teori yang menjelaskan patogenesis ROP. Sel-sel
spindel mesenkimal, yang terpapar kondisi hiperoksia, akan mengalami gap
junction. Gap junction ini mengganggu pembentukan pembuluh darah yang
normal, mencetuskan terjadinya respon neovaskular, sebagaimana dilaporkan
oleh Kretzer dan Hittner. Menjelaskan akan adanya dua fase pada proses
terjadinya ROP. Fase pertama, fasehiperoksik, menyebabkan terjadinya
vasokonstriksi pembuluh retina dan destruksi sel-selendotel kapiler yang
irreversibel. Keadaan hyperoxia-vasocessation ini dikenal sebagai stadium I dari
retinopati prematuritas.20
32
Gambar 10
ROP Stadium
I20
Seiring
area
ini
mengalami
iskemik,
faktor
angiogenik,
seperti vascular endothelial growth factor (VEGF), dibentuk oleh sel-sel spindel
mesenkimal dan retina yang iskemik untuk membuat vaskularisasi yang baru.
Vaskularisasi baru ini bersifat immatur dan tidak berespon terhadap regulasi
yang normal. Segera setelah itu, nutrisi dan oksigen dapat dikirim ke retina
melalui difusi dari kapiler-kapiler yang berada pada lapisan choroid. Retina terus
tumbuh semakin tebal dan akhirnya melebihi area yang dapat disuplai oleh
pembuluhnya. Seiring waktu, terjadilah hipoksia retinal yang pada akhirnya
mengakibatkan terjadinya pertumbuhan pembuluh darah yang berlebihan;
keadaan hypoxia-vasoproliferation ini dikenal sebagai ROP stadium II.20
Gambar 11
ROP Stadium
II21
Klinis
33
Sistem klasifikasi ini membagi lokasi penyakit ini dalam zona-zona pada
retina (1, 2, dan 3), penyebaran penyakit berdasarkan arah jarum jam (1-12), dan
tingkat keparahan penyakit dalam stadium (0-5). Dalam anamnesis dari bayi
prematur, harus mencakup hal-hal berikut ini :21
1.
Usia gestasi saat lahir, khususnya bila lebih kurang dari 32 minggu
2.
Berat badan lahir kurang dari 1500 gr, khususnya yang kurang dari
1250
34
35
Penatalaksanaan
Terapi Medis
Terapi medis untuk retinopati prematuritas (ROP) terdiri dari
screening oftalmologis terhadap bayi-bayi yang memiliki faktor risiko.
Terapiterapi
lainnya
yang
pernah
dicoba
dapat
berupa
mempertahankan level Insulin like growth factor (IGF-1) dan omega-3polyunsaturated fatty acids (PUFAs) dalam kadar normal pada retina
yang sedang berkembang.23
Terapi Bedah23
a.Terapi bedah ablatif (Ablative surgery)
Dilakukan apabila terdapat tanda kegawatan
Terapi ablatif saat ini terdiri dari krioterapi atau terapi laser
untuk menghancurkan area retina yang avaskular
36
juga
menghasilkan
reaksi
inflamasi
yang
lebih
ringan.
37
38