maka ludah yang sudah dibuang oleh Bambang DH akan dijilat kembali.
Bambang DH dan rekan-rekannya mengatakan demikian bisa jadi dilandasi
alasan, pertama, meski Risma sukses membangun dan mengelola Surabaya,
terbukti dari banyaknya penghargaan yang diterima dari berbagai lembaga
dunia, serta adanya pembangunan yang langsung dirasakan oleh masyarakat
namun polah tingkat Risma dirasa oleh Bambang DH dan rekan-rekannya terlalu
kebablasan.
Risma dirasa oleh mereka sulit diatur dan bekerja semaunya sendiri, meski oleh
masyarakat hal yang demikian dianggap bagus. Misalnya, dalam soal
penggusuran lokalisasi Gang Dolly, Risma tutup mata, tutup telinga, dan tutup
mulut ketika langkahnya itu tidak segaris dengan rival-rivalnya di partai yang
menolak langkah-langkah Risma dalam soal penutupan lokalisasi Gang Dolly.
Sikap pantang mundur Risma dalam penutupan Gang Dolly inilah bisa jadi yang
membuat rival-rivalnya di partai kecewa dengannya. Soal Gang Dolly bisa jadi
puncak kebencian rival-rivalnya di partai kepada Risma, sebab sebelumnya
banyak langkah Risma dalam menata kota pahlawan ternyata merugikan para
pencari untung atau pemburu rente. Akumulasi kekecewaan itulah yang
membuat Bambang DH menyatakan tidak akan mengusung Risma lagi.
Kedua, apa yang dikatakan Bambang DH tadi bisa jadi hanya sebatas test the
water, menguji reaksi publik pada suatu wacana atau isu. Test the water ini
sama seperti survei. Survei kepada elektabilitas Risma saat ini belum digelar
sehingga hasilnya belum diketahui. Dengan menggunakan test the water maka
akan diketahui sejauh mana respons masyarakat, bila respons masyarakat
tinggi maka menunjukkan potensi Risma untuk menang tinggi. Demikian
sebaliknya.
bangsa dimulai, memang harus diresapi oleh Presiden dan kepala daerah di
Indonesia. Pepatah ini penting sebab bila mereka masih mendahulukan loyalitas
kepada partai, maka proses pembangunan yang dilakukan tidak akan maksimal.
Idealisme yang ada menjadi tumpul bila terhambat kepentingan partai yang
terkadang tidak berpihak kepada rakyat. Bayangkan bila Risma lebih memilih
loyal kepada partai, tentu Gang Dolly sampai sekarang tetap akan buka.
Diposkan oleh Budi Santoso di 07.05
RMOL. Dosa-dosa Walikota Surabaya Tri Rismaharini bakal diblejeti. Itu terkait dengan
kontroversi pembelian mobil dinas (mobdin) untuk para camat, Polrestabes Surabaya dan 5 unit
Pajero untuk Muspida Surabaya.
Ketua DPRD Surabaya Wisnu Wardhana mengklaim, dewan mendapat dukungan
dari Dirjen Anggaran Daerah (DAD). Dengan penuh percaya diri, Wisnu mengatakan jika
pengalihan atau pergeseran mobil dari 1.500 cc ke 2.500 cc, harus memperoleh restu dari dewan
dan tidak boleh diubah seenaknya sendiri. Kalau bicara prosedur, mestinya dewan dimintai
persetujuan, terang Wisnu, saat dihubungi Rakyat Merdeka Online, Jumat (2/12).
Soal ini, Wisnu mengancam akan membeberkan fakta, jika walikota Surabaya tidak hadir saat
pengesahan perubahan APBD 2011. Aksi belanja mobil dinas itu, menurut Wisnu, sudah sangat
jelas menabrak Undang-undang 17/2003 tentang Keuangan Negara.
Wisnu menyindir, jika Pemkot berada di pihak yang salah. Karena kebijakan Pemkot main
sendiri itu didasarkan acuan Permendagri 13/2006 pasal 160. Menurutnya, tidak ada data valid
yang bisa mendukung kebijakan sepihak Pemkot itu.
Dosa Walikota dan Pemkot lainnya adalah pelanggaran Permendagri 21/2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah. Sebab di dalam pasal 160 ayat 5 diterangkan, pergeseran
anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan dan antar jenis belanja dapat dilakukan dengan
cara merubah Perda tentang APBD.
Khusus pembelian mobil 5 unit Pajero untuk Muspida dan 28 unit Panther untuk Unit Lantas
Polsek jajaran Polrestabes Surabaya, itu sudah dibeli tapi perubahan APBD
2011 belum disahkan dan dewan sudah mencoretnya.
Mau bukti apa lagi. Apa masih mau dibilang ini bukan pelanggaran. Jelas ini pelanggaran dan
sanksinya pidana penjara dan administratif, ungkap Wisnu.
Saat ditanya mengenai kompromi terkait dengan perubahan APBD 2011 segera bisa disahkan,
Wisnu menegaskan tidak akan ada lagi kompromi.
Jika ada kompromi, maka sama-sama akan masuk penjara. Kalau saya ikut
menyetujui (perubahan APBD 2011), saya pasti masuk (penjara), jawabnya.[arp]
http://nusantara.rmol.co/read/2011/12/02/47639/Dosa-dosa-WalikotaSurabaya-Tri-Rismaharini-Bakal-Diblejeti-
Penutupan kawasan lokalisasi Dolly yang berada di daerah Jarak, Surabaya, Jawa Timur ini akan
berlangsung malam ini Rabu, (18/6).
Citizen6, Jakarta Penutupan kawasan lokalisasi Dolly yang berada di daerah Jarak, Surabaya,
Jawa Timur ini akan berlangsung malam ini Rabu, (18/6/2014).
Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau biasa disapa Bu Risma sadar langkahnya menutup
kawasan prostitusi terbesar di Asia Tenggara ini mengundang kontroversi karena menyangkut
hajat hidup banyak orang. Menurutnya, penutupan ini berdasar peraturan daerah yang melarang
orang menggunakan bangunan atau tempat untuk berbuat asusila.
Sejak pagi hingga saat ini perbincangan penutupan Gang Dolly meramaikan linimasa. Para
Tweeple memberi dukungan melalui ciapan dengan hastag #SuroboyoTutupDolly. Tidak hanya
hashtag, postingan foto Risma dengan tulisan yang ia buat pun banyak di retweet para tweeple.
Namun beberapa tweeple juga mengkhawatirkan efek lain penutupan lokalisasi terbesar di Asia
Tenggara itu. Ada yang menanyakan apakah sudah dipertimbangkan baik-baik solusi untuk para
psk (pekerja seks komersial) itu setelah "tempat praktek"nya ditutup.
Ditengah pro kontra itu, Bu Risma tidak gentar. Bahkan ia seperti sudah mempersiapkan
kemungkinan terburuk buat dirinya: dibunuh. Hal ini tampak dari beberapa media yang
mengabarkan, ia telah berpamitan kepada keluarganya agar mengikhlaskan jika dirinya tewas
saat menutup lokalisasi Dolly malam nanti.
"Saya sudah pamit pada keluarga untuk menutup Gang Dolly tanggal 18 besok (daerah pelacuran
terbesar di Asia Tenggara) kalau saya mati, ikhlaskan. Bu Risma".
Pesan tersebut Risma buat lantaran banyaknya protes para penduduk di kawasan Gang Dolly
yang masih menentang keputusan yang telah ia buat. Risma sadar hal ini akan membahayakan
jiwanya, karena warga sekitar Gang Dolly pasti membenci dirinya.
Gang Dolly saat ini dihuni 1.000 lebih pekerja seks komersial dan sekitar 300 mucikari, sejak
pagi mereka melakukan aksi penutupan Jalan Jarak serta merusak dua wisma di lokalisasi
sebagai teror untuk memperkeruh situasi menjelang penutupan lokalisasi itu.
http://citizen6.liputan6.com/read/2065106/dolly-tutup-bu-risma-kalausaya-mati-ikhlaskan
Terancam diberhentikan sebagai Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, tetap bersikukuh bahwa
berbagai kebijakan kontroversinya dalam menata Kota Surabaya selama ini semata-mata untuk
"kepentingan rakyat."
Dan untuk kepentingan itu, Rismaharini -yang dilantik sebagai Wali Kota Surabaya pada
September 2010 lalu- mengaku berusaha habis-habisan untuk memegang prinsipnya itu.
Tidak peduli apabila yang dihadapinya adalah DPRD Kota Surabaya serta pimpinan partai
politik yang sejak awal menentang beberapa kebijakan kontroversinya.
"Sekian puluh tahun saya jadi bikokrat, saya pegang prinsip itu. Nah, kemudian kalau saya
menjabat wali kota ini paling lama lima tahun, apakah saya harus mengubah sikap, saya kira
nggak," tandas Risma, begitu panggilan akrabnya, dalam wawancara khusus dengan BBC
Indonesia hari Selasa (25/1) lalu di rumah dinasnya di Kota Surabaya, Jawa Timur.
Saya tetap berpedoman: kepentingan masyarakat itu yang utama, saya tidak akan berubah
apapun resikonya, karena saya yakin suara rakyat itu suara Tuhan
Tri Rismaharini
Wawancara dengan Risma, 50 tahun, memang berlangsung dalam suasana 'genting', di sela-sela
kesibukannya menjawab protes DPRD Kota Surabaya yang mempersoalkan kebijakannya dalam
menata ulang reklame.
Setelah dilantik sebagai Wali Kota Surabaya, perempuan kelahiran 20 November 1961 ini
memang telah melahirkan berbagai kebijakan yang menuai protes dari para politisi di DPRD
kota tersebut, diantaranya soal penataan reklame dan penolakannya atas pembangunan jalan tol
di tengah kota.
Risma menjawab semua pertanyaan BBC Indonesia pada sebuah petang yang bergerimis, setelah
alumni Institut Teknologi Sepuluh November, ITS, Surabaya ini bertemu Gubernur Jawa Timur
untuk menyelesaikan masalah politik ini.
Tapi tampaknya perundingan tersebut tidak membuahkan hasil, karena tidak dihadiri pimpinan
DPRD Surabaya.
Dan klimaksnya, hari Senin (31/1), Pansus hak angket DPRD Surabaya tentang kebijakan
penataan reklame akhirnya mengeluarkan rekemondasi kepada DPRD Surabaya untuk
mengusulkan pemberhentian Tri Rismaharini sebagai walikota.
Namun bukan Rismaharini apabila tidak "melawan". Selain tidak menghadiri sidang tersebut,
Risma juga sejak awal mengatakan tidak ada yang salah dari kebijakannya.
"Saya tetap berpedoman: kepentingan masyarakat itu yang utama, saya tidak akan berubah
apapun resikonya, karena saya yakin suara rakyat itu suara Tuhan," katanya, sebelum
rekomendasi pansus itu dikeluarkan.
"Saya tidak boleh bergeming karena keinginan bukan atas nama pribadi atau kelompok," tegas
Risma, seorang arsitek tamatan ITS itu.
Tidak kompromi
Julukan 'keras kepala' diberikan lawan politiknya, setelah Risma menolak permintaan DPRD
kota itu untuk meninjau ulang beberapa kebijakannya.
Simak Tokoh
DengarDurasi: 08:43
Alasan ini kontan saja dimentahkan para politisi di DPRD Kota Surabaya, yang -seperti dikutip
media- menyebutnya dapat mematikan pengusaha reklame dan biro iklan. Risma juga dicurigai
bertujuan untuk menguntungkan perusahaan reklame tertentu.
Tuduhan ini tentu saja ditolak mentah-mentah oleh Risma. "Saya lakukan semua itu untuk
kepentingan masyarakat. Tidak ada yang bersifat pribadi," katanya.
Sikap menolak kompromi juga ditunjukkan perempuan kelahiran Kota Kediri, Jawa Timur ini,
ketika mati-matian menolak pembangunan jalan tol tengah Kota Surabaya.
Padahal, rencana membangun jalan tol sepanjang 23, 8 kilometer senilai Rp8 triliun ini sudah
disetujui pemerintah pusat dan didukung DPRD kota itu.
Saya ngotot agar taman itu bisa dinikmati masyarakat, yaitu menjadi ruang sosial dan rekreasi
bagi masyarakat tidak mampu
Tri Rismaharini
Disebutkan jalan tol dari kawasan Waru-Sidoarjo ke Tanjung Perak itu akan dapat mengurangi
kemacetan.
Tetapi apa jawaban Risma? "Jalan tol itu tak akan menyelesaikan kemacetan di Surabaya, justru
di masa depan akan memperparah kemacetan."
Dia kemudian mengusulkan agar meneruskan pembangunan jalan lingkar timur untuk
mengurangi kemacetan sekarang dengan alasan pembangunan jalan tol ini akan mengorbankan
ribuan warga yang harus digusur.
Jawaban ini pun menimbulkan gelombang reaksi kemarahan politisi DPRD Surabaya. Tuduhan
'keras kepala' pun diarahkan kepada ibu dua anak ini.
Bagaimanapun Risma tetap tidak bergeming: "Orang tua saya mendidik saya punya prinsip, yang
-kalau bisa- tidak berubah dalam kondisi apapun. Kalau sepanjang itu benar, kebenaran itu harus
dipegang. Itu yang (menyebabkan) orang lain menganggap saya keras kepala," paparnya, datar.
Panggung politik
Dibesarkan dalam dunia birokrasi, Risma akhirnya dipaksa untuk terjun ke politik praktis setelah
dia terpilih sebagai Wali Kota Surabaya periode 2010-2015.
Kendala itu bukan karena saya perempuan. Kendalanya karena saya berangkat dari birokrat, dan
selama ini saya tidak mengenal politik.
Tri Rismaharini
Di sinilah perempuan berkerudung ini mengaku upayanya memahami dunia politik itu sebagai
kendala utamanya.
"Kendala itu bukan karena saya perempuan. Kendalanya karena saya berangkat dari birokrat, dan
selama ini saya tidak mengenal politik," ungkapnya terus terang.
Di ajang Pilkada tahun lalu, diajukan oleh PDI Perjuangan sebagai calon wali kota, dan Risma
akhirnya mampu mengungguli lawan-lawannya.
Sebuah dunia baru bernama 'politik praktis' pun dia terjuni, dan ternyata tidaklah muda.
"Karena saya biasanya di birokrat, dasar-dasarnya itu adalah dari data, yang kemudian kami
realisasikan. Nah, tapi ternyata dalam politik tidak demikian. Nah ini terus-terang saya masih
sangat belajar di situ."
Namun buru-buru Risma mengatakan, meskipun sekarang dia terjun di dunia politik,
"kesejahteraan masyarakat tetap menjadi tujuan utamanya".
Dalam wawancara itu, Risma berulangkali menyebut peran kedua orang tuanya yang disebutnya
mampu membentuk 'karakter'-nya seperti sekarang, termasuk ketika menghadapi persoalan
politik dengan DPRD Kota Surabaya.
Secara khusus dia menyebut sosok mendiang ayahnya. "Ayah saya sebetulnya berhak
dimakamkan di makam pahlawan, dan berhak dapat fasilitas sebagai veteran. Saya tahu dia
menolak. 'Saya berjuang untuk tidak dapat fasilitas, tapi untuk negara'. Ini membekas pada saya,"
ungkapnya.
"Saya takut melukai orang tua saya, kalau saya mengkhianati kota ini," katanya, agak diplomatis,
sekaligus menutup wawancara dengan BBC Indonesia.
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2011/01/110131_tokohbbct
rirismaharini.shtml
Surabaya Mantan Anggota DPRD Kota Surabaya Drs.Bachtiar Ballo menilai Walikota
Surabaya Tri Rismaharini hanya memainkan pola politik pencitraan disetiap kebijakan yang
dibuatnya .
Hal tersebut diungkap Bachtiar Ballo saat Gathering dan diskusi yang diadakan beritalima
mengenai pembangunan kota surabaya Rabu Malam (14/11) .
Bachtiar Ballo yang didampingi Ketua Aliansi LSM dan Ormas Jawa Timur Bambang Smith
mengkritisi kebijakan Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang selalu muncul kontroversi .
Risma hanya menggunakan politik pencitraan saja, hal ini bisa dilihat ketika muncul
kontroversi mengenai pembangunan tol tengah kota, Aset YKP , Kebon Binatang Surabaya
(KBS) ,Hingga Jaminan Kesehatan untuk warga Surabaya kata Ballo
Masih menurut Bachtiar Ballo yang juga tokoh masyarakat Jawa Timur , Dirinya kembali
menyatakan Masyarakat saat ini sudah bisa menilai langkah-langkah dan kebijakan yang dibuat
pemerintah kota surabaya ,dan itu jelas hanya politik pencitraan ,karna selalu menuai
kontroversi
Yang dilakukan walikota Surabaya saat ini ,bisanya hanya bersih bersih saja ,itu karena
walikota tidak cerdas , tambah Ballo
Sementara itu ,Bambang Smith ,juga punya penilaian yang sama terhadap walikota Surabaya Tri
rismaharini coba kita lihat pembangunan jembatan Flay over di simpang Banyu urip (Jl.Pasar
kembang -Jl Diponegoro) ,memang itu bagus ,Pemkot menambah kapasitas jalan ,tetapi kita lihat
nanti akan mematikan ekonomi sektor informal (PKL) karna di areal tersebut akan bermunculan
pasar moderen,dan nanti ada saja kontroversi .kata Smith
Bambang Smith mencontohkan mengenai pembangunan flayover mayangkara penghubung
antara Jl.wonokromo dengan Jl.Achmad yani itu sudah mematikan ekonomi kecil . tegasnya
Terpisah , Moch Efendy ketua panitia yang juga pimpinan redaksi berita lima , menyatakan
Diskusi mengenai pembangunan kota surabaya akan digagas kembali dalam waktu dekat, dengan
menghadirkan narasumber dari Akademik dan Praktisi (DPRD,Walikota,Dinas Terkait) serta
LSM,Ormas juga Rekan Media.
Dirinya Mengharap , melalui Diskusi terbuka yang diadakan secara intens maka,nantinya akan
melahirkan titik tengah mengenai problematika di Surabaya sehingga kesimpulan dan saran bisa
dijadikan bahan evaluasi dalam penentuan sebuah kebijakan . harapnya
Editor : Guntur Budiawan