Anda di halaman 1dari 52

BAB III

METODE ELEMEN HINGGA


3.1 Pendahuluan

Perkembangan dunia komputer yang sangat pesat telah mempengaruhi bidangbidang penelitian dan industri, sehingga impian para ahli dalam mengembangkan
ilmu pengetahuan dan industri telah menjadi kenyataan. Pada saat sekarang ini,
metode dan analisa desain telah banyak menggunakan perhitungan metematis
yang rumit dalam penggunaan sehari-hari. Metode elemen hingga adalah suatu
metode pemaparan bagaimana perjalanan aksi hingga timbul reaksi dalam materi,
atau metode untuk memperkirakan besar reaksi dan reaksi apa yang timbul dari
materi tersebut. Metode elemen hingga (finite element method) banyak
memberikan andil dalam melahirkan penemuan-penemuan bidang riset dan
industri, hal ini dikarenakan dapat berperan sebagai research tool pada
eksperimen numerik. Aplikasi banyak dilakukan pada problem kompleks
diselesaikan dengan metode elemen hingga seperti rekayasa struktur, steady state
dan time dependent heat transfer, fluid flow, dan electrical potential problem,
aplikasi bidang medikal.

Aplikasi dari Metode Elemen Hingga. :

1. Pada masalah struktur:


Analisa Tegangan: pada struktur rangka, balok dan frame; pada struktur
pelat berlubang,dst.

45
Universitas Sumatera Utara

Kejadian Tekuk (Buckling): pada kolom dan shell.


Analisa Getaran.

2. Pada masalah non-struktur:


Kejadian Transfer panas (Heat Transfer).
Aliran Fluida (Fluid Flow), termasuk aliran dalam media berpori (tanah).
Distribusi dari potensi magnetik atau elektrik.

3. Aplikasi pada Bioengineering.

Konsep Dasar Metode Elemen Hingga:


1. Menjadikan elemen-elemen diskrit untuk memperoleh simpangansimpangan dan gaya-gaya anggota dari suatu struktur.
2. Menggunakan

elemen-elemen

kontinu

untuk

memperoleh

solusi

pendekatan terhadap permasalahan-permasalahan perpindahan panas,


mekanika fluida dan mekanika solid.
Dua karakteristik yang membedakan metode elemen hingga dengan metode
numeric yang lain yaitu:
1. Metode ini menggunakan formulasi integral untuk menghasilkan sistem
persamaan aljabar.
2. Metode ini menggunakan fungs-fungsi kontinyu untuk pendekatan
parameter-parameter yang belum diketahui.

46
Universitas Sumatera Utara

Keuntungan dari Metode Elemen Hingga antara lain :

a. Memodelkan bentuk yang kompleks


b. Menyelesaikan kondisi pembebanan umum
c. Memodelkan objek/struktur dengan jenis material yang banyak
d. Memodelkan banyak macam syarat batas
e. Dengan mudah menggunakan bermacam ukuran

elemen dalam

meshing/diskritisasi
f. Menyelesaikan model dengan mudah dan murah
g. Dapat memodelkan efek dimanis
h. Menyelesaikan kelakuan tidak linier dari geometri dan material

3.2 Elemen Segitiga Linear


Elemen segitiga linear merupakan elemen pertama yang dikembangkan pada
metode elemen hingga 2 dimensi dan merupakan elemen paling sederhana,
namun terdapat kelemahan pada akurasi hasil perhitungan yang paling tidak
tepat dibandingkan dengan elemen lainnya. Elemen segitiga linear digunakan
ketika mesh dilakukan pada domain dengan bentuk model yang terdapat ujung
runcing sehingga dibutuhkan elemen segitiga pada saat membagi-bagi objek dan
tidak jarang, mesh yang dilakukan pada domain objek menggunakan elemen
campuran seperti elemen segitiga dan elemen segiempat. Gambar 3.2
menunjukkan contoh objek dengan domain segiempat dibagi menjadi elemen

47
Universitas Sumatera Utara

segitiga dan Gambar 3.3 menunjukkan elemen segitiga hasil mesh dengan jumlah
noda dan derajat kebebasan (degree of freedom).

Gambar 3.2 Objek segiempat dibagi menjadi elemen segitiga

Gambar 3.3 Elemen segitiga linear


Pada metode elemen hingga, terdapat persamaan dasar untuk menentukan
perpindahan perkiraan (approximate displacement) dengan formula pada
persamaan (3.2.1)
U h x, y N x, y de

(3.2.1)

Dimana N adalah persamaan bentuk elemen dengan persamaan berupa matriks:


N
N 1
0

0
N1

node1

N2
0

0
N2

node2

N3
0

0
N 3

node3

(3.2.2)

48
Universitas Sumatera Utara

Sedangkan nilai de adalah vector perpindahan noda dengan susunan matriks


sebagai berikut:
u1
v
1
u
de 2
v2
u3

v3

node1
node2
node3

(3.2.3)

Sehingga persamaan 3.2.1 dapat dituliskan sebagai berikut:

u h x, y N1 x, y u1 N 2 x, y u 2 N 3 x, y u3
v h x, y N1 x, y v1 N 2 x, y v2 N 3 x, y v3

(3.2.4)

3.2.1 Pembentukan Persamaan Bentuk Elemen Segitiga


Cara pembentukan matriks persamaan bentuk untuk elemen segitiga
dimulai dengan menentukan koordinat luas untuk elemen segitiga dan
membaginya menjadi tiga luasan (A1, A2, A3) seperti pada Gambar 3.4 dan dari
ketiga luasan tersebut dibuat perbandingan dari bagian-bagian segitiga tersebut
dengan luas total segitiga, sehingga terdapat 3 luasan yang dibandingkan dengan
luasan total segitiga (L1, L2, L3)

49
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.4 Koordinat area

1 x
1
A1 1 x 2
2
1 x3

y
y2
y3

1
x2 y3 x3 y 2 y 2 y3 x x3 x2 y
2

(3.2.1.1)

Sehingga nilai perbandingan A1 dengan Luas total dinyatakan sebagai berikut:

L1

A1
Ae

(3.2.1.2)

Begitu juga dengan nilai A2 dan nilai A3 dengan nilai sebagai berikut:

1 x
1
A2 1 x3
2
1 x1

1 x
1
A1 1 x1
2
1 x2

y
y3
y1

1
x3 y1 x1 y3 y3 y1 x x1 x3 y
2

y
y1
y2

1
x1 y 2 x2 y1 y1 y 2 x x2 x1 y
2

(3.2.1.3)

(3.2.1.4)

50
Universitas Sumatera Utara

Dengan nilai L2 dan L3 sebagai berikut:

L2

A2
Ae

(3.2.1.5)

L3

A3
Ae

(3.2.1.6)

Dan ketiga nilai tersebut harus memenuhi:

L1 L2 L3

A1 A2 A3

1
Ae Ae Ae

(3.2.1.7)

Dan ketiga nilai L1, L2, L3, merupakan nilai untuk persamaan bentuk yaitu:
N1 = L1, N2 = L2, N3 = L3

(3.2.1.8)

3.2.2 Matriks Regangan


Langkah kedua setelah kita mendapatkan persamaan matriks bentuk dari
elemen segitiga maka selanjunya kita menentukan matriks regangan yang
nantinya akan digunakan untuk menentukan persamaan matriks kekakuan. Pada
elemen

segitiga

dimensi,

komponen

tegangan

utama

berupa

T xx yy xy untuk benda 2D dan regangan utama pada benda 2


dimensi solid berupa T xx yy xy , sehingga dengan tengangan dan
regangan sumbu tersebut, dituliskan persamaan:

51
Universitas Sumatera Utara

u
x
v

y
u v

x y

xx
yy
xx

(3.2.2.1)

Dan jika dibentuk dalam bentuk matriks, didapat persamaan:

LU

(3.2.2.2)

Dimana L didapat dari persamaan (3.2.2.1) dan dituliskan dalam persamaan


matriks yaitu:

0
x

L 0
y


x
y

(3.2.2.3)

Dengan mensubstitusikan persamaan (3.2.1) dengan persamaan (3.2.2.2) didapat:

LU LNde Bde

(3.2.2.4)

Nilai B pada persamaan (3.2.2.4) merupakan matriks regangan yang akan dicari
dimana:

0
x
N
B LN 0
y


x
y

(3.2.2.5)

Dengan mensubstitusikan persamaan bentuk elemen segitiga pada persamaan


(3.2.2) , (3.2.1.8) dengan persamaan (3.2.2.5) maka akan didapat:
a1
B 0
b1

a2

a3

b1

b2

a1

b2

a2

b3

0
b3
a3

(3.2.2.6)

52
Universitas Sumatera Utara

Dengan nilai:
a1

x 2 y 3 x3 y 2
x y x1 y 3
x y x1 y1
, a2 3 1
, a3 1 2
2 Ae
2 Ae
2 Ae

(3.2.2.7)

b1

y 2 y3
y y1
y y2
, b1 3
, b1 1
2 Ae
2 Ae
2 Ae

(3.2.2.8)

3.2.3 Elemen Matriks


Langkah selanjutnya adalah menentukan matriks kekakuan, matriks
massa, dan matriks gaya. Matriks kekakuan didapatkan dengan menggunakan
persamaan berikut:

h T
k e B cBdV dz B cBdA hB T cBdA
Ve
Ae 0
Ae

(3.2.3.1)

Nilai c pada persamaan (3.3.1) adalah sebagai berikut:

1 v
E
c
v 1
1 v2
0 0

0 ( PlaneStress )
1 v 2
0

v 1 v
1
E 1 v
c
v 1 v
1
1 v 1 2v
0
0

(3.2.3.2)

( PlaneStrain) (3.2.3.3)
0

1 2v 21 v
0

Kemudian matriks massa diperoleh dengan menggunakan persamaan di bawah


ini:

me N NdV
T

Ae

dxN
Ae 0

NdA hN T NdA

(3.2.3.4)

Ae

53
Universitas Sumatera Utara

Maka matriks me selanjutnya disubstituasikan dengan matriks bentuk elemen


sehingga dapat dituliskan sebagai berikut:

N1 N1
0

N N
me h 2 1
0
Ae
N 3 N1

N1 N 2

N1 N 3

N1 N1

N1 N 2

N2 N2

N2 N3

N 2 N1

N2 N2

N3 N2

N3 N3

N 3 N1

N3 N2

0
N 1 N 3
0
dA
N2 N3
0

N 3 N 3

(3.2.3.5)

Nilai integrasi pada persamaan matriks di atas dapat diselesaikan dengan


menggunakan formula matematika yang dikembangkan Eisenberg dan Malvern
(1973)

m
1

Ln2 L3p dA

m!n! p!
2A
m n p 2!

(3.2.3.6)

Maka nilai matriks massa dapat dituliskan ulang sebagai berikut:

2
0

hA 1
me

2 0
1

0 1 0 1 0
2 0 1 0 1
0 2 0 1 0

1 0 2 0 1
0 1 0 2 0

1 0 1 0 2

(3.2.3.7)

Kemudian matriks gaya didapat dengan mengasumsi adanya gaya merata


pada bagian sisi segitiga misalkan sisi antara titik 2 dan titik 3 dari segitiga
sehingga persamaan gaya dapat dituliskan sebagai berikut:

fe N

fsx
dl
fsy
2 3

(3.2.3.8)

54
Universitas Sumatera Utara

Dikarenakan beban dianggap merata, maka persamaan di atas dapat dituliskan


sebagai berikut:

0
0

fx
1
xfe l 23
2
fy
fx

fy

(3.2.3.9)

Dimana l23 merupakan panjang sisi dari titik 2 ke titik 3 sebuah segitiga. Setelah
matriks gaya, kekakuan dan massa diperoleh maka matriks global dapat diperoleh
dengan menggabungkan per elemen dari suatu objek.
3.3 Elemen Segiempat Linear
Elemen segitiga jarang digunakan dalam mesh objek metode elemen
hingga. Alasan utama mengapa elemen segitiga lebih jarang digunakan dibanding
dengan elemen segiempat dan elemen lainnya adalah pada matriks regangan
elemen segitiga, nilainya konstan namun untuk elemen segiempat, nilainya
tidaklah konstan
3.3.1 Pembentukan Persamaan Bentuk Elemen Segiempat
Diasumsikan sebuah objek dengan domain segiempat seperti pada
Gambar 3.5 kemudian, objek tersebut dibagi menjadi elemen segiempat kecil
(mesh), dimana tiap elemen segiempat terdapat empat noda dengan 2 DOF
(Degree of Freedom)

55
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.5 Domain segiempat dipotong menjadi elemen segiempat


Sama dengan persamaan elemen segitiga sebelumnya, persamaan vector
perpindahan pada elemen segitiga juga berlaku untuk elemen segiempat dimana:
U h x, y N x, y de

(3.2.1)

Dengan perpindahan tiap noda berupa:


u1
v
1
u 2

v
de 2
u3
v3

u 4
v
4

node1
node2
node3
node4

(3.3.1.1)

Namun pada elemen segiempat, terdapat dua jenis koordinat yg akan digunakan
dalam menyelesaikan persamaan fungsi bentuk elemen, yaitu koordinat natural

dan koordinat lokal elemen (x,y) seperti pada Gambar 3.6 dengan

hubungan antara koordinat lokal dan koordinat natural adalah sebagai berikut:

xa , yb

(3.3.1.2)

56
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.6 Koordinat elemen segiempat (a) Koordinat lokal elemen,


(b) koordinat natural elemen
Maka persamaan matriks untuk fungsi bentuk elemen segiempat dapat dituliskan
sebagai berikut:
N
N 1
0

N2

N3

N4

N1

N2

N3

Node1

Node2

Node3

0
N 4

Node4

(3.3.1.3)

Dengan nilai Ni( i= 1, 2, 3, 4) dapat diperoleh dengan cara yang sama untuk
elemen segitiga sehingga didapat:

1
1 1
4
1
N 2 1 1
4
1
N 3 1 1
4
1
N 4 1 1
4
N1

(3.3.1.4)

57
Universitas Sumatera Utara

3.3.2 Matriks Regangan Elemen Segiempat


Dengan cara yang sama untuk Elemen segitiga, matriks regangan didapat
dengan persamaan sebelumnya B=LN sehingga didapat:

1
a

0
1
b
1

1
a

1
b
1
a

0
1
b

1
a
0
1
b

0
1
b
1
a

1
a
0

1
b

1
(3.3.2.1)
b
1

a
0

Terlihat bahwa matriks regangan untuk elemen segiempat memiliki nilai yang
tidak konstan seperti elemen segitiga.
3.3.3 Elemen Matriks
Setelah mendapatkan nilai matriks regangan, sama seperti prosedur
sebelumnya, nilai matriks kekakuan didapat dengan persamaan berikut:

ke hB cBdA
T

1 1

abhB

cBdd

(3.3.2.2)

1 1

Untuk matriks massa,diperoleh dengan cara yang sama sehingga dihasilkan


persamaan:

mij

hab

1
1

1 i j 1 1 j
4 3
3

(3.3.2.3)

Sebagai contoh,

m33

hab

1
1
4 hab
1 111 11
4 3
9
3

(3.3.2.4)

58
Universitas Sumatera Utara

Sehingga didapat matriks massa sebagai berikut:

4
0

hab 0
me
9 1

0
2

0 2 0 1 0 2 0
4 0 2 0 1 0 2
0 4 0 2 0 1 0

2 0 4 0 2 0 1
0 2 0 4 0 2 0

1 0 2 0 4 0 2
0 1 0 2 0 4 0

2 0 1 0 2 0 4

(3.3.2.5)

Dan persamaan matriks gaya yang bekerja pada objek didapat dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:

0
0

fx

fx
fe b
fy
fy

0
0

(3.3.2.6)

3.4 Elemen Cangkang (Shell Element)


Elemen Cangkang atau Shell Element merupakan elemen yang menerima
beban dari segala arah dan memiliki bentuk lengkung ataupun bentuk khusus
lainnya seperti tangki air atau bentuk cangkang. Pada bagian ini akan dijelaskan
penurunan persamaan Shell element dengan pembagian objek menjadi elemen
segiempat

59
Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Elemen pada Sistem Koordinat Lokal


Elemen Cangkang biasanya memiliki bentuk lengkung namun pada
penurunan persamaan ini, kita mengasumsi elemen cangkang memiliki
permukaan yang datar. Pada elemen cangkang, terdapat enam derajat kebebasan
untuk setiap noda
de1
de2

de
de3
de4

(3.4.1.1)

Dengan dei (i = 1, 2, 3, 4) merupakan perpindahan tiap noda dan tiap noda


memiliki derajat kebebasan seperti pada Gambar 3.7

ui
v
i
w
d ei i
xi
yi

zi

(3.4.1.2)

Dimana nilai u, v, dan w adalah perpindahan secara translasi dan x , y , z


merupakan perpindahan secara rotasi.

60
Universitas Sumatera Utara

Gambar 3.7 Elemen segiempat dari elemen cangkang


Metode Elemen Hingga yang digunakan untuk struktur cangkang
menggunakan penggabungan matriks dari elemen segiempat dengan elemen pelat
sehingga setiap matriks menggunakan penjumlahan dari matriks hasil elemen
segiempat dengan matriks hasil elemen pelat. Untuk mencari matriks kekakuan,
digunakan penggabungan antara matriks kekakuan elemen segiempat (3.4.1.3)
dengan matriks kekakuan elemen pelat (3.4.1.4) sehingga didapat matriks
gabungan yang merupakan matriks kekakuan elemen cangkang (3.4.1.5)

k11m
m
k
m
k e 21m
k 31
m
k 41

k11b
b
k
b
k e 21
b
k 31
b
k 41

k12m

k13m

m
k 22

m
k 23

k 32m
m
k 42

k 33m
m
k 43

k12b

k13b

b
k 22

b
k 23

b
k 32
b
k 42

b
k 33
b
k 43

k14m
m
k 24

m
k 34
m
k 44

(3.4.1.3)

k14b
b
k 24

k 34b
b
k 44

(3.4.1.4)

61
Universitas Sumatera Utara

k11m

0
0
m
k 21
0

0
ke m
k
31
0

0
k 41m

0
0

0 k12m

m
11

0
0

0 0
0 k 22m

0
k

0 k13m

m
12

0
0

0 0
0 k 23m

0 k14m

m
13

m
14

0
0

0 0
0 k 24m

0
0

k 21m

k 22m

k 23m

k 24m

m
34

0 k

m
32

0 k

m
33

0 k

k 31m

k 32m

k 33m

k 34m

m
44

0 k

m
42

0
m
42

m
41

m
43

0 k

m
43

k 44m

0 k

0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

(3.4.1.5)

Begitu juga dengan persamaan matriks untuk massa merupakan


penjumlahan antara matriks massa elemen segiempat (3.4.1.6) dengan matriks
massa elemen pelat (3.4.1.7) sehingga didapat matriks massa untuk elemen
cangkang (3.4.1.8)

m11m
m
m
m
me 21
m
m31
m
m41
m11b
b
m
b
me 21
b
m31
b
m41

m12m

m13m

m
m22

m
m23

m
m32
m
m42

m
m33
m
m43

m12b

m13b

b
m22

b
m23

b
m32
b
m42

b
m33
b
m43

m14m
m
m24

m
m34
m
m44

m14b
b
m24

b
m34
b
m44

(3.4.1.3)

(3.4.1.4)

62
Universitas Sumatera Utara

m11m

0
0
m
m21
0

0
me m
m
31
0

0
m
m41

0
0

0 m12m

0
m
11

0
0

0 m13m

0
m
12

0 0
m
0 m22

0
0

0 0
m
0 m23

0
m
13

0
0

0 m14m
0

0 0
m
0 m24

0
m
14

0
0

m
m21

m
m22

m
m23

m
m24

0
m

0 m

m
31

0
0
m

m
42

0 m

m
32

0 m

m
41

m
32

0
m
33

0 m

m
42

m
33

m
43

0
m
43

0 m

m
34

m
m34

0 m

m
44

m
m44

0
0

0
0

0
(3.4.1.5)
0

0
0

0
0

3.4.2 Elemen pada Sistem Koordinat Global


Matriks elemen lokal yang didapat pada sub bab sebelumnya dapat
diubah menjadi koordinat global dengan menggunakan persamaan berikut:
Ke T T keT

(3.4.2.1)

Me T T meT

(3.4.2.2)

Fe T T fe

(3.4.2.3)

Dimana Matriks T adalah sebagai berikut:

T3
0

0
T
0

0
0

T3
0
0
0

0
T3
0
0

0
0
T3
0

0
0
0
T3

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0

0
0

0
0

0
0

T3
0

0
T3

0
0
0

0
0

0
0

T3

(3.4.2.4)

63
Universitas Sumatera Utara

l x
T3 l y
l z

mx
my
mz

nx
n y
n z

(3.4.2.5)

Nilai lk, mk, dan nk (k = x, y, z) adalah cosinus dari sudut arah lokal menuju arah
global

64
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PERHITUNGAN KEKUATAN PER TITIK PADA BATANG 1-4


Data

Berat Jenis Beton

2400

Kg/m3

Jarak Scaffolding

1.80

Tebal Plat Lantai

0.25

Kekuatan/tiang

2.74

ton (hasil perhitungan gaya aksial Pa)

65

Universitas Sumatera Utara

Asumsi

Dead Load (Beton)

= 2,400 kg/m3 x 1.8 m x 0.25m

Live Load

350

Total beban

1,430 kg/m

= 1,080 kg/m

kg/m

Kombinasi Beban :
DL

1.2

1,080 =

LL

1.6

350

Total =

1,296 kg/m

560 kg/m

1,856 kg/m (sepanjang 1,80 m untuk 4 titik)


Material

Vertikal + Palang Q235

Diameter Tebal

Fy

42

2100000

2520

1.8

Besar beban titik (beban struktur) yang harus dipikul oleh tiap tiang adalah :
P

1,856 1.80

Jumlah Titik yg memikul

titik

P titik

835

kg

P awal

835

kg

Beban Kejut

20

kg

Total Beban per titik

855

kg

Nilai Faktor Reduksi

0.6

3,341 kg

66

Universitas Sumatera Utara

Akibat kondisi lapangan yang sulit diprediksi, maka nilai reduksi dari
kekuatan scaffolding yang digunakan sebesar 0,6.
Maka besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan beban adalah :
P

2,743 0.6

1,646 kg

> 855

kg .. (Aman)

Dengan kondisi demikian, maka dapat disimpulkan bahwa konstruksi


perancah (scaffolding) yang ada, KUAT untuk menahan beban struktur yang ada.
4.1.2 PERHITUNGAN GAYA AKSIAL (Pa)
K

150

Rotate Radius

Cc

. 2E/fy

KL/r

<

Cc

(KL/r)/Cc

Fs

(5/3)+ (3R/8-R3/8)

Material
Kaki + Palang Atas
A
Palang Lengkung
B

r1
4.2
2.5

cm

-------------

t
0.18
0.17

(1-0,5R2) x fy

Fa =

FS

r2
3.84
2.16

Cek Bearing Load Scaffolding ------- 1.43

A
2.27
1.24
<

r
1.95
1.32

L
170

2.74

KL/r Cc
R
87.40 128.19 0.68

FS
Fa Pa (ton)
1.836 1,208.24
2.74

ton ------------ Ok

67

Universitas Sumatera Utara

4.2 Hasil Analisis Beban Maksimum Scaffolding


Perhitungan untuk mendapatkan beban maksimum scaffolding secara manual
memerlukan waktu yang lama dan perhitungan yang panjang. Oleh karena itu, untuk
memverifikasi hasil analisis dari beban maksimum yang dapat dipikul oleh
scaffolding

dengan

menggunakan bantuan perangkat lunak SAP dan dianalisis

dengan menggunakan metode statik analitis.


Batang yang ditinjau

Gambar 4.1 Penomoran Batang pada Struktur Scaffolding

68

Universitas Sumatera Utara

Beban Maksimum

Gambar 4.2 Tabel Hasil Output SAP2000


Perhitungan manual dengan hasil output dari SAP2000 menunjukan hasil yang
mendekati dimana pada perhitungan manual didapat

besar kekuatan tiap tiang

scaffolding untuk menahan beban adalah : 1.646 kg sedangkan pada hasil output
SAP2000 adalah 1,690 kg.

69

Universitas Sumatera Utara

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Beberapa kesimpulan yang dapat dibuat dari hasil analisis dan pembahasan di dalam
tugas akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Scaffolding ditujukan untuk memperlancar proses produksi dan untuk
meminimalkan resiko atau mencegah potensi-potensi bahaya yang
diakibatkan oleh pekerja (pada pekerjaan yang dilakukan pada
ketinggian).
2. Secara perhitungan kekuatan, penggunaan perancah scaffolding cukup
kuat untuk menahan beban layan (beban struktur dan beban kejut ) yang
ada, besar kekuatan tiap tiang scaffolding untuk menahan beban adalah :
P

2,743 0.6

1,646 kg

> 855

kg.... Aman

3. Pada perhitungan kekuatan dengan bantuan perangkat lunak SAP2000 ,


hasil yang didapat lebih akurat dan detail dalam memperkirakan kapasitas
maksimum scaffolding agar tidak terjadi keruntuhan karena perancah /
scaffolding dibagi per section.
4. Perawatan bahan acuan dan perancah mutlak diperlukan agar kondisi
bahan dapat terkendali dan sesuai dengan asumsi perancangan.
5. Pengecekan / pengendalian kualitas pekerjaan konstruksi perancah harus
dilakukan berkala agar dapat meminimalisir hal hal yang tidak
diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

6. Perancah harus cukup kuat dengan pemberian meja scaffolding dan


bracing / crossing dalam menerima gaya momen, lintang maupun normal
(lateral).

5.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan untuk mengembangkan hasil yang telah
diperoleh pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut :
1.

Hendaknya disediakan tempat yang khusus guna menyimpan


scaffolding saat tidak digunakan sehingga scaffolding akan lebih
terjaga dari kerusakan.

2.

Sebaiknya diupayakan agar tidak adanya beban tambahan (beban


kejut) diluar perancangan yang dapat menyebabkan struktur
kelebihan beban kerja.

3.

Pemahaman terhadap tindakan pencegahan keruntuhan konstruksi


perancah, sebaiknya dikuasai / dipahami dengan baik oleh
kontraktor agar dapat meminimalisir dampak dari keruntuhan
konstruksi perancah tersebut.

4.

Pemilihan metode kerja yang tepat harus dipikirkan dengan baik,


karena tidak hanya mempengaruhi waktu / lama pekerjaan tapi juga
pada jenis bahan, alat dan beban kerja yang ada pada pelaksanaan
pembangunan.

71

Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN 1
LANGKAH-LANGKAH PENGERJAAN PROGRAM SAP2000
Struktur Scaffolding ( 3D-View )
1. Define Material

2. Define Material Pilih Material Q235

72

Universitas Sumatera Utara

3. Define Material Pilih Material Q235 Pilih Modify/ Show Material


Edit Material Property Data

4. Define Pilih Section Properties Pilih Frame Sections

73

Universitas Sumatera Utara

5. Define Pilih Section Properties Pilih Frame Sections Add New


Property Pilih Property A-1 Modify/Show Property Edit Pipe Section

6. Define Pilih Section Properties Pilih Area Sections

74

Universitas Sumatera Utara

7. Define Pilih Section Properties Pilih Area Sections Add New Sections
L1 Tipe Shell

8. Define Pilih Section Properties Pilih Area Sections Add New Sections
L1 Tipe Shell Modify/Show Property Edit Shell Section Data

75

Universitas Sumatera Utara

9. Define Pilih Section Properties Pilih Load Patterns

10. Define Pilih Section Properties Pilih Load Patterns Modify Load
Pattern

76

Universitas Sumatera Utara

11. Define Pilih Section Properties Pilih Load Cases

12. Define Pilih Section Properties Pilih Load Cases Define Load Cases
Modify / Show Load Cases

77

Universitas Sumatera Utara

13. Define Pilih Mass Source Define Mass Source

14. Define Pilih Load Combinations

78

Universitas Sumatera Utara

15. Define Pilih Load Combinations Add New Combo COMB 1 &
COMB 2 Modify / Show Combo Edit Dead Load & Live Load

16. Draw Set Select Mode Draw Frame/Cable/Tendon

79

Universitas Sumatera Utara

17. Draw Set Select Mode Draw Frame/Cable/Tendon Edit Property of


Object

18. Assign Pilih Area Loads Pilih Uniform (Shell)

80

Universitas Sumatera Utara

19. Assign Pilih Area Loads Pilih Uniform (Shell) Edit Area Uniform
Loads

20. Tampilan Hasil dari Area Uniform (LL) Global

81

Universitas Sumatera Utara

21. Assign Pilih Joint Pilih Restrains

22. Analyze Pilih Set Analysis Options

82

Universitas Sumatera Utara

23. Analyze Pilih Set Analysis Options Edit Analysis Options

24. Analyze Pilih Run Analysis

83

Universitas Sumatera Utara

25. Analyze Pilih Run Analysis Set Load Cases to Run

26. Analysis Complete

84

Universitas Sumatera Utara

27. Design Pilih Steel Frame Design Pilih Steel Design / Check of Structure

28. Tampilan dari Steel Design Sections (AISC-LRFD99)

85

Universitas Sumatera Utara

29. Edit Steel Stress Check Information (AISC-LRFD99)

30. Hasil dari Steel Stress Check Information (AISC-LRFD99)

86

Universitas Sumatera Utara

31. Steel Stress Check Information (AISC-LRFD99) Hasil dari Steel Details 1
Summary Data

32. Display Pilih Show Forces/Stresses Pilih Frames/Cables

87

Universitas Sumatera Utara

33. Display Pilih Show Forces/Stresses Pilih Frames/Cables Edit


Member Force Diagram for Frames Pilih Axial Force

34. Hasil dari Axial Force Diagram (COMB 2)

88

Universitas Sumatera Utara

35. Hasil dari Axial Force Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30
(A-1)

36. Display Pilih Show Forces/Stresses Pilih Frames/Cables Edit


Member Force Diagram for Frames Pilih Torsion

89

Universitas Sumatera Utara

37. Hasil dari Torsion Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30 (A1)

38. Display Pilih Show Forces/Stresses Pilih Frames/Cables Edit


Member Force Diagram for Frames Pilih Moment 3-3

90

Universitas Sumatera Utara

39. Hasil dari Moment 3-3 Diagram (COMB 2) Diagrams for Frame Object 30
(A-1)

40. Display Pilih Show Tables

91

Universitas Sumatera Utara

41. Display Pilih Show Tables Choose Tables for Display Analysis
Results Element Output Objects and Elements Pilih ketiga table : Joints,
Frames & Areas

42. Display Pilih Show Tables Choose Tables for Display Analysis
Results Element Output Frame Output Pilih kedua table : Element
Forces-Frames & Element Joint Forces-Frames

92

Universitas Sumatera Utara

43. Tampilan dari Element Forces - Frames

44. Tampilan dari Element Forces Frames Pilih File Export All Tables
to Excel

93

Universitas Sumatera Utara

FOTO DOKUMENTASI

Gambar 4.1 Proses Pembangunan Sekolah Charles Wesley

Gambar 4.2 Penggunaan Scaffolding sebagai Penahan Beton Cor

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.3 Penggunaan Scaffolding sebagai Penahan Beton Cor

Gambar 4.4 Detail Pembebanan Scaffolding

Universitas Sumatera Utara

Gambar 4.5 Penggunaan Scaffolding sebagai Penahan Beton Cor

Gambar 4.6 Scaffolding Miring diakibatkan beban beton cor lantai 12cm

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai

  • Perubahan Akuntansi & Koreksi Kesalahan
    Perubahan Akuntansi & Koreksi Kesalahan
    Dokumen62 halaman
    Perubahan Akuntansi & Koreksi Kesalahan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Analisa Laporan Keuangan
    Analisa Laporan Keuangan
    Dokumen65 halaman
    Analisa Laporan Keuangan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Metode Pelaksanaan
    Metode Pelaksanaan
    Dokumen69 halaman
    Metode Pelaksanaan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Manajemen Risiko Keuangan
    Manajemen Risiko Keuangan
    Dokumen22 halaman
    Manajemen Risiko Keuangan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen4 halaman
    Chapter I
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Proposal Pengajuan Judul Tugas Akhir
    Proposal Pengajuan Judul Tugas Akhir
    Dokumen6 halaman
    Proposal Pengajuan Judul Tugas Akhir
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Spesifikasi Teknis
    Spesifikasi Teknis
    Dokumen4 halaman
    Spesifikasi Teknis
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • USu
    USu
    Dokumen118 halaman
    USu
    Doni Evhan
    Belum ada peringkat
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Dokumen3 halaman
    Pendahuluan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Tinjauan Pustaka
    Tinjauan Pustaka
    Dokumen36 halaman
    Tinjauan Pustaka
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Chapter II
    Chapter II
    Dokumen59 halaman
    Chapter II
    Uyuy Queent Cupiidaa
    Belum ada peringkat
  • Investment
    Investment
    Dokumen13 halaman
    Investment
    Rony Hendra Siagian
    Belum ada peringkat
  • SKB Mie Level 2
    SKB Mie Level 2
    Dokumen16 halaman
    SKB Mie Level 2
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Pembahasan TA Pondasi
    Pembahasan TA Pondasi
    Dokumen44 halaman
    Pembahasan TA Pondasi
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Proposal
    Proposal
    Dokumen3 halaman
    Proposal
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • BMRI LKT Des 2011
    BMRI LKT Des 2011
    Dokumen225 halaman
    BMRI LKT Des 2011
    Muhammad Arief Riadul Fikri
    Belum ada peringkat
  • Konstruksi Lantai Beton Bertulang
    Konstruksi Lantai Beton Bertulang
    Dokumen17 halaman
    Konstruksi Lantai Beton Bertulang
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Gaya Geser
    Gaya Geser
    Dokumen12 halaman
    Gaya Geser
    pertiwidwianugrah
    100% (1)
  • Kosntruksi Lantai Loteng
    Kosntruksi Lantai Loteng
    Dokumen33 halaman
    Kosntruksi Lantai Loteng
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • LAB Hidrometer
    LAB Hidrometer
    Dokumen15 halaman
    LAB Hidrometer
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Kosntruksi Lantai Loteng
    Kosntruksi Lantai Loteng
    Dokumen45 halaman
    Kosntruksi Lantai Loteng
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Konstruksi Lantai
    Konstruksi Lantai
    Dokumen9 halaman
    Konstruksi Lantai
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Bab 10 - Triaxial
    Bab 10 - Triaxial
    Dokumen16 halaman
    Bab 10 - Triaxial
    Abu Abdul Fattah
    100% (3)
  • Tugas Pasar Modal Print
    Tugas Pasar Modal Print
    Dokumen10 halaman
    Tugas Pasar Modal Print
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Studi Kelayakan Bisnis
    Studi Kelayakan Bisnis
    Dokumen10 halaman
    Studi Kelayakan Bisnis
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Laba Ditahan
    Laba Ditahan
    Dokumen63 halaman
    Laba Ditahan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Investasi Akuntansi
    Investasi Akuntansi
    Dokumen83 halaman
    Investasi Akuntansi
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • DIKSI
    DIKSI
    Dokumen12 halaman
    DIKSI
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat
  • Penerapan Prinsip 5c Terhadap Pengambilan Keputusan
    Penerapan Prinsip 5c Terhadap Pengambilan Keputusan
    Dokumen16 halaman
    Penerapan Prinsip 5c Terhadap Pengambilan Keputusan
    Tessa Shintia Naomi LumbanTobing
    Belum ada peringkat