Anda di halaman 1dari 11

Nama: Steven Shen

NIM : 10509065
GREEN CHEMISTRY DAN GREEN INDUSTRY
Green chemistry merupakan suatu konsep kimia dalam mendesain, mengembangkan, dan
mengimplementasikan produk dan proses yang memiliki tingkat pencemaran yang kecil
bahkan tidak mencemari sama sekali terhadap lingkungan
dan kesehatan manusia. Dr. Paul Anastas merupakan bapak
dari

green

chemistry

karena

kontribusinya

dalam

menciptakan kelompok kelimuan green chemistry. Dr. Paul


Anastas mendefenisikan kata green chemistry sendiri pada
tahun 1991, saat Dr. Paul Anastas menjabat sebagai
ketua divisi kimia industri dari U.S. Enviromental
Protection Agency (EPA). Beliau melanjutkan
pengembangan green chemistry dalam sains dan teknik ketika menjabat sebagai direktur
asisten direktur untuk lingkungan di White House Office of Science and Techology Policy.
Perkembangan green chemistry memiliki 3 tahapan periode utama beserta kejadian
penting perkembangannya di Amerika, yaitu:
1. Periode pertama, sebelum tahun 1993, merupakan awal ketika para ilmuwan dan aktivis
memulai kontrol terhadap polusi dan kesadaran terhadap bahaya polusi bagi lingkungan dan
manusia.
-. Tahun 1962: Rachel Carson, penulis sekaligus ahli biologi dan enviromentalis,
menerbitkan tulisan Silent Spring yang sangat bersejarah, sebagai awal dalam menyadarkan
masyarakat mengenai kewaspadaan terhadap bahaya polusi terhadap lingkungan dan
pestisida terhadap lingkungannya.
-. Tahun 1969: Presiden Richard Nixon

mendirikan Citizens Advisory Committee on

Enviromental Quality dan Cabinet-level Enviromental Quality Council, Presiden Richard


Nixon mengusahakan bidang lingkungan dengan mendirikan suatu divisi khusus lingkungan
di White House Commitee.
-. Tahun 1970 Enviromental Protection Agency (EPA) didirikan.
-. Tahun 1990: Pollution Prevention Act disahkan oleh George H. W. Bush.
2. Periode kedua, di antara tahun 1993 sampai 1998, merupakan tahap evolusi dari konsep
green chemistry. Green chemistry bukan terdiri dari sebuah teori atau hukum tertentu, namun

merupakan integrasi dari banyak ilmu kimia yang diaplikasikan dalam merancang proses
kimia untuk menjaga lingkungan dan maksud ekonomis.
-. Tahun 1993: EPA mengimplementasikan Green Chemistry untuk mendesain produk kimia
dalam mengurangi dampak yang buruk terhadap lingkungan.
-. Tahun 1995: Presiden Bill Clinton mendirikan Presidential Green Chemical Challenge
Awards dengan hadiahnya yang besar yang akan dihadiahkan kepada orang yang terlibat
terhadap pemroduksian dan proses produk kimia yang tidak merusak lingkungan. Nominasi
dari penghargaannya adalah sebagai berikut: The use of greener synthetic pathways, the use
of greener reaction conditions, the designer of greener chemicals. Sampai saat ini EPA
sedang berfokus pada teknologi dalam mereduksi dan mengeliminasi senyawa tembaga,
raksa, perfluorinasi alkil surfaktan, poliklorinasi atau polibrominasi bifenil, diisosianat, dan
senyawa lainnya yang beracun.
-.

Tahun 1997: Green Chemistry Insitute mengeluarkan visinya yang berbunyi ...

Memajukan perusahaan kimia lebih luas dan praktisinya untuk kepentingan bumi dan
rakyatnya.
-. Tahun 1998: Paul Anastas dan John Warner mempublikasikan 12 Prinsip dari Green
Chemistry.
3. Periode ketiga, dimulai sejak tahun 1999, merupakan perkembangan dan populernya
green chemistry melalui artikel sains.
Green chemistry berbeda dengan kimia lingkungan, meskipun ada beberapa sisi
keilmuannya yang beririsan. Green chemistry mempunyai tujuan meminimalkan penggunaan
bahan-bahan yang berbahaya dan memaksimalkan penggunaan suatu bahan dalam proses
kimia; green chemistry berusaha untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sejak
dari sumbernya. Sedangkan kimia lingkungan mempunyai kajian tersendiri pada efek suatu
bahan terhadap lingkungan dan fenomena lingkungan yang terjadi akibat penggunaan bahan
kimia. Pereduksian polusi udara dan air dengan menggunakan cara lama dan green
chemistry juga memiliki perbedaan yang cukup mendasar. Pelestarian lingkungan dengan
cara lama terlihat seperti dalam manajemen pembuangan limbah dan pereduksian limbah,
sedangkan green chemistry termasuk di dalamnya konsep pereduksian limbah namun
dikembangkan untuk berbagai aspek kehidupan. Green chemistry memiliki konsep keilmuan
kimia organik, kimia analitik, kimia anorganik, dan kimia fisik yang memperhatikan aspek
ekonomi, bahkan dapat mempengaruhi aspek sosial. Green chemistry merupakan wadah
dalam membentuk sebuah kerjasama yang baik antara pemerintah, industri, dan universitas.

Ilmuwan, teknisi, orang yang melakukan bisnis, ahli lingkungan, pembuat kebijakan, guru,
dan murid dapat bergabung dalam sebuah konferensi untuk menyatukan kepahaman dalam
memajukan lingkungan dan ekonomi masyarakat, melalui green chemistry terjadi kesadaran
dan kesamaan suara dalam mengurangi hal yang buruk dan memperbaiki hal yang baik
terhadap lingkungan. Hal ini telah terbukti di negara yang mempionirkan green chemistry,
yaitu Amerika Serikat, kerjasama terjadi untuk pengembangan metode penelitian dan
pemroduksian suatu senyawa secara efisien dan tanpa membahayakan manusia dan
lingkungan. Green chemistry menjadi sebuah fokus pengembangan kimia karena
pengaruhnya yang besar terhadap industri di seluruh dunia, selain memikirkan terhadap
lingkungan dan masyarakat sekitar, pembaharuan ini juga merupakan prospek yang baik
dalam penghematan biaya produksi industri sehingga menghasilkan keuntungan yang jauh
lebih banyak. Banyak perusahaan yang telah mengurangi bahkan mengeliminasi penggunaan
bahan berbahaya untuk penghematan biaya, selain itu juga perusahaan bisa memperoleh
keuntungan dalam hal promosi produk ramah lingkungan yang sangat disukai dan
terdengar manis bagi konsumennya. Konsep green chemistry berkaitan erat dengan
aplikasinya dalam industri. Green chemistry berpegang pada 12 asas, yaitu:
1. Pencegahan. Pencegahan penghasilan limbah kimia lebih baik daripada mengurusi dan
membersihkan limbah yang telah dihasilkan.
2. Atom ekonomis. Metode dalam mensintesis produk akhir harus didesain dalam
memaksimalkan penggunaan seluruh bahan dalam prosesnya sampai kepada produk akhir.
3. Sintesis bahan kimia yang lebih tidak berbahaya. Metode sintesis harus menggunakan
dan menghasilkan bahan kimia yang tidak membahayakan lingkungan dan kesehatan
manusia.
4. Desain bahan kimia yang aman. Produk kimia harus didesain sesuai dengan fungsi yang
dinginkan dan pada saat yang sama mengurangi tingkat racun bahan kimia tersebut. Contoh
aplikasi secara nyatanya adalah ketika menganalisis kadar suatu logam berat yang terdapat
dalam air, uji analisis kualitatif dan kuantitatif tidak boleh menggunakan reagen yang ketika
bereaksi dengan logam berat tersebut justru menjadi senyawa yang lebih beracun.
5. Penggunaan pelarut dan pengkondisian reaksi yang aman. Reagen misalnya agen
pemisah,

pelarut,

dan

sejenisnya

digunakan

seperlunya

dan

diusahakan

dalam

mengiminalisir penggunaan reagen pelarut dan reagen pengkondisian reaksi yang aman.
6. Desain terhadap efisiensi energi. Energi yang diperlukan dalam proses pembuatan bahan
kimia disesuaikan dengan keadaan lingkungan dan dampak terhadap nilai ekonomis dapat

dikurangi. Proses reaksi yang menggunakan tekanan dan suhu yang standar dengan
lingkungan sangat disarankan.
7. Penggunaan bahan yang dapat diperbaharui. Jika secara ekonomis maupun teknis
dapat dilaksanakan, sangat disarankan dalam penggunaan bahan mentah ataupun cadangan
bahan menggunakan bahan-bahan yang dapat diperbaharui daripada bahan-bahan yang
sekali pakai.
8. Pengurangan terhadap senyawa yang derivatif. Sintesis produk akhir kimia
menghindari derivatisasi senyawa (gugus penopeng untuk proteksi/deproteksi, perubahan
secara proses fisik dan kimia yang sementar) seminimal mungkin, karena sintesis dalam
penggunaan tahap derivatisasi memerlukan reagen lebih dan menghasilkan limbah.
9. Katalis. Reagen katalis digunakan yang memiliki tingkat selektifitas yang tinggi dan
harus lebih banyak daripada penggunaan bahan prekusor untuk reaksi stoikiometrinya.
10. Desain untuk penguraian. Produk bahan kimia harusnya didesain strukturnya yang
dapat terurai secara alami dan tidak mencemari lingkungan. Teknologi yang sedang populer
saat ini adalah pembuatan
11. Analisis secara langsung untuk pencegahan polusi. Metode analisis bahan secara
kualitatif dan kuantitatif dikembangkan untuk analisis dan pemantauan dilakukan secara
langsung untuk mencegah pembentukan bahan-bahan yang beracun, hal ini membutuhkan
teknologi yang lebih modern.
12. Pembuatan bahan yang lebih aman dan mampu menimimalisirkan kecelakaan.
Senyawa yang dipakai dalam proses reaksi kimia sebaiknya memilih bahan-bahan yang
mengurangi faktor kecelakaan, misalnya: ledakan, kebakaran, pelepasan senyawa yang
berbahaya.
Konsep dasar green chemistry sebagai berikut:
-. Desain proses untuk memaksimalkan jumlah material mentah yang digunakan untuk
menghasilkan produk.
-. Penggunaan bahan yang aman dan ramah lingkungan, termasuk pelarut jika
memungkinkan.
-. Desain proses energi yang lebih efisien.
-. Bentuk yang paling baik dari pembuangan limbah: tidak menciptakannya sama sekali.
Melalui konsep green chemistry terdapat tingkatan dalam menangani limbah, mencegah
pembuatan limbah merupakan bagian yang paling baik dalam penanganan limbah, daripada

3R (reduce, reuse, recycle) dan yang terakhir adalah pembuangan limbah, tingkatan tersebut
diilustrasikan dalam piramida berikut:

Gambar 2. Hirearki Penanganan Limbah


Sumber: http://craftthi.files.wordpress.com/2010/10/550px-waste_hierarchy_svg.png

Berdasarkan konsep dasar dan prinsip dari green chemistry, maka terdapat 3 kunci utama
dalam mengembangkan green chemistry (Ryji Noyori, 2005) :
1. Penggunaan supercritical karbon dioksida sebagai pelarut hijau.
2. Penggunaan larutan hidrogen peroksida sebagai oksidator yang bersih.
3. Penggunaan hidrogen dalam sintesis senyawa yang asimetris.
Contoh pengaplikasian green chemistry dalam menghasilkan proses kimia yang tidak
membahayakan lingkungan adalah:
1. Pengembangan supramolekul; riset mengenai supramolekul merupakan salah satu bagian
yang penting dalam program green chemistry karena reaksi menggunakan supramolekul
merupakan reaksi yang berlangsung dalam keadaan solid, tanpa menggunakan pelarut.
Penggunaan pelarut dapat menghasilkan limbah seperti yang tercantum dalam salah satu
prinsip dari green chemistry. Sikloadisi pada trans-1,2-bis(4-pyridyl)ethylene diarahkan oleh
resorsinol (dihydroxy benzene). Reaksi dalam keadaan solid ini berlangsung pada keadaan
adanya sinar uv dengan rendemen yang dihasilkan 100%.

Gambar 3. Sikloadisi dari trans-1,2-bis(4-pyridyl)ethylene


Sumber: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/a/ad/Cycloaddition.gif

2. Sintesis produk alam; pengembangan dalam proses menghasilkan produk alam dengan
cara yang efisien dan mengikuti prinsip green chemistry, yaitu: dalam pelarut yang sedikit,
keadaan suhu ruangan, dan menggunakan katalis.
3. Pembuatan senyawa ionik liquid; Hasil produk dari senyawa ionik liquid ini dapat
berperan dalam berbagai reaksi dan proses kimia, misalnya: reaksi hidrogenasi, reaksi
biokatalis untuk transesterifikasi dan perhidrolisis, elektrolit pada baterai, medium dalam
pemisahan produk yang dihasilkan secara biologis.
Teknologi green chemistry mempunyai beberapa keuntungan:
1. mengurangi limbah, dan mengurangi biaya pengontrolan pipa pembuangan
2. produk yang lebih aman
3. mengurangi penggunaan energi dan sumber bahan alam
4. meningkatkan kompetisi industri kimia dan jumlah pelanggannya.
Green industry sangat berkaitan dengan pengelolaan limbah industri, oleh karena itu perlu
untuk mengetahui pengelompokan dan pengelolaan limbah industri secara kognitif terlebih
dahulu. Limbah yang dihasilkan oleh industri merupakan hasil pembuangan dari suatu proses
produksi di Industri maupun hasil pembuangan limbah yang tidak termasuk hasil proses
produksi industri (berupa limbah rumah tangga). Biasanya sesuatu dianggap sebagai limbah
karena kehadirannya biasanya tidak memiliki nilai ekonomis dan mempunyai dampak racun
terhadap lingkungan hidup. Bahaya limbah berracun terhadap lingkungan dapat berupa
jangka pendek maupun jangka panjang, oleh karena itu pencegahan pemroduksian limbah
dan penanggulangannya sangat diperlukan dalam proses suatu industri terutama untuk
pengembangan green industry.
Limbah berdasarkan ekonomisnya dibagi menjadi dua yaitu: limbah ekonomis dan limbah
nonekonomis. Limbah ekonomis merupakan limbah industri yang memiliki nilai tambah jika
diberikan proses lanjut. Limbah nonekonomis adalah limbah industri yang tidak memiliki
nilai tambah walaupun sudah diberikan proses lanjut, limbah jenis ini sebagai penyebab
utama dalam kerusakan lingkungan dan kesehatan manusia. Green industry memiliki fokus
dalam memaksimalkan penggunaan limbah menjadi ekonomis guna mengurangi produksi
limbah yang harus dibuang ke lingkungan, selain itu juga terdapat usaha industri dalam
mengurangi limbah nonekonomis dengan mengembangkan proses produksi yang lebih baru
dan usahanya dalam mengikat limbah supaya tidak terbuang ke lingkungan pada keadaan
beracun, proses dalam mereduksinya mempunyai biaya pengeluaran yang lebih besar, namun

dampak ke lingkungan untuk mendapat dukungan masyarakat dan pemerintah setempat


sangat baik.
Berdasarkan sifatnya, limbah digolongkan menjadi 3 bagian yaitu:
1. Limbah padat, yaitu hasil pembuangan industri berupa padatan, lumpur, bubur yang
berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah padat dapat dikategorikan menjadi tujuh bagian
secara garis besar: limbah yang mudah terbakar, limbah yang sukar terbakar, limbah yang
mudah membusuk, limbah yang dapat didaur ulang, limbah radioaktif, bongkaran bangunan,
dan lumpur. Limbah padat yang belum memiliki nilai ekonomis biasanya karena masih
belum menemukan teknologi dalam proses pengolahan limbah yang baik menjadi sesuatu
produk lain yang dapat menghasilkan keuntungan kembali. Limbah padat pada industri bisa
berupa limbah padat hasil pengolahan industrinya, maupun limbah padat yang berasal dari
limbah perkantoran industri. Limbah perkantoran biasanya hampir sama dengan limbah
rumah tangga, misalnya limbah sisa makanan karyawan, limbah kertas, limbah kaca, dan
sejenisnya. Penghematan terhadap penggunaan barang-barang yang dapat menghasilkan
limbah padat merupakan salah satu bentuk upaya dalam green industry. Pengolahan limbah
padat hasil industri dapat dibuang secara langsung ke TPA tanpa pengolahan jika tidak
merusak lingkungan, namun limbah padat yang memiliki senyawa yang beracun harus
ditampung dan diolah terlebih dahulu sebelum dialirkan ke lingkungannya. Pada umumnya,
dalam memproses pembuangan limbah padat terdapat empat proses yaitu: pemisahan,
penyusunan ukuran, pengomposan, dan pembuangan limbah. Pemisahan terdiri dari 3 sistem
yaitu: sistem balistik yaitu sistem pemisahan untuk mendapatkan keseragaman ukuran dan
berat limbah padat, sistem gravitasi yaitu sistem pemisahan berdasarkan gaya berat, sistem
magnetis yaitu sistem pemisahan berdasarkan sifat kemagnetan suatu limbah padat.
Penyusunan ukuran dilakukan dengan untuk mempermudah pengolahan limbahnya.
Pengomposan dapat dilakukan pada lumpur hasil pengolahan industri. Pembuangan limbah
padat industri harus memilih lokasi yang tepat dan tidak dapat memberikan dampak yang
buruk terhadap makhluk hidup sekitar, oleh karena itu harus memperhatikan iklim, cuaca,
dan angin di daerah tempat pembuangan, pembuangan limbah padat dapat dilakukan juga
dengan cara diinsenerasi dan cara penimbunan dalam tanah.
2. Limbah cair, yaitu limbah hasil buangan industri yang bersumber dari proses industri yang
menggunakan air. Air banyak diperlukan dalam proses pengolahan industri, misalnya dalam
menggerakkan turbin dari generator, diperlukan hasil uap air yang telah dipanaskan dalam
pemanas, ataupun penggunaan air sebagai pendingin. Limbah cair dapat didefinisikan secara

umum sebagai air yang ditambahkan dengan zat kimia tertentu akibat hasil reaksi untuk
menghasilkan produk tertentu. Green industry berusaha menggunakan air yang dapat
diperoleh dengan gratis dan mengembalikannya ke alam dalam keadaan bersih, misalnya
dengan menggunakan air laut sebagai pendingin dalam kondensor, sehingga penghematan air
dapat dilakukan. Green industry juga berfokus pada teknologi green chemistry dalam hal
reaksi kimia yang tidak melibatkan air.
3. Limbah gas dan partikel, merupakan hasil pembuangan industri berupa gas yang dapat
mencemari udara. Limbah gas atau partikel hasil produksi keluar bersamaan dengan udara.
Zat pencemar diklasifikasikan dalam dua bagian yaitu: partikel dan gas. Gas yang dapat
mencemari lingkungan adalah SO2, CO2, CO, NOx. Pengolahan dari limbah gas dan partikel
hasil proses produksi industri adalah dengan menggunakan katalis yang berfungsi dalam
mengikat partikel dan gas menjadi bentuk endapan ataupun cairan. Biasanya hasil
pengolahan limbah gas dan partikel mempunyai nilai ekonomis, misalnya limbah gas NO x
dapat direaksikan dengan air membentuk HNO 3 sebagai bahan kimia yang memiliki nilai
jual.

Gambar 4. Mekanisme pembuangan limbah industri secara umum


Sumber: http://gapra.files.wordpress.com/2009/01/makalah-limbah-padatgapra.pdf

Pengaplikasian dalam industri, memerlukan integrasi antara konsep green chemistry


dengan green engineering sebagai bentuk upaya dalam menciptakan green industry. Sama
seperti green chemistry, green engineering juga mempunyai 12 prinsip sebagai strategi
menciptakan lingkungan yang baik. Green industry merupakan industri yang ramah
lingkungan. Green industry memproduksi produk yang ramah lingkungan atau produk yang
mampu membuat lingkungan menjadi lebih baik lagi. Green industry berhubungan erat
dengan proses daur ulang limbah dan proses daur ulang energi (panas), dan pada umumnya
green industry berusaha untuk melakukan proses produksi produk yang tidak menghasilkan
limbah sama sekali. Green industry berfokus pada mengurangi dan menghilangkan
ketergantungan pada penggunaan minyak, emisi gas rumah kaca, dan bahan beracun. Para
pelaku industri semakin menyadari pentingnya penerapan konsep green industry dalam
penerapannya terhadap industri yang sedang dijalankan.
Istilah green industry muncul dari International Conference on Green Industry in Asia di
Manila, Filipina, tahun 2009, atas kerja sama antara United Nations Industrial Development
Organization, United Nations Economic and Social Commission for Asia and The Pacific,
United Nations Environment Programme, dan International Labour Organization, serta
dihadiri 22 negara, termasuk Indonesia. Konferensi menerjemahkan industri harus menjadi
bagian dari masyarakat yang turut peduli akan kelestarian lingkungan secara nasional,
regional, bahkan internasional.
Green industry dapat dijadikan sebagai strategi pemasaran yang baik karena peranannya
yang besar dalam mengambil hati konsumen, terutama konsumen yang lebih terdidik dan
peduli dengan isu masalah lingkungan. Biasanya konsumennya terdapat pada negara
kawasan Eropa dan Amerika. Standarisasi proses produksi dan produk akhir yang ramah
lingkungan dalam peredaran barang dan jasa ditingkatkan, bahkan terdapat selektifitas yang
dilakukan sesuai dengan standarisasi produk yang akan masuk ke pasar. Sekarang semakin
banyak negara yang memasarkan eco-product (produk yang ramah lingkungan) sebagai
terapan dalam aturan kebijakan perdagangan dan investasi. Industri bahkan mulai
mengaitkan standar proses produksi dan produk jadi dengan lingkungan, sehingga
pembuatan dan pengembangan eco-product mempunyai peran dan isu yang semakin
startegis dalam upaya pengembangan daya saing perekonomian suatu negara. Peningkatan
dalam penguasaan proses green industry menjadi penting dalam meningkatkan daya saing
suatu bangsa. Produk ramah lingkungan yang disukai dan sesuai dengan kepentingan

konsumen, dan perbaikan proses produksi dalam memenuhi kriteria ramah lingkungan yang
sesuai dengan kepentingan produsen, tidak bisa dipandang sebagai hal yang mengurangi
keuntungan dan menambah beban biaya produksi, namun harus dapat dipandang sebagai
suatu prospek yang baik dalam hal terutama investasi dan perluasan daya penetrasi pasar
dalam menghasilkan keuntungan yang lebih besar pada masa mendatang.
Indonesia diakui dunia termasuk negara yang aktif dalam mencari solusi atas isu masalah
lingkungan dan pemanasan global. Keseriusan tersebut tecermin pada Peraturan Presiden
No. 28 Tahun 2008 tentang Kebijakan Industri Nasional, yang di dalamnya disebutkan
bahwa proses pembangunan industri harus menerapkan prinsip pembangunan industri
berkelanjutan yang didasarkan pada beberapa aspek penting, di antaranya pembangunan
lingkungan hidup dan pengembangan teknologi. Tindak lanjut dari keseriusan Indonesia
dalam mewujudkan green industry adalah Kamar Dagang dan Industri Indonesia bekerja
sama dengan Dewan Nasional Perubahan Iklim sedang menyiapkan road map
pengembangan green industry untuk dibawa dalam konferensi iklim di Meksiko pada akhir
November sampai Desember tahun 2010. Road map diharapkan menjadi masukan kepada
pemerintah yang perlu dilakukan untuk menurunkan emisi CO2 sebesar 26% pada 2020.
Green industry juga diharapkan dapat mendorong peningkatan daya saing produk
manufaktur Indonesia di pasar internasional karena telah menerapkan teknologi,
produktivitas, dan industri ramah lingkungan.
Salah satu alat sebagai implementasi dalam konsep green industry di Indonesia adalah
PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) sebagai parameter perusahaan
di bidang lingkungan. Program lingkungan ini semenjak dikembangkan di Indonesia, mulai
diadopsi oleh negara lainnya misalnya: Cina, Ghana, India, dan Filipina. PROPER memiliki
kelebihan dalam hal keterbukaan dan penilaian kinerja yang lebih bersifat objektif dan tidak
memihak sehingga kinerja suatu industri terutama tanggungjawabnya di bidang lingkungan
bisa dinilai secara jujur dan data penilaian juga lebih valid. Hasil penilaian dari PROPER
dipublikasikan kepada pemegang saham, penilaian tersebut dikelompokkan dalam 5
peringkat warna: terburuk adalah hitam, selanjutnya merah, biru, dan peringkat kinerja
perusahaan yang terbaik adalah hijau dan emas. PROPER selain digunakan oleh pelaku
industri sebagai penilaian kinerja industri untuk meningkatkan kualitasnya lagi, dan
PROPER juga dapat digunakan sebagai suatu standar dalam penilaian investor terhadap
resiko dalam menginvestasikan uangnya dalam suatu perusahaan. Penyampaian informasi

PROPER merupakan suatu tolak ukur yang baik untuk mengetahui tanggungjawab suatu
perusahaan terhadap lingkungan hidup dan masyarakat di sekitar perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai