Anda di halaman 1dari 5

AKUNTANSI FORENSIK

ATRIBUT DAN KODE ETIK AKUNTAN FORENSIK SERTA STANDAR


AUDIT INVESTIGATIF

Oleh:

NAMA
NIM
Kelas

:
:
:

NI LUH PUTU RITAYUNI


13810331190090
Akuntansi Reguler C

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI
DENPASAR
2015

4.1 Atribut Seorang Akuntan Forensik


Howard R. Davia memberi lima nasehat kepada seorang auditor pemula dalam
melaksanakan investigasi terhadap fraud yaitu :
a. Hindari pengumpulan fakta dan data yang berlebihan secara prematur. Identifikasi
lebih dahulu siapa pelakunya. Kecurangan tidak terjadi begitu saja. Selalu ada
pelakunya. Oleh karena itu, pada kesempatan pertama auditor menemukan petunjuk
awal, ia harus mulai berspekulasi secara cerdas, siapa yang berpotensi menjadi
pelakunya atau otak pelakunya.
b. Fraud auditor harus mampu membuktikan niat pelaku melakukan kecurangan
(perpetrator intent to commit fraud). Banyak kasus kecurangan kandas di sidang
pengadilan karena penyidik dan saksi ahli (akuntan forensik) gagal membuktikan niat
melakukan kejahatan atau pelanggaran.
c. Kreatiflah, berpikir seperti pelaku fraud, jangan mudah ditebak dalam hal arah
pemeriksaan, penyelidikan, atau investigasi yang dilakukan (be creative, think like a
perpetrator, do not be predictable).
d. Auditor harus tahu bahwa banyak kecurangan dilakukan dengan persekongkolan.
Pengendalian intern yang bagaimanapun baiknya, tidak dapat mencegah hal ini. Ada
dua macam persekongkolan, ada yang bersifat sukarela dan pesertanya memang
mempunyai niat jahat.
e. Dalam memilih proactive fraud detection strategy (strategi untuk menemukan
kecurangan dalam investigasi proaktif), si auditor harus mempertimbangkan apakah
kecurangan dilakukan di dalam pembukuan atau di luar pembukuan.
Nasehat Davia mengenai pelaksanaan investigasi fraud oleh auditor pemula dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Dari awal upayakan menduga siapa pelaku.
2. Fokus pada pengumpulanbukti untuk proses pengadilan.
3. Kreatif dalam menerapkan teknik investigasi, berpikir seperti penjahat, jangan mudah
ditebak.
4. (Kalau sistem pengendalian intern sudah baik), fraud hanya bisa terjadi karena
persekongkolan. Investigator harus memiliki indera atau intuisi yang tajam untuk
merumuskan teori mengenai persekongkolan; ini adalah sebagai bagian dari teori
mengenai fraud.

5. Kenali pola fraud. Ini memungkinkan investigator menerapkan teknik audit


investigasi yang ampuh.

4.2 Karakteristik Seorang Pemeriksa Fraud


Berdasarkan Association of Certified Fraud Examiners, pemeriksa fraud harus
memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Pemeriksa fraud harus memiliki kemampuan yang unik di samping keahlian teknisnya
seperti kemampuan mengumpulkan fakta-fakta dari berbagai saksi secara fair, tidak
memihak, sahih (mengikuti ketentuan perundang-undangan), akurat, serta mampu
melaporkan fakta-fakta itu secara akurat dan lengkap.
2. Pemeriksa harus memiliki kemampuan untuk menumbuhkan kepercayaan pada diri
orang lain sehingga tujuan spesifik yakni mendapat informasi dapat tercapai. Hal
tersebut juga diperlukan karena pemeriksa fraud berurusan dengan segala macam
jenis manusia dari berbagai latar belakang. Idealnya, pemeriksa harus mempunyai
kepribadian yang menarik dan memotivasi orang lain untuk membantunya.
3. Karena setiap orang itu unik (tiada duanya), maka pemeriksa fraud harus mampu
berkomunikasi dalam bahasa mereka.
4. Pemeriksa fraud harus mempunyai kemampuan teknis untuk mengerti konsep-konsep
keuangan, dan kemampuan untuk menarik kesimpulan terhadapnya. Sangat penting
bagi pemeriksa untuk menyederhanakan konsep-konsep keuangan sehingga para saksi
dapat memahami apa yang dimaksudkannya.

4.3 Kualitas Akuntan Forensik


Berdasarkan jawaban kuesioner yang dibagikan oleh Robert J. Lindquist, kualitas
yang harus dimiliki seorang akuntan forensik antara lain :
1. Kreatif adalah kemampuan untuk melihat sesuatu yang orang lain menganggap
situasi bisnis yang normal dan mempertimbangkan interpretasi lain, yakni bahwa
itu tidak perlu merupakan situasi bisnis yang normal.
2. Rasa ingin tahu adalah keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya
terjadi dalam rangkaian peristiwa dan situasi.
3. Tak menyerah adalah keinginan untuk menemukan apa yang sesungguhnya terjadi
dalam rangkaian peristiwa dan situasi.

4. Akal sehat adalah kemampuan untuk mempertahankan perspektif dunia nyata.


Ada yang menyebutnya, perspektif anak jalanan yang mengerti betul kerasnya
kehidupan.
5. Bisnis

sense

adalah

kemampuan

untuk

memahami

bagaimana

bisnis

sesungguhnya berjalan dan bukan sekedar memahami bagaimana transaksi dicatat.


6. Percaya diri adalah kemampuan untuk mempercayai diri dan temuan kita sehingga
kita dapat bertahan di bawah cross examination (pertanyaan silang dari jaksa
penuntut umum dan pembela).

4.4 Independen, Objektif, Skeptis


Sikap tersebut merupaka sikap yang harus melekat pada diri seorang auditor. Ketiganya
juga tidak dapat dipisahkan dari pekerjaan akuntan forensik.

4.5 Kode Etik Akuntan Forensik


Kode etik mengatur hubungan antara anggota profesi dengan sesamanya, dengan
pemakai jasanya dan stakeholder lainnya, dan dengan masyarakat luas. Kode etik ini berisi
nilai-nilai luhur yang amat penting bagi eksistensi profesi. Profesi bisa eksis karena ada
integritas (sikap jujur), rasa hormat dan kehormatan,dan nilai-nilai luhur lainnya yang
menciptakan rasa percaya dari pengguna dan stakeholders lainnya.

4.6 Standar Audit Investigatif


K.H. Spencer Pickett dan Jennifer Pickett merumuskan beberapa standar untuk
mereka yang melaksanakan investuagasi terhadap fraud. Konteks yang mereka rujuk adalah
investigasi atas fraud yang dilakukan oleh pegawai perusahaan. Standar tersebut antara lain :
1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktik terbaik yang diakui
2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian sehingga bukti tadi dapat
diterima di pengadilan
3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks
dan jejak audit tersedia.
4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak asasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.

5. Beban pembuktian ada pada yang menduga pegawainya melakukan kecurangan, dan
para penuntut umu yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus hukum
administratif maupun hukum pidana.
6. Cakup seluruh substansi investigasi dan kuasai seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu.
7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,
pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tata cara atau protokol,
dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, melibatkan dan / atau melapor ke polisi,
kewajiban hukum, dan persyaratan mengenai pelaporan.

4.7 Standar Akuntansi Forensik


Standar ini merupakanringkasan, dan di sana-sini saduran, dari buku William T. Thornhill,
Forensic Accounting: How to Investigate Financial Fraud. Ini hanyalah sebuah contoh
yang disajikan sebagai referensi untuk menyusun standar audit investigatif. Oleh karena
itu, sebelum mempergunakannya, kita harus memahami lingkup penugasan yang sangat
luas, yang diperinci oleh Thornhill dalam bentuk standar. Kita dapat mengubahnya
sesuai dengan perumusan standar yang selama ini di praktikkan IAPI.
Thornhill juga tidak mencatumkan standar pelaporan, secara terpisah. Ia menggabungkannya
dalam Standar Pelaksanaan.

Anda mungkin juga menyukai