Anda di halaman 1dari 16

METODOLOGI PENELITIAN BISNIS

SAP 10

OLEH:
HADI WIRANATHA
1306305005

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM REGULER
2015/2016

Data mentah yang telah dikumpulkan oleh peneliti tidak akan ada gunanya, jika tidak
diolah. Pengolahan data merupakan bagian yang amat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam
memecahkan masalah penelitian.
1. Editing Data (Pemeriksaan Data)
Setelah para pencari data (pewawancara) kembali dari lapangan, maka berkas-berkas
catatan informasi diserahkan kepada para pengolah data. Kewajiban pengolah data yang
pertama kali adalah meneliti kembali catatan itu cukup baik dan dapat segera disiapkan untuk
keperluan proses berikutnya.
Editing adalah kegiatan yang dilaksanakan setelah peneliti selesai menghimpun data
di lapangan. Kegiatan ini menjadi penting karena kenyataannya bahwa data yang terhimpun
kadang kala belum memenuhi harapan peneliti, ada diantaranya kurang atau terlewatkan,
tumpang tindih, berlebihan bahkan terlupakan. Oleh karena itu, keadaan tersebut harus
diperbaiki melalui editing ini. Biasanya editing dilakukan terhadap daftar-daftar pertanyaan
yang disusun secara berstruktur dan diisi lewat wawancara formal.
Editing adalah proses yang bertujuan agar data yang dikumpulkan memberikan
kejelasan, dapat dibaca, konsisten, dan lengkap sehingga akan membuat data dengan mudah
dapat dimengerti. Proses editing yang paling baik adalah dengan teknik silang yaitu seorang
peneliti memeriksa hasil pengumpulan peneliti lain dan sebaliknya pada suatu penelitian
tertentu.
Dalam editing ini akan diteliti lagi hal-hal sebagai berikut :
a. Lengkapnya pengisian,
Daftar pertanyaan harus terisi lengkap. Setiap pertanyaan yang diajukan dalam daftar
pertanyaan harus terisi lengkap dengan catatan jawaban, sekalipun jawabannya itu
hanya berbunyi tidak tahu atau tidak mau menjawab.
b. Keterbacaan tulisan
Tulisan pengumpul data yang tertera di daftar pertanyaan harus dapat dibaca, karena
seringkali tulisan yang jelek mempersulit pengolahan data bahkan dapat menimbulkan
kesalahan dalam menangkap maksud.
c. Kejelasan makna jawaban
Pengumpul data harus menuliskan jawaban-jawaban yang diperolehnya kedalam
kalimat-kalimat yang sempurna dan jelas maksudnya. Kalimat-kalimat jawaban yang
tidak disusun secara sempurna akan menyebabkan kesalahan-kesalahan interpretasi
dan mengganggu kelayakan data.
d. Konsistensi jawaban satu sama lain
1

Hal lain yang penting untuk diperiksa kembali dalam rangka kerja editing ini adalah
jawaban-jawaban responden yang dicatat oleh pengumpul data cukup logis dan sesuai
antara satu sama lainnya.
e. Keseragaman satuan data
Data harus dicatat dalam satuan-satuan yang seragam. Jika tidak, maka kesalahankesalahan dalam mengola data dan analisis data kemungkinan besar akan terjadi.
Contohnya data mengenai luas tanah ditetapkan dengan ukuran hektar (ha), maka
janganlah kemudian pada daftar pertanyaan dituliskan dalam satuan ukuran yang lain
seperti meter persegi dan lain-lain. Keanekaragaman seperti itu harus dihilangkan
dahulu lewat editing sehingga dengan demikian dapat diperoleh data yang baik dan
siap untuk dimasukkan ke dalam proses analisis.
Proses editing dimulai dengan memberi identitas pada instrumen penelitian yang telah
terjawab. Kemudian memeriksa satu per satu lembaran instrumen pengumpulan data
kemudian memeriksa poin-poin serta jawaban yang tersedia. Apabila pada tahap editing ini
terdapat kejanggalan-kejanggalan yang sangat mengganggu pada instrumen dan data yang
diperoleh, artinya ada beberapa kesalahan atau kekurangan informasi yang sangat
mengganggu, maka peneliti yang bersangkutan harus melakukan tindakan :
1. Dengan cara mengembalikan ke survayor, apabila survay lagi tidak mungkin
dilakukan maka response yang tidak lengkap dapat diganti dengan missing value atau
ditulis tidak menjawab.
2. Menyingkirkan hasil survay dengan jawaban yang tidak lengkap (apabila jumlahnya
kecil dan sampel yang diambil besar).
3. Menyisihkan instrumen tersebut sebagai instrumen yang tak terpakai atau rusak.
4. Melakukan cek silang atau berkonsultasi dengan penelitian lain untuk mengecek
kebenaran data yang terkumpul.
Apabila tindakan pertama yang dilakukan maka secara metodologis akan mengurangi
nilai validitas data karena kadang kala peneliti telah lupa dengan apa yang ditanyakan.
Tindakan kedua dan ketiga dilakukan secara metodologis, maka terpaksa jumlah data harus
berkurang. Kalau kesalahan tersebut terjadi pada satu instrumen saja, mungkin tidak banyak
berarti. Namun, bila kesalahan tersebut terjadi pada beberapa instrumen, tentu memerlukan
pemikiran tertentu. Oleh karena itu untuk menghindari hal tersebut, maka pada setiap
pengumpulan data peneliti harus melebihi jumlah sumber data yang digunakan dalam
bilangan tertentu.
Proses editing merupakan proses dimana peneliti melakukan klarifikasi, keterbacaan,
konsisitensi dan kelengkapan data yang sudah terkumpul. Proses klarifikasi menyangkut
2

memberikan penjelasan mengenai apakah data yang sudah terkumpul akan menciptakan
masalah konseptual atau teknis pada saat peneliti melakukan analisa data. Dengan adanya
klarifikasi ini diharapkan masalah teknis atau konseptual tersebut tidak mengganggu proses
analisa sehingga dapat menimbulkan bias penafsiran hasil analisa. Keterbacaan berkaitan
dengan apakah data yang sudah terkumpul secara logis dapat digunakan sebagai justifikasi
penafsiran terhadap hasil analisa. Konsistensi mencakup ketetapan jenis data berkaitan
dengan skala pengukuran yang akan digunakan. Kelengkapan mengacu pada terkumpulannya
data secara lengkap sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang sudah
dirumuskan dalam penelitian tersebut.
Pada akhir editing, peneliti harus mempertanyakan kembali beberapa hal antara lain :
apakah data yang diperlukan sudah betul-betul lengkap dan jelas untuk dimengerti dan
dipahami, apakah data satu dengan yang lainnya sudah konsisten, seragam, dan memiliki
respons yang sesuai. Bila pertanyaan-pertanyaan tersebut telah terjawab, barulah beralih ke
pekerjaan selanjutnya.
2. Coding (Pemberian Kode pada data)
Setelah

tahap

editing

selesai

dilakukan,

kegiatan

berikutnya

adalah

mengklasifikasikan data-data tersebut melalui tahapan coding. Coding adalah usaha untuk
mengklasifikasikan jawaban-jawaban para responden menurut macamnya. Dengan kata lain
dapat disebutkan bahwa tujuan dari coding adalah untuk mengklasifikasikan jawabanjawaban ke dalam kategori-kategori yang penting. Kumpulan dari kategori-kategori tersebut
biasanya disebut coding frame. Klasifikasi itu dilakukan dengan jalan menandai masingmasing jawaban dengan kode tertentu, biasanya dalam bentuk angka. Coding merupakan
kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/ bilangan. Misalnya
untuk variabel pekerjaan dilakukan coding yaitu :
1 = Pegawai Negeri,
2 = Wiraswasta,
3 = Pegawai Swasta dan
4 = Pensiunan.
Sedangkan untuk jenis kelamin :
1 = Pria dan
2 = Wanita, dsb.

Secara singkat dapat disebutkan bahwa ada dua langkah dalam melakukan coding
yaitu:
a. Menentukan kategori-kategori yang akan digunakan.
b. Mengalokasikan jawaban individual pada kategori-kategori tersebut.
Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga
mempercepat pada saat entry data. Entry data, adalah transfer coding data dari kuisioner ke
software. Pengkodean data dilakukan untuk memberikan kode yang spesifik pada respon
jawaban responden untuk memudahkan proses pencatatan data. Dengan data sudah diubah
dalam bentuk angka-angka, maka peneliti akan lebih mudah mentransfer kedalam komputer
dan mencari program perangkat lunak yang sesuai dengan data untuk digunakan sebagai
sarana analisa, misalnya apakah data tersebut dapat dianalisa dengan menggunakan software
SPSS.
Pengkodean data dapat dibedakan atas beberapa hal berikut ini.
1) Pengkodean terhadap Jawaban yang Berupa Angka. Contoh dari pemberian kode
untuk jawaban yang berupa angka yaitu :

Apabila jawaban berupa angka tersebut terdapat dalam bentuk interval, maka perlu
pengkodean sendiri. Perhatikan contoh berikut ini :

2) Pengkodean terhadap Jawaban dari Pertanyaan Tertutup


a) Pertanyaan untuk mengetahui pendapat responden

b) Pertanyaan dengan jawaban bertingkat


3) Pengkodean terhadap Jawaban dari Pertanyaan Semi Terbuka. Perhatikan contoh
pengkodean berikut ini.

4) Pengkodean terhadap Jawaban dari Pertanyaan Terbuka


Untuk jenis ini, sebelum melakukan pengkodean, peneliti harus membuat kategorisasi
atas jawaban-jawaban dari pertanyaan terbuka ini karena variasi jawaban yang
diperoleh barangkali cukup banyak. Untuk membuat kategori jawaban harus
memerhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
a. Perbedaan kategori jawaban harus tegas, agar tidak tumpang tindih antara
jawaban yang satu dengan jawaban yang lainnya.
b. Jika terdapat jawaban yang tidak sesuai dengan kategori yang sudah disusun,
maka jawaban tersebut dikelompokkan dalam lain-lain. Namun persentase
jawaban untuk lain-lain harus kecil, karena jika terlampau tinggi banyak
informasi yang terbuang.
Perhatikan bersama contoh pengkodean berikut ini :
Bagaimanakah tanggapan Anda tentang tayangan sinetron bertemakan percintaan
remaja di televisi swasta di Indonesia?
a. Sangat baik, karena kita sedang butuh hiburan seperti itu.
5

b. Cukup baik.
c. Kurang baik, karena tidak layak ditonton anak-anak di bawah umur.
d. Tidak tahu.
e. Dibanding tahun lalu, sinetron seperti itu tahun ini sedikit meningkat.
f. Sinetron seperti itu terlalu sedikit, sehingga membosankan.
g. Perlu penambahan jumlah jam tayang untuk sinetron seperti itu.
h. Tidak memberi jawaban.
Bentuk pengkodean berdasarkan kategori jawaban yang telah dibuat adalah sebagai
berikut :

Setelah seluruh data responden dalam daftar pertanyaan diberi kode, maka langkah
berikutnya adalah menyusun buku kode. Buku kode ini sebagai pedoman untuk
memindahkan kode jawaban reponden dalam kuesioner ke lembaran kode, yang
kemudian juga akan berguna sebagai pedoman peneliti dalam mengidentifikasikan
variable penelitian yang akan digunakan dalam analisis data (membaca tabulasi data).

3. Tabulasi
Proses penghitungan frekuensi yang terbilang di dalam masing-masing kategori
(seperti yang dibahas pada bagian dimuka) disebut tabulasi. Oleh karena itu hasil
penghitungan demikian hampir selalu disajikan dalam bentuk tabel, maka istilah tabulasi
seringkali disebut sebagai proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Tabulasi (dalam arti
menyusun data ke dalam bentuk tabel) merupakan tahap lanjutan dalam rangkaian proses
analisis data.
Pada tahap ini dapat dianggap data telah selesai diproses sehingga benarlah kata
sementara orang bahwa tabulasi itu merupakan langkah yang penting artinya, yang dapat
"memaksa data untuk berbicara". Dengan tabulasi, data lapangan akan segera tampak ringkas
dan bersifat rangkuman. Dalam keadaan yang ringkas dan tersusun ke dalam suatu tabel yang
6

baik, data dapat dibaca dengan mudah dan maknanya akan mudah dipahami. Perhatikan tabel
di bawah ini.
Tabel 1
Hasil penilaian warga kota Y terhadap kebersihan kotanya

Bersih

Kategori

Frekuensi
164

%
10,25

Cukup

324

20,25

Kotor

1.052

65,75

Tidak dapat mengatakan

39

2,44

Tak bersedia menjawab


Jumlah
Sumber: Data Hipotesis

21
1.600

1,31
100,0

Dengan memperhatikan Tabel 1 di atas, dengan sekali baca saja akan diketahui bahwa
para warga kota "Y" cenderung memberikan penilaian kotor pada kotanya. Tampak juga
bahwa hampir dua pertiga warga kota "Y" ini memberikan penilaian kotor. Hanya sekitar
sepersepuluh yang menyatakan kota itu bersih. Jumlah yang memberikan penilaian bersih
sekalipun telah ditambah dengan jumlah yang menilai cukup, tidaklah sampai mencapai
separuh dari jumlah yang menilai kotor. Gambaran yang jelas baru dapat diperoleh atau
tampak setelah data selesai dikode dan ditabulasi dan tidak mungkin sebelumnya. Tabulasi
seperti yang dicontohkan di atas adalah tabulasi sederhana. Di sini data disusun dalam bentuk
tabel dengan satu kolom tunggal. Dalam kolom tunggal yang tersusun vertikal dituliskan
frekuensi-frekuensi yang diperoleh. Penulisan dapat dituliskan dengan angka mutlak tetapi
dapat pula dilakukan menurut angka persentasenya. Oleh karena itu, dengan satu kolom
tunggal, penyebaran (distribusi) data di antara seperangkat kategori telah digambarkan secara
lengkap dan jelas.
Di samping data yang sederhana tersebut, tabulasi dapat pula dikerjakan secara
bersilang. Tabulasi silang (cross tabulation) dibuat dengan jalan "memecah" lebih lanjut
setiap kesatuan data dalam setiap kategori, menjadi dua atau tiga (atau mungkin lebih) sub
kesatuan. Pemecahan data demikian dilakukan atas dasar satu kriterium (atau suatu susunan
perangkat kategori) baru yang lain. Dengan demikian, pemecahan atau perincian data akan
berakibat masuknya sub kesatuan itu ke dalam dua struktur kategori sekaligus.
Agar lebih jelasnya, perhatikan Tabel 2 yang disusun sebagai hasil suatu tabulasi
silang. Pada Tabel 2 tersebut akan tampak adanya dua perangkat susunan kategori. Satu
7

perangkat kategori disusun secara vertikal untuk mengklasifikasikan hasil penilaian para
warga kota terhadap kebersihan kota "Y". Satu perangkat lagi ditambahkan data tersusun
secara horisontal, untuk mengklasifikasikan jangka waktu lamanya para warga kota yang
bersangkutan menghuni kota "Y".
Tabel 2
Hasil penilaian warga kota terhadap kotanya menurut lamanya menghuni kota Y

Bersih

-5 tahun
102

Lama Menghuni
5-10 tahun
47

10 tahun +
15

164

Cukup

72

167

85

324

Kotor

56

334

662

1.052

Tidak dapat mengatakan

12

18

39

Tak bersedia menjawab


Jumlah

3
245

8
574

10
781

21
1.600

Kategori

Jumlah

Sumber: Data Hipotesis


Dari hasil tabulasi silang tersebut tampak bahwa data tidak lagi disusun atas dasar
penyebarannya pada kategori-kategori yang tersusun vertikal saja, tetapi juga atas dasar
penyebarannya pada kategori-kategori yang tersusun horisontal. Dengan kata lain, data yang
semula terorganisir ke dalam satu lajur vertikal tunggal, kini harus dipecah-pecah dan
diorganisir juga ke dalam baris-baris horisontal. Jumlah frekuensi 164, 324, 1.052, 39, dan 21
(yang semula berupa rangkaian kebulatan yang tersusun secara vertikal) kini dipecah menjadi
beberapa subkesatuan yang tersusun secara horisontal. Kelihatan di sini bahwa setiap
pecahan/subkesatuan itu selalu jatuh dan masuk ke dalam dua struktur kategori sekaligus.
Subkesatuan 102 misalnya, tidaklah hanya menunjukkan jumlah (sebagian) orang yang
menilai bersih kota Y, tetapi juga menunjukkan jumlah (sebagian) orang yang bermukim
kurang dari 5 tahun di kota Y. Secara singkat bisa dikatakan bahwa jumlah 102 itu
menunjukkan jumlah orang yang bermukim di kota Y kurang dari 5 tahun yang memberikan
penilaian bersih kepada kotanya. Demikian pula halnya dengan jumlah 334. Jumlah tersebut
menunjukkan jumlah orang yang bermukim di kota Y antara 5 sampai 10 tahun yang
memberikan penilaian kotor kepada kotanya. Demikian seterusnya.
Dari uraian di atas tampak jelas bahwa dari tabel seperti itu orang tidak hanya akan
mengetahui jumlah bulat sekelompok responden yang memenuhi kualifikasi satu kategori

tertentu, akan tetapi juga akan mengetahui perincian proporsinya menurut suatu seni kategori
dari perangkat yang lain.
4. Penyajian Data ( Tabel, Grafik)
4.1

Pengertian Penyajian Data


Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan laporan hasil

penelitian yang telah dilakukan agar dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang
dinginkan. Data yang disajikan harus sederhana dan jelas agar mudah dibaca. Penyajian data
juga dimaksudkan agar para pengamat dapat dengan mudah memahami apa yang kita sajikan
untuk selanjutnya dilakukan penilaian atau perbandingan dan lain lain.
4.2

Penyajian Data dalam Bentuk Tabel


Penyajian dalam bentuk tabel merupakan penyajian data dalam bentuk angka yang

disusun secara teratur dalam bentuk kolom dan baris. Penyajian dalam bentuk tabel banyak
digunakan pada penulisan laporan hasil penelitian dengan maksud agar orang mudah
memperoleh gambaran rinci tentang hasil penelitian yang telah dilakukan. Suatu tabel yang
lengkap terdiri dari :
1. Nomor tabel
Bila tabel yang disajikan lebih dari satu maka hendaknya diberi nomor agar mudah
untuk mencari kembali bila dibutuhkan. Nomor tabel biasanya ditempatkan diatas
sebelah kiri sejajar dengan judul tabel.
2. Judul Tabel
Setiap tabel yang disajikan harus diberikan judul karena dari judul tabel orang dapat
mengetahui tentang apa yang disajikan.
3. Catatan Pendahuluan
Catatan pendahuluan biasanya diletakkan dibawah judul dan berfungsi sebagai
keterangan tambahan tentang tahun pembuatan tabel atau jumlah pengamatan yang
dilakukan.
4. Badan Tabel
Badan tabel terdiri dari judul kolom, judul baris, judul kompartemen dan sel.
5. Catatan kaki
Catatan kaki dimaksudkan untuk memberi keterangan terhadap singkatan atau ukuran
yang digunakan. Biasanya dengan memberi tanda yang sesuai dengan tanda yang
terdapat dikanan atas singkatan yang digunakan. Tanda yang biasanya dapat berupa
*x dan lain lain. Catatan kaki diletakkan dibawah kiri tabel.
6. Sumber Data

Sumber data diletakkan dibagian kiri bawah (dibawah catatan kaki), sumber ini
mempunyai arti penting bila data yang sajikan berupa data sekunder.
Contoh
Judul Tabel
Catatan Pendahuluan
Judul

Judul

Jumlah

Kompartemen

Catatan kaki :
Sumber

JENIS-JENIS TABEL
-

Berdasarkan Fungsinya
1. Tabel Sinopsis
Tabel ini berisi semua variabel yang akan dikumpulkan dan ditulis dalam kolom dan

baris dengan urutan yang sama. Contoh :


Variabel-variabel dalam suatu penelitian yang akan dikumpulkan adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Tingkat pendidikan
Jenis pekerjaan
Jumlah anak
Pertolongan persalinan

Tabel Sinopsis
1

1
2
3
4
2. Tabel Induk

10

Tabel ini berfungsi sebagai referensi. Oleh karena itu, tabel induk sering disebut tabel
referensi yang dapat diambil sebagian dan disisipkan dalam laporan penulisan laporan. Pada
tabel induk terdapat semua variabel yang dikumpulkan.
Tabel Induk
Golongan
Umur

Jenis Kelamin
Pria
Wanita

Pekerjaan
Buruh Tani

Dagang

Pendidikan
SD
SMP

Dsb
SMU

Jumlah
3. Tabel Teks
Tabel teks adalah tabel yang menggambarkan beberapa variabel secara rinci. Tabel ini
berguna untuk mengadakan pembahasan lebih mendalam terhadap hasil penelitian,
mengadakan perbandingan antar variabel atau untuk memberikan gambaran tentang adanya
hubungan antara dua variabel.

Tabel Teks
Tingkat
Pendidikan
Tidak sekolah

Buruh

Jenis Pekerjaan
Tani
Dagang

Pengusaha

SD
SMP
SMU
Perguruan Tinggi
Lain Lain
11

Jumlah
4. Tabel Kontigensi
Tabel kontigensi disusun berdasarkan banyaknya baris dan kolom. Tabel ini disajikan
untuk memberikan gambaran hasil penelitian. Tabel ini juga banyak digunakan dalam
perhitungan statistic inferensial untuk pengujian hipotesis.
Contoh.
Tabel 2 x 2
Tabel 2 x 3
-

Berdasarkan Penyusunan Judul Baris


1. Penyusunan Judul Baris Menurut Abjad
Tabel yang disusun menurut abjad dimaksudkan untuk memudahkan pencarian
kembali tabel yang dibutuhkan. Oleh karena itu, tabel ini banyak terdapat paa tabel
induk.
2. Penyusunan Judul Baris Menurut Geografis
Tabel ini bertujuan untuk mengetahui keadaan berbagai daerah. Oleh karena itu, tabel
yang disusun menurut geografis banyak dikeluarkan oleh instansi pemerintah seperti:
Biro Pusat Statistik.
3. Penyusunan Tabel Berdasarkaan Perkembangan Waktu
Tabel ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan yang terjadi
bersamaan berjalannya waktu.Perkembangan tersebut dapat berupa perubahan alami
atau perubahan yang disebabkan oleh intervensi manusia.
Contoh : Jumlah akseptor KB didaerah A 1990 -1994
Tahun
1990
1991
1992
1993
1994
Jumlah

Jumlah akseptor
245
267
578
498
324
2.012

4. Penyusunan Tabel Berdasarkan Besarnya Angka


Penyusunan angka dapat dilakukan dari angka terkecil sampai angka terbesar atau
sebaliknya.
Contoh : Distribusi Penyakit Menurut Jenis Kelamin
Jenis
Penyakit
Saluran napas

Jumlah
825

Jenis Kelamin
Pria

Wanita

415

410
12

Saluran
pencernaan
Penyakit kulit
Penyakit mata
Jumlah

730
245
100

400
200
85

330
54
15

2089

1260

829

5. Penyusunan Berdasarkan Kelaziman


Penyusunan tabel ini didasarkan pada kelaziman. Oleh karena itu tidak terdapat
ketentuan yang baku.
6. Penyusunan Berdasarkan Tingkatan
Misalnya, penyusunan tingkat pendidikan diawali dari pendidikan yang terendah
sampai yang tertinggi

4.3

Penyajian Data dalam Bentuk Grafik


Grafik merupakan salah satu bentuk penyajian data statistik yang banyak dilakukan

dalam berbagai bidang, karena penyajian dalam bentuk grafik lebih menarik dan mudah
dipahami. Penyajian dalam bentuk grafik bermanfaat untuk hal-hal sebagai berikut:
1. Membandingkan beberapa variable,beberapa kategori dalam variable atau satu
variable pada waktu dan tempat yang berbeda.
2. Meramalkan perubahan yang terjadi dengan berjalan nya waktu ( time series )
3. Mengetahui adanya hubungan dua variable atau lebih.
4. Memberikan penerangan pada masyarakat.
Macam Macam Grafik
1. Grafik Batang (Bar diagram)
Yang dimaksud grafik batang adalah grafik yang berbentuk batang yang penilaiannya
dilakukan berdasarkan tinggi batang.Grafik batang dapat digunakan untuk
mengadakan perbandingan beberapa variabel dalam waktu dan tempat yang sama atau
satu variabel dalam waktu dan tempat yang berbeda.
a. Histogram
Histogram merupakan grafik batang yang disusun secara teratur dan berimpitan
satu dengan yang lainnya tanpa ruang antara. Grafik ini diperoleh dari data
kuantitatif yang kontinu dalam bentuk distribusi frekuensi.
b. Poligon
Bila titik titik tengah dari batang ddalam histogram dihubungkan sattu dengan
yang lainnya akan menghasilan frekuensi histogram.
2. Grafik Lingkaran

13

Grafik lingkaran merupakan grafik yang disajikan dalam bentuk lingkaran. Lingkaran
dapat digambar dalam 3 dimensi sehingga menyerupai kue karna itu disebut pie
diagram. Grafik lingkaran digunakan untuk membandingkan secara relatif kategorikategori dalam satu variabel.
3. Grafik Garis
Grafik garis merupakan penyajian data dalam bentuk garis.
4. Grafik garis proporsional
Grafik ini merupakan grafik garis yang dinyatakan dalam persen. Seperti pada grafik
batang proporsional, grafik garis proporsional juga dapat digunakan untuk
mengadakan perbandingan beberapa variabel atau perubahan satu variabel yang
terjadi dengan berjalannya waktu.
5. Grafik Frekuensi kumulatif ( Ogive)
Ogive dihasilkan dari data frekuensi disrtibusi kumulatif dan digunakan untuk
mengetahui posisi individu dalam suatu kelompok.
6. Grafik Garis Patah Patah
Grafik ini banyak dijumpai pada garfik deret berkala yang digunakan untuk
mengetahui perubahan yang terjadi dengan berjalannya waktu.
7. Grafik Garis lengkung
Kurva merupakan grafik yang dihasilkan secara teoriti. Dalam praktiknya kurva yang
ada merupakan hasil penghalusan. Bentuk kurva bermacam macam secara garis besar
dapat dibagi :
- Berdasarkan simetrisitas
1. Kurva simetris
2. Kurva asimetris
- Berdasarkan tinggi puncak
1. Kurva normal ( mesokurtik)
2. Kurva leptokurtik
3. Kurva Platikurtik
- Berdasarkan jumlah puncak
1. Kurva unimodal
2. Kurva bimodal
3. Kurva multimodal
- Berdasarkan bentuk
1. Kurva bentuk J
2. Kurva bentuk L

14

DAFTAR PUSTAKA
1. Mudrajad Kuncoro, Ph.D. 2009. Metode Riset untuk Bisnis & Ekonomi Edisi
3: PT.Gelora Aksara Pratama
2. Arsyad, Lincolin dan Soeratno.1999. Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi
dan Bisnis.Yogyakarta: UPP AMP YKPN
3. Sumber : http://yunizasyafutrieza.blogspot.co.id/2011/09/penyajian-data.html
(Di akses tanggal 17 November 2015)

15

Anda mungkin juga menyukai