Skenario 2 Ginjal Dan Saluran Kemih
Skenario 2 Ginjal Dan Saluran Kemih
Kelompok: A-7
Ketua
: Ain Fitrah Aulia Nur (1102014008)
Sekretaris : Bella Bonita
(1102014057)
Fadhlan Hakiki
(1102011092)
Destia Nahlah Iqmalia
(1102013076)
Farizal Arief
(1102014095)
Febrian Alam Vedaxena
(1102014098)
Hani Hanifah
(1102014119)
Khaulah Nurul Fadhilah
(1102014144)
ANYANG-ANYANGAN
Seorang wanita 32 tahun, menikah, datang
ke dokter puskesmas dengan keluhan nyeri
saat buang air kecil dan anyang-anyangan
berulang. Keluhan ini dirasakan sejak dua
hari yang lalu. Dalam pemeriksaan fisik
tidak ditemukan kelainan kecuali nyeri tekan
supra pubik, Pada pemeriksaan urinalisa
dijumpai
urin
keruh
dan
didapatkan
peningkatan leukosit. Kemudian pasien
disarankan untuk melakukan pemeriksaan
kultur urin.
SASARAN
BELAJAR
LI 1. Memahami dan
Menjelaskan Anatomi
Saluran Kemih Bagian
Bawah
LO 1.1 Makroskopik
LO 1.2 Mikroskopik
LI 2. Memahami dan
Menjelaskan Fisiologi Berkemih
LO 1.1 Mekanisme
LO 1.2 Regulasi
LI 3. Memahami dan Menjelaskan
Infeksi Saluran Kemih
LO 3.1 Definisi
LO 3.2 Epidemiologi
LO
LO
LO
LO
LO
LO
LO
LO
3.3 Klasifikasi
3.4 Etiologi
3.5 Faktor Resiko
3.6 Patogenesis
3.7 Manifestasi Klinis
3.8 Diagnosis dan Diagnosis Banding
3.9 Komplikasi
3.10 Prognosis
LI 6. Memahami dan
Menjelaskan Salisul Baul
2. Vesica Urinaria
3. Urethrae
LO 1.2 Mikroskopik
Urotelium
Ureter
Vesica Urinaria
Urethra
LO 3.1 Definisi
Adanya mikroorganisme dalam tractus
urinarius yang bukan flora normal (Coyle &
Prince, 2014)
Infeksi saluran kemih merupakan istilah
umum yang menunjukkan keberadaan
mikroorganisme di urin (IPD, 2014)
LO 3.2 Epidemiologi
ANAK:
Sekitar 8% anak perempuan dan 2% anak laki-laki
pernah menderita ISK ketika berusia 11 tahun
Insidens ISK sepanjang usia anak pada perempuan
berkisar 30% dibandingkan laki-laki 1%
Sekitar 75% bayi berumur kurang dari 3 bulan yang
mengalami bacteriuria adalah laki-laki, sedangkan pada
kelompok umur 3-8 bulan hanya 10%. Setelah usia lebih
dari 12 bulan ISK lebih banyak pada anak perempuan
Risiko ISK pada bayi laki-laki yang belum disirkumsisi
meningkat 5-12x lipat dibandingkan yang telah
disirkumsisi.
DEWASA
Kecuali pada anak-anak dan orang usia lanjut, ISK biasanya
mengenai perempuan dibanding laki-laki (Gupta & Trautner,
2016).
Pada usia lanjut, insidensi ISK pada laki-laki sama dengan
perempuan karena setelah 50 tahun kecendrungan obstruksi
karena pembesaran prostat lebih sering.
50-80% perempuan akan mengalami ISK minimal satu kali
Pada perempuan aktif secara seksual factor risiko akan naik
dari 1.4 sampai 4.8 pada 5 episode seks dalam seminggu
Pada wanita hamil, dapat lebih sering terkena ISK karena
adanya perubahan hormonal dan perubahan dari posisi
saluran kencing selama kehamilan.
ISK berulang pada laki - laki jarang dilaporkan, kecuali
disertai faktor predisposisi (pencetus).
LO 3.3 Klasifikasi
LO 3.4 Etiologi
2. Refluks vesikoureter
3. Urin sisa dalam bulibuli karena :
Neurogenic bladder
Striktura uretra
Hipertrofi prostat
4. Diabetes Melitus
5. Instrumentasi
Kateter
Dilatasi uretra
Sitoskopi
9. Hubungan seksual
Sering (5x seminggu)
Berubah pasangan
Penggunaan spermisida
LO 3.6 Patogenesis
Diagnosa Banding
Sistitis nonbakterial (virus, mikobakteri, klamidia, jamur,
schistosomal) dan tidak menular (sistitis radiasi, kimia,
autoimun, hipersensitivitas) sistitis, serta menyakitkan
sindrom kandung kemih /sistitis interstitial( PBS / IC).
Gagal ginjal karena Pielonefritis akut dapat
menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan,
pembentukan abses (misalnya, nephric, perinephric);
sepsis, atau sindrom sepsis, syok septik, dan kegagalan
multiorgan sistem.
Refluks vesicoureteral (VUR) adalah aliran abnormal
urin dari kandung kemih ke saluran kemih atas dan
penyakit urologi paling umum
LO 3.9 Komplikasi
ISK sederhana: ISK akut tipe sederhana (sistitis) yaitu nonobstruksi dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit
ringan (self limited disease) dan tidak menyebabkan akibat
lanjut jangka lama
ISK tipe berkomplikasi
1. ISK
selama kehamilan:
Kondisi
Risiko potensial
BAS* tidak diobati
Pielonefritis
Bayi Pprematur
Anemia
Pregnancy-induced hypertension
2.
ISK Pada DM. penelitian epidemiologi klinik melaporkan
bakteriuria dan ISK lebih sering ditemukan pada DM
dibandingkan perempuan tanpa DM
LO 3.10 Prognosis
Pada pengobatan yang baik, hasilnya dapat segera diketahui
dalam waktu 24-48 jam dengan menurunnya atau hilangnya
gejala dan tanda, serta sterilnya urin.
ISK tanpa kelainan anatomis mempunyai prognosis lebih
baik bila dilakukan pengobatan pada fase akut yang adequat
dan disertai pengawasan terhadap kemungkinan infeksi
berulang. Prognosis jangka panjang pada sebagian besar
penderita dengan kelainan anatomis umumnya kurang
memuaskan meskipun telah diberikan pengobatan yang
adequat dan dilakukan koreksi bedah. Hal ini terjadi
terutama pada penderita dengan nefropati refluk. Deteksi
dini terhadap adanya kelainan anatomis, pengobatan yang
segera pada fase akut. kerjasama yang baik antara dokter,
ahli bedah urologi dan orang tua penderita sangat diperlukan
untuk mencegah terjadinya perburukan yang mengarah
pada terminal gagal ginjal kronis.
Spesimen
Pengambilan specimen untuk pemeriksaan ISK
haruslah menghindari dari kontaminasi flora-flora
normal. (Tille, 2014)
Urin Clean-catch midstream
Urin kateter tanpa balon
Urin kateter dengan balon
Urin aspirasi suprapubik
Kultur Urin
Indikasi dari kultur urin adalah (Tille, 2014):
Wanita ISK dengan kompikasi
Laki-laki dengan ISK
Wanita hamil trimester pertama
Pyelonefritis akut
Prostatitis akut
Bacteremia tanpa sebab yang jelas
Obstruksi saluran kemih
Follow-up setelah pelepasan kateter
dengan balon
Follow-up setelah terapi
Gambar -. Teknik inokulasi
dengan ose
Interpretasi
Hal yang terpenting dalam interpretasi adalah
membedakan koloni yang memang flora
normal maupun pathogen. Cara yang paling
mudah adalah dengan melihat secara
kuantitas. Setelah dapat membedakan langkah
selanjutnya yamg diambil adalah identifikasi
spesies dan tes sensitivitas antibiotic.
Interpretasi
Pada hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin
kateterisasi.
Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut
dengan bakteriuria bermakna
Bila terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala
klinis disebut bakteriuria asimtomatik
Bila terdapat mikroba 102 103 CFU/ml urin kateter pada
wanita muda asimtomatik yang disertai dengan piuria
disebut infeksi saluran kemih.
Hitung koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi
supra pubik adalah infeksi saluran kemih.
Jenis infeksi
Penyebab tersering
Pilihan antimikroba
Sistitis akut
Pielonefritis akut
Prostatitis akut
Prostatitis kronis
Kotrimoksazol oral,
fluorokuinolon,
amoksisilin-asam
klavulanat
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon, atau
aminoglikosid+ampisilin
parenteral
Kotrimoksazol atau
fluorokuinolon atau
trimetroprim
Pencegahan
Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim & saluran kencing
Setiap biang air seni, bersihkan dari depan kebelakang
Jangan memnilas di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi atau
ember. Gunakan air mengalir
Selalu mengganti pakaian dalam setiap hari, untuk mencegah bakteri
berkembang biak secara cepat dalam pakaian dalam. Gunakan pakaian dalam
dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab
Pengubahan pola gaya hidup dilihat dari factor predisposisi. Ada tiga tahap
profilaksis:
Berlanjut
Dosis rendah TMP-SMX, fluoroquionolon atau nitrofurantoin. Biasanya 6 bulan
sampai tidak terjadi rekuren.
Postcoital
Dosis rendah TMP-SMX
Terapi sendiri
Pasien diminta untuk melakukan pengecekan sendiri, dibekali wadah urin dan
antibiotic yang diminum ketika muncul gejala awal. Kemudian baru membawa
sampel ke dokter (Gupta & Trautner, 2016)
Uji saring bacteriuria asimptomatik harus rutin dalam kelpmpok yang beresiko
terkena ISK. (Sukandar, 2014)
LI 4. Memahami dan
Menjelaskan Salisul Baul
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu. (Al-Baqarah: 185)
Maka bertakwalah kepada Allah semampu kalian [AtTaghabun : 16]
DAFTAR PUSTAKA
1. Alpers, CE & Chang, A. (2015). The Kidney. In: Kumar, V., Abbas, AK & Aster, JC. (2015). Robbins and
Cotran Pathologic Basis of Disease. 9th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier
2. Clinical manifestation and diagnosis of infections by body system:Urinary tract infections
http://schoolbag.info/biology/microbiology/21.html diakses 1 April 2016 jam 13.00
3. Coyle, EA & Prince, RA. (2014). Urinary Tract Infections and Prostatitis. In: DiPiro, JT, et al (ed.). (2014).
Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. 9th Ed. New York City: McGraw-Hill Education
4. Eroschenko V, et al. 2014. Atlas Histologi DiFiore dengan Korelasi Fungsional edisi 11. Jakarta:EGC
5. FKUI, Departemen Farmakologi dan Terapeutik. 2007. Farmakologi dan Terapi, 5TH Ed. Jakarta: EGC
6. Gupta, K & Trautner, BW. (2016). Urinary Tract Infections, Pyelonephritis, and Prostatitis. In: Kasper, DL, et
al (Ed.). (2016). Harrisons Principles of Internal Medicine. 19th Ed. New York City: McGraw-Hill Education
7. Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Jakarta: EGC
8. Hall, JH. (2016). Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 13th Ed. Philadelphia: Elsevier
9. https://almanhaj.or.id/502-orang-yang-mengalami-kencing-terus-menerus-dan-keluarnya-angin-terus-men
erus.html
diakses 1 April 2016 jam 15.00
10.Marcdante K, et al. 2014. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial edisi 6. Jakarta:IDAI
11.Mescher, AL. (2013). Junqueiras basic Histology Text and Atlas. 13th Ed. New York City: McGraw-Hill
Education
12.Moore, KL, et al. (2014). Clinically Oriented Anatomy. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
13.Netter, FH. (2014). Atlas of Human Anatomy. 6th Ed. Philadelphia: Saunders Elsevier
14.Pawlina, W. (2016). Histology A Text and Atlas. 7th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins
15.Price A, et al. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Vol. 2. Jakarta: EGC
16.Sherwood, L. (2016). Human Physiology from Cells to Systems. 9th Ed. Boston: Cengage Learning
17.Sofwan A. 2016. Systema Urogenitale (Apparatus Urogenitalis). Jakarta:FKUY
18.Sukandar, E. (2014). Infeksi saluran Kemih Pasien Dewasa. In: Setiawi, S., et al (Ed.). (2014). Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. 6th Ed. Jakarta: Interna Publishing
19.Tille, PM. (2014). Bailey & Scotts Diagnostic Microbiology. 13th Ed. St Louis: Elsevier Mosby