TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Definisi
Hemofilia merupakan penyakit atau gangguan perdarahan yang bersifat
herediter akibat kekurangan faktor pembekuan VIII dan IX1, 2.
1.2 Epidemiologi
Hemofilia terbagi 2 yaitu, hemofilia A dan hemofilia B. Hemofilia A
merupakan bentuk yang terbanyak dijumpai yaitu sebanyak 80-85 %, dengan
angka kejadian diperkirakan sebanyak 30-100 tiap satu juta dari populasi
dunia, dan sekitar 10-15 % adalah hemofilia B 1. Di Asia Tenggara, angka
kejadian berdasarkan ratio 1 : 10.000 penderita, sedangkan kejadian di
Indonesia secara tepat belum diketahui namun diperkirakan dengan populasi
200 juta lebih terdapat sekitar 10.000 penderita 3. Pada 33 % pasien tidak
mempunyai riwayat dalam keluarga dan hal ini terjadi akibat mutasi spontan1.
1.3 Etiologi
Hemofilia A dan B bersifat sex linked resesif dan bersifat herediter (seperti
terlihat pada Gambar 1)3. Hemofilia A dan B diturunkan secara sex (X) linked
recessive dan gen untuk faktor VIII dan IX terletak pada ujung lengan panjang
(q) kromosom X. Oleh karena itu, perempuan biasanya sebagai pembawa sifat
sedangkan laki-laki sebagai penderita. Perempuan pembawa sifat hemofilia
yang menikah dengan laki-laki normal dapat menurunkan satu atau lebih anak
lelaki penderita hemofilia atau satu / lebih anak perempuan pembawa sifat.
Sedangkan laki-laki penderita hemofilia yang menikah dengan perempuan
normal akan menurunkan anak lelaki yang normal atau anak perempuan
pembawa sifat1.
1.4 Patogenesis
Proses hemostasis tergantung pada faktor koagulasi, trombosit dan
pembuluh darah. Mekanisme hemostasis terdiri dari respons pembuluh darah,
adesi trombosit, agregasi trombosit, pembentukan bekuan darah, stabilisasi
bekuan darah, pembatasan bekuan darah pada tempat cedera oleh regulasi
antikoagulan, dan pemulihan aliran darah melalui proses fibrinolisis dan
penyembuhan pembuluh darah.
Cedera pada pembuluh darah akan menyebabkan vasokonstriksi pembuluh
darah dan terpaparnya darah terhadap matriks subendotelial. Faktor von
Willebrand (vWF) akan teraktifasi dan diikuti adesi trombosit. Setelah proses
ini, adenosine diphosphatase, tromboxane A2 dan protein lain trombosit
dilepaskan granul yang berada di dalam trombosit dan menyebabkan agregasi
trombosit dan perekrutan trombosit lebih lanjut. Cedera pada pembuluh darah
menyebabkan
berkurangnya
pembentukan
fibrin. Akibatnya
dalam darah tersebut terdapat faktor-faktor pembeku yaitu zat yang berperan
dalam menghentikan perdarahan.
a.
150 U/dl atau 50-150%. Diklasifikasikan sebagai hemofilia berat bila kadar faktor
VIII atau IX kurang dari 1 %, hemofilia sedang bila kadarnya diantara 1-5 % dan
hemofilia ringan bila kadarnya diantara 5-30%1.
Pasien dengan hemofilia berat dapat mengalami perdarahan spontan atau
akibat trauma ringan. Pada hemofilia sedang biasanya perdarahan terjadi karena
trauma yang lebih berat, sedangkan pada hemofilia ringan dapat tidak terdeteksi
untuk beberapa waktu sampai pasien mengalami tindakan operasi ringan seperti
cabut gigi atau sirkumsisi1.
1.6 Gejala Klinis dan Diagnosis
Dalam
menentukan
diagnosis
kita
harus
melakukan
anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Secara klinis tanda dan gejala
hemofilia A dan B sulit untuk dibedakan, kecuali dengan pemeriksaan
laboratorium khusus. Tanda dan gejala tersebut adalah perdarahan yang sukar
berhenti/kebiru-biruan baik spontan maupun sesudah trauma ringan/tindakan
seperti hematoma, dan berupa kebiruan, pada berbagai bagian tubuh dan
hemarthrosis atau perdarahan yang sukar berhenti. Hemarthrosis berulang
yang terasa nyeri dan hematom otot mendominasi perjalanan penyakit pada
pasien yang sakit berat dan jika tidak diobati dengan baik, dapat menyebabkan
deformitas sendi yang progresif dan kecacatan. Dapat juga terjadi perdarahan
intrakranial yang terjadi spontan atau akibat trauma1,5.
Manifestasi perdarahan lain misalnya berupa epistaksis atau hematuria dan
perdarahan saluran cerna. Seorang bayi harus dicurigai hemofilia jika
ditemukan bengkak atau hematoma pada saat anak mulai merangkak atau
berjalan. Pada anak yang lebih besar dapat timbul hemarthrosis di sendi lutut,
siku dan pergelangan tangan. Pada neonatus dapat ditemukan perdarahan dari
umbilikal yang sulit berhenti dan hematoma. Terdapatnya riwayat keluarga
dapat mendukung dalam membuat diagnosis hemofilia1,5.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
Hemofilia B /
Penyakit Von
Defisiensi faktor
Defisiensi faktor
Willebrand
VIII
IX
Pewarisan
Terkait jenis
Terkait jenis
Dominan (tidak
Lokasi utama
kelamin
Otot, sendi, paska
kelamin
Otot, sendi, paska
lengkap)
Membran mukosa,
perdarahan
operasi
operasi
Normal
Normal
Normal
Memanjang
operasi
Normal
Memanjang
Normal
Memanjang atau
Jumlah trombosit
Masa perdarahan
Masa protrombin
Masa
Normal
Normal
Normal
Memanjang
tromboplastin
parsial
Faktor VIII
Faktor IX
Normal
Rendah
Normal
Normal
Mungkin
Rendah
berkurang sedang
Normal
VWF
Agregasi
Normal
Normal
Normal
Normal
Rendah
Terganggu
trombosit yang
diinduksi
ristocetin
1.9 Komplikasi
Sekitar 20% penderita hemofilia A akan membentuk antibodi atau
inhibitor terhadap faktor VIII. Inhibitor ini juga timbul bila pada seseorang
penderita yang diberi faktor VIII dengan dosis cukup tidak memperlihatkan
penyembuhan seperti yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena sebagian
faktor VIII yang diberikan, akan dinetralisir oleh inhibitor. Untuk mengatasi
keadaan ini biasanya dosis faktor VIII harus dinaikkan atau faktor VII a untuk
memotong jalur koagulasi. Perdarahan hebat, artritis kronik karena
hemartrosis berulang juga dapat terjadi1,4.
Penyulit setelah terapi adalah infeksi, hepatitis B atau C post tranfusi,
SGOT dan SGPT meningkat, infeksi HIV, timbulnya inhibitor setelah tranfusi
berulang. Sebelum ada uji tapis darah donor, tidak jarang timbul penyakit pada
resipien akibat penularan melalui tranfusi, khususnya bila yang dipakai adalah
kriopresipitat, plasma segar beku ataupun konsentrat faktor pembekuan yang
belum diproses dengan baik1,4.
Penyakit yang potensial yang dapat ditularkan adalah hepatitis dan infeksi
HIV. Dengan adanya penapisan yang memadai , penularan melalui faktor
pembekuan sudah sangat menurun1,4.
1.10
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penderita hemofilia harus dilakukan secara komprehensif.
menyebabkan kontak fisik seperti bela diri, tinju, gulat dan sepak bola harus
dihindari3,6.
Sedangkan untuk penatalaksanaan hemofilia secara khusus ialah pada
hemofilia A diberikan tranfusi konsentrat faktor VIII atau kriopresipitat dan
pada hemofilia B diberikan tranfusi konsentrat faktor IX. 7. Faktor VIII dan
faktor IX
10
perdarahan tidak dapat bergerak. Gunakan perban elastis jangan terlalu keras
(C), letakkan bagian tubuh tersebut dalam posisi lebih tinggi dari posisi dada
dan letakkan diatas benda yang lembut seperti bantal (E). 9
Tindakan tersebut harus segera dilakukan terutama apabila jauh dari pusat
pengobatan. Kemudian dalam waktu 2 jam setelah perdarahan, penderita
hemofilia sudah harus mendapatkan faktor pembekuan yang diperlukan.
Untuk hemofilia A diberikan transfusi kriopresipitat atau konsentrat faktor
VIII dengan dosis 0,5 x BB x kadar yang diinginkan (%). Satu kantong
kriopresipitat mengandung sekitar 80 U faktor VIII. Dapat juga diberikan
dosis rumatan empiris, yaitu untuk faktor VIII 20-25 U/Kg setiap 12 jam.1
Tabel 1.1 kebutuhan faktor VIII
Perdarahan/ tindakan
Kadar faktor VIII (% dari normal)
Hemartrosis ringan
15 20%
Hemartrosis berat/ operasi kecil
20-40%
Operasi besar
60-80%
Perdarahan intrakranial
100%
Tabel diatas juga dapat dipakai sebagai pegangan hemofilia B
Selain untuk pengobatan, faktor VIII juga diberikan untuk persiapan tindakan
operatif seperti sirmuksisi, cabut gigi, dan lain-lain.
Tabel 1.2 TERAPI PERDARAHAN PADA HEMOFILIA A5
Jenis Perdarahan
Hemartrosis
sampai
fungsi
sendi
normal
kembali
Hematom atau perdarahan otot
Pencabutan gigi
Epistaksis
sampai membaik
20 U/kg dan terapi antifibrinolitik
Tekan selama 15-20 menit, pasang
11
tampon
oli,
terapi
antifibrinolitik,
Mayor,
perdarahan
mengancam jiwa
2-4
U/kgbb/jam
untuk
infus
kontiniu
2-3
U/dl
50 U/kgbb kemudian diteruskan dengan
25
U/kgbb
tiap
12
jam
sampai
tidak
terkontrol
beri
sejak
awal.
bila
Pemberian
kembali.
terapi
Pertimbangkan
secara
alternate
12
rofilaksis
Hematom atau perdarahan otot
Pencabutan gigi
Epistaksis
oli,
terapi
antifibrinolitik,
Mayor,
perdarahan
mengancam jiwa
gagal
yang 120 U/kgbb, kemudian diteruskan 50-60
U/kgbb
setiap
12-24
jam
untuk
sampai
asimtomatik
dan
10-14 hari
Istirahat, cairan 1,5 X rumatan , bila
perdarahan
tidak
terkontrol
beri
13
Prognosis
Semakin
Cepat
Seseorang
penderita
hemofili
terdiagnosis
dan
BAB II
ILUSTRASI KASUS
14
IDENTITAS PASIEN
Nama anak
: M.RE
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 2 tahun 5 bulan
Suku bangsa
: Minangkabau
Alamat
: Padang
ALLO ANAMNESA :
Ibu kandung
15
Pasien adalah anak ketiga dari tiga orang bersaudara, kedua kakak
pasien adalah perempuan
Selama hamil
Lahir spontan ditolong dokter, langsung menangis, riwayat biru dan kuning
sejak lahir tidak ada. Berat badan lahir 3500 gr dan panjang badan 50 cm.
Bayi
Asi
PASI
16
Bubur susu
: umur 6 9 bulan
Nasi tim
: umur 8 10 bulan
Nasi lunak
: umur 10 12 bulan
Nasi biasa
Anak
: 3x seminggu
Ikan
: 3x seminggu
Telur
:2x seminggu
RIWAYAT IMUNISASI
BCG
DPT
Polio
Campak
Hepatitis B
: 4 bulan
Isap jempol
: tidak ada
Duduk
: 6 bulan
Gigit kuku
: tidak ada
Berdiri
: 9 bulan
Aktif sekali
: tidak ada
Berjalan
: 10 bulan
Apati
: tidak ada
Bicara
: 11 bulan
17
: Rumah permanen
: Sumur bor
WC
: Didalam rumah
Buang sampah
: sakit sedang
Kesadaran
: sadar
Frekuensi nadi
: 94x /menit
Frekuensi nafas
: 26x /menit
Suhu
: 36,8C
Berat badan
: 12 Kg
Tinggi Badan
: 89 cm
BB/U
: 89,55%
TB/U
: 97,8%
BB/TB
: 92,3 %
Status gizi
PEMERIKSAAN SISTEMIK
Kulit : teraba hangat
Kelenjar getah bening : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Kepala
Mata
Telinga
Hidung
18
Palpasi
Perkusi
: sonor
Auskultasi
Jantung:
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: timpani
Auskultasi
Punggung
Alat kelamin
Extremitas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Darah
Urin
: Hb
: 11 gr %
Leukosit
: 9500/mm3
DC
: 0/6/0/25/68/1
: warna : Kuning
19
Urobilin: (+)
Protein: (-)
Bilirubin: (-)
Albumin: (-)
Reduksi : (-)
Feses : Makroskopis : kuning, lunak
Mikroskopis : ertrosit (-), leukosit (-), telur cacing (-)
DIAGNOSA KERJA
Hemofili A prosirkumsisi
Terapi
1. Promotif
2. Preventif
20
Konseling genetik
3. Kuratif
MB 1100 kkal
4. Rehabilitatif
PEMERIKSAAN ANJURAN
Cek PT dan APTT
FOLLOW UP
Tanggal 16 Juni 2014
S/
O/
KU
Sedang
Kes
sadar
Nd
Nf
102x/mnt
24x/mnt
T
37C
Mata
Kepala
Paru
Jantung
Abdomen
Genitalia
21
O/
KU
Sedang
Kes
sadar
Nd
Nf
102x/mnt
24x/mnt
T
37C
Mata
Kepala
Paru
Jantung
Abdomen
Genitalia
22
BAB IV
DISKUSI
23
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Gatot D, 2006. Buku Ajar Hematologi Onkologi Anak. Ed. 2. IDAI. Hlm. 174177
25
26