Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsep Dasar Luka Bakar


2.1.1 Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air
panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahanbahan kimia, serta sengatan matahari/sunburn (Sjamsuhidajat, 2010).

2.1.2 Epidemiologi
Menurut the National Institutes of General Medical Sciences, sekitar 1,1 juta
luka-luka bakar yang membutuhkan perawatan medis setiap tahun di Amerika Serikat. Di
antara mereka terluka, sekitar 50.000 memerlukan rawat inap dan sekitar 4.500
meninggal setiap tahun dari luka bakar. Di India, sekitar 2,4 juta luka bakar dilaporkan
per tahun. Sekitar 650.000 dari cedera ditangani oleh pusat-pusat perawatan luka bakar,
75.000 dirawat di rumah sakit. Dari mereka yang dirawat di rumah sakit, 20.000 yang
mengalami luka bakar besar telah melibatkan paling sedikit 25% dari total permukaan
tubuh mereka. Antara 8.000 dan 12.000 pasien dengan luka bakar meninggal, dan sekitar
satu juta akan mempertahankan cacat substansial atau permanen yang dihasilkan dari
luka bakar mereka. Di Indonesia angka kejadian luka bakar cukup tinggi, lebih dari 250
jiwa/tahun meninggal akibat luka bakar di tahun 2004 hingga 2008. Dikarenakan jumlah
anakanak dan lansia cukup tinggi di Indonesia serta ketidakberdayaan anakanak dan
lansia untuk menghindari terjadinya kebakaran. Maka, usia anakanak dan lansia
menyumbang angka kematian tertinggi akibat luka bakar yang terjadi di Indonesia hingga
tahun 2008.

Menurut Word

Health

Organitation (WHO) luka

bakar

menyebabkan

195.000

kematian/tahun hingga tahun 2012 diseluruh dunia terutama di negara miskin dan
berkembang. Luka bakar yang tidak menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan
kecacatan pada penderitanya. Wanita di ASEAN memiliki tingkat terkena luka bakar
lebih tinggi dari wilayah lainnya, dimana 27% nya berkontribusi menyebabkan kematian
di seluruh dunia, dan hampir 70% nya merupakan penyebab kematian di Asia
Tenggara (Sudoyo, 2010)
2.1.3 Penyebab
a. Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald) ,jilatan api ketubuh
(flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-objek
panas lainnya(logam panas, dan lain-lain)
b. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang biasa digunakan
dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih yang sering digunakan untuk
keperluan rumah tangga
c. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan. Aliran
listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.
Kerusakan terutama pada pembuluh darah, khusunya tunika intima, sehingga
menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi
kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown
d. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio aktif. Tipe injury ini
sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi

e. Luka bakar akibat suhu rendah


Mula-mula bagian yang terpajan dirasa dingin, kemudian terasa kebal, kemudian
kehilangan daya rasa (anestesi). Kadang nyeri terasa menyengat atau berdenyut. Kulit
mula-mula kemerahan, kemudian pucat seperti lilin.
(Sjamsuhidajat, 2010)

2.1.4 Patofisiologi
Bahan kimia, suhu, radiasi, listrik, suhu rendah

Luka bakar

Pada wajah

Di ruang tertutup

Kerusakan kulit

A. Pada wajah kerusakan mukosa edema laring osbtruksi jalan napas


gagal napas
B. Di ruang tertutup keracunan penguapan meningkat CO mengikat Hb Hb
tidak mengikat O2 Hipoksia otak
C.
Kerusakan kulit

Masalah perawatan

Resiko infeksi

Peningkatan PD kapiler

Ekstravasasi

cairan

Gangguan aktivitas

Tekanan osmotic menurun

Rusaknya integritas kulit

Hipovolemik dan hemokonsentrasi

Gangguan makrosirkulasi

Gangguan perfusi organ

Otak - Hipoksia - Sel otak mati - gang. fungsi sentral

Kardiovaskuler - Kebocoran Kapiler Gagal jantung

Ginjal hipoksi fungsi ginjal menurun Gagal ginjal

Hepar Pelepasan ketokolamin Gagal hepar

Gastro Intestinal dilatasi lambung

Gangguan sirkulasi perifer

Gangguan perfusi

Laju metabolisme

Glukonegenesis

Glukogenesis

Perubahan nutrisi

Imunitas daya tahan tubuh menurun


(Grace & Borley, 2007)

2.1.5 Pemeriksaan
A. Fisik

Inspeksi : kemerahan, udem, eskar, bula


B. Penunjang
1. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan
dengan perpindahan/kehilangan cairan.
2. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan/kerusakan SDM dan penurunan
fungsi ginjal. Natrium awalnya menurun pada kehilangan air.
3. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/gangguan
pompa natrium.
4. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam dan
kehilangan protein.
5. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
6. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
7. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia pada luka bakar listrik.
8. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
9. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
10. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
11. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein pada edema cairan.

2.2 Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)


2.2.1 Fase Luka Bakar
a. Fase awal, fase akut, fase syok
Adanya gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit karena cedera termis yang
bersifat sistemis, juga terjadi gangguan saluran napas karena cedera inhalasi.
b. Fase sub akut

Proses inflammasi.
Proses inflammasi pada luka bakar berlangsung hebat disertai eksudasi dan
kebocoran protein. Terjadi reaksi inflammasi local yang kemudian berkembang
menjadi reaksi sistemik dengan dilepasnya zat-zat yang berhubungan dengan

proses imunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid protein complex, burn-toxin)

yang menginduksi respon inflammasi sistemik (SIRS)


Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
Proses penguapan cairan tubuh disertai panas/energy (evaporate heat loss) yang
menyebabkan perubahan dan gangguan proses metabolisme

c. Fase lanjut
Timbulnya penyulit berupa parut hipertrofik, kontraktur, dan deformitas lain yang
terjadi karena kerapuhan jaringan atau organ.
(Moore, KL, 2010)
2.2.2 Derajad Luka Bakar
a. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa
eritema. Keluhan berupa rasa nyeri atau hipersensitivitas setempat karena ujungujung
syaraf sensorik teriritasi. Penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5-7 hari

b. Luka bakar derajat II


Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, tetapi
masih ada elemen epitel sehat yang tersisa. Elemen epitel tersebut, misalnya sel epitel
basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Sel epitel ini dapat
membuat luka dapat sembuh sendiri dalam waktu dua sampai tiga minggu. Gejala yang

timbul adalah nyeri, gelembung, atau bula berisi cairan eksudat yang keluar dari
pembuluh karena permeabilitas dindingnya meningkat. Keluhan berupa rasa nyeri atau
hipersensitivitas setempat karena ujungujung syaraf sensorik teriritasi. Klasifikasi :
1. Derajad II dangkal (superficial)

Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea


masih utuh

Penyembuhan secara spontan dalam 10-14 hari

2. Derajad II dalam (deep)

Kerusakan hampir seluruh bagian dermis

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea


masih utuh

Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung dari biji epitel yang tersisa
(biasanya > 1 bulan)

c. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)


Kerusakan meliputi seluruh kedalaman kulit dan mungkin subkutis, atau organ yang lebih
dalam. Tidak ada lagi elemen epitel hidup tersisa yang memungkinkan penyembuhan dari
dasar luka; biasanya diikuti dengan pembentukan eskar. Kulit tampak pucat abu-abu
gelap atau hitam, dengan permukaan lebih rendah dari jaringan sekeliling yang masih
sehat. Tidak ada bula dan tidak ada rasa nyeri. Penyembuhan dilakukan dengan skin graft.
(Sudoyo,

2010)

Gambar Luka Bakar

2.2.3 Luas Luka Bakar


A. Orang Dewasa
Digunakan rumus 9, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan
bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri. Sisanya 1% adalah daerah genitalia.
B. Anak
Digunakan rumus 10-15-20, yaitu kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang
masing-masing 20%, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10%, serta
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%.
C. Bayi

Digunakan rumus 10-20, yaitu kepala dan leher 20%, tangan kanan dan kiri masingmasing 10%, kaki kanan dan kiri masing-masing 10%, serta badan depan dan belakang
masing-masing 20%.

2.2.4 Beratnya Luka Bakar


Beratnya luka bakar tergantung oleh dalam, luas, letak luka, umur, dan keadaan kesehatan
penderita sebelumnya. Bayi dan orang usia lanjut memiliki daya kompensasi yang lebih
rendah, maka bila terbakar digolongkan ke dalam golongan berat.
American Burn Association
1

Luka bakar ringan

Luka bakar sedang

Luka bakar berat

Luka bakar derajad II < 15%

Luka bakar derajad II < 10% pada anak-anak

Luka bakar derajad III < 2%


Luka bakar derajad II 15-25% pada orang dewasa

Luka bakar derajad II 10-20% pada anak-anak

Luka bakar derajad III < 10%


Luka bakar derajad II 25% atau lebih pada orang
dewasa

Luka bakar derajad II 20% atau lebih pada anakanak

Luka bakar derajad III 10% atau lebih

Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga,


mata, kaki, dan genitalia/perineum

Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai


trauma lain

Trauma Inhalasi

Luka bakar pada wajah

Hangusnya alis mata dan bulu hidung

Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflammasi akut

Sputum yang mengandung arang atau karbon

Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api

Ledakan yang menyebabkan trauma bakar pada kepala dan badan

Kadar karboksi hemoglobin > 10% setelah berada dalam lingkungan api
(Sjamsuhidajat, 2010)

Penanganan trauma inhalasi :


A. Airway
Bila penangan terlambat dan telah terjadi edema saluran napas maka harus dilakukan
krikotiroidotomi atau trakeostomi.
B. Breathing
Adanya tanda :

Trauma bakar langsung menyebabkan edema/obstruksi dari saluran napas atas

Inhalasi dari hasil pembakaran yang tidak sempurna (partikel karbon) dan asap
beracun menyebabkan trachea-bronchitis kimiawi, edema, dan pneumonia

Keracunan monoksida pengobatan awal ialah intubasi endotrakeal disertai


ventilasi mekanis, selanjutnya dilakukan analisa gas darah untuk mengetahui
status paru-paru

C. Circulation
2.2.5

Tatalaksana

a. Penanganan awal : Mematikan api pada tubuh

Cara : menyelimuti dan menutup bagian yang terbakar, menceburkan diri ke air
dingin, melepaskan baju yang terbakar.
b. Merendam daerah luka bakar dalam air atau menyiramnya dengan air mengalir
selama 15 menit
Hal ini bertujuan untuk menghentikan proses koagulasi protein sel di jaringan yang
terpajan suhu tinggi yang terus berlangsung walaupun api telah dipadamkan, sehingga
destruksi dapat berkurang dan kerusakan dapat diperdangkal serta diperkecil.
c. Luka bakar luas dan dalam cairan intravena
1. Formula Evans
Luas luka bakar (%) X berat badan (kg) ml NaCl / 24 jam
Luas luka bakar (%) X berat badan (kg) ml plasma / 24 jam
Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat penguapan, diberikan 2000 cc
glukosa 5% per 24 jam
@ Separuh jumlah dari ketiga formula tersebut diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah
jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari
kedua
2. Formula Baxter
Luas luka bakar (%) X berat badan (kg) X 4 ml larutan Ringer
@ Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya
diberikan dalam 16 jam.
Pemberian cairan dapat ditambah (jika perlu), misalnya bila penderita dalam
keadaan syok, atau jika dieresis kurang.
Status hidrasi penderita luka bakar luas harus dipantau terus-menerus.
Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat dari diuresis normal, yaitu
sekurang-kurangnya 1000-1500 ml/24 jam.
d. Obat-obatan
-

Antibiotik sistemik spectrum luas (aminoglikosida yang efektif terhadap


pseudomonas)

Analgesik (opiat melalui intravena)

Anti tetanus-toksoid

e. Nutrisi
Minuman diberikan pada penderita luka

Segera setelah peristaltic menjadi normal

bakar

Sebanyak 25 ml/kgBB/hari

Sampai

mencapai 30 ml/jam
Segera setelah dapat

Makanan diberikan oral

dieresis

sekurang-kurangnya
minum

tanpa

kesulitan

Sebagai tambahan setiap hari

Sedapat mungkin 2500 kalori/hari

Sedapat mungkin mengandung 100-150

gr protein/hari
Vitamin A, B, D

Vitamin C 500 mg

Fe sulfat 500 mg

Mukoprotektor

f. Penanganan local
-

Obat topikal silver sulfadiazine dan MEBO (Moist Exposure Burn Ointment)
dioleskan tanpa pembalut
Fungsi : memcegah infeksi, mengurangi rasa nyeri, dan mempercepat epitelisasi
(menembus eskar)

Antibiotik tulle (kassa)

Antiseptik yodium povidone atau nitras argenti 0,5%

Kompres nitras argenti selalu dibasahi tiap 2 jam bakteriostatik

Perawatan luka ada 2 macam, yaitu terbuka dan tertutup


1. Terbuka
Keuntungan : mudah dan murah, luka menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit
berkembang
Kerugian : bila digunakan obat tertentu (nitras-argenti), alas tidur menjadi kotor
memberi warna hitam
2. Perawatan tertutup

Dengan cara memberikan balutan mengurangi kontaminasi


Penutupan luka dibuat sedemikian rupa sehingga cukup longgar agar penguapan dapat
berlangsung.
Keuntungan : luka tampak rapi, terlindung, dan nyaman bagi penderita
Kerugian : suasana lembab dan hangat memungkinkan kuman untuk berkembang biak
g. Bedah
Pemotongan eskar (eskarotomi) pada luka bakar derajad III
Tujuan : pengerutan keropeng dan pembengkakan yang terus-menerus dapat
mengakibatkan penjepitan yang membahayakan sirkulasi sehingga bagian distal bisa
mati.
Tanda dini penjepitan : nyeri, kehilangan daya rasa sampai kebas pada ujung-ujung distal
Cara : Eksisi tangensial
Dilakukan setelah keadaan penderita stabil karena eksisi tangensial menyebabkan banyak
perdarahan. Biasanya eksisi dini dilakukan pada hari ke 3 sampai ke 7.
Eksisi tangensial sebaiknya tidak dilakukan pada luka bakar > 10% luas permukaan tubuh
karena dapat menyebabkan perdarahan
Luka bakar yang telah dibersihkan (luka granulasi) dapat ditutup dengan skin graft
(Sjamsuhidajat, 2010)
2.2.6

Komplikasi

1.

Gagal jantung kongestif dan edema pulmonal

2.

Sindrom kompartemen

Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok


luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen
vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas
distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.
3.

Adult Respiratory Distress Syndrome

Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas
sudah mengancam jiwa pasien.
4.

Ileus Paralitik dan Ulkus Curling

Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik
akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan
lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang masif (hipersekresi asam
lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau
vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.
5.

Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik

yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien
menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine,
perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan
frekuensi denyut nadi.
6.

Gagal ginjal akut

Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat
khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.
(Moore, KL, 2010)

2.3 Luka Bakar Bahan Kimia


2.3.1

Asam Kuat

Termasuk asam kuat sulphuric, nitric, hydrocloric, chromic, glacial acetic, dan lain-lain.
Asam-asam kuat sangat merusak kulit, merusak/menghancurkan kertas, kayu, pakaian,
dan juga menyerang banyak jenis logam. Mencampur asam sulphat pekat dengan air akan
menghasilkan panas yang sangat. Jangan pernah menuang air ke dalam asam pekat dalam
wadah (terutama asarn sulphat) karena asam tersebut mungkin memercik dan wadah
gelas mungkin pecah karena panas tinggi yang dihasilkan. Gunakan sarung tangan dan
kaca mata pelindung.

Oleum bahkan lebih reaktive dan corrosive dari H2 SO4 pekat dan lebih baik diencerkan
dengan H2 SO4 pekat dahulu sebelum ditambahkan ke air. Larutan asam yang panas
dalam beaker atau tabung reaksi sebaiknya dipegang dengan tang/penjepit.
Nitric Acids pekat dan berasap menyebabkan luka bakar pada kulit yang lama sembuh
dan mungkin meninggalkan parut. Asap/uapnya beracun. Untuk menyeka percikan nitric
acid dianjurkan memakai larutan sodium hypochlorite 2%.
Hydrofluoric acid dapat menyebabkan luka bakar serius yang mungkin tidak terasa sakit
pada mulanya. Jika terkena larutan ini, cuci segera dengan air yang banyak, lalu diseka
dengan larutan sodium bicarbonate dan bawa ke dokter untuk diobati.
3. Basa Kuat
Termasuk basa kuat caustic soda (soda api), caustic potash, lime, sodium peroxide, dan
lain-lain. Beberapa basa kuat, jika dicampur dengan air juga akan menghasilkan panas
yang sangat. Untuk mengencerkannya, seperti halnya asam, basa harus ditambahkan
sedikit demi sedikit ke dalam air dengan stirring sampai semua terlarut. Jangan
tambahkan air panas ke dalam basa kuat untuk mengencerkannya, karena panas yang
dikeluarkan mungkin memuncratkan cairan keluar dari tabung reaksi. Bekerja dengan
basa kuat, gunakan sarung tangan, kacamata pelindung dan tongkat penjepit. Membuka
wadah larutan ammonia pekat harus sangat hati-hati. Larutan ini harus disimpan di
ditempat sejuk untuk meminimumkan tekanan yang dapat menghasilkan semburan cairan
yang keras ketika tutup wadah dibuka. Percikan bahan-bahan kimia basa harus segera
dicuci dengan sabun dan air atau antidote yang khusus. Percikan pada mata harus diairi
dengan botol berisi pencuci mata yang tersedia. Luka atau luka bakar harus segera diobati
dokter.
4. Berbagai Zat Kimia Lain Yang Berbahava
Zat-zat kimia yang bereaksi keras dengan air seperti : titanium chloride, aluminium
chloride, thionyl chloride, chloro sulphonic acids, sulphonyl chloride, phosphorus
chlorides. Dalam hal ini sulphur dioxide dan/atau hydrogen chloride mungkin dihasilkan
yang menyebabkan luka pada paru-paru.
Titanium tetrachloride harus ditangani dengan sangat hati-hati. Mengencerkan zat ini
dengan air harus betul-betul dikontrol dengan menggunakan es yang dingin jika mungkin,

dan dilakukan dalam lemari asam. Jika memerciki kulit, cuci segera dengan air yang
banyak.
Bromine dapat menyebabkan luka bakar hebat dan sangat iritasi pada mata, hidung dan
paru-paru. Luka bakar kulit harus dicuci dengan sejumlah air yang banyak dan
dibersihkan dengan larutan ammonia atau sodium thiosulphate encer.
Yellow phosphorus terbakar secara spontan dalam air dan harus ditangani dengan air
dingin. Jangan biarkan kontak dengan minyak atau pelumas. Bagian kulit yang terkena
bahan ini harus diobati dengan larutan sodium bicarbonate 5% dan diikuti oleh larutan
copper sulphate 5%.
Sodim akan menyala, atau bahkan meledak, jika dibiarkan kontak dengan air. Residunya
jangan dibuang ke dalam sink (bak pencuci), tetapi harus dilarutkan dulu sebentar dalam
methylated spirits. Makalah Pelatihan Manajemen Laboratorium 2 Jika sodium kontak
dengan kulit, buka semua logam-logam yang dipakai dan lalu siram kulit dengan air yang
banyak. Jangan menyimpan sodium dekat dengan yellow phosphorus, karena kekeliruan
dapat menyebabkan konsekuensi (akibat) yang serius. Aluminium alkyls adalah senyawa
yang sangat reaktif yang bereaksi hebat dengan air, alkohol, asam-asam, dan lain-lain.
Menyebabkan luka bakar hebat pada kulit, yang sangat perih dan lama sembuh. Jika
bekerja dengan bahan ini harus memakai pakaian pelindung termasuk : safety helmet dan
visor (helm dengan kaca depan), sarung tangan, dan rok kerja. Luka bakar kulit harus
segera dibersihkan dengan hydrocarbon jenuh (medicinal liquid paraffin) dan diobati ke
dokter. Asap putih yang dikeluarkan/dihasilkan dari interaksi aluminium alkyls dengan
udara lembab, berbahaya terhadap paru-paru dan jika menggunakan senyawa ini, lemari
asam yang dipakai harus benar-benar kering.
Aluminium alkyls dalam jumlah sedikit dapat dibuang dengan mengencerkannya
terlebih dahulu dengan toluena diikuti oleh penguraian dengan iso propanol.
Timbunan Racun Dalam Tubuh
Bahan-bahan kimia yang relative tidak berbahaya jika digunakan sekali-sekali dalam
waktu singkat, bisa menjadi berbahaya jika digunakan secara konstan dan teratur karena
terjadi penimbunan dari akibat absorbsi sedikit demi sedikit. Disini termasuk unsur-unsur
timah, arsenic dan mercury. Carbon tetrachloride, benzene, tetrachlorethane dan turunan
nitro dan amino benzene berbahaya jika dihirup secara kontinu. Logam mercury betul-

betul beracun dan mempunyai tekanan uap air yang dapat diukur di laboratorium. Bahkan
pada temperatur 15 C, konsentrasi dari uap air mercury jenuh di udara sedikitnya 70 kali
dari konsentrasi yang diizinkan.
2.3.2 Kerusakan kulit
Kerusakan yang terjadi sebanding dengan kadar dan jumlah bahan yang mengenai tubuh,
cara dan lamanya kontak, serta sifat dan cara kerja zat kimia
2.3.3 Tatalaksana

Melepas baju yang terkena bahan kimia

Pengenceran zat kimia, yaitu dengan mengguyur penderita dengan air mengalir dan
membersihkan pelan-pelan secara mekanis

Pengecualian penyiraman air :


-

HCl atau H2SO4 : berikan NaOH atau air sabun

Fenol atau fosfor : larutkan dengan minyak

Kalau perlu, dilakukan resusitasi, perbaikan keadaan umum, pemberian cairan dan
elektrolit

(Djumhana & Syam, 2010)


2.4 Luka Bakar Sengatan Litrik
2.4.1 Definisi
Arus listrik menimbulkan kelainan karena rangsangan terhadap saraf dan otot.
Energi panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi mengenai tubh luka bakar
yang dalam suhu api listrik dapat mencapai 2.500C arus bolak-balik menimbulkan

rangsangan otot yang kuat berupa kejang-kejang Bila arus melalui jantung, kekuatan
sebesar 60 mA saja dapat menimbulkan fibrilasi ventrikel
2.4.2 Kronologi :

Kejang tetanik yang kuat pada otot skelet dapat menimbulkan fraktur kompresi
vertebra

Bila kawat berarus listrik terpegang tangan, pegangan akan sulit dilepaskan akibat
kontraksi otot fleksor jari lebih kuat daripada otot ekstensor jari sehingga korban terus
dialiri arus

Pada otot dada (m.interkostal) keadaan ini menyebabkan gerakan napas terhenti
sehingga penderita dapat mengalami asfiksia

Pada tegangan rendah, arus searah tidak berbahaya disbanding arus bolak-balik
dengan ampere yang sama

Pada tegangan tinggi, arus searah lebih berbahaya.

2.4.3 Urutan Tahanan Jaringan dari yang Paling Rendah

Saraf

Pembuluh darah

Otot

Kulit

Tendo

Tulang

Jaringan yang tekanannya tinggi akan lebih banyak dialiri arus listrik sehingga akan
menerima panas lebih banyak.
Pada telapak tangan dan kaki, adanya epidermis yang lebih tebal mempunyai tahanan listrik
lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi akibat arus listrik juga lebih berat
Kelancaran arus masuk tubuh juga bergantung pada basah atau keringnya kulit yang kontak
dengan arus. Bila kulit basah atau lembab, arus akan mudah sekali masuk
Beberapa jam setelah terjadi kecelakaan listrik dapat terjadi sindroma kompartemen karena
udema dan thrombosis

Pada kecelakaan tersengat listrik di daerah kepala, penderita dapat pingsan lama dan
mengalami henti napas, terjadi udema otak.
2.4.4 Tatalaksana

Pemutusan arus listrik

Resusitasi jantung paru

Pemberian cairan parenteral

Adanya kerusakan otot akan mengakibatkan urin berwarna gelap karena banyak
mengandung mioglobin, maka penderita harus diberikan manitol dengan dosis awal 25
gr, disusul dosis rumat 12,5 gr/jam. Bila keadaan ini disertai dengan udema otak, manitol
dapat ditingkatkan sampai enam kali lipat untuk memperbaiki filtrasi ginjal dan
mencegah gagal ginjal. Dapat juga diberikan diuretic dari kortikosteroid.

Pembersihan jaringan mati

Fasiotomi mencegah sindroma kompartemen

Skin graft rekonstruksi

(Sjamsuhidajat, 2010)
2.5 Luka Bakar Akibat Radiasi
2.5.1 Definisi
Radiasi adalah pancaran dan pemindahan energi melalui ruang dari suatu sumber ke tempat
lain tanpa perantaraan massa atau kekuatan listrik.

2.5.2 Jenis Radiasi

Elektromagnetik (cahaya, sinar roentgen, dan sinar gamma)

Radiasi partikel (sinar alfa, beta, proton, neuron, atau positron)

2.5.3 Patofisiologi
Pemindahan energi merangsang molekul sel dan menimbulkan reaksi ionisasi Ion O
dan OH reaktif dihasilkan dari ionisasi cairan sel merusak dasar unit molekul DNA secara
kimiawi sel jaringan yang rentan terhadap radiasi mengalami mitosis (sel system
hemopoietik, sistem reproduksi, mukosa usus, epitel kulit, dan sel tumor ganas, system yang
relatif statis dan tidak sensitif tidak bermitosis, seperti halnya sel saraf Pada pembuluh
darah halus, radiasi menyebabkan vaskulitis, deposisi kolagen interstisial, penebalan tunika
media, fibrosis, akhirnya penutupan lumen, hipoksia jaringan, dan nekrosis mutasi
nantinya dapat menyebabkan keganasan.
2.5.4 Manifestasi

Eritema ringan sementara yang berlangsung 2-3 jam (terjadi di atas kekuatan 50 Gy)

Kerusakan subkutan (serupa luka bakar derajad 3 ujung saraf, folikel rambut, kelenjar
keringat, dan pembuluh kapiler hilang)

Dosis 300-400 Gy menyebabkan rambut rontok tiga minggu setelah pajanan

Dosis 700 Gy terdapat epilasi permanen

2.5.5 Sindrom Radiasi


A. Radiasi Akut
Gejala kerusakan organ yang sel-selnya cepat bermitosis, misalnya sistem hematopoietik dan
mukosa usus. Dibagi menjadi 3 tahap, yaitu
-

Tahap I : malaise, muntah, diare akut yang membaik sendiri

Tahap II : anemia, leucopenia, dan trombositopenia

Tahap III : diare dan muntah berat sehingga tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit, serta dapat terjadi perdarahan usus.

Bila radiasi > 500 Gy, muncul gejala susunan saraf pusat, yaitu rasa terbakar, kesemutan,
gelisah, koma, dan akhirnya kematian dalam 3 hari akibat udem otak
B. Radiasi Kronik
Terjadi akibat radiasi sedang dalam waktu atau setelah akumulasi radiasi ringan.
Tanda dan gejala :
-

Rasa kurang sehat kronik

Depresi sumsum tulang (leucopenia dan penurunan hebat sistem kekebalan seluler
infeksi berat)

Anemia

Radiodermatitis

Ulkus yang susah sembuh

Kematian jaringan dan keganasan (sistem darah, payudara, tiroid, tulang, atau
paru)

2.5.6 Tatalaksana

Menghentikan sumber kontaminasi dan benda yang terkontaminasi dibersihkan dengan


air sabun, detergen, atau secara mekanis disimpan dan dibuang ke tempat yang aman

Mempertahankan keseimbangan elektronik

Sedapat mungkin tidak menggunakan obat yang menekan fungsi sumsum tulang
belakang.
(Sjamsuhidajat, 2010)

2.6 Luka Bakar Akibat Suhu Rendah


2.6.1 Definisi
Cedera pada bagian tubuh yang disebabkan akibat suhu rendah
Cedera pada suhu dingin terutama terjadi pada bagian ujung tubuh yang langsung terkena
suhu dingin, seperti jari kaki dan tangan, telinga, dan hidung.
Faktor pemicu : kelembapan udara yang rendah serta angin kencang memperberat kerusakan
pada daerah yang tidak terlindung pakaian (hidung, telinga, dan tangan. Baju dan pakaian
ketat dan kaku, atau yang lembab dan basah, seperti kaus kaki dan sepatu basah dapat
memberikan dampak yang buruk.

2.6.2 Manifestasi

Rasa dingin kemudian kebal

Kulit terasa menyengat atau berdenyut

Kemerahan kemudian pucat seperti lilin

2.6.3 Patofisiologi
Pajanan suhu dingin vasokonstriksi arteriol hipoksia permeabilitas dinding
pembuluh meninggi timbul udem aliran darah melambat sehingga berturut-turut terjadi
stasis kapiler, aglutinasi trombosit, thrombosis, dan nekrosis jaringan kerusakan jaringan
akibat suhu dingin terjadi karena cairan sel mengkristal
Sel saraf, pembuluh darah, dan otot lurik sangat peka terhadap suhu rendah. Kulit, fasia, dan
jaringan ikat lebih tahan. Hal ini menyebabkan kulit masih tampak sehat, tetapi otot di
bawahnya mati
2.6.4 Klasifikasi
A. Frostnip
Merupakan bentuk paling ringan trauma dingin. Ditandai dengan nyeri, pucat, dan kesemutan
pada daerah yang terkena. Tatalaksananya dengan cara penghangatan dan akan sembuh
sendiri. Jika terjadi berulang akan mengakibatkan jaringan lemak hilang atau atrofi.
B.Frostbite
Merupakan pembekuan jaringan yang diakibatkan oleh pembentukan kristal es intraseluler
dan bendungan mikrovaskuler sehingga terjadi anoksia jaringan. Kerusakan jaringan juga
terjadi akibat reperfusion injury saat tubuh dihangatkan.
Bagian tubuh yang terkena frostbite mula-mula keras, dingin, berwarna putih, dan mati rasa
yang kemudian dengan pemberian terapi berangsur-angsur berubah menjadi baik.
Derajad Luka Bakar Suhu Dingin Frostbite

Derajad I : Hiperemia dan udem

Derajad II : Nekrosis kulit sampai subkutis

Derajad III : Nekrosis kulit dan subkutis


-

Nyeri sampai satu bulan

Keropeng

Derajad IV : Rusak seluruh jaringan


-

Mumifikasi

Dermakasi jelas dalam satu bulan

C.Trench Foot/Cold Immersion Foot/Hand


Disebabkan oleh kerusakan endotel mikrovaskuler, stasis, dan sumbatan endovaskuler.
Terjadi pada tangan dan kaki akibat terkena udara basah karena terus-menerus yang suhunya
masih di atas titik beku, yaitu 1,6C sampai 10C.
Vasospasme dan vasodilatasi arteri jaringan dingin dan mati rasa dalam waktu 24-48 jam
menjadi hiperemi
Hiperemi menimbulkan rasa nyeri hebat dan adanya kerusakan jaringan ditandai dengan edema,
bula, kemerahan, ekimosis, dan ulserasi.

2.6.5 Tatalaksana

Longgarkan semua pakaian yang ketat

Hangatkan bagian yang sakit dengan merendamnya dengan air suam-suam kuku (30C40C) dalam 20-30 menit sampai warna kulit menjadi merah dan perfusinya kembali
normal

Pemberian analgetik

Perawatan luka
(Sjamsuhidajat, 2010)

BAB III
KESIMPULAN
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas
seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh (flash), terkena air panas (scald),
tersentuh benda panas (kontak panas), akibat sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari/sunburn. Luka bakar dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, yaitu
suhu tinggi, radiasi, bahan kimia, sengatan listrik, dan suhu rendah. Luka bakar memiliki 3
derajad berdasarkan kerusakan lapisan ketebalan kulit, di mana setiap derajad memiliki tata cara
penanganannya masing-masing. Tingkat keparahan luka bakar dibedakan menjadi ringan,
sedang, berat berdasarkan luas bagian tubuh yang terkena luka bakar. Diperlukan pula
pemeriksaan fisik dan penunjang untuk mengetahui penyebab luka bakar. Penanganan luka bakar
didasarkan pada prinsip mencegah kerusakan yang lebih luas, menstabilkan keadaan fisik,
mencegah infeksi, dan memperbaiki kerusakan kulit yang ada.

BAB IV
SARAN

Penanganan luka bakar harus dilakukan sedini mungkin untuk mencegah komplikasi
yang ada

DAFTAR PUSTAKA
Djumhana & Syam. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Ed. 5. Interna Publishing.
Grace & Borley. 2007. At a Glance Ilmu Bedah. Ed. 3. Erlangga : Jakarta.
Moore, KL. 2010. Clinically Oriented Anatomy Six edition. Philadelphia: Lippincot.
Sjamsuhidajat,R. 2010. Buku ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Sudoyo, WA. 2010. Buku Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : EGC.

REFERAT
LUKA BAKAR

Disusun oleh :
Yohanna Tania

42150020

Dokter Pembimbing :

dr. Gapong Sukowiratmo, Sp.B


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter dan
perawat. Jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajad cacat yang relatif tinggi
dibanding dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananpun
tinggi. Penyebab luka bakar selain terbakar api langsung atau tak langsung, juga pajanan
suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia. Statistik menunjukkan bahwa 60%
luka bakar terjadi karena kecelakaan rumah tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20%
sisanya karena sebab-sebab lain, misalnya bus terbakar, ledakan bom, dan gunung meletus.
Penanganan dan perawatan luka bakar (khususnya luka bakar berat) memerlukan
perawatan yang kompleks dan masih merupakan tantangan tersendiri karena angka
morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi.1 Di Amerika dilaporkan sekitar 2 3 juta
penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian sekitar 5 6 ribu kematian per tahun. Di
Indonesia sampai saat ini belum ada laporan tertulis mengenai jumlah penderita luka bakar
dan jumlah angka kematian yang diakibatkannya. Beberapa karakteristik luka bakar yang
terjadi membutuhkan tindakan khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya,
penyebab(etiologi) dan anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh
yang besar atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang disebabkan
oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari
pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi. Luka
bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih besar
daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki atau tangan dapat
mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang

berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan umum perawat tentang anatomi
fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan untuk mengenal perbedaan dan
derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung dengan
lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan sebelumnya dan
inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan pengaruh lain yang menyertai.
Klien luka bakar sering mengalami kejadian bersamaan yang merugikan, seperti luka atau
kematian anggota keluarga yang lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus
dirujuk untuk mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
1

Rumusan Masalah
Apa itu luka bakar dan penatalaksanaannya

2
1

Tujuan
Tujuan Umum
Mampu mengerti dan memahami konsep dasar luka bakar dan mampu memberikan

1.4

penanganan yang tepat


Tujuan Khusus
1 Mengerti dan memahami definisi dari luka bakar
2 Mengerti dan memahami patofisiologi dari luka bakar
3 Mengerti dan memahami klasifikasi dari luka bakar
4 Mengerti dan memahami pemeriksaan dari luka bakar
5 Mengerti dan memahami penilaian derajad dari luka bakar
6 Mengerti dan memahami penanganan dari luka bakar
7 Mengerti dan memahami komplikasi dari luka bakar

Manfaat
1

Dari segi akademis, merupakan sumbangan bagi ilmu pengetahuan, khususnya

dalam hal penanganan luka bakar bagi para dokter muda.


Dari segi praktis, hasil penulisan referat ini menjadi salah satu rujukan bagi
penulis berikutnya, yang akan melakukan penulisan yang sama topiknya
mengenai luka bakar.

Anda mungkin juga menyukai