PENDAHULUAN
berarti matematika harus dekat dengan anak dan relevan dengan kehidupan nyata
sehari-hari. Matematika sebagai aktivitas manusia berarti manusia harus diberikan
kesempatan untuk menemukan kembali ide dan konsep matematika melalui
bimbingan orang dewasa (Gravemeijer, 1994). Karena itu, prinsip menemukan
kembali ide dan konsep matematika dapat diinspirasi oleh prosedur-prosedur
pemecahan informal.. Upaya tersebut dilakukan melalui penjelajahan berbagai situasi
dan persoalan-persoalan Realistik. Realistik dalam hal ini dimaksudkan tidak hanya
mengacu pada realitas tetapi juga pada sesuatu yang dapat dibayangkan oleh siswa
(Slettenhaar, 2000).
Matematika realistik yang dimaksudkan dalam hal ini adalah matematika
sekolah yang dilaksanakan dengan menemaptkan realitas dan pengalaman siswa
sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber
munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal.
Pembelajaran matematika realistik di kelas berorientasi pada karakteristik RME,
sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep
matematika. Dan siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan konsep-konsep
matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari.
Untuk memberdayakan moadel pembelajaran RME deperlukan keterampilan
metakognitif siswa. Metakognitif adalah suatu kata yang berkaitan dengan apa yang
diketahui tentang dirinya sebagai individu yang belajar dan bagaimana dia mengontrol
serta menyesuaikan prilakunya. Seseorang perlu menyadari kekurangan dan kelebihan
yang dimilikinya. Metakognitif adalah suatu bentuk kemampuan untuk melihat pada
diri sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat terkontrol secara optimal.
Metakognitif merupakan konsep penting dalam teori kognitif yang secara sederhana
didefinsikan sebagai memikirkan kembali apa yang telah dipikirkan.Walaupun
pendefinisiannya berbeda, namun secara umum metakognitif merupakan kesadaran
atau pengetahuan seseorang terhadap proses dan hasil berpikirnya (kognitifnya) serta
kemampuannya dalam mengontrol dan mengevaluasi proses kognitif tersebut.
Menurut Flavell (Livingstone(1979), de Soete (2004), Gama (2004), Panoura (2006))
metakognitif terdiri dari pengetahuan metakognitif dan pengalaman atau pengarahan
metakognitif .Pengetahuan metakognitif merupakan interaksi antara tiga variabel
yakni variabel individu (person variable), variabel strategi (strategy variable), dan
variabel tugas (task variable). Beberapa peneliti juga mengelompokkan keyakinan diri
dalam komponen pengetahuan metakognitif dan pengalaman menggunakan proses
yang dibuat.
Kesadaran diri (Self awareness) atau Pengaturan diri (Self Regulation).
Bagaimana seseorang mengontrol apa yang telah dilakukannya, masalah yang
telah diselesaikan dan bagaimana baiknya ia menggunakan hasil pengamatan
untuk menyelesaikan masalahnya.
Berdasarkan kajian secara teoretis tentang metakognisi siswa dalam
pembelajaran dan hasil-hasil penelitian tentang metakognisi siswa dalam
pembelajaran yang dikemukakan diatas maka dapat dikatakan bahwa
metakognisi telah memiliki peranan penting dalam pembelajaran matematika,
khususnya dalam mengatur dan mengontrol aktivitas kognitif siswa dalam
belajar dan berpikir, sehingga belajar dan berpikir yang dilakukan oleh siswa
dalam pembelajaran matematika menjadi lebih efektif dan efisien
B. RUMUSAN MASALAH
Sesuai dengan uraian pada latar belakang masalah di atas, rumusan masalah
penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah:
1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Realistic Mathematics Education
(RME) ddalam pemecahan masalah pada pelajaran matematika SMP TAMAN
SISWA MALANG kelas VII